Kanker darah
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jumlah
penderita penyakit kanker di Indonesia belum diketahui secara pasti, tetapi
peningkatan dari tahun ke tahun dapat dibuktikan sebagai salah satu penyebab
kematian. Hanya beberapa penyakit kanker yang dapat diobati secara memuaskan,
terutama jika diobati saat masih stadium dini. Keberhasilan pengobatan sangat
ditentukan oleh jenis kanker, stadium kanker, keadaan umum penderita, dan usaha
penderita untuk sembuh.
Kanker
bukanlah suatu penyakit yang ringan. Langkah awal dalam pengobatan penyakit
kanker adalah deteksi dengan benar bahwa gejala yang muncul pada tubuh pasien
adalah benar-benar sel kanker ganas. Deteksi ini bisa dilakukan dengan
pemeriksaan biopsy, sehingga langkah pengobatan bisa dilakukan secara cepat dan
tepat. Langkah berikutnya adalah terapi pengobatan dengan cara konvensional.
Namun pada kenyataannya pengobatan dengan cara ini sering kali kanker belum
bisa diatasi secara total. Disinilah peran tanaman obat/herbal.
Peran utama
herbal adalah meningkatkan daya tahan tubuh pasien dan melokalisir sel-sel
kaker sehingga sel-sel kanker tidak mudah menyebar, dan lebih mudah diangkat,
juga tidak bersifat toksik sehingga lebih aman untuk tubuh pasien. Contohnya
adalah tanaman obat dari ekstrak keladi tikus (Typhonium Flagelliforme). Dalam
penggunaannya, tanaman obat ini bisa dipakai bersamaan dengan pengobatan
konvensional (pembedahan, kemoterapi, radioterapi dan hormonterapi) atau
setelah pengobatan konvensional selesai dilakukan. Karena obat dari ekstrak
keladi tikus dapat membantu mengurangi efek pengobatan secara konvensional.
Penyakit
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan
tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak
terkendali, dan akan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan
sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan
menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang belakang. Dalam keadaan
normal, sel hanya akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel yang telah
mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker akan membelah terus meskipun tubuh tidak
memerlukannya, sehingga akan terjadi penumpukan sel baru yang disebut tumor
ganas. Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan normal, sehingga mengganggu
organ yang ditempatinya. Kanker dapat terjadi diberbagai jaringan dalam
berbagai organ di setiap tubuh, mulai dari kaki sampai kepala. Bila kanker
terjadi di bagian permukaan tubuh, akan mudah diketahui dan diobati. Namun bila
terjadi didalam tubuh, kanker itu akan sulit diketahui dan kadang – kadang
tidak memiliki gejala. Kalaupun timbul gejala, biasanya sudah stadium lanjut
sehingga sulit diobati.
Leukemia
(kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih
yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone
marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel
darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah
merah (berfungsi membawa oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel
darah yang membantu proses pembekuan darah).
Leukemia
umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum tulang tanpa
diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang
berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-reproduksi
ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri.
Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah
diharapkan be-reproduksi kembali.
Pada kasus
Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada tanda/signal
yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal)
akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau
darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat
mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti ini
(Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena penyakit
infeksi, anemia dan perdarahan.
B.
Rumusan Masalah
Dari penyusunan makalah ini, penulis
akan membahas rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa itu Leukimia ?
2.
Apa penyebab Leukimia?
3.
Apa ciri-ciri penderita Leukimia ?
4.
Bagaimana akibat dari penyakit
leukemia bagi penderita ?
5.
Bagaimana cara mengobati Leukimia?
C.
Tujuan
Dari
penyusunan makalah ini bertujuan untuk :
1.
Bisa mengetahui tentang apa yang
dimaksud dengan Leukimia
2.
Dapat mengetahui penyebab Leukimia.
3.
Dapat mengetahui akibat dari penyait
leukemia dagi penderitanya.
4.
Dapat memperoleh informasi mengenai
cara mengobati leukemia.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Leukimia (Kanker Darah)
Leukemia;
dalam bahasa Yunani leukos λευκός, “putih”; aima αίμα, “darah”), atau lebih
dikenal sebagai kanker darah merupakan penyakit dalam klasifikasi kanker
(istilah medis: neoplasma) pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh
perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk
darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid, umumnya terjadi pada leukosit (sel
darah putih). Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak
normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan
di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia memengaruhi hematopoiesis
atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita.
Kata
leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan banyak sel darah
putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel
yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini dapat
mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.
Pada tahun
2000, terdapat sekitar 256,000 anak dan dewasa di seluruh dunia menderita
penyakit sejenis leukemia, dan 209,000 orang diantaranya meninggal karena
penyakit tersebut, Hampir 90% dari semua penderita yang terdiagnosa adalah
dewasa.
Menurut Ahmad Ramadi (1998) leukemia merupakan penyakit ganas, progresif pada organ-organ pembentukan darah yang ditandai dengan proliferasi dan perkembangan leukosit serta pendahulunya secara abnormal di dalam darah dan sumsum tulang belakang. Proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang tidak abnormal, jumlahnya berlebihan, dapat, menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian (Mansjoer, 1999).
Menurut Ahmad Ramadi (1998) leukemia merupakan penyakit ganas, progresif pada organ-organ pembentukan darah yang ditandai dengan proliferasi dan perkembangan leukosit serta pendahulunya secara abnormal di dalam darah dan sumsum tulang belakang. Proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang tidak abnormal, jumlahnya berlebihan, dapat, menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian (Mansjoer, 1999).
Menurut
jenisnya, leukemia dapat dibagi atas leukemia mieloid dan limfoid.
Masing-masing ada yang akut dan kronik. Secara garis besar , pembagian leukemia
adalah sebagai berikut yaitu :
a.
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)
Merupakan kanker yang paling sering menyerang
anak-anak dibawah umur 15 tahun, dengan puncak insidensi antara umur 3 sampai 4
tahun. Manifestasi dari LLA adalah berupa proliferasi limpoblas abnormal dalam
sum-sum tulang dan tempat-tempat ekstramedular. Paling sering terjadi pada
laiki – laki dibandingkan perempuan, LLA jarang terjadi (Smeltzer dan Bare,
2001).Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal menghasilkan
sel darah merah dalam jumlah yang memadai, yaitu berupa: lemah dan sesak nafas,
karena anemia (sel darah merah terlalu sedikit) infeksi dan demam karena,
berkurangnya jumlah sel darah putih perdarahan, karena jumlah trombosit yang
terlalu sedikit.
Manifestasi klinis :
·
MHematopoesis normal terhambat
·
Penurunan jumlah leukosit
·
Penurunan sel darah merah
·
Penurunan trombosit
b. Leukeumia
Limfositik Kronik (LLK)
Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan
adanya sejumlah besar limfosit (salah satu jenis sel darah putih) matang yang
bersifat ganas dan pembesaran kelenjar getah bening. Lebih dari 3/4 penderita
berumur lebih dari 60 tahun, dan 2-3 kali lebih sering menyerang pria. Pada
awalnya penambahan jumlah limfosit matang yang ganas terjadi di kelenjar getah
bening. Kemudian menyebar ke hati dan limpa, dan kedua nya mulai membesar.
Masuknya limfosit ini ke dalam sumsum tulang akan menggeser sel-sel yang
normal, sehingga terjadi anemia dan penurunan jumlah sel darah putih dan
trombosit di dalam darah. Kadar dan aktivitas antibodi (protein untuk melawan
infeksi) juga berkurang. Sistem kekebalan yang biasanya melindungi tubuh
terhadap serangan dari luar, seringkali menjadi salah arah dan menghancurkan
jaringan tubuh yang normal.
Manifestasi
klinis :
·
Adanya anemia
·
Pembesaran nodus limfa
·
Pembesaran organ abdomen
·
Jumlah eritrosi dan trombosit
mungkin normal atau menurun
Terjadi penurunan jumlah limfosit (limfositopenia)
Leukemia Mieloid Leukemia Mielositik akut (LMA) Menurut Smeltzer dan Bare
(2001), Leukemia akut ini mengenai sel stem hematopoetik yang kelak
berdiferensiasi ke sua sel mieloid;monosit, granulosit, eritrosit, dan
trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena , insidensi meningkat sesuai
dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering
terjadi.
Gambaran klinis LMA, antara lain yaitu ;terdapat
peningkatan leukosit, pembesaran pada limfe, rasa lelah, pucat, nafsu makan
menurun, anemia, ptekie, perdarahan, nyeri tulang, Infeksi Leukemia Mielogenus
Kronik (LMK)
Leukemia Mielositik (mieloid, mielogenous, granulositik,
LMK) adalah suatu penyakit dimana sebuah sel di dalam sumsum tulang berubah
menjadi ganas dan menghasilkan sejumlah besar granulosit (salah satu jenis sel
darah putih) yang abnormal
Dimasukkan kedalam keganasan sel stem mieloid. Namun
lebih banyak terdapat sel normal dibaniding dalam bentuk akut, sehingga
penyakit ini lebih ringan, jarang menyerang individu di bawah umur 20 tahun,
namun insidensinya meningkat sesuai pertambahan umur.
Gambaran klinis LMK mirip dengan LMA, tetapi gejalanya
lebih ringan yaitu; Pada stadium awal, LMK bisa tidak menimbulkan gejala.
Tetapi beberapa penderita bisa mengalami: kelelahan dan kelemahan, kehilangan
nafsu makan, penurunan berat badan, demam atau berkeringat dimalam hari,
perasaan penuh di perutnya (karena pembesaran limpa) (Smeltzer dan Bare, 2001).
B.
Etiologi Penyakit Leukemia (Kanker
Darah)
Menurut
Smeltzer dan Bare (2001) meskipun penyebab leukemia tidak diketahui,
presdiposisi genetik maupun faktor-faktor lingkungan kelihatannya memainkan
peranan. Faktor lingkungan berupa paparan radiasi pergion dosis tinggi disertai
manifestasi leukemia yang timbul bertahun-tahun kemudian. Zat-zat kimia
(misalnya benzen, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen
antineoplastil) dikaitkan dengan frkuensi yang meningkat khususnya agen-agen
alkil.
Leukemia
biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis
leukemia tidak diketahui. Virus menyebabkan beberapa leukemia pada binatang
(misalnya kucing). Virus HTLV-I (human T-cell lymphotropic virus type I), yang
menyerupai virus penyebab AIDS, diduga merupakan penyebab jenis leukemia yang
jarang terjadi pada manusia, yaitu leukemia sel-T dewasa.Pemaparan terhadap
penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian
obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki
kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga
lebih peka terhadap leukemia.
C.
Penyebab Penyakit Leukemia (Kanker
Darah)
Sampai saat
ini penyebab penyakit kanker darah belum diketahui secara pasti, akan tetapi
ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya kanker darah.
·
Radiasi. Hal ini ditunjang dengan
beberapa laporan dari beberapa riset yang menangani kasus kanker darah
(Leukemia) bahwa Para pegawai radiologi lebih sering menderita kanker darah
(leukemia), Penderita dengan radioterapi lebih sering menderita kanker darah
(leukemia), Kanker darah (Leukemia) ditemukan pada korban hidup kejadian bom
atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.
·
Leukemogenik. Beberapa zat kimia
dilaporkan telah diidentifikasi dapat mempengaruhi frekuensi kanker darah
(leukemia), misalnya racun lingkungan seperti benzena, bahan kimia inustri
seperti insektisida, obat-obatan yang digunakan untuk kemoterapi.
·
Herediter. Penderita Down Syndrom
memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang normal.
·
Virus. Beberapa jenis virus dapat
menyebabkan kanker darah (leukemia), seperti retrovirus, virus leukemia feline,
HTLV-1 pada dewasa.
D.
Ciri-ciri penderita Leukimia
Gejala
Kanker Darah (Leukemia) yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita,
namun demikian secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
·
Anemia. Penderita akan cepat lelah,
pucat, dan bernapas cepat (sel darah merah di bawah normal menyebabkan oksigen
dalam tubuh kurang, akibatnya penderita bernapas cepat sebagai kompensasi
pemenuhan kekurangan oksigen dalam tubuh).
·
Perdarahan. Ketika Platelet (sel
pembeku darah) tidak terproduksi dengan baik karena didominasi oleh sel darah
putih, maka penderita kanker darah akan mengalami perdarahan di jaringan kulit
(banyaknya jentik merah lebar/kecil di jaringan kulit).
·
Terserang Infeksi. Sel darah putih
berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan penyakit infeksi.
Pada Penderita Kanker Darah (Leukemia), sel darah putih yang terbentuk tidak
normal (abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si
penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan
menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari hidung (ingus) dan
batuk.
·
Nyeri Tulang dan Persendian. Hal ini
disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow) mendesak padat oleh
sel darah putih.
·
Nyeri Perut. Nyeri perut juga
merupakan salah satu indikasi gejala kanker darah (leukemia), dimana sel
leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati, dan empedu, yang menyebabkan
pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbullah nyeri. Nyeri perut ini
dapat berdampak hilangnya nafsu makan penderita kanker darah (leukemia).
·
Pembengkakan Kelenjar Limpa.
Penderita kanker darah kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar
limpa, baik itu yang di bawah lengan, leher, dada, dan lainnya. Kelenjar limpa
bertugas menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul di sini dan menyebabkan
pembengkakan.
·
Kesulitan Bernapas (Dyspnea).
Penderita kanker darah mungkin menampakkan gejala kesulitan bernapas dan nyeri
dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis.
E.
Akibat Penyakit Leukemia (Kanker
Darah)
Leukemia
umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum tulang tanpa
diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang
berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-reproduksi
ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri.
Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah
diharapkan be-reproduksi kembali.
Pada kasus
Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada tanda/signal
yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal)
akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau
darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat
mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti ini
(Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena penyakit
infeksi, anemia dan perdarahan.
Beberapa
factor yang muncul akibat terkenanya penyakit kanker darah adalah:
·
Faktor Resiko Hormonal, Hormon
estrogen dapat berfungsi sebagai promotor bagi kanker tertentu, misalnya kanker
payudara dan kanker endometrium. Wanita yang memiliki menstruasi memiliki kadar
estrogen yang tinggi, maka resiko terbentuknya kanker payudara meningkat pada
wanita yang mengalami menstruasi dini dan mencapai menopause lambat. Terlambat
mengandung atau tidak memiliki anak dapat meningkatkan resiko kanker payudara.
·
Faktor Kejiwaan atau Emosi Psikis,
Gangguan yang terjadi pada emosi dapat menyebabkan atau memperberat kanker
seperti stress, dendam, kebencian yang mendalam,atau sakit hati (kepedihan).
Peranan faktor kejiwaan pada kanker dapat melalui beberapa cara, diantaranya:
stress atau dendam yang mempengaruhi perkembangan sel menjadi liar dan efek
yang melemahkan sistem kekebalan tubuh sel T sehingga tidak mampu melenyapkan
sel kanker yang terbentuk.
Beberapa
faktor yang bersifat Protektif terhadap pembentukan kanker salah satunya Hormon
progesteron bersifat protektif terhadap kanker yaitu dengan menghambat efek
stimulasi estrogen. Hormon progesteron meningkat pada saat kehamilan dan saat
menyusui pada wanita oleh karena itu, wanita yang menyusui selama paling
sedikit 6 bulan berturut – turut, wanita yang hamil beberapa kali, akan
mengurangi resiko terkena kanker payudara.
F.
KOMPLIKASI
YANG TERLIBAT DALAM LEUKIMIA KRONIK
1.
Pembengkakan nodus limpa di leher,
ketiak,perut,atau kemaluan.
2.
Rasa sakit yang teruk terutamanya di
bawah sternum.
3.
Rasa letihan dan lesuan
4.
Kehilang berat tanpa sebab tertentu.
5.
Demam
6.
Menerima lebam dengan senang.
7.
Rasa sakit pada tulang.
8.
Kadar pernafasan rendah( shortness
of breath).
9.
Kehilangan daya untuk makan.(loss of
diet).
10. Dalam
kes-kes yang teruk akan menyebabkan kematian.
11. Petechiae(pembentukan
bintik-bintik merah dan kadang kala berbentuk tajam di bawah permukaan kulit
yang disebabkan oleh pendarahan)
G.
PENCEGAHAN
LEUKIMIA
Melakukan
deteksi dini kanker untuk pencegahan. ''Pencegahannya dengan mengonsumsi
vitamin A dan C, buah maupun sayuran yang kaya akan serat.'' Untuk pemeriksaan Diagnosis penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa
cara, dianatanya adalah dengan:
1.
Pemeriksaan
morfologi: darah tepi, aspirasi sumsum tulang, biopsi sumsum tulang
2.
Pewarnaan
Sitokimia
3.
Immunofenotipe
4.
Sitogenetika
5.
Diagnostic
Seluler
H.
Sasaran dan Strategi Pengobatan
Pengobatan leukemia tergantung dari berbagai macam faktor, salah satu
diantaranya pengobatan leukemia berdasarkan jenis leukemianya, ada beberapa
pilihan terapi untuk leukemia yaitu: kemoterapi, radioterapi, Transplantasi sumsum tulang, Pemberian obat-obatan tablet dan suntik, dan Transfusi sel darah merah
atau platelet.
1. Kemoterapi
Pengobatan
umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase yang digunakan untuk
semua orang.
a.
Tahap 1
(terapi induksi)
Tujuan dari
tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar sel-sel leukemia
di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan
perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat menghancurkan banyak sel
darah normal dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan
memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison dan
asparaginase.
b.
Tahap 2
(terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi
komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang bertujuan untuk
mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya
sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.
c.
Tahap 3 (
profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan
untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan yang digunakan dalam tahap ini
sering diberikan pada dosis yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat
kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi,
untuk mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat
d.
Tahap 4
(pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan
untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3
tahun. Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis.
Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh.
Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami
harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang
diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.
2.
Radioterapi
Radioterapi
menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Sinar
berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh
tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau
partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara
ini dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan
kelenjar getah bening setempat.
3.
Transplantasi
Sumsum Tulang
Transplantasi
sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak dengan sumsum
tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi
kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga
berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.49 Pada
penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani
transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human
Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai. Pada penderita LMA
transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon
terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan
respon terhadap pengobatan.
4.
Terapi
Suportif
Terapi
suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit
leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita
leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan
dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.
I.
Penatalaksanaan
Penderita leukemia memiliki
banyak pilihan pengobatan. Pilihannya adalah menanti sambil waspada (watchful waiting),
kemoterapi, targeted terapi, terapi biologi, terapi radiasi, dan transplantasi
sel induk. Jika pankreas Anda membengkak, dokter mungkin menyarankan operasi
pengangkatan limpa/pankreas. Terkadang kombinasi perawatan ini digunakan. Pilihan
pengobatan tergantung terutama pada 3 aspek, yaitu: jenis leukemia, usia Anda
dan apakah sel-sel leukemia ditemukan dalam cairan cerebrospinal Anda. Dokter
Anda juga mempertimbangkan gejala dan kesehatan umum.
1.
Pengobatan
Leukemia Akut
Orang dengan
leukemia akut perlu segera dirawat. Tujuan pengobatan adalah untuk
menghancurkan tanda-tanda leukemia dalam tubuh dan menghilangkan gejalanya. Ini
disebut masa remisi. Setelah orang mengalami remisi, terapi lebih mungkin
diberikan untuk mencegah kekambuhan. Jenis terapi ini disebut terapi
konsolidasi atau terapi pemeliharaan. Banyak orang dengan leukemia akut dapat
disembuhkan.
Pengobatan
awal AML biasanya dimulai dengan kemoterapi induksi, dengan menggunakan
kombinasi obat-obatan seperti daunorubisin (DNR), sitarabin (ara-C),
idarubicin, thioguanine, etoposide, atau mitoxantrone.
Untuk mengurangi efek samping pengobatan diatas, yang biasanya berbentuk
penurunan jumlah sel darah tertentu, maka dokter dapat memberikan terapi-terapi
lanjutan melalui antibiotic oral (misalnya, ofloxacin, rifampisin), injeksi
dengan G-CSF (granulocyte-colony stimulating factor), ataupun transfusi sel
darah merah dan trombosit/platelet.
Jika sel
kanker resistan/kambuh lagi, maka biasanya diberikan antara lain:
·
Kemoterapi
induksi konvensional
·
Ara-C(HDAC)
dosis tinggi, dengan/tanpa obat-obatan lain
·
Etoposide
atau agen kemoterapi tunggal lainnya.
2.
Pengobatan
Leukemia Kronis
Jika Anda
memiliki leukemia kronis tanpa gejala, Anda mungkin tidak perlu segera dirawat.
Dokter Anda akan melihat kesehatan Anda dengan cermat sehingga perawatan dapat
dijalankan saat Anda mulai mengalami gejala. Hal ini disebut watchful waiting
(menanti sambil waspada).
Ketika
pengobatan untuk leukemia kronis diperlukan, sering kali penyakit ini dan
gejalanya dapat terkontrol. Orang mungkin menerima terapi pemeliharaan untuk
membantu agar kankernya tetap dalam remisi, tetapi jarang leukemia kronis dapat
disembuhkan dengan kemoterapi. Namun, transplantasi sel induk dapat menjadi
pilihan bagi beberapa orang dengan leukemia kronis untuk sembuh. Minta Dokter
untuk menjelaskan opsi pengobatan yang ada, hasil yang diharapkan, dan serta
kemungkinan efek samping bagi.
·
Kemoterapi
Kebanyakan
orang dengan leukemia menjalani kemoterapi, untuk membunuh sel-sel leukemia.
Tergantung pada jenis leukemianya, ia dapat menerima obat tunggal atau
kombinasi dari dua atau lebih obat-obatan. Kemoterapi dapat diberikan dalam
beberapa cara berbeda, yang meliputi:
a.
Melalui
mulut
b.
Melalui
suntikan ke dalam pembuluh darah
c.
Melalui
kateter
d.
Injeksi
langsung ke cairan cerebrospinal
e.
Injeksi ke
dalam tulang belakang atau reservoir Ommaya
Akan tetapi seperti sudah diketahui secara umum, pengobatan leukemia
dengan jalan kemoterapi seringkali menjadi pilihan yang sebenarnya tidak
diinginkan oleh kebanyakan pasien. Efek samping yang ditimbulkan pasca
kemoterapi malah menjadi beban penderitaan yang lain bagi si pasien.
·
Radioterapi
Radioterapi
menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Orang-orang
mendapatkan radioterapi di rumah sakit ataupun klinik. Beberapa orang menerima
radiasi dari sebuah mesin besar yang ditujukan ke pankreas, otak, atau bagian
lain dari tubuh di mana sel-sel leukemia menumpuk. Jenis terapi ada yang
berlangsung selama 5 hari/minggu selama beberapa minggu. Orang lain mungkin
menerima radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh. Radiasi biasanya diberikan
sekali atau dua kali sehari selama beberapa hari, biasanya sebelum
transplantasi sel induk.
Efek samping
dari terapi radiasi tergantung terutama pada dosis radiasi dan bagian tubuh
yang terpapar. Sebagai contoh, radiasi untuk perut Anda dapat menyebabkan mual,
muntah, dan diare. Selain itu, kulit Anda di daerah yang sedang diobati bisa
menjadi merah, kering, dan lunak. Anda juga dapat kehilangan rambut di daerah
yang terpapar.
Anda mungkin
akan sangat lelah selama radioterapi, terutama beberapa minggu setelah
pengobatan. Istirahat sangat penting, tetapi dokter biasanya menyarankan pasien
untuk mencoba sedapat mungkin tetap aktif.
·
Transplantasi
Sel Induk
Beberapa
orang dengan leukemia menerima transplantasi sel induk. Transplantasi sel induk
memungkinkan Anda untuk mendapat kemoterapi, radiasi atau keduanya untuk
menghancurkan sel-sel leukemianya. Setelah Anda menerima kemoterapi dosis
tinggi, terapi radiasi, atau keduanya, Anda akan menerima sel-sel induk yang
sehat melalui pembuluh darah besar. Sel darah baru berkembang dari sel induk
yang ditransplantasikan. Sel-sel darah baru menggantikan yang dihancurkan oleh
pengobatan.
Transplantasi
sel induk dilakukan di rumah sakit. Sel induk dapat berasal dari Anda, dari
kembar identik Anda ataupun dari seseorang yang menyumbangkan sel induk mereka
untuk Anda Sel induk berasal dari beberapa sumber: dari darah ataupun dari
sumsum tulang (transplantasi sumsum tulang). Sumber lain sel induk adalah darah
tali pusat. Darah tali pusat diambil dari bayi yang baru lahir dan disimpan
dalam freezer.
Setelah
transplantasi sel induk, Anda mungkin tinggal di rumah sakit selama beberapa
minggu atau bulan. Anda akan beresiko tinggi terkena infeksi dan perdarahan
karena dosis besar kemoterapi ataupun radiasi yang Anda terima. Dibutuhkan
waktu bagi sel-sel induk yang ditransplantasikan untuk mulai menghasilkan sel
darah yang sehat.
Masalah lain
dengan transplantasi sel induk adalah terjadinya penyakit graft-versus-host
(GVHD) dapat terjadi pada orang yang menerima menyumbangkan sel induk. Dalam
GVHD, sel-sel darah putih yang disumbangkan bereaksi terhadap jaringan normal
pasien. Paling sering, hati, kulit, atau saluran pencernaan terpengaruh. GVHD
bisa ringan atau sangat parah. Hal ini dapat terjadi setiap saat setelah
transplantasi, bahkan bertahun-tahun kemudian. Steroid atau obat lain dapat
membantu.
·
Terapi
Biologi : Interferon
Beberapa
orang dengan leukemia disarankan untuk menjalani terapi biologi. Terapi biologi
untuk leukemia adalah terapi dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh terhadap
penyakit. Salah satu jenis terapi biologi adalah zat yang disebut antibodi
monoklonal. Ini diberikan melalui infus intravena. Zat ini berikatan dengan
sel-sel leukemia. Salah satu jenis antibodi monoklonal membawa racun yang
membunuh sel-sel leukemia. Jenis lain membantu sistem kekebalan tubuh
menghancurkan sel-sel leukemia. Untuk beberapa orang dengan CML diberikan
terapi biologi dengan obat Interferon. Interferon adalah sekumpulan protein
yang dilepaskan oleh sel yang terinfeksi virus. Mereka membantu sel-sel normal
untuk membuat protein antivirus. Interferon juga membantu tubuh untuk
mengurangi proliferasi (pertumbuhan dan reproduksi) sel leukemia, sementara
memperkuat respons kekebalan tubuh.
Interferon-alfa
(INFA) adalah jenis interferon yang sering digunakan untuk mengobati leukemia.
INFA biasanya ditawarkan kepada pasien yang baru terdiagnosa, yang bukan
kandidat untuk transplantasi sel induk. Efek samping yang mungkin ditimbulkan
antara lain: demam, menggigil, nyeri otot dan tulang, sakit kepala, kelelahan,
mual, muntah, dan keluhan seperti flu ketika memulai pengobatan. Gejala seperti
itu biasanya berlangsung selama 1-2 minggu. Efek samping biasanya membaik
setelah terapi dengan INFA selesai.
·
Targeted
Terapi
Orang-orang
dengan CML dan ALL mungkin menerima obat yang disebut Targeted Terapi. Imatinib
(Gleevec) adalah targeted terapi pertama yang disetujui untuk CML. Dalam kasus
resistansi terhadap Imatinib, terutama pada kasus CML stadium lanjut,
obat-obatan seperti Tasigna (second generation Gleevec), AMN 107 ataupun
BMS-354825 menjanjikan harapan. Saat ini kecuali Tasigna, obat-obatan ini masih
dalam uji coba klinis.
Targeted
terapi menggunakan obat-obatan yang menghambat pertumbuhan sel-sel leukemia.
Misalnya, targeted terapi dapat menghalangi mekanisme protein abnormal yang merangsang
pertumbuhan sel-sel leukemia.
Efek samping
dari Targeted terapi, antara lain: pembengkakan, kembung, dan kenaikan berat
badan secara tiba-tiba. Targeted terapi juga dapat menyebabkan anemia, mual,
muntah, diare, kram otot, atau ruam. Diskusikan dengan dokter Anda bila
menemukan gejala efek samping.
·
Pengobatan
Terbaru Leukemia
Artikel
terbaru dari VOA (Tim Peneliti As Kembangkan Terapi Pengobatan Leukemia Dengan
Virus Aids Yang Dilumpuhkan) mengemukakan bahwa :
“Puluhan pasien kini menjalani
terapi percobaan, yang dikembangkan di Universitas Pennsylvania. Pengobatan
tersebut membuang jutaan sel T, sejenis sel darah putih, dari setiap pasien dan
memasukkan gen yang telah diprogram untuk membunuh sel-sel B, tipe sel
yang dapat menjadi ganas dalam leukemia. Para peneliti menggunakan virus
AIDS yang tidak menular, untuk memasukkan materi genetika ke dalam sel-sel T,
yang kemudian disuntikkan kembali ke tubuh pasien kanker, menyusul prosedur
kemoterapi. Sel-sel yang telah diubah secara genetika tadi menyerang protein
yang ada di permukaan sel-sel B, membunuh sel-sel tadi, dan merangsang
pembuatan lebih banyak sel-sel T yang sudah diubah. John Wagner, direktur
bagian pediatri dan transplantasi sumsum tulang di Universitas Minnesota,
memuji terapi baru mengobati kanker yang berbahaya ini. “Ini adalah strategi
baru sama sekali, lebih baik dari kemoterapi atau radiasi dan menggunakan
mekanisme yang rumit dalam membasmi leukemia yang sangat kebal obat,” kata John
Wagner. Walaupun pengobatan tadi amat efektif dalam melenyapkan penyakit pada
empat pasien, pengobatan itu hanya sebagian saja efektif pada dua pasien
lainnya, yang kambuh lagi setelah menjalani terapi. Dua pasien lainnya tidak
menunjukkan perubahan sama sekali. Walaupun terapi sel T yang baru dimodifikasi
itu merupakan perkembangan yang menggembirakan, menurut Wagner, terapi tadi
hanya menarget bagian kecil saja dari sel-sel kanker darah. Cara pengobatan
yang konvensional adalah dengan pencangkokan sumsum tulang, untuk menciptakan
sistem kekebalan baru yang sehat. “Transplantasi sumsum tulang dianggap bisa
mengatasi semua itu. Cara ini mujarab bagi sebagian pasien, tetapi saya akan
menerapkannya dengan menggabungkannya dengan terapi lain guna melihat apakah
saya dapat memperbaiki keadaan setelah melakukan pencangkokan melebihi apa yang
telah kita capai sampai saat ini,” papar Wagner.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kanker darah
(Leukemia) merupakan neoplasma ganas sel darah putih (Leukosit) yang ditandai
dengan bertambah banyaknya sel darah putih abnormal dalam aliran darah. Sel-sel
tersebut tersebut berinfiltrasi secara progresif ke dalam jaringan tubuh,
terutama pada sumsum tulang. Akibatnya, sumsum tulang rusak dan kehilangan
fungsinya untuk membuat sel darah merah dan sel darah putih normal serta
platelets (trombosit). Sebagai akibat kekurangan sel darah merah, maka akan
terjadi anemia. Jika kekurangan sel darah putih ini dapat mengakibatkan
penurunan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, kurangnya produksi platelets
dapat mengakibatkan perdarahan yang parah.
Leukemia adalah
suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi neoplasitik dari sel-sel
organ hemopoietik, yang terjadi sebagai akibat mutasi somatik sel bakal (stem
cell) yang akan membentuk suatu klon sel leukimia.
Penyakit
kanker darah (leukimia) menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak. Namun,
penanganan kanker pada anak di Indonesia masih lambat. Itulah sebabnya lebih
dari 60% anak penderita kanker yang ditangani secara medis sudah memasuki
stadium lanjut. Cara mencegah Penyakit Leukimia yaitu :
Melakukan
deteksi dini kanker untuk pencegahan. ''Pencegahannya dengan mengonsumsi
vitamin A dan C, buah maupun sayuran yang kaya akan serat.''
B. SARAN
Setelah anda
membaca makalah ini, semoga anda sadar dan menerima saran dari saya yaitu :
1.
Tidak merokok agar darah tidak rusak
dan terinfeksi.
2.
Bagi yang merasa dirinya sehat,
silahkan sekali-kali untuk memeriksakan dirinya ke Dokter agar lebih jelas/real
dari serangan penyakit Leukimia (Kanker Darah).
DAFTAR PUSTAKA
DA. Pratiwi, Sri maryati, Srikini, Suharno, dan
Bambang S. Penerbit : Erlangga 2006. Biologi untuk SMA Kelas XI.Jilid 2
Jakarta. Penerbit Erlangga.
Istamar Syamsuri, dkk.2006.Biologi untuk SMP Kelas
VIII. Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Simon, Sumanto, dr. Sp.PK. 2003. Neoplasma
Sistem Hematopoietik: Leukemia. Jakarta:Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya
Jakarta.
Post a Comment for "Kanker darah"