Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Asuhan keperawatan askariasis



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penyakit cacing yang ditularkan melalui tanah termasuk keluarga nematoda, saluran cerna penularan dapat terjadi melalui 2 cara yaitu :
1.    Infeksi langsung
2.    Larva yang menembus kulit.
Penularan langsung dapat terjadi bila telur cacing dari tepi anal masuk ke mulut tanpa pernah berkembamg dulu ditanah. Cara ini terjadi pada cacing kremi ( oxyuris vermikularis ) dan trikuriasis ( trichuris trichiura ). Selain itu penularan langsung dapat pula terjadi setelah periode berkembangnya telur di tanah kemudian telur tertelan. melalui tangan atau makanan yang tercemar. Cara ini terjadi seperti pada infeksi ascarias lumbricoides ( cacing gelang ) dan toxocara canis. Penularan melalui kulit terjadi pada cacing tambang/ ankilostomiasis dan strongiloidiasis di mana telur terlebih dahulu menetas di tanah baru kemudian larva yang sudah berkembang menginfeksi melalui kulit.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN
Askariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi cacing Ascaris Lumbricoides atau cacing gelang (Noer, 1996: 513). Hal senada juga terdapat dalam Kamus Kedokteran (Ramali, 1997: 26).
Infeksi pada manusia oleh cacing gelang ascaris lumbricoides, yang di temukan dalam usus halus, menyebabkan nyeri kolik dan diare, khususnya pada anak-anak. Setelah di telan, larva bermigrasi dari usus ke paru yang menyebabkan pneumonitis, dan kemudian ke trakea, esofagus, dan usus, untuk tumbuh menjadi dewasa. Bila cacing-cacing dewasa berjumlah cukup banyak, cacing ini dapat menyebabkan obstruksi usus.

B.     B.ETIOLOGI
Etiologi askariasis adalah ascaris lumbricoides, manusia merupakan satu-satunya hospes.
Penyebab dari Ascariasis adalah Ascaris Lumbricoides. Ascaris termasuk Genus Parasit usus dari kelas Nematoda: Ascaris Lumbricoides: cacing gelang (Garcia, 1996: 138). Menurut Reisberrg (1994: 339) ascaris adalah cacing gilig usus terbesar dengan cacing betina dengan ukuran panjang 20-35 cm dan jantan dewasa 15-35 cm. Rata-rata jangka hidup cacing dewasa sekitar 6 bulan.
Ascaris lumbricoides
STADIUM
·      DEWASA
Di lumen usus halus –> migrasi ke lambung, saluran empedu, appendiks –> keluar bersama  tinja
Bolus –> menyumbat usus –> menembus dinding usus –> PERITONITIS
·      TELUR
Di luar tubuh resisten terhadap kebanyakan zat kimia (mati) –> sinar matahari langsung, panas > 80 C –> makanan / minuman –> lambung –> Duodenum, jejunum bagian atas
·      LARVA
Dinding usus –> sistim porta/limfe –> paru –> alveoli –> trachea –> epiglottis –> esophagus –>lambung –>usus halus –> duodenum (2-3 bulan)

C.    TANDA DAN GEJALA
Hanya sebagian kecil yang menunjukkan gejala klinis, sebagian besar asymtomatis.
1.    Larva pada paru menimbulkan sindroma Loeffler, dari yang ringan seperti batuk sampai yang berat seperti sesak nafas.
2.    Cacing dewasa
-       gangguan usus ringan
-       infeksi berat : malabsorbsi yang memperberat malnutrisi, ileus, infeksi ektopik ke empedu, appendiks atau bronkus
Ditemukannya telur askaris lumbricoides dalam tinja atau keluarnya cacing dewasa lewat muntah atau tinja pasien.
Gejala di sebabkan oleh larva maupun cacing dewasa, adanya larva dalam tubuh akan menimbulkan batuk, demam, eosinofilia, dan gambaran infiltrat pada poto toraks yang akan menghilang dalam waktu 3 minggu, dikenal sebagai sindrom loffler. Gejala yang di timbulkan oleh cacing dewasa adalah mual, nafsu makan berkurang, diare, atau konstipasi. Pada keadaan berat dapat mengakibatkan malabsorpsi dan obstruksi usus. Cacing dewasa yang mengembara ke organ-organ lain akan menimbulkan gangguan tersendiri, misalnya ke saluran empedu, apendiks atau bronkus.
D.    Manifestasis Klinis
·       Batuk
·       Demam
·       Eosinofilia
·       Infiltrat (menghilang dalam waktu 3 minggu)
·       Mual
·       Nafsu makan berkurang
·       Diare atau konstipasi
·       Malnutrisi
·       Malabsorpsi
·       Obstruksi usus (ileum)
E.     PATOFISIOLOGI
Telur Askaris yang infektif di dalam tanah tertelan lewat makanan yang terkontaminasi, Masuk ke lambung dan duodenum kemudian menetas, Larva menembus dinding usus, Via sirkulasi portal ke jantung kanan, Sirkulasi pulmonal ke paru-paru Melepas antigen askaris Reaksi alergi, Tembus kapiler masuk alveoli dan bronchi,  Pelepasan histamin.
Secara ascenden ke trakhea, faring, epiglottis, esofagus peningkatan permiabilitas kapiler dan sensasi gatal

F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium merupakan diagnosa pasti dari askariasis. Diagnosa askariasis ditegakkan dengan pemeriksaan feses pasien dimana dijumpai telur cacing askaris. Setiap satu ekor cacing askaris mampu memproduksi jumlah telur yang banyak, sehingga biasanya pada pemeriksaan pertama bisa langsung ditemui.
Saat cacing bermigrasi masuk ke paru biasanya berhubungan dengan eosinophilia dan ditemui gambaran infitrat pada foto dada. Bahkan pada kasus obstruksi tidak jarang diperlukan foto polos abdomen, USG atau pemeriksaan lainnya.
 Diagnosis askariasis ditegakkan dengan menemukan Ascaris dewasa atau telur Ascaris pada pemeriksaan tinja.

G.    PENATALAKSANAAN
Obat-obat untuk infestasi cacing :
Jenis infeksi
Obat
Dosis
Askaris
ü  Pirantel pamoat

ü  Mebendazol
ü  Piperazin sitrat

ü  Albendazol

ü  Nitazoksanid
ü  10 mg/kgBB, Maksimum 1g, dosis tunggal.
ü  2 x 100 mg, Selama 3 hari.
ü  25 mg/kgBB, Maksimum dosis pada dewasa 3,5 g.
ü  400 mg, dosis tunggal. Pada infeksi berat dapat di berikan 2-3 hari.
ü  2 x 500 mg untuk dewasa.

H.    KOMPLIKASI
Selama larva sedang bermigrasi dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergi yang berat dan pneumonitis, dan bahkan dapat menyebabkan timbulnya pneumonia.


BAB III
TINJAUAN KASUS

              I.     PENGKAJIAN
a.    Identitas Pasien
Nama pasien           : Ny.” S “
Jenis kelamin          : Perempuan
Umur                      : 23 Tahun   
Alamat                    : Lhok Dalam
Agama                    : islam
Pekerjaa                  : Swasta

b.    Riwayat Kesehatan
1.    Keluhan Utama
Saat MRS          : Demam, diare, disertai muntah
Saat pengkajian  : Klien mengatakan bahwa badannya terasa lemas, demam, disertai muntah.
2.    Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakatan badannya panas 2 hari yang lalu, BAB 5x/hari warna kuning kehijauan bercampur lendir, dan disertai dengan muntah 2x/hari, lalu dibawa ke Balai Pengobatan AS SYIFA Desa Waru Kulon Pucuk Lamongan.
3.    Riwayat Penyakit Dahulu
   Ibu mengatakan bahwa dahulu pernah sakit Diare 8x/hari tiap 1-2 jam sekali warna kuning, disertai muntah, badan panas dan tidak mau makan.
4.    Riwayat Penyakit Keluarga
   Ibu mengatakan dalam anggota keluarga ada yang perna mengalami sakit diare seperti yang di alami klien.
5.    Riwayat Sosial
Ibu mengatakan bahwa tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya dan ingin sekali cepat sembuh dan pulang kerumah.

           II.     Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum               : klien lemah, panas, muntah dan diare
Kesadaran                       : composmentis
TTV                                 : Tensi 80/50 mmHg, Nadi 112x/mnt, suhu 390 C,RR 22x/mnt
Pemeriksaan Head to toe
a.    Kepala        : Bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak ada benjolan,kulit kepala bersih.
b.    Mata           : Simetris, tidak ada sekret, konjungtiva merah muda, sklera putih, mata cowong.
c.    Mulut          : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, lidah bersih.
d.   Hidung       : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip.
e.    Telinga        : Simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih, tidak ad serumen.
f.     Leher          : Tidak ada pembesaran kenjar tyroid, limphe, tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada kaku kuduk.
g.    Dada
Inspeksi      : dada simetris, bentuk bulat datar, pergerakan dinding dada simetris, tidak ada retraksi otot bantu pernapasan.
Palpasi        : Tidak ada benjolan mencurigakan
Perkusi        : paru-paru sonor, jantung dullness
Auskultasi  : Irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
h.    Perut
Inspeksi      : simetris
Auskultasi  : Peristaltik meningkat 40x/mnt
Palpasi        : Turgor kulit tidak langsung kembali dalam 1 detik
Perkusi       : Hipertimpan,perut kembung
i.      Punggung  : Tidak ada kelainan tulang belakang (kyfosis, lordosis, skoliosis) tidak ada nyeri gerak.
j.      Genetalia   : jenis kelamin perempuan, tidak odem, tidak ada kelainan, kulit perineal kemerahan
k.    Anus           : Tidak ada benjolan mencurigakan,kulit daerah anus kemerahan.
l.      Ekstremitas : Lengan kiri terpasang infus, kedua kaki bergerak bebas, tidak ada odem.

        III.     Therapy 
1.    Infus RL 15 tpm (750 cc) : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
2.    Injeksi Novalgin 3x1 amp (metampiron 500 mg/ml) : Golongan Analgesik
3.    Injeksi Ulsikur 3x1 amp (simetidina 200mg/ 2ml) : Antasida dan Ulkus
4.    Injeksi Cefotaxime 3x1 amp (sefotaksim 500mg/ml) : Antibiotik.

        IV.     ANALISA DATA
          Data
Masalah keperawatan
Etiologi
DS : klien mengatan berak kuning kehijauan bercampur lendir
DO : Turgor kulit menurun, mulut kering, malas makan
Gangguan keseimbangan cairan
Output yang berlebihan
DS : Pasien mengatakan bahwa mengalami perut kembung
DO : setelah dilakukan perkusi diketahui klien distensi, klien tampak menahan kesakitan.
Peristaltik : 40x/ menit
Skala nyeri :
P : sebelum dan sesudah BAB
Q : nyeri seperti teremas
R : pada regio epigastrium
S : skala nyeri 5
T : sering
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
Hiperperistaltik
DS : klien mengatakan bahwa klien BAB berkali-kali
DO :klien tampak lemas, mata cowong.
Gangguan pola eliminasi BAB
Infeksi bakteri

           V.     INTERVENSI
No.
Dx
Tujuan dan KH
Intervensi
Rasional
1
Setelah Dilakukan Tindakan Keperawatan 2x24 Jam dengan Tujuan : volume cairan dan elektrolit dalam tubuh seimbang (kurangnya cairan dan elektrolit terpenuhi)
Dengan KH :
-          Turgor kulit cepat kembali.
-          Mata kembali normal
-          Membran mukosa basah
-          Intake output seimbang
1.        pantau tanda kekurangan cairan
2.        observasi/catat hasil intake output cairan
3.        anjurkan klien untuk banyak minum
4.        jelaskan pada ibu tanda kekurangan cairan
5.        berikan terapi sesuai advis :
-          Infus RL 15 tpm
1.      Menentukan intervensi selanjutnya
2.      Mengetahui keseimbangan cairan
3.      Mengurangi kehilangan cairan
4.      Meningkatkan partisipasi dalam perawatan
5.      mengganti cairan yang keluar dan mengatasi diare
















        VI.     EVALUASI KEPERAWATAN
No.
Dx
Hari/tgl
Catatan Perkembangan
TTD
1.





2.






3.
Selasa 10/5/2011























S : Kien mengatakan bahwa masih merasa lemas
O : -    Klien masih tampak lemas
-          Aktifitas klien masih dibantu keluarganya
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1-4 dilanjutkan

S : Klien mengatakan bahwa perutnya masih tersa sakit
O : -    Kien tampak menyeringai kesaklitan
-          Klien terus memegangi perutnya
-          Skala nyeri 3
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1,3,4,5 dan 6 dilanjutkan

S  : klien mengatakan bahwa klien BAB berkali-kali,sudah mulai berkurang 2x/hari, masih merasa mual tapi tidak sampai muntah.
O : - klien BAB 2x/hari
       - Turgor kulit kembali < 1 detik
       - Mata tidak cowong
       - Klien merasa mual sehingga tidak menghabiskan porsi  makannya
       - Klien tidak muntah
A : Masalah gangguan pola eliminasi BAB teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi 1-4  dilanjutkan
-          Kaji intak output cairan setiap 8 jam
-          Pantau tanda-tanda dehidrasi







BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Penyakit askariasis ini di sebabkan oleh investasi cacing askaris lumbricoides atau cacing gelang. Cacing ini berbentuk bulat besar dan hidup dalam usus manusia. Cacing ini terutam tumbuh dan berkembang pada penduduk di daerah yang beriklim panas dan lembab dengan sanitasi yang buruk. Di indonesia prevalensi askariasis tinggi terutama pada anak. Kurangnya pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar rumah. Cacing betina akan mengeluarkan telur yang kemudian akan menjadi matang dan invektif, dengan tumbuhnya larva pada telurnya di dalam waktu 2-3 minggu.
Infeksi pada manusia terjadi karna larva cacing ini mengkontaminasi makanan dan minuman. Di dalam usus halus larva cacing akan keluar menembus dinding usus dan kemudian menuju pembuluh darah dan limpe menuju paru. Setelah itu larva cacing ini akan bermigrassi ke bronkus, faring dan kemudian turun ke esofagus dan usus halus. Lama perjalanan sampai menjadi bentuk cacing dewasa 60-75 hari, panjang cacing dewasa 20-40 cm dan hidup di dalam usus halus manusia untuk bertahun-tahun lamanya. Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur di perlukan waktu kurang lebih 2 bulan.

B.     SARAN
Dalam menyusun makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang.


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan, (terjemahan) Edisi 8, EGC, Jakarta.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., Parasitologi Kedokteran (terjemahan), EGC, Jakarta.
Garcia, L.S., Bruchner, D.A., 1996, Diagnostik Parasitologi Kedokteran (terjemahan), EGC, Jakarta
Noer, S., 1996, buku ajar ilmu penyakit dalam, Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Price, S.A., Wilson, L.M., 1995, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, (terjemahan), Edisi 4, EGC, Jakarta.

Post a Comment for "Asuhan keperawatan askariasis"