Konsep epidemiologi dalam praktik kebidanan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta
memulihkan kesehatan masyarakat perlu disediakan dan diselenggarakan Pelayanan
Kesehatan Masyarakat (Public Health Service) yang baik, oleh karena itu pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan harus sesuai
dengan kebutuhan (Health Needs) dari masyarakat, namun dalam praktek
sehari-hari ternyata tidaklah mudah untuk menyediakan dan menyelenggarakan
pelayanan kesehatan masyarakat yang maksimal.
Masalah pokok yang dihadapi adalah sulitnya merumuskan kebutuhan kesehatan
yang ada dalam masyarakat karena pola kehidupan masyarakat yang beraneka ragam
sehingga mengakibatkan kebutuhan kesehatan yang ditemukan juga beraneka ragam,
untuk mengatasinya telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa perumusan
kebutuhan kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan yang ada
di masyarakat. Hal ini kemudian dikaitkan dengan upaya untuk mengetahui
frekwensi, penyebaran dan faktor- factor yang mempengaruhi suatu masalah
kesehatan dalam masyarakat, maka tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus yang
disebut dengan epidemiologi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian epidemiologi
dalam layanan kebidanan?
2.
Apa tujuan epidemiologi dalam
layanan kebidanan?
3.
Bagaimana terjadinya masalah
kesehatan dalam pelayanan kebidanan?
4.
Bagaimana cara melaksanakan dan
mengelola surveilans sederhana penyakit dan komplikasi yang sering terjadi di
instansi pelayanan kesehatan dan komunitas?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui pengertian epidemiologi
dalam layanan kebidanan.
2.
Mengetahui tujuan epidemiologi
dalam layanan kebidanan.
3.
Mengetahui terjadinya masalah
kesehatan dalam pelayanan kebidanan.
4.
Mengetahui cara melaksanakan
dan mengelola surveilans sederhana penyakit dan komplikasi yang sering terjadi
di instansi pelayanan kesehatan dan komunitas.
D.
Manfaat
1.
Mahasiswa mampu
mengetahui pengertian epidemiologi dalam layanan kebidanan.
2.
Mahasiswa mampu
mengetahui tujuan epidemiologi dalam layanan kebidanan.
3.
Mahasiswa mampu
mengetahui terjadinya masalah kesehatan dalam pelayanan kebidanan.
4.
Mahasiswa mampu mengetahui cara
melaksanakan dan mengelola surveilans sederhana penyakit dan komplikasi yang
sering terjadi di instansi pelayanan kesehatan dan komunitas.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Epidemiologi
bersala dari kata Yunani, dan secara harfiah berarti:epi yaitu tentang, demos
artinya masyarakat, dan logos berarti ilmu. Jadi epidemiologi secara bebas
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sesuatu penyakit yang ada di antara masyarakat
atau ilmu yang mempelajari wabah dengan tujuan mengendalikannya dan mencegah
terulangnya kembali. Epidemiologi dalam layanan kebidanan mengkaji distribusi
serta determinan peristiwa morbiditas dan mortalitas yang terjadi dalam layanan
kebidanan (Slamet, 2007).
Epidemiologi
merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis sifat dan penyebaran
berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari
sebab timbulnya masalah serta gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan
maupun penanggulangannya. (Noor, 2000)
Epidemiologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian, dan faktor
– faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan, dan
kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi pemberian ciri pada
distribusi status kesehatan, penyakit, atau masalah kesehatan masyarakat
lainnya berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, geografi, agama, pendidikan,
pekerjaan, perilaku, waktu, tempat, orang dan sebagainya. (Timmreck, 2004)
Epidemiologi bersala dari kata
Yunani, dan secara harfiah berarti :
Epi = di atas/ di antara/ yang ada
diantara
Demos = populasi, orang, masyarakat
Logos = ilmu
Jadi epidemiologi secara bebas
diartikan sebagai :
1.
Ilmu yang mempelajari sesuatu (penyakit)
yang ada di antara (yang melanda) masyarakat/populasi.
2.
Ilmu yang mempelajari epidemi/ wabah
dengan tujuan mengendalikannya dan mencegah terulangnya kembali. (Slamet, 2005)
Epidemiologi dalam pelayanan kebidanan adalah
epidemiologi yang mengkaji distribusi serta determinan peristiwa morbiditas
(kesakitan) dan mortalitas (kematian) yang terjadi dalam pelayanan kebidanan
secara komprehensif. Artinya secara menyeluruh menyangkut seluruh sistem
kebidanan termasuk kesehatan ibu dan anak (KIA).
Pengertian pelayanan kebidanan
adalah :
1.
Penerapan ilmu kebidanan
dalam memberikan asuhan kebidanan kepada klien yang menjadi tanggung jawab
bidan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir (BBL) dan
pelayanan Keluarga Berencana (KB) termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan
pelayanan masyarakat.
2.
Merupakan layanan yang diberikan
oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang ditentukan, dengan tujuan untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga sehat dan
sejahtera.
Tujuan/kegunaan
epidemiologi kebidanan ialah :
1.
Untuk mengidentifikasi penyebab
penyakit dan faktor-faktor resiko terjadinya penyakit yang bisa menyerang ibu
selama masa kehamilan, persalinan dan nifas (42 hari setelah persalinan) serta
pada bayi dalam kandungan hingga dilahirkan sampai balita.
2.
Diharapkan akan didapatkan teknik
pencegahannya.
Mengenai kegunaan epidemiologi secara umum yang sesuai
dengan tujuan epidemiologi kebidanan kebidanan dalam prakteknya sebagai berikut
:
1.
Menguraikan distribusi dan besarnya
masalah suatu penyakit dalam masyarakat.
2.
Memberikan data untuk perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi program-program pencegahan, pemberantasan dan
pengobatan penyakit, serta untuk menentukan urutan prioritas program-program
diatas.
3.
Mengenal faktor-faktor penyebab
penyakit (patogenesis).
4.
Membantu pekerjaan administrasi
kesehatan.
5.
Untuk meneliti dan mengevaluasi
program pemberantasan penyakit dan masalah dalam kesehatan.
6.
Untuk mendapatkan data dalam upaya
mengklasifikasi penyakit.
7.
Untuk menyusun program pencegahan
penyakit
Kegunaan
epidemiologi diatas dapat diringkas menjadi 3 hal, yakni :
1.
Mendiskripsikan fenomena kesehatan
masyarakat.
2.
Mengkaji hubungan sebab-akibat.
3.
Melakukan evaluasi program kesehatan
dan program intervensi.
Pada umumnya tujuan atau kegunaan epidemiologi
kebidanan ialah untuk mengetahui faktor resiko pada ibu selama kehamilan,
persalinan, dan masa nifas, beserta hasil konsepsinya, dan mempelajari
teknik-teknik pencegahannya termasuk evaluasi program kesehatan dan program
intervensinya.
B.
Tujuan
Tujuan
epidemiologi dalam kebidanan adalah mengenali faktor-faktor resiko terhadap ibu
selama periode kehamilan, persalinan dan masa nifas ( 42 hari setelah
berakhirnya kehamilan) beserta hasil konsepsinya dan mempelajari cara-cara
pencegahannya.
1.
Tujuan Umum
a.
Meneliti populasi manusia, namun
sekarang metodenya berlaku juga bagi peneliti lain-lain populasi.
b.
Mengendalikan wabah saja, yakni
dalam arti epidemologi yang sangat sempit hanya menyangkut penyakit menular.
2.
Tujuan Khusus
a.
Memformasikan hipotesa yang
menjelaskan pola distribusi penyakit yang ada atas dasar karakteristik waktu,
tempat, host dan agent potensial.
b.
Menguji hipotesa dengan menggunakan
penelitian yang dirancang secara khusus untuk dapat mengungkapkan penyebab penyakit.
c.
Menguji validitas konsep
pengendalian penyakit dengan menggunakan data epidemologis yang dikumpulkan
sehubungan dengan program tersebut.
d.
Membantu membuat klasifikasi
penyakit atas dasar penelitian etiologis.
e.
Mengungkapkan perjalanan suatu
penyakti untuk menentukan prognosis penyakit. (Slamet, 2007)
C.
Manfaat
1.
Untuk mempelajari riwayat penyakit
a.
Epidemiologi mempelajari tren
penyakit untuk memprediksi tren penyakit yang mungkin akan terjadi.
b.
Hasil penelitian epidemiologi dapat
digunakan dalam perencanaan pelayanan kesehatan dan kesehatan masyarakat.
2.
Diagnosis masyarakat
Penyakit, kondisi, cedera, gangguan,
ketidakmampuan, defek/cacat apa sajakah yang menyebabkan kesakitan, masalah
kesehatan, atau kematian di dalam suatu komunitas atau wilayah.
3.
Mengkaji risiko yang ada pada setiap
individu karena mereka dapat mempengaruhi kelompok maupun populasi.
a.
Faktor risiko, masalah, dan perilaku
apa sajakah yang dapat mempengaruhi kelompok atau populasi.
b.
Setiap kelompok dikaji dengan
melakukan pengkajian terhadap faktor risiko dan menggunakan tekhnik pemeriksaan
kesehatan, misalnya risiko kesehatan, pemeriksaan , skrining kesehatan, tes
kesehatan, dll.
4.
Pengkajian, evaluasi, dan penelitian
a.
Sebaik apa pelayanan kesehatan
masyarakat dan pelayanan kesehatan dalam mengatasi masalah dan memenuhi
kebutuhan populasi atau kelompok.
b.
Untuk mengkaji keefektifan,
efisiensi, kualitas, kuantitas, akses, ketersediaan layanan untuk mengobati,
mengendalikan atau mencegah penyakit, cedera, ketidakmampuan atau kematian.
5.
Melengkapi gambaran klinis
a.
Proses identifikasi dan diagnosis
untuk menetapkan bahwa suatu kondisi memang ada atau bahwa seseorang memang
menderita penyakit tertentu.
b.
Menentukan hubungan sebab akibat
misalnya radang tenggorokan dapat menyebabkan demam rematik.
6.
Identifikasi sindrom
Membantu menyusun dan menetapkan
kriteria untuk mendefinisikan sindrom, misalnya sindrom down, fetal alcohol,
kematian mendadak pada bayi.
7.
Menentukan penyebab dan sumber
penyakit
Temuan epidemiologi memungkinkan
dilakukannya pengendalian, pencegahan, dan pemusnahan penyebab penyakit,
kondisi, cedera, ketidakmampuan atau kematian. (Timmreck, 2004).
D. Ruang
lingkup
Terhadap masalah kesehatan yang ada,
epidemiologi memberikan pendekata khusus, mulai dari mengidentifikasi sampai
mengevaluasi keadaan kesehatan. Ruang lingkup epidemiologi dalam masalah
kesehatan tersebut diatas dapat meliputi “6E” yakni:
1. Etiologi
Berkaitan
dengan lingkup kegiatan epidemiologi dalam mengidentifikasi penyebab penyakit
dan masalah kesehatan yang lainnya. Misalnya etiologi dari malaria adalah
parasit plasmodium.
2. Efikasiat
diperoleh dari adanya intervensi kesehatan.
Berkaitan
dengan efek atau daya optimal yang dapat diperoleh dari adanya intervensi
kesehatan. Misalnya efikasi pemberian vaksin malaria adalah 40%.
3. Efektivitas
Dimaksudkan
besarnya hasil yang dapat diperoleh dari suatu tindakan (pengetahuan dan
intervensi) dan besarnya perbedaan dari suatu tindakan yang satu dengan yang
lainnya.
4. Efisiensi
Sebuah
konsep ekonomi yang melihat pengaruh yang dapat diperoleh berdasarkan besarnya
biaya yang diberikan.
5. Evaluasi
Penilaian
secara keseluruhan keberhasilan suatu pengobatan atau program kesehatan
masyarakat.
6. Edukasi
Intervensi
berupa peningkatan pengatahuan tentang kesehatan masyarakat sebagai bagian dari
upaya pencegahan penyakit.
E. MACAM-MACAM EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi menekankan upaya menerangkan
bagaimana distribusi penyakit dan bagaimana berbagai komponen menjadi
faktor penyebab penyakit tersebut. Untuk mengungkapkan dan menjawab masalah
tersebut, epidemiologi melakukan berbagai cara yang selanjutnya menjadikan
epidemiologi dapat dibagi dalam beberapa metode.
Metode Epidemiologi adalah cara pendekatan
ilmiah dalam mencari faktor penyebab serta hubungan sebab akibat terjadinya
peristiwa tertentu pada suatu kelompok penduduk tertentu. Pada dasarnya
metode epidemiologi dibagi 3, yaitu :
Macam-macam metode Epidemiologi, yaitu :
1.
Deskriptif
Epidemiologi deskriptif mempelajari tentang frekuensi dan distribusi suatu
masalah kesehatan dalam masyarakat. Keterangan tentang frekuensi dan distribusi
suatu penyakit atau masalah kesehatan menunjukan tentang besarnya masalah itu
dalam pertanyaan mengenai faktor who (siapa), where (dimana)
dan when (kapan).
a.
Siapa
Merupakan pertanyaan tentang faktor orang yang akan di jawab dengan mengemukakan
perihal mereka yang terkena masalah. Bisa mengenai variable umur, jenis
kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Faktor-faktor ini
biasa disebut sebagai variabel epidemiologi/demografi. Kelompok orang yang
potensial atau punya peluang untuk menderita sakit atau mendapatkan resiko,
biasanya disebutpopulation at risk (populasi berisiko).
b.
Dimana
Pertanyaan ini mengenai faktor tempat dimana masyarakat tinggal atau
bekerja atau dimana saja ada kemungkinan mereka menghadapi masalah kesehatan.
Faktor tempat ini dapat berupa kota (urban), dan desa (rural), pantai dan
pegunungan, daerah pertanian, industri, tempat bermukim atau bekerja.
c.
Kapan
Kapan kejadian penyakit berhubungan juga dengan waktu. Faktor waktu ini
dapat berupa jam, hari, minggu, bulan, dan tahun, musim hujan dan musim kering.
Contoh :
“Banyaknya penderita TBC di daerah
Sulawesi Selatan adalah 25.000 lelaki pada tahun 1992. ”
2.
Analitik
Adalah menegakkan hipotesis tentang hubungan sebab akibat terjadinya
keadaan kesehatan atau penyakit serta menguji hipotesis melalui pengamatan
langsung dengan menilai sifat penyebaran alamiah dalam masyarakat. Menjawab
: Why.
Epidemiologi Analitik berkaitan dengan upaya epidemiologi untuk
menganalisis faktor penyebab (determinant) msalah kesehatan. Disini
diharapkan epidemiologi mampu menjawab pertanyaan kenapa (why) apa
penyebab terjadinya masalah itu.
Contoh :
“Setelah ditemukan
secara deskriptif bahwa banyak perokok yang menderita kanker paru, maka perlu
dianalisis lebih lanjut apakah rokok itu merupakan faktor determinan/penyebab
terjadinya kanker paru.”
3.
Eksperimental
Adalah melakukan analisis secara langsung tentang hubungan sebab akibat
melalui percobaan-percobaan, baik di laboratorium maupun di masyarakat. Salah
satu hal yang perlu dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu faktor sebagai
penyebab terjadinya suatu luaran (output = penyakit), adalah diuji
kebenaranya dengan percobaan (eksperimen).
Contoh :
“Jika rokok dianggap
sebagai penyebab kanker paru maka perlu dilakukan eksperimen jika rokok
dikurangi maka kanker paru akan menurun atau sebaliknya. Untuk ini dilakukan
perbandingan antara kelompok orang yang merokok dengan orang yang tidak
merokok, kemudian dilihat jumlah penderita penyakit kanker paru untuk
masing-masing kelompok. Dari perbedaan yang ada dapat disimpulkan ada atau
tidaknya pengaruh rokok terhadap penyakit kanker paru tersebut.
Ketiga jenis
epidemiologi ini tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainya saling berkaitan
dan mempunyai peranan masing-masing sesuai tingkat kedalaman pendekatan
epidemiologi yang dihadapi. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengungkapan dan
pemecahan masalah epidemiologi dimulai dengan epidemiologi deskriptif, lalu
diperdalam dengan epidemiologi analitik dan disusul dengan melakukan
epidemiologi eksperimental.
Jenis-jenis epidemiologi
dapat juga dilihat dari aspek lain sehingga ditemukan berbagai jenis
epidemiologi lainya. Misalnya ada epidemiologi penyakit menular, kependudukan,
kesehatan reproduksi, statistik, farmasi,dll.
F. Prinsip
Epidemiologi
Epidemiologi pada prinsipnya diharapkan dapat berperan
dalam pembangunan kesehatan masyarakat secara keseluruahan. Hal ini dapat
dilakukan melalui kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan
faktor-faktor penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang
diperlukan.
Dalam perkembangan selanjutnya, prinsip epidemiologi
yang meliputi epidemiologi deskriptif maupun penelitian epiemiologi,
dikembangkan lebih luas sebagai suatu sistem atau metode pendekatan dalam
berbagai bidang kehidupan kemasyarakatan.
G.
Faktor-faktor Resiko dalam Pelayanan
Kebidanan
Faktor
–Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Masalah Kesehatan yaitu :
1. Pejamu
(host)
Adalah
faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta
perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut banyak macamnya, antara lain :
a.
Faktor keturunan
Dalam dunia kedokteran dikenal
berbagai penyakit yang dapat diturunkan seperti penyakit alergis, kelainan jiwa
dan beberapa penyakit kelainan darah.
b.
Mekanisme pertahanan tubuh
Jika pertahanan tubuh baik maka
dalam batas – batas tertentu beberapa jenis menyakit akan dapat diatasi.
c.
Umur
Pada saat ini banyak dikenal
penyakit tertentu yang hanya menyerang golongan umur tertentu misalnya penyakit
campak, polio dan difteri yang banyak ditemukan pada anak – anak.
d.
Jenis kelamin
Beberapa penyakit tertentu ditemukan
hanya pada jenis kelamin tertentu saja misalnya tumor leher rahim ditemukan
pada wanita.
e.
Ras
Beberapa ras tertentu diduga lebih
sering menderita beberapa penyakit tertentu misalnya penyakit hemofili
yanglebih banyak ditemukan pada orang barat.
f.
Status perkawinan
g.
Pekerjaan
Para manajer yang memimpin suatu
perusahaan lebih sering menderita penyakit ketegangan jiwa daripada bawahan.
h.
kebiasaan hidup
Seseorang yang biasa hidup kurang
bersih tentunya lebih mudah terkena penyakit infeksi.
2. Bibit
Penyakit
Suatu
substansi atau elemen tertentu yang kehadiran atau ketidakhadiran dapat
menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit.
3. Lingkungan
(Environment)
Adalah
agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh – pengaruh luar yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan suatu organisme.
Faktor-faktor resiko untuk ibu hamil
diklasifikasi:
1.
Faktor-faktor reproduksi
a.
Usia
b.
Paritas
c.
Kehamilan yang tak diinginkan
2.
Faktor-faktor akibat komplikasi
kehamilan
a.
Perdarahan pada abortus spontan
b.
Kehamilan ektopik
c.
Perdarahan pada trimester III
kehamilan
d.
Perdarahan postpartum
e.
Infeksi pada saat nifas
f.
Gestosis
g.
Distosia
h.
Abortus propokatus
3.
Faktor-faktor pelayanan kesehatan
a.
Kesulitan memperoleh pelayanan
kesehatan maternal
b.
Asuhan medis yang kurang baik
c.
Kekurangan tenaga terlatih dan
obat-obatan esensial
4.
Faktor-faktor sosial budaya
a.
Kemisikinan sehinnga tidak mampu
membayar pelayanan yang baik
b.
Ketidaktahuan
c.
Kesuliatan transportasi
d.
Status wanita yang rendah dan mersa
rendah diri
e.
Pantang makan tertentu saat hamil
Faktor-faktor resiko untuk balita
adalah:
1.
Peranan nutrisi yang kurang sehat
karena :
a.
Kemisikinan
b.
Ketidaktahuan
2.
Perilaku tidak sehat misalnya:
a.
Tempat dan bahan permainan yang
kotor dan berbahaya contoh:
1)
Mandi di sungai yang kotor
2)
Bermain diatas tanah tanpa alas kaki
serta bermain tanah kotor atau bermain ditempat yang kotor
3)
Bahan permainan yang tajam atau
berbahaya, miisalnya permainan kendaraan, kapal mainan, dan lain-lain secara
tradisional dengan bahan yang tajam
4)
Bermain tanpa memperhatikan waktu
dan kondisi udara yang panas terik
5)
Membeli makanan dan kue dijalanan
yang tidak higenis dan mengandung bahan berbahaya dan beracun, (B-3)seperti
dawet dan air mentah, minuman dengan pewarna yang mengandung bahan berbahaya
dan lain-lain
b.
Membersihkan gigi tidak
memperdulikan waktu dan cara bersikat gigi yang benar
H.
Surveilans Epidemiologi
Surveilans
adalah proses pengumpulan, analisi, interpretasi dan penyebaran informasi
deskriptif secara kontinu dan sistematik untuk pemantauan masalah kesehatan.
Sistem surveilans adalah jaringan orang dan kegiatan yang memelihara proses ini
dan dapat berfungsi pada berbagai tingkatan, dari yang local sampai dengan
internasional. Tujuan surveilans:
1.
Epidemiologi deskriptif masalah
kesehtan
Sasaran utama disini adalah
pemantauan trend.
2.
Kaitan dengan pelayan kesehatan
Ditingkat komunitas, surveilans acap
kali merupakan bagian integral penyampaian pelayanan preventif dan
terapiutik atau pun profilaksisnya dapat diberikan.
3.
Kaitan dengan penelitian
Data surveilans saja umumnya
tidakcukup rinci bagi penelitian, namun dapat member arahan bagi peneliti untuk
malakukan penyelidikan lebih lanjut.
4.
Evaluasi intervensi
Evaluasi efek intervensi bersifat
kompleks, namun evaluasi berskala penuh sering tidak layak dikerjakan.
5.
Proyeksi
Data pemantauan trend dibutuhkan
oleh perencana untuk mengantisipasi kebutuhan pelayanan kesehatan diwaktu
mendatang.
6.
Pendidikan dan kebijakan kesehatan
Dengan penyebar luasan secara
efektif, data survailans dapat dimanfaatkan pula oleh public, media dan
pemimpin politia.
I.
Tahap- tahap Pendekatan Epidemiologi
1.
Epidemiologi deskriptif
Tahap ini mempertanyakan:
a.
Apakah yang menjadi masalah?
b.
Berapakah besar masalahnya?
c.
Siapakah yang terkena, dimana dan
bilamana
Jadi,
menurut definisi diatas tahap ini berhubungan dengan frekuensi dan distribusi
atau masalah kesehatan.
2.
Epidemiologi analitik
Tahap ini
menganalisa sebab- sebab, atau factor- factor penentu (determinants) dengan
cara menguji hipotesis- hipotesis untuk menjawab pertanyaan seperti:
a.
Apa yang menyebabkan terjadinya
penyakit itu?
b.
Mengapa kejadian itu masih terus berlangsung?
J.
Epidemiologi dan Informasi
Epidemiologi
berkaitan erat dengan informasi. Informasi ini dibutuhkan dalam perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian program- program kesehatan. Jenis- jenis data yang
dibutuhkan untuk menyediakan informasi tersebut dapat difikirkan dengan
menjawab serangkaian pertanyaan berikut:
APA
|
Yang menjadi masalah kesehatan?
|
SIAPA
|
Yang terkena: distribusinya menurut umur, jenis
kelamin, pekerjaan, pendidikan dsb?
|
DIMANA
|
Masalah itu terjadi: menurut tempat tinggal, tempat kerja
dsb?
|
KAPAN
|
Masalah itu terjadi: menurut hari, bulan, musim dsb?
|
BAGAIMANA
|
Masalah itu terjadi: keadaan khusus, vector, sumber
penularan, kelompok rentan, factor- factor penentu lain?
|
MENGAPA
|
Masalah itu terjadi: mengapa masih berlanjut terus
|
LALU, APA
|
Tindakan intervensi yang telah dilakukan berdasarkan
informasi yang ada, dan bagaimana keberhasilannya?
Apakah telah terdapat peningkatan kesehatan?
|
K.
Ukuran frekuensi
Dua jenis
ukuran frekuensi penyakit yang paling sering digunakan adalah insidens dan
prevalens. Perbedaan antara kedua ini perlu diketahui dengan jelas.
1.
Insidens
Mengukur
terjadinya kasus baru selama suatu jangka waktu tertentu, biasanya setahun.
Ukuran ini merupakan petunjuk yang terbaik mengenai kecenderungan dari suatu
masalah kesehatan, apakah masalah itu meningkat, menurun atau tetap sama. Oleh
karena itu merupakan juga ukuran yang terbaik mengenai keberhasilan suatu
program kesehatan. Ukuran ini digunakan dalam system surveilans dan untuk
menganalisis pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan.
Contoh: jumlah
kelahiran dan kematian selama setahun, jumlah kasus tetanus neonatrum yang
ditemukan selama setahun, jumlah kunjungan pertama ibu hamil ke klinik KIA
selama sebulan, jumlah kasus baru tuberculosis baru yang berobat selama setahun
dan sebagainya.
2.
Prevalens
Mengukur jumlah kasus yang aktif/ ada pada suatu titik waktu tertentu,
biasanya pada suatu hari tertentu. Mungkin lebih sulit untuk menafsirkan
prevalens daripada insidens oleh karena prevalens merupakan paduan antara
insidens dan rata- rata lamanya suatu penyakit berlangsung (duration).
Contoh: jumlah
penderita tuberculosis baru yang terdaftar pada awal bulan, atau jumlah
tempat tidur rumah sakit yang terisi setiap hari.
Prevalens sangat berguna untuk mengukur penyakit yang bersifat kronis,
sedangkan insidens berguna untuk penyakit yang berlangsung relative singkat,
seperti (campak, diare, pneumonia). Survey cross-sectional biasanya
berguna untuk mengukur prevalens penyakit kronis seperti kusta atau
tuberculosis paru.Dalam keadaan yang stabil, insidens dan prevalens berhubungan
menurut rumus:
Prevalens = insidens x rata-rata lama penyakit
Maka untuk penyakit kronis, insidennya per tahun akan
jauh lebih rendah daripada prevalensnya.
Contoh: angka prevalens tuberculosis
paru biasanya berkisar antara 0.5% - 10% (atau 5 – 10 kasus per 1000 penduduk),
dan rata- rata lama penyakit yang tidak diobati adalah 4 – 5 tahun. Ini berarti angka insidens kasus baru tuberculosis paru adalah antara 0.1 –
0.2 % (atau 1 -2 kasus per 1000 penduduk). Di daerah yang mempunyai system
penemuan dan pelaporan kasus tuberculosis paru yang baik, angka insidens dapat
digunakan. Tetapi di daerah yang sistemnya tidak dapat memberikan data yang
dapat dipercaya, mungkin perlu dilakukan survey-sectional untuk memperoleh
angka prevalens.
L.
Angka Mutlak dan Rate
Insidens dan
prevalens dapat disajikan sebagai angka mutlak atau dihitung sebagai rate angka
insidens atau angka prevalens. Data yang tersedia biasanya merupakan angka
mutlak, dan ini biasanya yang dilaporkan dalam laporan rutin, dimana populasi
yang terancam dapat dianggap stabil menurut tempat dan waktu yang terbatas.
Melihat
kecenderungan dalam waktu, atau membandingkan frekuensi penyakit pada beberapa
kelompok penduduk, atau beberapa daerah maka penggunaan angka mutlak dapat
menyesatkan. Besar populasi dan distribusi umur pada kelompok- kelompok yang
hendak dibandingkan perlu diperhitungkan, untuk itu insidens atau prevalens penyakit perlu ditanyakan sebagai rate
(angka insidens atau angka prevalens). Angka insidens atau angka prevalens
sebagai pembilang (numerator) dengan jumlah penduduk terancam sebagai penyebut
(denominator).Penduduk yang terancam ini mungkin adalah seluruh penduduk
diwilayah kabupaten, atau penduduk diwilayah tertentu saja yang lebih kecil,
atau penduduk pada golongan umur tertentu saja dsb.
Contoh:
1.
Di kabupaten A yang berpenduduk
berjumlah 200.000 orang, dilaporkan sebanyak 40 kasus baru tuberculosis paru
selama tahun 1989. Maka angka insidens tuberculosis paru di kabupaten tersebut
dalam tahun 1989 adalah: Insidens rate = 40 / 200.000 = 0.2 kasus per 1000
penduduk per tahun.
2.
Di kabupaten tersebut pada akhir
tahun 1989 tercata sebanyak 250 orang penderita tuberculosis paru yang berobat.
Maka angka prevalens tuberculosis paru pada akhir tahun 1989 adalah:
Prevalens rate = 250 / 200.000 = 0.2
kasus per 1000 penduduk.
M.
Episode, Orang, atau Kunjungan
Sangat
penting untuk membedakan apakah yang dihitung itu orang, episode atau
kunjungan. Untuk penyakit seperti ISPA dan diare, seseorang dapat mengalami
lebih dari satu kali episode (kejadian) dalam setahun. Untuk setiap kejadian ia
dapat dating berobat lebih dari satu kali pula. Dipihak lain, seorang penderita
tuberculosis paru akan dihitung sebagai satu orang dan satu episode, tetapi
mungkin berkunjung sampai 12 kali selama setahun.
Mengetahui
proporsi penduduk yang menderita suatu penyakit kronis, kita harus menggunakan
jumlah orang yang sakit. Untuk menilai keberhasilan program penanggulangan
malaria, kita harus menggunakan jumlah episode (kejadian) baru yang terjadi
selama (biasanya) satu tahun. Jika kita ingin meneliti pemanfaatan sarana
pelayanan kesehatan, kita harus menggunakan jumlah kunjungan, baik kunjungan
baru maupun ulangan.
N.
Definisi Kasus
Suatu kasus
didefinisakn adalah sangat penting. Hal ini sering kali kurang atau malah sama
sekali tidak diperhatikan. Daftar penyakit yang ada dalam formulir laporan
bulanan tidak disertai definisi kasus yang tegas. Pengisiannya terserah pada
pertimbangan dokter atau perawat yang memeriksa, atau malah terserah petugas
R/R yang bertanggung jawab mengisinya. Misalnya saja, penyakit ISPA dan
influenza sering dicampur adukkan, sedangkan penyakit tukak lambung yang sering
didiagnosa tidak jelas batasannya. Apa yang disebut kasus demam berdarah dengue
(DBD) mungkin ditafsirkan secara berbeda dari satu puskesmas ke puskesmas lain,
atau dari satu daerah ke daerah lain. Hal ini tentu saja akan sangat
menyulitkan pembandingan.
Data yang
satu dapat dibandingkan dengan data yang lain, perlu dibuat definisi kasus yang
jelas, dan definisi yang telah dibuat itu perlu ditaati oleh semua orang yang
membuat diagnose tanpa kecuali. Contoh: kasus malaria klinis perlu
didefinisikan secara jelas, begitu pula kasus malaria definitive (confirmed)
yang didukung dengan pemeriksaan sediaan darah untuk beberapa penyakit tertentu
perlu dibuat 2 atau 3 kriteria diagnostic:
1.
Diagnostic klinis dan diagnostic
pasti (dengan dukungan pemeriksaan laboratorium).
2.
Possible case, probable case dan
confirmed case.
Sudah tentu agar dapat dibandingkan
satu daerah dengan daerah lain, criteria ini harus secara nasional, bahkan
secara international.
O.
Indikator Kesehatan
Indicator
kesehatan adalah ukuran yang dipilih dan dipakai untuk:
1.
Menganalisa kasus yang ada
2.
Membuat perbandingan
3.
Mengukur kecenderungan dalam batas
waktu
P.
Prinsip-prinsip Demografi
Informasi mengenai demografi pada umumnya diperoleh dari sensus penduduk
yang diadakan setiap sepuluh tahun. Sensus yang terakhir di Indonesia diadakan
pada tahun 1990. Disebuah kabupaten yang berpenduduk 200.000 jiwa di
Negara berkembang, distribusi penduduk menurut kelompok umur mungkin akan
terlibat sebagai berikut:
Table 1: Distribusi Penduduk Menurut Umur
di Kabupaten Negara Berkembang
KELOMPOK UMUR (TAHUN)
|
PROPORSI (%)
|
POPULASI
|
1
|
4
|
8.000
|
1 – 4
|
14
|
28.000
|
5 – 14
|
26
|
52.000
|
15 – 44
|
43
|
86.000
|
45 +
|
13
|
26.000
|
JUMLAH
|
100
|
200.000
|
Proporsi bayi dibawah 12 bulan biasanya berkisar 3 – 4
% dari penduduk seluruh, proporsi anak usia 0 – 4 tahun berkisar antara 18 – 20
% (seperlima), dan proporsi anak usia 0 – 14 tahun berkisar antara 40 – 44 %
(dua-perlima), apabila tingkat kesuburan masih tinggi. Apabila program KB telah
menunjukkan dampak, maka proporsi- proporsi itu akan lebih kecil. Wanita usia
subur (15b- 44 tahun) berkisar antara 20 – 22 % (seperlima). Pedoman kasar ini dapat
dipakai untuk memperoleh perkiraan apabila data yang benar tidak dapat
diperoleh.
Kepadatan penduduk dinyatakan dalam jumlah rata- rata
penduduk per km2. Kepadatan penduduk ini dapat bervariasi dari satu
wilayah ke wilayah lain dalam kabupaten. Pengetahuan tentang kepadatan penduduk
ini penting dalam perencanaan pelayanan kesehatan, terutama dalam merencanakan
pembangunan puskesmas atau puskesmas pembantu yang baru, dan dalam menilai
akses dan cakupan berbagai program kesehatan.
Q.
Angka-angka Kependudukan
1.
Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth
Rate – CBR)
Jumlah kelahiran setahun x 1000
jumlah penduduk pada pertengahan tahun
CBR di
daerah yang tingkat kesuburannya masih tinggi dapt mencapai 45 per 1000
penduduk, apabila tingkat kesuburan telah turun, CBR dapat mencapai 20 per 1000
penduduk. Dengan mengetahui CBR, dapat diperkirakan kelahiran yang akan terjadi
selama setahun.
2.
Angka Kematian Kasar (Crude Death
Rate – CDR)
Jumlah Kematian Setahun x 1000
Jumlah Penduduk pada Pertengahan Tahun
CDR berkisar antara 10 – 20 per 1000
penduduk
3.
Angka Kematian Bayi (Infant
Mortality Rate – IMR)
Jumlah Kematian Bayi 1 Tahun dalam
Setahun x 1000 Jumlah Kelahiran Hidup pada Tahun Tersebut
IMR dianggap
sebagai indicator yang sensitive bagi derajat kesehatan suatu masyarakat.
Sebagian besar kematian bayi terjadi pada bulan pertama kehidupan, kematian
pada masa itu disebut kematian neonatal. Angka- angka diatas biasanya diperoleh
dari sensus penduduk atau dari survey- survey khusus yang diadakan untuk itu.
4.
Angka Kematian Ibu Hamil / Bersalin
(Maternal Mortality Rate – MMR)
Jumlah Kematian Ibu Hamil/Bersalin
dalam Setahun x 1000 Jumlah Kelahiran Hidup pada Tahun Tersebut
Angka ini
sering diabaikan, oleh karena dianggap terlalu kecil. Di Negara berkembang
bisanya berkisar antara1 – 5 per 1000 kelahiran hidup per tahun. Di kabupaten
yang berpenduduk 200.000 orang dengan CBR 40 per 1000 dapat diperkirakan akan
terjadi 8 – 40 kematian ibu hamil / bersalin per tahun. Dalam hal ini lebih
penting diketahui angka mutlaknya daripada ratenya karena jumlahnya sangat
kecil. Di Negara-negara maju MMR berkisar sekitar 5 per 100.000 kelahiran,
berarti 100 kali lebih kecil dibandingkan dengan berkembang.
R. TERJADINYA PENYAKIT / MASALAH KESEHATAN
Proses terjadinya
penyakit atau masalah kesehatan di masyarakat meliputi beberapa teori yaitu :
1.
Penyakit
timbul karena gangguan makhluk halus.
2.
Teori
Hypocrates, bahwa penyakit timbul karena pengaruh lingkungan terutama: air,
udara, tanah, cuaca (tidak dijeIaskan kedudukan manusia dalam lingkungan).
3.
Teori
Humoral, dimana dikatakan bahwa penyakit timbul karena gangguan keseimbangan
cairan dalam tubuh.
4.
Teori
Miasma, penyakit timbul karena sisa dari mahkluk hidup yang mati membusuk,
meninggalkan pengotoran udara dan Iingkungan.
5.
Teori
jasad renik (teori Germ), terutama setelah ditemukannya mikroskop dan
dilengkapi teori imunitas.
6.
Teori
nutrisi dan Resistensi, hasil pengamatan berbagai pengamatan epidemiologis.
7.
Teori
Ekologi lingkungan, bahwa manusia berinteraksi dengan penyebab dalam Iingkungan
tertentu dapat menimbulkan penyakit.
Konsep
penyebab dan proses terjadinya penyakit dalam epidemiologi berkembang dari
rantai sebab akibat kesuatu proses kejadian penyakit yakni proses interaksi
antara manusia (pejamu) dengan berbagai sifatnya (biologis, Fisiologis,
Psikologis, Sosiologis dan antropologis) dengan penyebab (agent) serta
dengan lingkungan (enviroment).
1. Segitiga Epidemiologi
Segitiga
epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi gambaran tentang
hubungan antara tiga faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah
kesehatan lainnya. Segitiga epidemiologi merupakan interaksi antara Host
(penjamu), Agent (penyebab) dan Environment (lingkungan).Pada
saat terjadi ketidakseimbangan antara Host, Agent dan Environment akan
menimbulkan penyakit pada individu atau masalah kesehatan di masyarakat
2. Jaring-jaring Sebab Akibat
Menurut
model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri
melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan
demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong
mata rantai pada berbagai titik.
3. Model Lingkaran atau Roda
Seperti
halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan
identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan
tidak begitu menekankan pentingnya agen. Disini dipentingkan hubungan antara
manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing
lingkungan bergantung pada penyakit yang bersangkutan.
S.
UKURAN-UKURAN
EPIDEMIOLOGI
Dalam pengertian dan
tujuan dari epidemiologi tertuang bahwa epidemiolog dipakai untuk melihat
bagaimana penyebaran penduduk dan masalah kesehatan (penyakit). Untuk itu
epidemiologi membagi ukuran ke dalam dua tipe yaitu :
1.
Ukuran
yang dipakai untuk menghitung angka kesakitan atau morbiditas
Ukuran atau angka morbiditas adalah jumlah penderita
yang dicatat selama 1 tahun per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun.
Angka ini dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan kesehatan
secara umum, mengetahui keberhasilan program-program pemberantasan penyakit,
dan sanitasi lingkungan serta memperoleh gambaran pengetahuan penduduk terhadap
pelayanan kesehatan
Secara umum ukuran yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas adalah angka, rasio, dan proporsi
Secara umum ukuran yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas adalah angka, rasio, dan proporsi
1)
Rate
Rate atau
angka merupakan proporsi dalam bentuk khusus perbandingan antara pembilang
dengan penyebut atau kejadian dalam suatu populasi teterntu dengan jumlah
penduduk dalam populasi tersebut dalam batas waktu tertentu. Rate terdiri dari
berbagai jenis ukuran diataranya adalah :
a)
Incidence
Rate
Incidence Rate suatu penyakit tertentu adalah jumlah kasus baru yang
terjadi di kalangan penduduk selama periode waktu tertentu.
b)
Attack
Rate
Attack Rate suatu penyakit tertentu adalah jumlah kasus selama
epidemi atau incidence rate pada suatu epidemi yang terjadi di
kalangan penduduk.
c)
Prevalence
Rate
Prevalence Rate suatu penyakit tertentu adalah mengukur jumlah orang
di kalangan penduduk yang menderita suatu penyakit pada satu titik waktu
tertentu.
d)
Period
Prevalence
Period Prevalence suatu penyakit tertentu adalah mengukur jumlah
rata-rata orang di kalangan penduduk (mid period population) yang
menderita suatu penyakit selama periode tertentu. Period Prevalence terbentuk
dari prevalence pada suatu titik waktu ditambah kasus-kasus
baru (incidence), dan kasus-kasus yang kambuh selama periode observasi.
2)
Ratio
Rasio adalah nilai relatif yang dihasilkan dari
perbandingan dua nilai kuantittif yang pembilangnya tidak merupakan bagian
dari penyebut.
3)
Proporsi
Proporsi adalah perbandingan dua nilai kuantitatif
yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Penyebaran proporsi adalah
suatu penyebaran persentasi yang meliputi proporsi dari jumlah
peristiwa-peristiwa dalam kelompok data yang mengenai masing-masing kategori
atau subkelompok dari kelompok itu.
2.
Ukuran
yang dipakai untuk menghitung angka kematian, meliputi :
a.
Crude
Death Rate (CDR) atau
Angka Kematian Kasar
Angka keamtian kasar adalah jumlah kematian yang
dicatat selama 1 tahun per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama.
Disebut kasar karena angka ini dihitung secara menyeluruh tanpa memperhatikan
kelompok-kelompok tertentu di dalam populasi dengan tingkat kematian yang
berbeda-beda.
Manfaat CDR
1) Sebagai gambaran status kesehatan masyarakat
2) Sebagai gambaran tingkat permasalahan penyakit dalam
masyarakat
3) Sebagai gambaran kondisi sosial ekonomi
4) Sebagai gambaran kondisi lingkungan dan biologi
5) Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk
b.
Age
Specific Death Rate (ASDR)
atau Angka Kematian Menurut Golongan Umur
Angka kematian menurut golongan umur adalah
perbandingan antara jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun pada penduduk
golongan umur x dengan jumlah penduduk golongan umur x pada pertengahan
tahunManfaat ASDR sebagai berikut :
a)
Untuk
mengetahui dan menggambarkan derajat kesahatan masyarakat dengan melihat
kematian tertinggi pada golongan umur
b)
Untuk
membandingkan taraf kesehatan masyarakat di berbagai wilayah
c)
Untuk
menghitung rata-rata harapan hidup
c.
Cause
Disease Specific Death Rate (CDSDR)
atau Angka Kematian Akibat Penyakit Tertentu
Angka Kematian Akibat Penyakit Tertentu
adalah Jumlah kematian karena TBC di satu daerah dalam waktu satu tahun
dengan jumlah penduduk rata-rata (pertengahan tahun) pada daerah dan tahun yang
sama
d.
Under
Five Mortality Rate (UFMR) atau
Angka Kematian Balita
Angka Kematian Balita adalah gabungan antara angka
kematian bayi dengan angka kematian anak umur 1-4 tahun yaitu jumlah kematian
balita yang dicatat selam satu tahun per 1000 penduduk balita pada tahun yang
sama. Angka kematian balita sangat penting untuk mengukur taraf kesehatan
masyarakat karena angka ini merupakan indikator yang sensitif untuk sataus
kesehatan bayi dan anak.
e. Neonatal Mortality Rate (NMR) atau Angka Kematian
Neonatal
Neonatal adalah bayi yang berumur kurang dari 28 hari.
Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 28
hari yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Manfaat dari angka kematian neonatal adalah
sebgai berikut :
a)
Untuk
mengetahuai tinggi rendahnya perawatan post natal
b)
Untuk
mengetahui program Imuninsasi
c)
Untuk
pertolongan persalinan
d)
Untuk
mengetahui penyakit infeksi
f.
Perinatal
Mortality Rate (PMR) atau
Angka Kematian Perinatal
Angka kematian perinatal adalah jumlah kematian janin
yang dilahirkan pada usia kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ditambah
kematian bayi yang berumur kurang dari 7 hari yang dicatat dalam 1 tahun per
1000 kelahiran kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Manfaat dari angka kematian perinatal adalah untuk
menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu hamil dan
bayi.
Faktor yang mempengaruhi tinggnya PMR adalah sebagai
berikut :
a)
Banyak
bayi dengan berat badan lahir rendah
b)
Status
gizi ibu dan bayi
c)
Keadaan
sosial ekonomi
d)
Penyakit
infeksi terutama ISPA
e)
Pertolongan
persalinan
g. Infant Mortality Rate (IMR) atau Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi adalah perbandingan jumlah
penduduk yang berumur kurang dari 1 tahun yang diacat selama 1 tahun dengan
1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.Manfaat dari perhitungan angka
kematian bayi adalah sebagai berikut :
a)
Untuk
mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan
dengan faktor penyebab kematian bayi
b)
Untuk
Mengetahui tingkat pelayanan antenatal
c)
Untuk
mengetahui status gizi ibu hamil
d)
Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan program kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan
Program Keluaga berencana (KB)
e)
Untuk
mengetahui kondisi lingkungan dan sosial ekonomi
h. Maternal Mortality Rate (MMR) atau Angka Kematian Ibu
Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat
komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang dicatat selama 1 tahun
per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Tinggi
rendahnya angka MMR tergantung kepada :
a)
Sosial
ekonomi
b)
Kesehatan
ibu sebellum hamil, persalinan, dan masa nasa nifas
c)
Pelayanan
terhadap ibu hamil
d)
Pertolongan
persalinan dan perawatan masa nifas
e)
Ukuran
yang dipakai untuk menghitung angka kesuburan atau fertilitas, meliputi :
§ Crude Birth Rate (CBR) atau Angka kelahiran kasar
Angka kelahiran kasar adalah semua kelahiran hidup
yang dicatat dalam 1 tahun per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun yang
sama. Angka kelahiran kasar ini dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat fertilitas
secara umum dalam waktu singkat tetapi kurang sensitif untuk :
a)
Membandingkan
tingkat fertilitas dua wilayah
b)
Mengukur
perubahan tingkat fertilitas karena perubahan pada tingkat kelahiran akan
menimbulkan perubahan pada jumlah penduduk
§ Age Spesific Fertilty Rate (ASFR) atau Angka Fertilitas Menurut Golongan
Umur
Angka fertilitas menurut golongan umur adalah jumlah
kelahiran oleh ibu pada golongan umur tertentu yang dicatat selam 1 tahun yang
dicata per 1000 penduduk wanita pada golongan umur tertentu apda tahun yang
sama. Angka fertilitas menurut golongan umur ini dimaksudkan untuk mengatasi
kelemahan pada angka kelahiran kasar karena tingkat kesuburan pada setiap
golongan umur tidak sama hingga gambaran kelahiran menjadi lebih teliti.
§ Total Fertility Rate (TFR) atau Angka Fertilitas Total
Angka fertilitas total adalah jumlah angka fertilitas menurut umur yang dicatat selama 1 tahun.
Angka fertilitas total adalah jumlah angka fertilitas menurut umur yang dicatat selama 1 tahun.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Epidemilogi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu (Epi=pada, Demos=penduduk, logos = ilmu),
dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan masyarakat.
Epidemiologi
merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisa sifat dan penyebaran
berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari
sebab timbulnya masalah dan gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan
ataupun penanggulangannya. Dari pengertian epidemiologi tersebut dapat
disimpulkan bahwa bentuk kegiatan epidemiologi adalah berbagai aspek kehidupan
masyarakat, baik yang berhubungan dengan kesehatan maupun diluar bidang
kesehatan.
Bagi seorang
tenaga kesehatan, khususnya bidan yang akan diterjunkan ke masyarakat hendaknya
memahami tujun ilmu epidemiologi bagi kesehatan masyarakat, khususnya ibu dan
anak. Tujuan tersebut antara lain sebagai berikut: mempelajari riwayat alamiah
penyakit, menentukan masalah komunitas, melihat resiko dan pengaruhnya, menilai
dan meneliti, menyempurnakan gambaran penyakit, dan identifikasi sindrom serta
menentukan penyebab dan sumber penyakit.
Terhadap
masalah kesehatan yang ada, epidemiologi memberikan pendekata khusus, mulai
dari mengidentifikasi sampai mengevaluasi keadaan kesehatan. Ruang lingkup
epidemiologi dalam masalah kesehatan tersebut diatas dapat meliputi “6E” yakni:
1. Etiologi
Berkaitan
dengan lingkup kegiatan epidemiologi dalam mengidentifikasi penyebab penyakit
dan masalah kesehatan yang lainnya. Misalnya etiologi dari malaria adalah
parasit plasmodium.
2. Efikasiat
diperoleh dari adanya intervensi kesehatan.
Berkaitan
dengan efek atau daya optimal yang dapat diperoleh dari adanya intervensi
kesehatan. Misalnya efikasi pemberian vaksin malaria adalah 40%.
a. Efektivitas
Dimaksudkan
besarnya hasil yang dapat diperoleh dari suatu tindakan (pengetahuan dan
intervensi) dan besarnya perbedaan dari suatu tindakan yang satu dengan yang
lainnya.
b. Efisiensi
Sebuah
konsep ekonomi yang melihat pengaruh yang dapat diperoleh berdasarkan besarnya
biaya yang diberikan.
c. Evaluasi
Penilaian
secara keseluruhan keberhasilan suatu pengobatan atau program kesehatan
masyarakat.
d. Edukasi
Intervensi
berupa peningkatan pengatahuan tentang kesehatan masyarakat sebagai bagian dari
upaya pencegahan penyakit
Pada umumnya, epidemiologi dapat
dibagi atas beberapa macam, diantaranya adalah :
1. Epidemiologi
Deskriptif
Bertujuan
menggambarkan mengenai kejadian atau masalah kesehatan (menggunakan pertanyaan
who, where, when), pola distribusi, frekuensi penyakit, dan determinan penyakit
menurut orang, tempat, dan waktu tanpa perlu mencari jawaban mengapa
faktor-faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan itu terjadi.
2. Epidemiologi
Analitis
Menekankan
pada pencarian jawaban terhadap penyebab terjadinya masalah
kesehatan(determinan), besarnya masalah/kejadian (frekuensi), dan penyebaran
serta munculnya masalah kesehatan(distribusi) dengan tujuan menentukan
sebab-akibat antara faktor dan penyakit.
Selain
menggambarkan mengenai kejadian, juga menjelaskan mengapa(why) suatu
masalah/kejadian tersebut timbul. Kegiatan nya diawali dari pengumpulan,
pengolahan,penyajian dan interpretasi data dan dilakukan pada dua kelompok
populasi/masyarakat serta bermaksud membuktikan/menguji hipotesis.
3. Epidemiologi
Eksperimental
Salah satu
hal yang perlu dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu faktor sebagai penyebab
terjadinya suatu penyakit adalah diuji kebanarannya (eksperiment).
a. Epidemiologi
Klinis
b. Epidemiologi
Penyakit Menular
c. Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular
d. Epidemiologi
Lingkungan
e. Epidemiologi
Kerja
f. Epidemiologi
Pelayanan Kesehatan
g. Epidemiologi
Kebijakan Kesehatan
Epidemiologi pada prinsipnya
diharapkan dapat berperan dalam pembangunan kesehatan masyarakat secara
keseluruahan. Hal ini dapat dilakukan melalui kemampuan epidemiologi untuk
mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah kesehatan dan
mengarahkan intervensi yang diperlukan.
Dalam perkembangan selanjutnya,
prinsip epidemiologi yang meliputi epidemiologi deskriptif maupun penelitian
epiemiologi, dikembangkan lebih luas sebagai suatu sistem atau metode
pendekatan dalam berbagai bidang kehidupan kemasyarakatan.
B.
Saran
Dengan
adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
pelayanan KIA, BBL, Nifas, KB dan pelayanan komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul. 2006. Ilmu kebidanan. Jakarta:
Yayasan bina pustaka Sarwono
Bari, Saifuddin. 2006. Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan bina pustaka
Slamet. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.
Jakarta: EGC
Notoatmojo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Prinsip
Prinsip Dasar. PT Rineka Cipta: Jakarta
Rianti, Emy dkk. 2010. Epidemiologi Dalam
Kebidanan. Trans Info Media: Jakarta.
Suriani, dkk. 2010. Epidemiologi kebidanan.
Yogyakarta: Fitramaya.
Varney, Helen. et all, Buku Ajar Asuhan
Kebidanan, ed 4. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta, 2006
Diktat, epidemiologi dalam kebidanan. Siti Nahawa.
SKM. Stikes Bina Generasi Polewali Mandar Program Studi D III kebidanan, 2011
Azwar, Azrul. 1999.
Pengantar Epidemiologi. Bina Rupa Aksara. Jakarta.
Noor, N nasril. 2000.
Dasar Epidemiologi. Rineka Cipta. Jakarta.
Slamet, Juli Soemirat.
2005. Epidemiologi Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Timmreck, Thomas C.
2004. Epidemiologi. EGC. Jakarta.
Post a Comment for "Konsep epidemiologi dalam praktik kebidanan"