Impul dan momentum
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebelum kita mengetahui latar belakang pembahasan
Impuls dan Momentum Linear maka terlebih dahulu kita pahami apa yang dimaksud
dengan Impuls dan Momentum Linear. Impuls adalah besaran vektor yang arahya
sejajar dengan arah gaya dan Menyebabkan perubahan momentum dan Momentum Linear
adalah momentum yang dimiliki benda-benda yang bergerak pada lintasan lurus
Pernahkah menyaksikan tabrakan antara dua kendaraan di
jalan. apa yang terjadi ketika dua kendaraan bertabrakan. kondisi mobil atau
sepeda motor mungkin hancur berantakan. Kalau kita tinjau dari ilmu fisika,
fatal atau tidaknya tabrakan antara kedua kendaraan ditentukan oleh momentum kendaraan
tersebut. Dalam ilmu fisika terdapat dua jenis momentum yakni momentum
linear dan momentum sudut. Kadang-kadang momentum
linear disingkat momentum
Penjelasan di atas merupakan contoh dari kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan Impuls dan momentum linear, dengan Hukum
Newton II yang diturunkan menjadi impuls dan momentum linear, tumbukan, pusat
massa yang akan dijelaskan dalam makalah ini serta pembahasan yang bersangkutan
dengan penjelasan Impuls dan
momentum
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Cara Kerja
Roket
1.
Isi botol dengan air sampai sepertiga dari volume botol.
(Untuk gaya dorong maksimum). Air digunakan sebagai medium pendorong roket air (massa jenis air lebih
besar dari pada massa jenis udara).
Sesuai dengan hukum
Tekanan Hidrostatis: FA = ρ . g .
h
Semakin besar massa jenisnya (ρ) maka semakin besar gaya
dorong roket (FA). Na
2.
Katup roket air dipasang dengan badan roket air. Katup Roket
air memiliki luas penampang yang jauh lebih kecil dibandingkan mulut botol,
Sesuai dengan Hukum Pascal : Semakin kecil luas penampang (A1), semakin besar gaya dorong yang dihasilkannya (F2).
Sesuai dengan Hukum Pascal : Semakin kecil luas penampang (A1), semakin besar gaya dorong yang dihasilkannya (F2).
3.
Sudut peluncuran roket diatur sedemikian rupa (Untuk
menempuh jarak terjauh digunakan sudut 450 terhadap garis
horizontal).
Sesuai dengan rumus Gerak Vertikal
Ke atas lintasan parabola
4.
Dilakukan pemompaan,pemompaan bertujuan untuk memanfaatkan
volume, volume Berbanding terbalik dengan takanan. Semakin kecil volume
maka semakin besar tekanan. (semakin besar
frekuensi pemompaan atau semakin sering dipompa,maka semakin jauh
jarak Yang di tempuh roket ,namun
pemompaan yang berlebihan dapat merusak pompa itu sendiri dan Juga dapat
merusak roket).
Sesuai dengan Hukum Tekanan Hidrostatis:
P ≈ F (P berbanding
lurus dengan F)
Semakin besar tekanan, gaya
dorongnya juga akan semakin besar.
5.
Pada saat pemompaan dirasa cukup,lepaskan roket dan roket air dapat mengangkasa ke
udara.
Ketika roket dipompa air pada roket mendapatkan tekanan udara dari pompa ketika
sumbat sudah tidak dapat menahan tekanan udara dalam roket maka roket akan mengeluarkan gaya dorong air dari bawah roket. Akibat gaya
dorong roket ini maka roket akan meluncur ke atas. Hal ini sesuai dengan konsep
hukum Newton III ”jika setiap benda di berikan gaya aksi maka
benda tersebut memberikan gaya yang sama besar namun berlawanan arah
Kesimpulan
2. Pada dasarnya, sebuah roket dari
jenis apa pun memiliki cara kerja yang sama. yakni, memanfaatkan gaya
aksi-reaksi.
3. Bahan bakar yang berupa air
menciptakan gas panas yang terus mengembang sehingga menghasilkan tekanan
ke bawah dan mendorong roket untuk meluncur.
4. Agar roket dapat dipercepat keatas
maka gaya dorong harus lebih besar dari gaya eksternal.
5. Ketika roket dipompa air,roket mendapatkan tekanan udara dari pompa ketika
sumbat sudah tidak dapat menahan tekanan udara dalam roket maka roket akan mengeluarkan gaya dorong air dari bawah roket. Akibat gaya
dorong roket ini maka roket akan meluncur ke atas
B.
Aplikasi Konsep
Impuls dan Momentum Dalam Bela Diri Karate
Karateka
pemegang sabuk hitam sering mendemonstrasikan kekuatan dan keahlian mereka
dengan cara membelah dua tumpukan batu bata keras tanpa terluka sedikit pun.
Seorang ahli karate dari Jepang bahkan pernah mengalahkan seekor banteng dewasa
tanpa menggunakan senjata.
Menurut Michael Feld, seorang karateka sabuk
coklat yang juga memiliki gelar Ph.D di bidang fisika MIT (Massachusetts
Institute of Technology), demonstrasi karate tersebut sama sekali tidak
menggunakan tipuan semacam tipuan kamera dan komputer yang biasa dilakukan
dalam pembuatan film. Seluruh gerakan karate yang tampak ajaib sesungguhnya
hanya merupakan aplikasi prinsip-prinsip fisika. Gerakan karateka merupakan
paduan gerakan yang paling efisien sehingga hampir tidak dapat dimaksimalkan
lebih jauh lagi.
Rahasia
utama dalam gerakan bela diri ini adalah kecepatan gerakan serta ketepatan
fokus serangan (sasaran). Semua teknik dalam Karate ditujukan untuk
menghasilkan kecepatan dan kekuatan secara efisien. Sebelum memulai gerakan,
karateka terbiasa untuk mengambil napas yang dalam, yang kemudian dikeluarkan
lagi sambil berteriak keras "HAI-YAAA" saat melepaskan serangan.
Secara fisika, teriakan itu sebenarnya merupakan cara untuk melepaskan gaya
yang sangat besar yang dihasilkan oleh otot-otot diafragma (otot yang mengatur
gerakan paru-paru) yang berkontraksi sangat cepat. Dengan berteriak, gerakan
yang dilakukan menjadi lebih efisien, terutama dalam melakukan pukulan.
Pukulan-pukulan
yang dihasilkan oleh seorang pemula mencapai kecepatan 6 meter per detik, sedangkan
seorang karateka sabuk hitam dapat mengeluarkan pukulan dengan kecepatan 14
meter per detik (lebih cepat dari kecepatan pelari tercepat). Kecepatan gerakan
dan pukulan sangat penting dalam Karate.
Dalam
karate, Joe Louis yang dikenal sebagai “Greatest Karate Fighter of All
Time”, tahu bahwa besaran fisika yang sangat berperan adalah momentum.
Momentum suatu benda yang sedang bergerak sama dengan massa benda itu dikalikan
dengan kecepatannya. Benda yang bermassa lebih besar mempunyai momentum yang
lebih besar dibandingkan dengan benda yang bermassa lebih kecil. Oleh karena
itu pada pertandingan karate setiap karateka ditimbang berat badannya. Ini
bertujuan untuk mengelompokkan karateka pada klas yang sama berat badannya.
Apabila berat badannya sudah sama, tergantung lagi dari teknik dan kecepatan
serangan agar menghasilkan momentum yang besar.
Karateka memukul sasaran
Pada gambar seorang karateka sedang
memukul sasaran yang terbuat dari kayu. Ketika tangannya menghantam kayu
sasaran, ada momentum yang ditransfer dari tangan kepada sasaran. Besarnya gaya
yang dialami oleh kayu akibat pukulan ini sangat tergantung pada berapa besar
momentum yang ditransfer dan berapa lama waktu transfernya itu. Semakin besar
momentum yang ditransfer semakin besar gaya yang dialami kayu. Dan semakin
cepat waktu transfernya semakin besar pula gaya itu.
Karateka
pada gambar mula-mula berdiri dengan kepalan tangan menghadap ke atas. Kemudian
ia memberi momentum pada tangan dengan menggerakkannya ke depan. Agar momentum
tangannya lebih besar, badan karateka ikut mendorong (dorongan badan akan lebih
efektif jika selama proses ini kepalan tangan berputar seratus delapan puluh
derajat, sehingga sekarang kepalan tangan menghadap ke bawah). Selanjutnya
momentum yang besar ini ditransfer dalam waktu sekecil mungkin.
Dengan massa yang besar, kecepatan yang tinggi dan
waktu sentuh yang kecil terhadap objek, ini akan mengakibatkan gaya yang
diberikan semakin besar.
Agar waktu
transfernya sekecil mungkin, setelah mengenai sasaran, sang karateka segera
menarik kembali tangannya dengan cepat.
Untuk
memperoleh efek hantaman yang lebih besar lagi, tekanan yang diberikan oleh
tangan sang karateka harus lebih besar. Ini diperoleh dengan membuat permukaan
sentuh antara tangan dan sasaran sekecil mungkin. Dalam hal ini bagian yang
cocok untuk menghantam adalah tulang-tulang metacarpal (tulang antara jari dan
pergelangan tangan).
Momentum () merupakan besaran vektor, dengan
menepis berarti kita mengubah arah momentum. Jika seseorang memukul tepat lurus
di dada kita, maka kita akan merasakan dahsyatnya pukulan itu. Dalam karate
diajarkan cara untuk menepis sebuah pukulan dan tendangan agar pukulan itu
hanya menyerempet tubuh kita dan mengubah arah momentum dari kepalan tangan dan
kaki si pemukul menjauhi kita. Ini dilakukan dengan cara menepis lengan atau
kaki lawan kita menjauhi kita dengan menggunakan lengan kita. Bergantung pada
bentuk serangan lawan kita, kita dapat menepis sebuah serangan ke arah atas, ke
arah bawah, atau ke arah samping. Dengan cara ini, kita tetap terkena pukulan
dan tendangan lawan kita, namun kita hanya akan merasakan sebagian kecil dari
besarnya gaya oleh serangan lawan tersebut.
Jadi, semua
keajaiban Karate ternyata dapat dipelajari menggunakan prinsip-prinsip fisika.
Gerakan-gerakannya pun dapat ditingkatkan variasinya menggunakan berbagai
strategi yang meminjam konsep dan hukum fisika. Tidak ada tipuan maupun sihir
yang terlibat. Rahasianya hanya terletak pada perpaduan konsentrasi dan
kesiapan mental dan fisik serta pengetahuan fisika yang baik.
C.
Momentum Pesawat Luar Angkasa Di Luar Tanpa Bobot
Berpikir seperti ini tidak ada kelirunya. Namun, yang sering kita
memperkelirukan dalam persepsi kita bahwa ketiadaan gravitasi ini bisa terjadi.
Di sini adalah tidak gaya berat di dalam ruang.
Istilah “gravitasi nol” adalah kekeliruan yang paling umum. Gaya berat
di mana-mana, termasuk di ruang angkasa . Angkasawan lihat tanpa bobot sebab
mereka berada freefall yang bergerak melawan efek gravitasi ke arah bumi,
tinggal tinggi di awan (melayang) terjadi karena gerakan horisontal mereka.
Efek gaya berat berkurang terhadap jarak, tetapi tidak pernah sungguh-sungguh
pergi menjauh. Termasuk tentunya di ruang hampa udara. Di luar angkasa ada
bermacam-macam atom di luar sana, sekalipun hanya kadang-kadang jauh terpisah
dan gas tipis yang dapat menambah gaya berat secara keseluruhan.
Gaya gravitasi adalah tonggak-tonggak tak tampak yang berperan dalam
membuat benda angkasa berada pada garis edarnya.
Kalau kita melihat lebih jauh tentang gaya berat, khususnya yang
terjadi pada astronot yang sedang berada di dalam stasiun ruang angkasa atau
pesawat ulang-alik dimana mereka dapat melayang-layang di dalam ruangan maka
kita sering berpikir bahwa hal tersebut dikarenakan tidak adanya gravitasi di
ruang angkasa karena di sana hampa udara. Ada dua kesalahan konsep yang terjadi
di sini. Pertama adalah bahwa di ruang angkasa masih terdapat efek gravitasi
dari bumi. Contohnya jika seorang astronot berada pada ketinggian 400 km di
atas permukaan bumi, maka ia masih mengalami percepatan akibat tarikan
gravitasi bumi sebesar sekitar 8.7 m/s2. Memang, medan gravitasi
bumi akan semakin kecil dengan semakin jauhnya jarak benda dari pusat bumi,
namun tetap akan selalu ada gravitasi dimanapun.
Grafik besar percepatan gravitasi
terhadap ketinggian dari permukaan bumi
Kedua adalah anggapan bahwa tidak adanya gravitasi
dikarenakan tidak adanya udara (medium) di ruang angkasa, hal ini juga adalah
konsep yang keliru karena efek dari gaya gravitasi dapat bekerja pada benda
meskipun ruangan tempat benda tersebut berada tidak memiliki medium/hampa
(vakum).
Keadaan astronot di ruang angkasa tersebut sering kita
sebut sebagai keadaan tanpa bobot (weightlessness). Keadaan tanpa bobot ini
merupakan sebuah sensasi psikologis dimana tidak ada kaitannya dengan
kehilangan besar berat benda secara fisika. Besar gaya berat ditentukan oleh
dua hal yakni massa benda dan percepatan gravitasi tempat tersebut, dimana
kedua nilai tersebut bukanlah nol. Keadaan tanpa bobot ini sebenarnya terjadi
pada saat tidak ada gaya kontak dari luar yang menopang tubuh astronot, seperti
misalnya gaya normal dari lantai. Jadi dapat dikatakan bahwa pada keadaan tanpa
bobot ini, hanya terdapat gaya gravitasi akibat tarikan bumi saja.
Kitapun dalam pengalaman sehari-hari dapat menjumpai
keadaan yang sangat mendekati seperti keadaan tanpa bobot, misalkan pada saat
kita menaiki roller coaster dan merasa seperti melayang sejenak saat roller
coaster melewati puncak sebuah bukit. Bahkan, para astronot sebelum menjalankan
tugas di ruang angkasa, biasanya mereka akan dilatih di dalam pesawat khusus
yang membawa mereka terbang dan kemudian pada ketinggian tertentu “jatuh” untuk
mendapatkan keadaan tanpa bobot tersebut selama sekitar 25 detik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa momentum didefinisikan
sebagai hasil perkalian antara massa dengan kecepatannya, impuls didefinisikan
sebagai hasil kali gaya dengan selang waktu kerja gayanya.
Hukum kekekalan momentum suatu benda dapat diturunkan dari persamaan
hukum kekekalan energi mekanik suatu benda tersebut.
Apabila dua buah benda bertemu dengan kecepatan relatif maka benda tersebut akan bertumbukan dan
tumbukan dapat dibedakan menjadi dua yaitu lenting sempurna dan tak lenting.
Pada tumbukan lenting sempurna energi kinetik benda tidak ber kurang atau
berubah menjadi energi lain, pada tumbukan tak lenting energi kinetik benda
sebagian berubah menjadi energi lain seperti energi bunyi, energi panas, dll.
B.
Saran
Demikianlah
yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam makalah
ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan
kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah
ini Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik
saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca khusus pada penulis. Aamiin
DAFTAR
PUSTAKA
Edi
Wahyono, S.Si. 2008. Fisika Praktis SMA.
Yogyakarta : Pustaka Widyatama.
Imam
Zainuri, S.Pd. 2006. Fisika Lengkapsma.
Jakarta : Erlangga.
Marten
Kanginan. 2004. Fisika Untuk SMA. Jakarta
: Erlangga.
Muhamad
Gina Nugraha, S.Pd. Kartika Hajar Kirana, S.Pd. 2008. Belajar Mudah Fisika SMA. Bandung : Pustaka Setia.
Wilardjo,
Like Dan Murniah, Dad. 2000. Kamus Fisika.
Jakarta: Balai Pustaka.
Post a Comment for "Impul dan momentum"