Antibiotik Trektrasilin dan kloramfenikol
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antibiotika adalah senyawa kimia yang dibuat
untuk melawan bibit penyakit, khususnya kuman. Ada beragam jenis kuman, ada
kuman yang besar, ada yang kecil, dengan sifat yang beragam pula.Kuman
cenderung bersarang di organ tertentu di tubuh yang ditumpanginya. Ada yang
suka di otak, di paru-paru, di usus, saraf, ginjal, lambung, kulit, atau
tenggorok, dan lainnya Di organ-organ tempat bersarangnya itu, kuman
tertentu menimbulkan infeksi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah
mengeluarkan peringatan mengenai terlalu sering menggunakan antibiotik. Para
ahli percaya bahwa jika kecenderungan ini terus berlanjut, bahkan infeksi
normal dapat membuktikan menjadi mematikan. WHO telah memilih memerangi resistensi
antimikroba sebagai tema untuk Hari Kesehatan Dunia 2011. WHO mengeluarkan
panggilan internasional untuk tindakan bersama untuk menghentikan penyebaran
resistensi antimikroba dan merekomendasikan paket enam poin kebijakan bagi
pemerintah. WHO menyerukan kepada semua pemangku kepentingan, termasuk pembuat
kebijakan dan perencana, masyarakat dan pasien, praktisi dan resep, apoteker
dan dispenser, dan industri farmasi, untuk bertindak dan mengambil tanggung
jawab untuk memerangi resistensi antimikroba.
Pemakaian antibiotika di negara-negara sedang
berkembang sering tidak terkontrol dan cenderung serampangan. Antibiotika yang
bisa dibeli bebas, ketidaktahuan pemakaian, dan tidak dipakai sampai tuntas,
menimbulkan generasi kuman yang menjadi kebal (resisten) terhadap antibiotika yang
digunakan secara tidak tepat dan serampangan itu. Pemakaian antibiotika yang
tidak dihabiskan, atau menebusnya setengah resep, misalnya.Semakin sering dan
banyak disalahgunakan suatu antibiotika, semakin cepat menimbulkan kekebalan
kuman yang biasa ditumpasnya.
Di Indonesia belum ada data resmi tentang
penggunaan antibiotika. Sehingga banyak pihak saat ini tidak khawatir dan
sepertinya tidak bermasalah. Tetapi berdasarkan tingkat pendidikan atau
pengetahuan masyarakat serta fakta yang ditemui sehari-hari, tampaknya
pemakaian antibiotika di Indonesia jauh banyak dan lebih mencemaskan dan secara
tidak langsung mencegah tubuh kita agar tidak terinfeksi bakteri jahat.
B. Tujuan
Adapun tujuan kami membuat makalah ini adalah :
Adapun tujuan kami membuat makalah ini adalah :
1.
Ingin mengetahui golongan
tetrasiklin
2.
Untuk mengetahui dan memahami tentang
golongan kloramfenikol
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang
dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi jenis mikroba lain.
Antibiotika ( latin : anti = lawan, bios = hidup ) adalah xzat-zat kimia yang dihasilkan miro organisme hidup tertuam fungi dan bakteri ranah. Yang memiliki kahsiat mematikan atau mengahambat pertumbuahn banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil.
Antibiotika ( latin : anti = lawan, bios = hidup ) adalah xzat-zat kimia yang dihasilkan miro organisme hidup tertuam fungi dan bakteri ranah. Yang memiliki kahsiat mematikan atau mengahambat pertumbuahn banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil.
Pembuatan antibiotika lazimnya dilakukan
dengan jalan mikrobiologi dimana mikro organisme dibiak dalam tangki-tangki
besar dengan zat-zat gizi khusus. Kedalam cairan pembiakan disalurkan oksigen
atau udara steril guna mempercepat pertumbuhan jamur sehingga produksi
antibiotiknya dipertinggi setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotika
dimurnikan dan ditetapkan aktifitasnya beberapa antibiotika tidak dibuat lagi
dengan jalan biosintesis ini, melakukan secara kimiawi, antara lain kloramfenikol.
B.
Antibiotika Golongan Tetrasiklin
Bekerja
dengan menghambat sintesis protein dari bakteri. Tetrasiklin pertama kali
ditemukan oleh Lloyd Conover. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi
harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting.
Antibiotika golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah Klortetrasiklin
yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan
Oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik
dari Klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies Streptomyces
lain.
Golongan
Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan bekerja
dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Golongan Tetrasiklin menghambat
sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam
masuknya antibiotika Tetrasiklin ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertama
yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem
transportasi aktif. Setelah antibiotika Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom
bakteri, maka antibiotika Tetrasiklin berikatan dengan ribosom dan menghalangi
masuknya komplek tRNA-asam amino pada lokasi asam amino, sehingga bakteri tidak
dapat berkembang biak.
Pada umumnya
efek antimikroba golongan Tetrasiklin, namun terdapat perbedaan kuantitatif
dari aktivitas masing-masing derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba
yang cepat membelah yang dipengaruhi antibiotika Tetrasiklin.
TURUNAN Tetrasiklin
Jenis
tetrasiklin
|
Gugus
|
||
R1
|
R2
|
R3
|
|
1. Klortetrasiklin
|
-Cl
|
-CH3,-OH
|
-H, -H
|
2. Oksitetrasiklin
|
-H
|
-CH3, -OH
|
-OH, -H
|
3. Tetrasiklin
|
-H
|
-CH3,-OH
|
-H, -H
|
4. Demeklosiklin
|
-Cl
|
-H,-OH
|
-H, -H
|
5. Doksisiklin
|
-H
|
-CH3, -H
|
-OH, -H
|
6. Minosiklin
|
-N(CH3)2
|
-H, -H
|
-H, -H
|
Obat
tetraksikin
contoh obat
yang mengandung tetrasiklin antara lain :
1. Conmycin
Komposisi
:
Tetracycline HCL
Indikasi
: Infeksi
karena organisme yang peka terhadap tetrasiklin
Dosis
: 1 kaps 4 x/ hr. Brucellosis 500 mg 4 x/hr selama 3 minggu.
Sifilis 30-40 g dalam dosis terbagi selama 15 hr.
Penggunaan obat :
Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan dengan
segelas air, dalam posisi tegak. Dapat diberikan bersama makanan untuk
mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.
Kontra
Indikasi : Riwayat hipersensitivitas
terhadap tetrasiklin. Hamil, anak <12 tahun.
Efek
samping : Anoreksia,
mual, muntah, diare, gossitis, disfagia, enterokolitis, lesi inflamasi, ruam
makulopapular dan eritematosa, fotosensitif.
2.
Corsamycin
Komposisi
: Oxytetracycline HCl
Indikasi
: Bronkitis akut dan kronis termasuk pencegahan eksaserbasi akut,
bronkopneumonia dan atipikal pneumonia disebabkan oleh mikoplasma pneumonia, bronkiektasis
terinfeksi, bronkiolitis, otitis media, angina vincenti, infeksi traktus
urinatius, uretritis non-GO, infeksi bakteri pada trakusGI dan biliaris,
infeksi jaringan lunak, infeksi pasca persalinan (endometritis), meningitis dan
endokarditis, akne vulgaris, GO dan sifilis yang tidak sesuai dengan penisilin.
Granuloma inguinal dan khankroid, bruselosis, kolera, amubasis, tifus dan
Q-fever, psikatosis dan limfogranuloma venereum, trakoma.
Dosis
: Dewasa 250-500mg tiap 6 jam selama 5-10 hari (untuk kebanyakan infeksi).
Infeksi nafas seperti eksaserbasi akut bronkitis dan pneumonia karena
mikoplasma 500 mg 4 x/hr. Profilaksis infeksi saluran respiratorius 250 mg 2-3
x/hr. GO dan sifilis, bruselosis total dosis 2-3 g/hr.
Penggunaan
Obat : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam
sesudah makan.
Kontra
Indikasi : Hipersensitif, gangguan ginjal.
Hamil, anak < 7 tahun.
Efek
samping : Gangguan GI,
gatal di anus dan vulva. Perubahan warna gigi dan hipoplasia pada anak,
hambatan pertumbuhan tulang sementara. Dosis tinggi: uremia.
C.
Antibiotika Golongan Kloramfenikol
Bekerja dengan menghambat sintesis protein dari
bakteri yangdiisolasikan pertama kali pada tahun 1947 dari Streptomyces
venezuelae. Kloramfenikol mempunyai daya antimikroba yang kuat maka penggunaan
Kloramfenikol meluas dengan cepat sampai pada tahun 1950 diketahui bahwa
Kloramfenikol dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal. Efek antimikroba
dalam Kloramfenikol bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman.
Yang dihambat adalah enzim peptidil transferase yang berperan sebagai
katalisator untuk membentuk ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein
kuman. Efek toksis Kloramfenikol pada sel mamalia terutama terlihat pada sistem
hemopoetik/darah dan diduga berhubungan dengan mekanisme kerja Kloramfenikol.
Kloramfenikol digunakan untuk mengatasi H.influenzae dan S. thypi karena
bersifat toksit terhadap sumsum tulang.
Kloramfenikol ( INN ) adalah bakteriostatik
antimikroba . Hal ini dianggap sebagai prototipikal antibiotik spektrum luas ,
di samping tetrasiklin. Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1947
dari Streptomyces venezuelae terisolasi oleh David Gottlieb , dan diperkenalkan
ke dalam praktik klinis pada tahun 1949, di bawah nama dagang Chloromycetin.
Ini adalah yang pertama antibiotik akan diproduksi secara sintetis dalam skala
besar. Karena ternyata Kloramfenikol mempunyai daya antimikroba yang kuat maka
penggunaan Kloramfenikol meluas dengan cepat sampai pada tahun 1950 diketahui
bahwa Kloramfenikol dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal.
Karena fungsi dengan menghambat bakteri protein
sintesis, kloramfenikol memiliki spektrum yang sangat luas kegiatan: ini aktif
terhadap Gram-positif bakteri (termasuk strain sebagian besar MRSA ),
Gram-negatif dan bakteri anaerob. Hal ini tidak aktif terhadap Pseudomonas
aeruginosa , Klamidia , atau Enterobacter spesies. Ini memiliki beberapa
aktivitas terhadap Pseudomonas Burkholderia , namun tidak lagi secara rutin digunakan
untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh organisme ini (itu telah
digantikan oleh seftazidim dan meropenem ). Di Barat, kloramfenikol sebagian
besar dibatasi untuk penggunaan topikal karena kekhawatiran tentang risiko
anemia aplastik .
D.
TURUNAN KLORAMFENIKOL
1.
Kloramfenikol palmitat atau stearat
Biasanya
berupa botol berisi 60 ml suspensi (tiap 5 l mengandung Kloramfenikol palmitat
atau stearat setara dengan 125 mg kloramfenikol). Dosis ditentukan oleh dokter.
2.
Kloramfenikol natrium suksinat
Vial berisi
bubuk kloramfenikol natrium suksinat setara dengan 1 g kloramfenikol yang harus
dilarutkan dulu dengan 10 ml aquades steril atau dektrose 5 % (mengandung 100
mg/ml).
3.
Tiamfenikol
Terbagi
dalam bentuk sediaan : Kapsul 250 dan 500 mg. Botol berisi pelarut 60 ml dan
bubuk Tiamfenikol 1.5 g yang setelah dilarutkan mengandung 125 mg Tiamfenikol
tiap 5 ml.
Obat kloramfenikol
Chloramphenicol / Kloramfenikol (Kapsul, Salep Mata, Tetes Mata, Tetes Telinga)
Sediaan:
- Kapsul 250 mg
- Sirup 125 mg (tiap 5 ml)
- Salep Mata 1%
- Tetes Mata 0,5% dan 1%
- Tetes Telinga 1%
Cara
Kerja Obat:
Kloramfenikol adalah antibiotik yang
mempunyai aktifitas bakteriostatik, dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid.
Aktivitas antibakterinya dengan menghambat sintesa protein dengan jalan
mengikat ribosom subunit 50S, yang merupakan langkah penting dalam pembentukan
ikatan peptida. Kloramfenikol efektif terhadap bakteri aerob gram-positif,
termasuk Streptococcus pneumoniae, dan beberapa bakteri aerob gram-negatif,
termasuk Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, Salmonella, Proteus
mirabilis, Pseudomonas mallei, Ps. cepacia, Vibrio cholerae, Francisella
tularensis, Yersinia pestis, Brucella dan Shigella.
Indikasi:
1. Kapsul
250 mg / Sirup 125 mg
§ Kloramfenikol
merupakan obat pilihan untuk penyakit tifus, paratifus dan salmonelosis
lainnya.
§ Untuk
infeksi berat yang disebabkan oleh H. influenzae (terutama infeksi meningual),
rickettsia, lymphogranuloma-psittacosis dan beberapa bakteri gram-negatif yang
menyebabkan bakteremia meningitis, dan infeksi berat yang lainnya.
2. Salep
Mata dan Tetes Mata
Untuk
mengobati blepharitis, catarrhae, konjungtivitis bernanah, traumatic keratitis,
trakoma, keratitis ulserativ, uveitis, konjungtivitis, keratitis, dakriosistitis,
dan infeksi lain oleh bakteri patogen.
3. Tetes
Telinga
Infeksi
superfisial pada telinga luar oleh kuman gram positif atau gram negatif yang
peka terhadap Chloramphenicol.
Kontraindikasi
:
§ Penderita
yang hipersensitif atau mengalami reaksi toksik dengan kloramfenikol.
§ Jangan
digunakan untuk mengobati influenza, batuk-pilek, infeksi tenggorokan, atau
untuk mencegah infeksi ringan.
§ Perforasi
membran timpani (tetes telinga).
Dosis:
§ Kapsul
250 mg / Sirup 125 mg
Dewasa, anak-anak, dan bayi berumur
lebih dari 2 minggu :
50 mg/kg BB sehari dalam dosis terbagi 3
– 4.
Bayi prematur dan bayi berumur kurang
dari 2 minggu :
25 mg/kg BB sehari dalam dosis terbagi
4.
§ Salep
Mata:
Oleskan 3 sampai 4 kali sehari pada
mata.
§ Tetes
Mata:
Teteskan 2 tetes, 3 sampai 4 kali sehari
pada mata.
§ Tetes
Telinga:
Teteskan kedalam lubang telinga 2 - 3
tetes, 3 kali sehari.
Peringatan
dan Perhatian :
§ Sebaiknya
hanya digunakan untuk infeksi yang sudah jelas penyebabnya kecuali bila ada
kemungkinan infeksi berat.
§ Pada
pemakaian kloramfenikol dalam waktu lama perlu dilakukan pengawasan terhadap
kemungkinan timbulnya superinfeksi dengan bakteri dan jamur.
§ Kemanan
pada wanita hamil dan menyusui belum diketahui dengan pasti.
§ Jangan
digunakan untuk pecegahan infeksi, pengobatan influenza, batuk, pilek atau
infeksi tenggorokan.
§ Hati-hati
bila digunakan pada penderita dengan gangguan ginjal dan pada bayi prematur dan
bayi pada 2 minggu yang pertama.
§ Obat
tetes ini hanya bermanfaat untuk infeksi yang sangat superfisial, infeksi yang
dalam memerlukan terapi sistemik.
Efek
Samping :
Diskrasia darah terutama aplastik anemia
yang dapat menjadi serius dan fatal, reaksi hipersensitif lainnya seperti
anafilaktik dan urtikaria, syndroma gray pada bayi prematur atau bayi yang baru
lahir dan gangguan gastrointestinal seperti misalnya mual, muntah dan diare.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bekerja
dengan menghambat sintesis protein dari bakteri. Tetrasiklin pertama kali
ditemukan oleh Lloyd Conover. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi
harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting.
Antibiotika golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah Klortetrasiklin
yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan
Oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara
semisintetik dari Klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies
Streptomyces lain.
Golongan
Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan bekerja
dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Golongan Tetrasiklin menghambat
sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam
masuknya antibiotika Tetrasiklin ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertama
yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem
transportasi aktif.
B.
Saran
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritk
dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Ganiswara
S.G. ( Ed) : Farmakologi dan terapi . Edisi IV, Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran UI, 1955, Jakarta.
Direktorat
Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia:
Pedoman Penggunaan Antibiotik Nasional. Edisi 1, 1992, Jakarta.
Anonim. 2007. Farmakologi dan
Terapi, Edisi 5. Bagian farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta: Gayabaru
Arifin, Sjamsul. 1985. Kimia Organik Bahan Alam.
Universitas Terbuka
Post a Comment for "Antibiotik Trektrasilin dan kloramfenikol"