Manusia dan akhlak serta hubungannya dengan aqidah, syariah dan psikologis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia
bukanlah malaikat yang lepas dari kesalahan dan dosa, sanggup beribadah dan
bertasbih selamanya, namun manusia juga bukan syaitan yang senantiasa salah,
sesat dan menyesatkan, akan tetapi manusia adalah makhluk yang diberikan dan
dibekali oleh allah akal dan nafsu ditambah lagi dengan qalbu kesinambungan
akal dan nafsu disertai dengan hati yang bersih menjadikan manusia mendapatkan
derajat yang tinggi dari malaikat.
Kalau
kita tengok sejarah kebelakang sebelum islam itu datang, kita dapat temukan
refernsi-referensi tentang bejad dan tercelanya sifat para kaum-kaum jahiliyah
yang tidak mempunyai peradaban yang murni mereka hanya mengumbar nfsu belaka
tanpa mementingkan etika yang baik dan mulia. Ini semua adallah disebabkan oleh
tidak adanya aturan dalam hidup, oleh sebab itu Allah SWT mengutus seorang nabi
yang merupakan nabi dan rosul terakhir yang diutus hingga akhir zaman untuk
menyempurnakan akhlak dimuka bumi ini terkhusus bagi bangsa arab sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu manusia?
2. Bagaimana pengertian akhlak?
3. Bagaimana pengertian akhlak?
4. Bagaimana hubungan akhlak dengan aqidah,
syariah dan psikologis?
C.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia
Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa sebagai khalifah dibumi dengan dibekali akal pikiran untuk berkarya
dimuka bumi. Manusia memiliki perbedaan baik secara biologis maupun rohani.
Secara biologis umumnya manusia dibedakan secara fisik sedangkan secara rohani
manusia dibedakan berdasarkan kepercayaannya atau agama yang dianutnya. Kepada
manusia diberikan-Nya akal dan dipersiapkan untuk menerima bermacam-macam ilmu
pengetahuan dan kepandaian; sehingga dapat berkreasi (berdaya cipta) dan sanggup
menguasai alam dan binatang.
Awal interaksi sosial manusia, manusia
haruslah bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya agar manusia dapat
mengalami pembelajaran mengenai ruang lingkup sekelilingnya, sehingga
menyebabkan manusia mempunyai rasa ingin tahu dan mereka pun harus mempunyai
ilmu pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan. Karena dengan ilmu tersebut dapat
digunakan dalam kehidupannya yaitu untuk memilih mana yang baik dan mana yang
tidak baik, dan mana yang merupakan hak dan mana yang merupakan kewajiban.
Sehingga terbentuklah norma-norma dalam masyarakat. Manusia yang hidup dalam
bimbingan akhlak akan melahirkan suatu kesadaran untuk berprilaku yang sesuai
dengan tuntutan dan tuntunan Allah dan Rasulnya, serta akan mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat[1].
B.
Pengertian Akhlak
Secara bahasa (linguistic) kata ‘akhlak’ berasal dari bahasa Arab,
yaitu isimj mashdar (bentuk infinitive) dari kata akhlak, yukhliqu, ikjlakan,
yang berarti al sajiyah (perangai), al thabi,ah (kelakuan, tabi’at, watak
dasar), al ‘adat (kebiasaan, kelaziman, al maru’ah), peradaban yang baik, dan
al din (agama)
1.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang
2.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
3.
Bahwa perbuatan akhlak adalah
perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada
paksaan atau tekanan dari luar.
4.
Bahwa perbuatan akhlak adalah
perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya bikan main-main atau karena
bersandiwara.
5.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang dilakukan dengan ikhlas semata-mata karena Allah.
Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku
tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali
melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat
dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari
dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi
pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan
untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah
pencerminan dari akhlak.
Dalam Encyclopedia Brittanica,akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang
mempunyai arti sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian
nilai baik, buruk, seharusnya benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum
dan dapat diterapkan terhadap sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga sebagai
filsafat moral.
C.
Ciri-Ciri Akhlak
1.
Perbuatan itu sudah menjadi
kebiasaan sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2.
Perbuatan itu adalah dilakukan
tanpa didahului oleh pertimbangan.
3.
Perbuatan itu timbul dari dorongan
hati atau keinginan hati, bukan karena terpaksa.
4.
Perbuatan itu dilakukan dengan
sesungguhnya hati, bukan sekadar bercanda dan kajian ilmiah.
5.
Perbuatan itu dilakukan dengan
ikhlas ( untuk perbutan baik)
6.
Tidak merasa bersalah atau malu
setelah melakukannya, karena sudah menjadi kebiasaan sehari-sehari.
Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang
ingin dikatakan berakhlak.
1.
Perbuatan yang baik atau buruk.
2.
Kemampuan melakukan perbuatan.
3.
Kesadaran akan perbuatan itu
4.
Kondisi jiwa yang membuat
cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk
D.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
1. Manusia
Manusia adalah : makhluk ciptaan
Allah yang paling sempurna dan paling mulia, manusia diberi akal dan agama yang
membuat ia dapat tumbuh maju dan berkembang. Dasar yang diberikan Allah kepada
manusia tersebut sangat mempengaruhi akhlak manusia itu sendiri[2].
2. Instink (Naluri)
Instink adalah : suatu sifat yang
dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan kepada tujuan dengan berfikir
terlebih dahulu ke arah tersebut. Para ahli psikologi menyebutkan bermacam
jenis instink yang menjadi pendorong tingkah laku manusia diantaranya :
·
Naluri makan (nutritive instinct).
·
Naluri berjodoh (seksual instinct).
·
Naluri ke ibu bapakan (parental instinct).
·
Naluri berjuang.
·
Naluri ber-Tuhan.
3. Kebiasaan
Kebiasaan ialah : perbuatan atau
perilaku yang dikerjakan secara berulang-ulang, sehingga menjadi mudah
melakukannya.
4. Keturunan
Banyak sifat yang dipunyai suatu
individu menurun dari ibu atau bapaknya. Diantara sifat-sifat tersebut adalah :
·
Sifat-sifat jasmaniyah, seperti :
kekuatan dan kelemahan fisik.
·
Sifat-sifat rohani, seperti :
penakut, pemarah, kecerdasan dan lain sebagainya.
5. Lingkungan (Miliu)
Milieu artinya : sesuatu yang
melingkupi tubuh yang hidup, meliputi tanah dan udara. Dengan kata lain,
lingkungan adalah : sesuatu yang melingkupi manusia dalam arti yang
seluas-seluasnya.
6. ‘Azam (Kemauan yang Keras dan
Kehendak yang Kuat)
‘Azam merupakan modal dasar yang
harus dimiliki seseorang sebelum ia memiliki akhlak terpuji.
7. Suara Bathin (Dhamir)
Orang yang selalu mengikuti suara
hatinya, akan selamat dari perbuatan-perbuatan tercela).
8. Pendidikan
Pendidikan ditanamkan dengan
pengertian-pengertian dan ketika seseorang sudah dewasa, maka pendidikan
diberikan dalam bentuk penggugahan diri.
E. Hubungan Akhlak Dengan Aqidah,
Syariah dan Psikologis
§ Hubungan Akhlak Dengan Aqidah,
Syariah diantaranya:
1.
Aqidah yang baik merupakan pondasi
pertama lahirnya akhlak yang mulia.
2.
Seseorang yang memiliki aqidah yang
benar otomatis akan memiliki akhlak yang terpuji. Dengan kata lain aqidah yang
dimiliki seseorang akan dapat menjadi cerminan bagaimana akhlak atau budi
pekerti orang tersebut.
3.
Dari segi pembahasannya, ilmu tauhid
membahas masalah ketuhanan baik dari segi zat maupun perbuatannya. Ilmu Tauhid
akan mengarahkan perbuatan manusia kepada ke ikhlasan karena Allah semata, dan
keikhlasan merupakan salah satu akhlak yang mulia.
4.
Dari segi fungsinya, ilmu tauhid
menghendaki agar seseorang tidak hanya mengetahui dan mengjhafal materinya
saja, dengan kata lain ilmu tauhid tidak menginginkan Rukun Iman dan
dalil-dalil penguatnya hanya di hafal dan di ketahui oleh umat Islam saja.
Namun ilmu tauhid menghendaki yang lebih dari itu, Rukun Iman bukan hanya
dihafal, namun yang paling penting adalah bagaimana orang dapat
memanivestasikannya dalam kehidupan. Manivestasi dari Rukun Iman itu akan
terpancar lewat tingkah laku mulia.
5.
Hubungan ilmu tauhid dengan akhlak
juga dapat dilihat dari eratnya hubungan keimanan dengan amak shaleh yang
banyak terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah, bahkan iman seseorang
tidak akan sempurna bila tidak dibarengi oleh Amal Shaleh.
6.
Perbedaan lain antara Akhlak dengan
Aqidah adalah, kalau Aqidah berbicara tentang keyakinan hati terhadap Allah,
sedangkan Akhlak berbicara tentang tingkah laku yang baik kepada Allah dan
manusia[3].
Jadi ada
keharmonisan antara Hablum min Allah dan Ham bum min an Nas.
§ Hubungan Akhlak Dengan Syari’ah,
yaitu
Mengatur dan
menertibkan amal perbuatan manusia untuk keselamatan dan kebahagiaannya dunia
dan akhirat, walaupun terhadap beberapa perbedaan esensial dari keduanya yang
akan dijelaskan nanti.
Dari segi
ruang lingkupnya, akhlak lebih luas dari hukum, akhlak memerintahkan orang
untuk melakukan semua perbuatan baik dan bermanfaat dan melarang orang
melakukan perbuatan buruk dan berbahaya. Sedangkan hukum Islam tidak mengatur
semua perbuatan baik untuk melakukan dan semua hal yang jahat untuk ditinggalkan.
Bergaul baik dengan sesama tidak diatur oleh hukum, dan sifat-sifat jelek
seperti : jelek, hasad, dengki, ria dan lain sebagainya tidak diatur oleh
hukum.
§ Hubungan Akhlak Dengan Psikologi
Antara
Psikologi dengan Akhlak tidak dapat dipisahkan objek kajian psikologi adalah
jiwa manusia, dan itu juga menjadi objek awal kajian akhlak, karena akhlak
mengkaji bagaimana perbuatan manusia untuk menentukan baik buruk, benar atau
salahnya perbuatan tersebut.
Salah satu
cabang psikologi yang sangat erat kaitannya dengan akhlak adalah : psikologi
sosial, yang mengkaji individu dalam dalam berinteraksi dengan masyarakat dan
hubungan timbal balik antara individu dan masyarakat. Hal ini merupakan lahan
akhlak.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara bahasa (linguistic) kata ‘akhlak’ berasal dari bahasa Arab,
yaitu isimj mashdar (bentuk infinitive) dari kata akhlak, yukhliqu, ikjlakan,
yang berarti al sajiyah (perangai), al thabi,ah (kelakuan, tabi’at, watak
dasar), al ‘adat (kebiasaan, kelaziman, al maru’ah), peradaban yang baik, dan
al din (agama)
1.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang
2.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
3.
Bahwa perbuatan akhlak adalah
perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada
paksaan atau tekanan dari luar.
4.
Bahwa perbuatan akhlak adalah
perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya bikan main-main atau karena
bersandiwara.
5.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang dilakukan dengan ikhlas semata-mata karena Allah.
Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku
tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali
melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat
dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari
dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi
pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan
untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah
pencerminan dari akhlak.
B.
Saran
Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna
perbaikan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Tiswarni, M.Ag. 2007. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Penerbit Bina
Pratama.
Said, Usman. 2005. Ilmu Tasawuf. Medan : Naspar Djaja.
Ghazaly, Abd Rahman, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana, 2003.
Saleh, Husni M., Fiqh Munakahat, Surabaya : Dakwah Digital
Press, 2008
Post a Comment for "Manusia dan akhlak serta hubungannya dengan aqidah, syariah dan psikologis"