Metode pemisahan 2 kimia
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam
Kimia dan teknik kimia, proses
pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih
murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian
besar senyawa kimia ditemukan di alam
dalam keadaan yang tidak murni. Biasanya, suatu senyawa kimia berada dalam
keadaan tercampur dengan senyawa lain. Untuk beberapa keperluan seperti
sintesis senyawa kimia yang memerlukan bahan baku senyawa kimia dalam keadaan
murni atau proses produksi suatu senyawa kimia dengan kemurnian tinggi, proses
pemisahan perlu dilakukan. Proses pemisahan sangat penting dalam bidang teknik
kimia. Suatu contoh pentingnya proses pemisahan adalah pada proses pengolahan minyak bumi. Minyak bumi merupakan campuran berbagai
huuuhidrokarbon. Pemanfaatan
hidrokarbon-hidrokarbon penyusun minyak bumi akan lebih berharga bila memiliki
kemurnian yang tinggi. Proses pemisahan minyak bumi menjadi
komponen-komponennya akan menghasilkan produk LPG, solar, avtur, pelumas, dan
aspal.
Secara
mendasar, proses pemisahan dapat diterangkan sebagai proses perpindahan massa. Proses pemisahan sendiri dapat
diklasifikasikan menjadi proses pemisahan secara mekanis atau kimiawi.
Pemilihan jenis proses pemisahan yang digunakan bergantung pada kondisi yang
dihadapi. Pemisahan secara mekanis dilakukan kapanpun memungkinkan karena biaya
operasinya lebih murah dari pemisahan secara kimiawi.
Proses
pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode
pemisahan yang dipilih bergantung pada fase komponen penyusun campuran. Suatu
campuran dapat berupa campuran homogen (satu fase) atau campuran heterogen
(lebih dari satu fase).
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa itu
metode pemisahan dan analisis?
2. Apakah
analisa kualitatif?
3. Bagaimana
indetifkasi kation, anoin dan gugus fungsional?
4. Apa itu
gravimetri dan volumetri?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. METODE PEMISAHAN DAN ANALISIS
Metode pemisahan
merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau memurnikan suatu
senyawa atau skelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari
suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Metode
pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari
suatu campuran, sering disebut sebagai pemurnian dan juga untuk mengetahui
keberadaan suatu zat dalam suatu sampel (analisis laboratorium).
Berdasarkan tahap
proses pemisahan, metode pemisahan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu
metode pemisahan sederhana dan metode pemisahan kompleks.
1. Metode Pemisahan Sederhana
Metode pemisahan sederhana adalah metode yang menggunakan
cara satu tahap. Proses ini terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan
yang relatif sederhana.
2. Metode Pemisahan
Kompleks
Metode pemisahan kompleks memerlukan
beberapa tahapan kerja, diantaranya penambahan bahan tertentu,pengaturan proses
mekanik alat, dan reaksi-reaksi kimia yang diperlukan. Metode ini biasanya
menggabungkan dua atau lebih metode sederhana. Contohnya, pengolahan bijih dari
pertambangan memerlukan proses pemisahan kompleks.
Keadaan zat yang diinginkan dan dalam keadaan campuran harus
diperhatiakn untuk menghindari kesalahan pemilihan metode pemisahan yang akan
menimbulkan kerusakan hasil atau melainkan tidak berhasil. Beberapa faktor yang
perlu diperhatikan antara lain : Keadaan zat yang diinginkan terhadap campuran,
apakah zat ada di dalam sel makhluk hidup, apakah bahan terikat secara kimia,
dan sebagainya.
Kadar zat yang diinginkan terhadap campurannya, apakah kadarnya kecil
atau besar. Sifat khusus dari zat yang diinginkan dan campurannya, misalnya zat
tidak tahan panas, mudah menguap, kelarutan terhadap pelarut tertentu, titik
didih, dan sebagainya. Standar kemurnian yang diinginkan. Kemurnian 100%
memerlukan tahap yang berbeda dengan 96%. zat pencemar dan campurannya yang
mengotori beserta sifatnya. Nilai guna zat yang diinginkan, harga, dan biaya
proses pemisahan.
Suatu zat dapat dipisahkan dari campurannya karena mempunyai perbedaan
sifat. Hal ini dinamakan dasr pemisahan. Beberapa dasar pemisahan campuran
antara lain sebagai berikut :
1.
Ukuran partikel
Bila ukuran partikel zat yang diinginkan berbeda dengan zat yang tidak
diinginkan (zat pencmpur) dapat dipisahkan dengan metode filtrasi
(penyaringan). jika partikel zat hasil lebih kecil daripada zat pencampurnya,
maka dapat dipilih penyring atau media berpori yang sesuai dengan ukuran
partikel zat yang diinginkan. Partikel zat hasil akan melewati penyaring dan
zat pencampurnya akan terhalang.
2.
Titik didih
Bila antara zat hasil dan zat pencampur memiliki titik didih yang jauh berbeda
dapat dipishkan dengan metode destilasi. Apabila titik didih zat hasil lebih
rendah daripada zat pencampur, maka bahan dipanaskan antara suhu didih zat
hasil dan di bawah suhu didih zat pencampur. Zat hasil akan lebih cepat
menguap, sedangkan zat pencampur tetap dalam keadaan cair dan sedikit menguap
ketika titik didihnya terlewati. Proses pemisahan dengan dasar perbedaan titik
didih ini bila dilakukan dengan kontrol suhu yang ketat akan dapat memisahkan
suatu zat dari campuranya dengan baik, karena suhu selalu dikontrol untuk tidak
melewati titik didih campuran.
3.
Kelarutan
Suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya
suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya suatu zat
mungkin larut dalam pelarut A tetapi tidak larut dalam pelarut B, atau
sebaliknya. Secara umum pelarut dibagi menjadi dua, yaitu pelarut polar,
misalnya air, dan pelarut nonpolar (disebut juga pelarut organik) seperti
alkohol, aseton, methanol, petrolium eter, kloroform, dan eter.
Dengan melihat kelarutan suatu zat yang berbeda dengan zat-zat lain
dalam campurannya, maka kita dapat memisahkan zat yang diinginkan tersebut
dengan menggunakan pelarut tertentu.
4.
Pengendapan
Suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang berbeda dalam suatu campuran atau larutan tertentu. Zat-zat dengan berat jenis yng lebih besar daripada pelarutnya akan segera mengendap. Jika dalam suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan pengendapan yang berbeda dan kita hanya menginginkan salah satu zat, maka dapat dipisahkan dengan metode sedimentsi tau sentrifugsi. Namun jika dalm campuran mengandung lebih dari satu zat yang akan kita inginkan, maka digunakan metode presipitasi. Metode presipitasi biasanya dikombinasi dengan metode filtrasi.
Suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang berbeda dalam suatu campuran atau larutan tertentu. Zat-zat dengan berat jenis yng lebih besar daripada pelarutnya akan segera mengendap. Jika dalam suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan pengendapan yang berbeda dan kita hanya menginginkan salah satu zat, maka dapat dipisahkan dengan metode sedimentsi tau sentrifugsi. Namun jika dalm campuran mengandung lebih dari satu zat yang akan kita inginkan, maka digunakan metode presipitasi. Metode presipitasi biasanya dikombinasi dengan metode filtrasi.
5.
Difusi
Dua macm zat berwujud cair atau gas bila dicampur dapat berdifusi (bergerak mengalir dan bercampur) satu sama lain. Gerak partikel dapat dipengaruhi oleh muatan listrik. Listrik yang diatur sedemikian rupa (baik besarnya tegangan maupun kuat arusnya) akan menarik partikel zat hasil ke arah tertentu sehingga diperoleh zat yang murni. Metode pemisahan zat dengan menggunakan bantuan arus listrik disebut elektrodialisis. Selain itu kita mengenal juga istilah elektroforesis, yaitu pemisahan zat berdasarkan banyaknya nukleotida (satuan penyusun DNA) dapat dilakukan dengan elektroforesis menggunakan suatu media agar yang disebut gel agarosa.
Dua macm zat berwujud cair atau gas bila dicampur dapat berdifusi (bergerak mengalir dan bercampur) satu sama lain. Gerak partikel dapat dipengaruhi oleh muatan listrik. Listrik yang diatur sedemikian rupa (baik besarnya tegangan maupun kuat arusnya) akan menarik partikel zat hasil ke arah tertentu sehingga diperoleh zat yang murni. Metode pemisahan zat dengan menggunakan bantuan arus listrik disebut elektrodialisis. Selain itu kita mengenal juga istilah elektroforesis, yaitu pemisahan zat berdasarkan banyaknya nukleotida (satuan penyusun DNA) dapat dilakukan dengan elektroforesis menggunakan suatu media agar yang disebut gel agarosa.
6.
Adsorbsi
Adsorbsi merupakan penarikan suatu zat oleh bahan pengadsorbsi secara kuat sehingga menempel pada permukaan dari bahan pengadsorbsi. Penggunaan metode ini diterapkan pada pemurnian air dan kotoran renik atau organisme.
Adsorbsi merupakan penarikan suatu zat oleh bahan pengadsorbsi secara kuat sehingga menempel pada permukaan dari bahan pengadsorbsi. Penggunaan metode ini diterapkan pada pemurnian air dan kotoran renik atau organisme.
B. ANALISA KUALITATIF
Analisis berasal
dari kata analis yang berarti meneliti atau mengidentifikasi. Analisis
kualitatif adalah mengidentifikasi suatu zat atau senyawa yang terdapat di
dalam sampel. Tujuan dari analisis kualitatif adalah pemastian suatu zat atau
senyawa apa saja yang terdapat di dalam sampel. Berdasarkan metodenya analisis kualitatif dibagi
menjadi dua bagian :
1.
Analisis Kualitatif Anion dan Kation.
Untuk analisis ini digunakan
pereaksi-pereaksi yang spesifik contohnya HCL pekat atau encer, HNO3 pekat
ataupun encer. Dan masih banyak yang lainnya.
2.
Analisis kualitatif Berdasarkan Karakter
Fisik.
Yaitu penentuan sifat fisis dan keasaman. Pada penentuan
sifat fisis, untuk sampel padat yang diamati adalah warna, bentuk, bau,
kelarutan, pemanasan pada uji warna nyala. Sedangkan untuk sampel cair yang
diamatinya adalah warna, bau, kelarutan, serta keasaman. Untuk uji keasaman
dapat dilakukan dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan menggunakan
kertas lakmus.
Metode Pemisahan Analisis Kualitatif terdapat beberapa cara yaitu:
1.
Filtrasi
Filtrasi adalah pemisahan suatu campuran
dengan menggunakan alat penyaringan.
2.
Kristalisasi
Kristalisasi adalah pemisahan campuran zat
padat dari larutan dengan cara menguapkan pelarutnya.
3.
Distilasi
Distilasi adalah pemisahan campuran antara
dua macam zat cair atau lebih berdasarkan perbedaan titik didihnya.
4.
Sublimasi
Sublimasi adalah perubahan wujud dari zat
padat menjadi gas dan sebaliknya.
5.
Kromatografi
Kromatografi adalah pemisahan campuran
didasarkan pada perbedaan kecepatan perembesan dari zat – zat dalam
campuran .
6.
Ekstraksi
Proses pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan kelarutan dua cairan yang membentuk campuran tersebut.
C.
IDENTIFIKASI KATION
1.
Ion Perak (Ag+)
Ambil
1 ml larutan AgNO3 0,1 M dalam sebuah tabung reaksi, lalu tambahkan
1 ml NaCl. Endapan yang terbentuk disaring dengan cara didekantasi dan dicuci
dengan air yang mengandung HCl. Tambahkan 1 ml NH4OH 6 M lalu
dikocok endapan akan larut. Asamkan larutan ini dengan menambahkan HNO3
6 M. Terbentuknya endapan putih menunjukkan adanya ion perak.
2.
Ion Timbal (Pb2+)
Ambillah
1 ml 0,1 M Pb(NO3)2 dalam sebuah tabung reaksi, lalu
tambahkan 1 ml 0,1 M NaCl. Biarkan endapan yang terbentuk turun lalu dekantasi,
cucilah endapan dengan 2 ml aquadest dan tambahkan 1 ml aquadest setelah
endapan larut, panaskan agar seluruh endapan larut dinginkan larutan tersebut
dibawah aliran air kran, apakah yang anda amati? Terbentuknya kristal-kristal
jarum yang berwarna putih menandakan adanya ion Pb2+.Panaskan
lagi dan larutan dibagi dua. Larutan pada tabung pertama, ditambahkan beberapa
tetes larutan KI , endapan kuning jingga PbI2 menandakan adanya Pb. Larutan
yang kedua ditambahkan 4 tetes K2CrO4 1 M, terbentuknya
endapan yang berwarna kuning dan dapat larut di dalam NaOH 6 M menyatakan
adanya Pb2+.
3.
Ion Seng (Zn2+)
Dalam
sebuah tabung reaksi ambil 1 ml Zn(NO3)2 0,1 M. Tambahkan
5 tetes larutan NH4Cl 6 M dan 1 tetes NH4OH 6 M. Guna
penambahan NH4Cl dan NH4OH adalah sebagai buffer untuk
mengatur pH larutan. Pada larutan tersebut tambahkan 6 tetes Thioacetamida 1 M
dan panaskan hati-hati selama 1 sampai 2 menit. Thioaceamida akan bereaksi
dengan air (hidrolisis) membentuk H2S dan H2S bereaksi
dengan Zn2+ membentuk endapan ZnS yang berupa gel berwarna putih,
bila tidak ada Thioacetamida, dapat diganti dengan H2S dalam Aceton.
4.
Ion Besi (Fe2+
dan Fe3+)
Dalam
sebuah tabung reaksi, ambil larutan 0,1 M FeSO4 sebanyak 1 ml,
kemudian tambahkan 5 tetes larutan 0,1 M K3Fe(CN)6
(kalium heksa siano ferrat III), terbentuknya endapan biru tua (biru
Turnbull) menandakan adanya ion Fe2+. Dalam sebuah tabung
reaksi, ambil larutan 0,1 M FeCl3 sebanyak 1 ml, kemudian tambahkan
5 tetes larutan 0,1 M K4Fe(CN)6 (kalium heksa siano
ferrat II), terbentuknya endapan warna biru-terang (biru Berlin)
menandakan adanya ion Fe3+.
5.
Ion Tembaga (Cu2+)
Dalam
dua buah tabung reaksi, isilah masing-masing dengan larutan 0,1 M CuSO4
sebanyak 1 ml. Pada larutan CuSO4 ditabung pertama, tambahkan
beberapa tetes larutan NH4OH 6 M sampai larutan berwarna biru tua.
Terbentuknya senyawa kompleks Cu(NH3)4SO4 yang
berwarna biru tua menandakan adanya ion Cu2+. Pada larutan ditabung
kedua, tambahkan beberapa tetes larutan K4Fe(CN)6 0,1 M
sampai terbentuk endapan coklat tua. Terbentuknya senyawa kompleks Cu2[Fe(CN)6]
yang berwarna coklat menandakan adanya ion Cu2+. Lakukan test nyala
untuk larutan CuSO4 0,1 M dengan cara seperti pada percobaan test
nyala pada logam Na. Terbentuknya nyala yang berwarna hijau-biru
menandakan adanya logam Cu2+.
6.
Ion Barium (Ba2+)
Dengan
meggunakan sebuah tabung reaksi ambil 1 ml larutan Ba(NO3)2
0,1 M. Atur pH larutan dengan cara menambahkan 5 tetes 6 M CH3COOH
dan 5 tetes 6 M CH3COONH4. Kemudian tambahkan 3 tetes 1 M K2CrO4,
bila larutan belum berwarna kuning, tambahkan lagi. kemudian aduklah maka akan
timbul endapan kuning dari BaCrO4. Dengan menggunakan kawat Ni-Cr,
lakukan test nyala untuk larutan Ba(NO3)2, terbentuknya
nyala yang berwarna warna hijau-kuning menandakan adanya Ba2+.
7.
Ion Kalsium (Ca2+)
Dengan
menggunakan sebuah tabung reaksi ambil 1 ml larutan Ca(NO3)2
0,1 M. Tambahkan beberapa tetes larutan Na2C2O4
0,1 M. Terbentuknya endapan putih dari CaC2O4
menunjukkaadanya Ca2+. Lakukan juga test nyala terhadap 1 ml Ca(NO3)2
1 M yang sudah diasamkan dengan beberapa tetes 6 M HCl. Terbentuknya nyala yang
berwarna merah-bata menandakan adanya Ca2+.
8.
Ion Strosium (Sr2+)
Lakukan
test nyala untuk logam Sr2+ dengan cara yang sama seperti test nyala
logam yang lain. Ambil 1 ml larutan Sr(NO3)2 1 M asamkan
dengan sedikit HCl. Terbentuknya nyala yang berwarna Merah-ungu atau
magenta menandakan adanya logam Sr2+.
9.
Ion Natrium (Na+)
Lakukan
test nyala bagi Na+. Ambil 1 ml larutan 0,1 M NaNO3,
asamkan dengan beberapa tetes 6 M HCl. Penambahan HCl dimak- sudkan untuk
membantu pembentukan NaCl yang mudah menguap. Dengan menggunakan kawat Ni-Cr
yang telah berkali-kali dibersihkan dengan HCl 6 M dan dipijarkan, lakukan test
nyala bagi Na. Terbentuknya nyala yang berwarna kuning terang menandakan
adanya Na+.
10.
Ion Kalium (K+)
Tes
nyala bagi K+ serupa dengan test nyala bagi Na. Ambil 1 ml 0,2 M KNO3,
asamkan dengan beberapa tetes HCl lalu laku- kan test nyala. Bila anda
mempunyai suatu sampel selain mengandung K+ juga mengandung Na+
maka perlu digunakan kaca kobalt untuk menyaring nyala Na yang sangat terang. Terbentuknya
nyala yang berwarna ungu terang menandakan adanya K+.
11.
Ion Litium (Li+).
Lakukan
test nyala untuk logam Li+ dengan cara yang sama seperti test nyala
logam yang lain. Ambil 1 ml larutan LiNO3 1 M asamkan dengan sedikit
HCl. Terbentuknya nyala yang berwarna Merah-darah menandakan adanya
logam Li+.
12.
Ion Magnesium (Mg2+)
Ambillah
1 ml larutan MgCl2 kemudian tambahkan ½ ml larutan NH4OH
6 M dan ½ ml larutan Na2HPO4 dan diamkan kira-kira 5
menit. Jika ada endapan putih MgNH4PO4 menunjukkan adanya
Mg.
13.
Ion Ammonium (NH4+)
Ambil
2 ml larutan 0,1 M NH4NO3, tambahkan beberapa tetes 6 M
NaOH. Basahi kertas saring merah dan letakkan pada mulut tabung reaksi. Kemudian
panaskan tabung reaksi dan goyangkan secara hati-hati, dan jangan sampai
mendidih. Kibaskan gas yang keluar dengan tangan kearah anda, cium baunya. Gas
ammoniak akan menyebabkan kertas lakmus menjadi biru.
14.
Ion Kadmium (Cd2+)
Ambilah
1 ml larutan CdCl2 tambahkan beberapa tetes H2S dalam
aseton, kocoklah terbentuknya endapan kuning jingga menandakan adanya Cd.
Mungkin CdS mengendap sebagai koloid sehingga larutan akan terlihat berwarna
kuning atau jingga.
15.
Ion Kobalt (Co2+)
Ambil
1 mL larutan CoCl2 tambahkan beberapa butir NH4CNS dan
kocoklah, kemudian tambahkan beberapa tetes amil alkohol, bila terbentuk warna
biru pada lapisan organik menandakana adanya Co
16.
Ion Nikel (Ni2+)
Ambillah
1 mL larutan NiSO4 dan letakkan diatas kaca arloji, kemudian
tambahkan 2 tetes NH4OH pekat aduklah, kemudian tambahkan 5 tetes
dimetil glioksim. Jika terbentuk endapan merah dari Ni-dimetil glioksim
menandakan adanya Ni.
D.
IDENTIFIKASI ANION
1.
Anion Klorida (Cl–)
Ke
dalam 1 ml larutan NaCl 0,1 M tambahkan beberapa tetes 0,1 M AgNO3.
Ion Cl– bereaksi dengan ion Ag+ membentuk endapan
putih AgCl. Untuk meyakinkan endapan tersebut benar-benar AgCl, larutkan
kembali endapan itu dengan penambahan beberapa tetes 6 M NH4OH,
kemudian asamkan dengan 6 M HNO3 maka endapan putih AgCl akan
terbentuk lagi.
2.
Anion Yodida (I–)
Ambil
2 ml KI dan asamkan dengan beberapa tetes HCl 6 M. Tambahkan 1 ml larutan 0,1 M
FeCl3 untuk mengoksidasi I– menjadi I2.
Tambahkan 1 ml CCl4 lalu kocok. Warna “purple” dari lapisan CCl4
menunjukkan adanya Iodida.
3.
Anion Bromida (Br–)
Pada
sebuah abung reaksi, ambil 2 ml larutan KBr 0,1 M. Tambahkan 1 ml larutan air
klor dan 1 ml CCl4 kocoklah. Warna lapisan CCl4 berubah
menjadi coklat menunjukkan adanya ion Bromida, karena Br–
dioksidasi oleh Klor menjadi Br2.
4.
Anion Sulfida (S2–).
Ke
dalam 2 ml larutan Na2S tambahkan 6 M HCl berlebih. Amati bau gas H2S
yang keluar. Untuk meyakinkan keluarnya gas tadi, letakkan pada mulut tabung
reaksi, kertas saring yang dibasahi dengan Pb(CH3COO)2. Panaskan
tabung reaksi, noda berwarna hitam PbS, menunjukkan adanya Sulfida.
5.
Anion Sulfat (SO42–).
Dalam
sebuah tabung reaksi yang bersih isilah dengan 2 ml larutan Na2SO4
0,1 M dan 2 ml larutan Ba(NO3)2 0,1 M. Terbentuknya
endapan putih yang tidak larut ketika ditambah-kan 1 ml HCl 1 M menandakan
adanya ion sulfat.
6.
Anion Nitrat (NO3–).
Dalam
sebuah tabung reaksi ambil 2 ml larutan NaNO3 0,1 M, asam kan dengan
1 ml H2SO4 3 M dan tambahkan 1 ml larutan FeSO4
jenuh yang baru dibuat. Miringkan letak tabung reaksi kira-kira 45o
, lalu masukkan perlahan-lahan 1 ml H2SO4 pekat melalui
dinding tabung. Usahakan agar H2SO4 menempati bagian
bawah tabung dan jangan dikocok. Terbentuknya suatu cincin coklat dari
senyawa Fe(NO)SO4 pada batas kedua zat cair menunjukkan adanya NO3–.
7.
Anion Karbonat (CO32–)
dan Bikarbonat (HCO32–).
Pengujian
terhadap adanya ion CO32– dilakukan dengan memakai zat
padatnya. Kekhasannya terletak pada pembentukan endapan putih BaCO3.
Pada sebuah tabung reaksi, masukkan sedikit Na2CO3 padat,
lalu tambahkan dengan hati-hati 6 tetes HCl 6 M. Amati terbentuknya gas CO2
dan cium baunya. Beberapa senyawa lain
misalnya, sulfida dan sulfit akan menghasilkan gas yang berbau pada penambahan
HCl. Masukkan pengaduk yang telah dibasahi dengan larutan Ba(OH)2 ke
dalam tabung reaksi (jangan tercelup ke dalam larutan). Terbentuk- nya endapan
putih BaCO3 menandakan adanya ion karbonat. Suatu bikarbonat
misalnya NaHCO3 juga memberikan hasil yang sama, jadi pengujian ini
berlaku juga untuk ion bikarbonat.
8.
Anion Phosfat (PO43–)
Ion
Phosfat diuji dengan pembentukan endapan kuning dari senyawa Ammonium
Phosfo-molibdat [(NH4)3PO4.12MoO3].
Ke dalam sebuah tabung reaksi ambil 1 ml larutan Na3PO4
0,1 M, tambahkan 1 ml larutan HNO3 6 M dan 1 ml (NH4)3MoO3
0,5 M. Aduklah campuran tersebut, selanjutnya letakkan tabung reaksi ke dalam
beaker gelas yang berisi air mendidih. Setelah beberapa lama, maka akan
terbentuk endapan yang berwarna kuning dari Ammonium Phosfo-molibdat,
menyatakan adanya phosfat.
9.
Anion Oksalat (C2O43–)
Ambil
1 ml larutan Na2C2O4 dalam sebuah tebung
reaksi, kemudian tambahkan tetes demi tetes larutan Ca-asetat 2 M sampai
terbentuk endapan yang sempurna. Lakukan sentrifugasi dan
cuci endapan dengan aquadest, buang air cuciannya. Endapan ditambahkan 10 tetes
H2SO4 1,5 M dan panaskan dengan penangas air selama 1
menit dan tambahkan 2 tetes larutan KMnO4 0,01 M . Hilangnya
warna larutan KMnO4 menandakan adanya ion oksalat.
E.
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSIONAL
Gugus fungsi adalah suatu atom atau kumpulan atom yang
melekat pada suatu senyawa dan berperan memberikan sifat yang khas dan
berpengaruh pada sifat fisik dan kimia senyawa tersebut. Senyawa organik yang
mempunyai gugus fungsional sama akan ditempatkan pada deret homolog yang sama.
Ikatan tunggal karbon-karbon dan karbon-oksigen dalam senyawa organik biasanya
tidak reaktif karena mereka non polar. Golongan polar membentuk bagian yang
reaktf dalam suatu molekul organik yaitu gugus fungsional tersebut. Misal,
alkohol adalah suatu golongan senyawa yang mengandung gugus fungsi hodroksil
(-OH) terikat pada karbon. Semua alkohol mempunyai reaksi kimia yang sama
karena mengandung gugus fungsional ini. Ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap
tiga yang menghubungkan atom-atom karbon juga dianggap gugusan fungsional,
sebab lebih reaktif daripada ikatan tunggal karbon-karbon (Prasojo, 2010).
Tujuan dari identifikasi adalah untuk mengenali gugus
fungsi tertentu yang terdapat dalam suatu senyawa melalui reaksi kimia tertentu
yang spesifik, yaitu reaksi kimia yang hanya dapat bereaksi dengan senyawa yang
mengandung gugus fungsi tertentu dan tidak dapat bereaksi dengan gugus fungsi
yang lain. Masing-masing senyawa organik memiliki sifat tertentu yang
bergantung pada gugus fungsionil yang dimilikinya. Beberapa senyawa dengan
gugus fungsi berbeda dapat memiliki sifat yang sama/mirip (Prasojo, 2010).
Gugus fungsi tertentu bereaksi hanya dengan pereaksi
tertentu dengan memberikan gejala yang khas, karena itu gugus fungsi menjadi
ciri suatu kelompok senyawa dan dapat dikenali dengan peraksi pengenalnya.
Alkohol
Alkohol merupakan
senyawa hidrokarbon dengan satu atom H disubtitusi oleh satu gugus OH . Alkohol
juga dapat di anggap berasal dari air H-O-H dengan H diganti oleh gugus C2H5
(etil).
Berdasarkan letak OH pada rantai hidrokarbon, alkohol dapat dibagi atas
tiga golongan yakni :
Alkohol Primer
Rumus umum: R-CH2-OH
Alkohol sekunder
Rumus umum: (R)2CH-OH
Alkohol Tersier
Rumus umum: (R)3C-OH
Jika alkohol dioksidasi misalnya dengan kalium kromat,
dihasilkan senyawa yang berbeda yaitu aldehid dan keton. Dengan oksidasi kuat
dihasilkan asam karboksilat.
Asam dan Basa
Asam organik dapat diperoleh dengan mengoksidasi
alkohol atau aldehid dengan pengoksidasi kuat, misalnya KMnO4.
Penambahan asam mineral kuat pada garam organik menghasilkan asam organik. Asam
organik bereaksi cepat dengan NaHCO3, menghasilkan gas CO2.
Basa organik pada umumnya mengandung gugus fungsi NH2.
Pasangan electron bebas pada nitrogen menunjukan sifat sebagai basa lewis.
Senyawa–senyawa organik yang larut dalam air bersifat netral (pH=7). Asam
mempunyai pH rendah sedangkan basa pHnya tinggi. Dalam percobaan ini digunakan
kertas lakmus untuk menguji keasaman.
Ester
Ester dapat terbentuk dari reaksi asam anorganik atau
asam organik dengan alkohol. Ester biasanya mudah menguap dan mempunyai bau
yang enak. Bau alami dari banyak bunga – bungaan dan aroma dari buah – buahan
merupakan aroma dari salah satu atau beberapa ester.
Tabel berikut menunjukkan ester
dengan cita rasa atau aromanya.
Rumus Struktur
|
Jenis Ester
|
Aroma
|
CH3COOC5H11
C4H9COOC5H11
C3H1COOC5H11
C3H7COOC4H9
C3H7COOC3H7
|
Amil Asetat
Amil Valerat
Amil Butirat
Butil Butirat
Propil Butirat
|
Buah Pisang
Buah Apel
Buah Jambu
Buah Nanas
Buah Mangga
|
Beberapa ester alami yang penting adalah lemak hewan,
mentega, dan minyak biji rami, biji kapas dan buah zaitun yang digunakan untuk membuat
minyak sayur dan margarin. Dalam ilmu kimia Alkohol adalah senyawa-senyawa
dimana satu atau lebih atom hidrogen dalam sebuah alkana digantikan oleh sebuah
gugus -OH. Kelas penting dari gugus . Fungsi alkohol adalah alkohol asiklik
sederhana, dengan rumus umum CnH2n + 1OH. Dari rumus
tersebut, etanol (C2H5OH) adalah jenis alkohol yang umum
ditemukan dalam minuman beralkohol, dan dalam bahasa sehari-hari kata alkohol
merujuk pada kata khusus untuk etanol.
Alkohol merupakan senyawa seperti air yang satu
hidrogennya diganti oleh rantai atau cincin hidrokarbon. Sifat fisis alkohol,
alkohol mempunyai titik didih yang tinggi dibandingkan alkana-alkana yang
jumlah atom C-nya sama. Hal ini disebabkan antara molekul alkohol membentuk
ikatan hidrogen. Rumus umum alkohol R – OH, dengan R adalah suatu alkil baik
alifatis maupun siklik. Dalam alkohol, semakin banyak cabang semakin rendah
titik didihnya. Sedangkan dalam air, metanol, etanol, propanol mudah larut dan
hanya butanol yang sedikit larut. Alkohol dapat berupa cairan encer dan mudah
bercampur dengan air dalam segala perbandingan.
Alkohol umumnya berwujud cair dan memiliki sifat mudah
menguap (volatil) tergantung pada panjang rantai karbon utamanya (semakin
pendek rantai C, semakin volatil). Kelarutan alkohol dalam air semakin rendah
seiring bertambah panjangnya rantai hidrokarbon. Hal ini disebabkan karena
alkohol memiliki gugus OH yang bersifat polar dan gugus alkil (R) yang bersifat
nonpolar, sehingga makin panjang gugus alkil makin berkurang kepolarannya.
Reaksi-reaksi yang terjadi dalm alkohol antara lain
reaksi substitusi, reaksi eliminasi, reaksi oksidasi dan esterifikasi. Dalam
suatu alkohol, semakin panjang rantai hidrokarbon maka semakin rendah
kelarutannya. Bahkan jika cukup panjang sifat hidrofob ini mengalahkan sifat
hidrofil dari gugus hidroksil. Banyaknya gugus hidroksil dapat memperbesar
kelarutan dalam air.
Asam
Alkanoat / Asam karboksilat
Asam alkanoat atau asam karboksilat merupakan golongan
senyawa karbon yang mempunyai gugus fungsional –COOH terikat langsung pada
gugus alkil, sehingga rumus umum asam alkanoat adalah : R-COOH.
Sifat –
sifat asam karboksilat.
Secara umum senyawa-senyawa asam alkanoat atau asam
karboksilat mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut :
sifat-sifat sebagai berikut :
1.
Asam alkanoat yang mengandung C1 sampai C4 berbentuk
cairan encer dan larut sempurna dalam air.
2.
Asam alkanoat dengan atom C5 sampai
C9 berbentuk cairan kental dan sedikit larut dalam air.
3.
Asam alkanoat suku tinggi dengan C10
atau lebih berbentuk padatan yang sukat larut dalam air.
4.
Titik didih asam alkanoat lebih
tinggi dibandingkan titik didih lcohol yang memiliki jumlah atom C yang sama.
5.
Asam alkanoat pada umumnya merupakan
asam lemah. Semakin panjang rantai karbonnya semakin lemah sifat asamnya.
Contoh :
HCOOH Ka = 1,0 x
10–4
CH3COOH
Ka = 1,8 x 10–5
CH3CH2COOH
Ka = 1,3 x 10–5
Asam alkanoat dapat bereaksi dengan basa menghasilkan
garam. Reaksi ini disebut reaksi penetralan.
CH3COOH
+ NaOH -------------> CH3COONa + H2O
Asam Etanoat Natrium Etanoat
Asam Etanoat Natrium Etanoat
Asam
alkanoat dapat bereaksi dengan alkohol menghasilkan senyawa ester. Reaksi ini
dikenal dengan reaksi esterifikasi.
CH3COOH
+ CH3–OH ------------------> CH3COOHCH3 + H2O
Asam Etanoat Metanol Metil Etanoat
Asam Etanoat Metanol Metil Etanoat
CH3CH2COOH
+ CH3CH2–OH -------------> CH3CH2COOCH3
+ H2O
Asam Propanoat Etanol Etil Propanoat
Asam Propanoat Etanol Etil Propanoat
Kegunaan Asam Alkanoat
Penggunaan
asam alkanoat dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
1.
Asam format (asam metanoat) yang juga dikenal asam
semut merupakan cairan tak berwarna dengan bau yang merangsang. Biasanya
digunakan untuk:
a.
Menggumpalkan lateks (getah karet)
b.
Obat pembasmi hama
2.
Asam asetat atau asam etanoat yang dalam kehidupan
sehari-hari dikenal dengan nama asam cuka. Asam cuka banyak digunakan sebagai
pengawet makanan, dan penambah rasa makanan (bakso dan soto).
3.
Asam sitrat biasanya sering digunakan
untuk pengawet buah dalam kaleng.
4.
Asam stearat, asam ini berbentuk
padat, berwarna putih. Dalam kehidupan sehari-hari terutama digunakan untuk
membuat lilin.
Tatanama
Alkohol
Nama umum untuk alkohol diturunkan
dari gugus alkil yang melekat pada –OH dan kemudian ditambahkan kata alkohol.
Dalam sisitem IUPAC, akhiran-ol menunjukkan adanya gugus hidroksil.
Contoh-contoh berikut menggambarkan contoh-contoh penggunaan kaidah IUPAC (Nama
umum dinyatakan dalam tanda kurung).
Bagi kebanyakan orang kata eter
dikaitkan dengan anestesi. Eter yang dimaksud adalah hanyalah salah satu
anggota kelompok eter, yaitu senyawa yang mempunyai dua gugus organik melekat
pada atom oksigen tunggal. Rumus umum eter ialah R-O-R’, yang R dan R’-nya bisa
sama atau berbeda, gugusnya dapat berupa alkil atau aril. Pada anestesi umum
kedua R-nya adalah gugus etil. CH3CH2-O-CH2CH3.
Eter merupakan isomer atau turunan
dari alkohol (unsur H pada OH diganti oleh alkil atau aril). Eter mengandung
unsur C, H, dan O.
Sifat Fisika
Eter
§ Senyawa eter
rantai C pendek berupa cair pada suhu kamar dan TD nya naik dengan penambahan
unsur C.
§ Eter rantai C pendek medah larut dalam air, eter
§ dengan rantai panjang sulit larut dalam air dan larut dalam pelarut
organik.
§ Mudah terbakar
§ Unsur C yang sama TD eter > TD alkana dan < TD alkohol (metil,
n-pentil eter 140oC, n-heptana 98oC, heksil alkohol 157oC).
Penggunaan Eter
§ Dietil eter:
sebagai obat bius umum, pelarut dari minyak, dsb.
§ Eter-eter tak jenuh: pada opersi singkat : ilmu kedokteran gigi dan ilmu
kebidanan.
Tatanama
Eter
Eter diberi nama berdasarkan gugus
alkil atau arilnya menurut urutan abjad, diikuti dengan kata eter misalnya : Untuk
eter dengan stuktur kompleks, kadang-kadang diperlukan nama gugus –OR sebagai
gugus alkoksi. Misalnya, dalam sistem IUPAC eter diberi nama sebagai
hidrokarbon dengan substitusi alkoksi.
F. GRAVIMETRI
Gravimetri
ialah pengukuran berdasarkan berat. Analisis gravimetri ialah analisis kuantitatif yang
menggunakan massa (berat) sebagai langkah utama dalam proses analisisnya. Analisis gravimetri dapat diartikan
juga sebagai analisis kimia secara kuantitatif berdasarkan proses pemisahan dan
penimbangan suatu unsure atau senyawa dalam bentuk murninya. Senyawa yang dapat
diukur melalui analisis gravimetri ini adalah:
§
Pemisahan
analit harus berlangsung secara sempurna.
§
Zat
yang ditimbang harus murni atau mendekati murni dan mempunyai susunan yang
pasti.
Kelebihan
untuk analisis gravimetri ini adalah :
§
Mudah.
§
Murah.
§
Spesifik.
§
Cepat.
§
Akurat.
§
Presisi.
§
Sensitive.
Kekurangannya adalah:
§ Memakan waktu lama.
Analisis
gravimetri ini terdapat beberapa metode, diantaranya:
1.
Gravimetri cara penguapan.
Contohnya,
sampel dipanaskan kemudian analit akan menguap dan residu ditimbang atau analit
diuapkan kemudian dikumpulkan dan uap ditimbang.
Metode ini bertujuan untuk menghilangkan komponen yang tidak diinginkan. Contohnya penentuan kadar air.
Metode ini bertujuan untuk menghilangkan komponen yang tidak diinginkan. Contohnya penentuan kadar air.
2.
Gravimetri elektrolisa
Adalah
metode pemisahan dengan menggunakan sel elektrolisa. Pada metode ini dilakukan
pengukuran massa zat yang terbentuk pada katode. Analisis ini berdasarkan hukum
faraday yang menyatakan bahwa banyaknya zat yang dibebaskan pada elektroda pada
suatu sel, berbanding lurus dengan kuantitas listrik yang mengalir melalui
larutannya, banyaknya zat yang berlainan di depositkan oleh kuantitas listrik
yang sama, sebanding dengan massa equivalennya.
3.
Gravimetri cara pengendapan
Metode
ini mengubah bentuk komponen yang diinginkan menjadi endapan yang dapat
dipisahkan dengan sempurna. Syarat-syarat umum:
·
Kelarutan harus kecil.
·
Endapan mudah dipisahkan.
·
Komponen yang diinginkan dapat
diubah menjadi senyawa murninya dengan susunan kimia yang tepat.
G.
VOLUMETRI
Analisa
volumetri adalah analisa kuantitatif dimana kadar dan komposisi dari sampel
ditetapkan berdasarkan volume pereaksi (volume diketahui) yang ditambahkan ke dalam
larutan zat uji, hingga komponen yang ditetapkan bereaksi secara kuantitatif
dengan pereaksi tersebut. Proses diatas dikenal dengan titrasi.
Oleh karena itu, analisa volumetri disebut juga analisa titrimetri.
Titrasi
adalah proses pengukuran volume titran untuk mencapai titik equivalen.
Tujuannya adalah untuk menentukan konsentrasi suatu larutan. Pada
titrasi ini ada beberapa metode yaitu metode volumetri yang dilakukan dengan
cara pengukuran volume suatu larutan. Dan ada juga metode penentuan kadar atau
konsentrasi suatu larutan dengan larutan lain yang telah diketahui
konsentrasinya.
Syarat Titrasi
adalah:
1.
Diketahui dengan pasti reaksi kimia
antar analit dan titran.
2.
Reaksi berjalan dengan cepat.
3.
Adanya suatu alat atau bahan yang
dapat menandakan atau mengidentifikasi suatu larutan yang apabila dititrasi
telah mencapai titik equivalen. Contohnya indicator.
4.
Tidak ada yang yang mengganggu
reaksi.
5.
Kesetimbangan lebih mengarah
keproduk (kanan) . hal ini untuk memastikan reaksi secara kuantitatif.
Larutan
Baku
Larutan Baku adalah suatu larutan
yang konsentrasinya telah diketahui dengan akurat.
Larutan Baku dibagi menjadi dua
bagian yaitu :
1.
Larutan Baku Primer
Larutan baku primer
adalah larutan yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya dari perhitungan. Syarat larutan baku primer :
·
100% murni.
·
Stabil (konsentrasinya tetap).
·
Mudah diperoleh.
·
Relatif.
·
Memenuhi persyaratan titrasi.
Larutan baku
primer pada saat titrasi diletakkan pada Erlenmeyer yang disebut sebagai
analit. Analit itu sendiri adalah larutan yang ditambahkan titran atau yang
akan ditentukan kadarnya.
Pembuatan larutan baku primer harus dilakukan
dengan teliti secara analitis, pada penimbangan, pelarutan, maupun pengenceran
dan alat yang dugunakannyapun harus benar – benar bersih. Penimbangan Larutan
Baku Primer dilakukan pada neraca analitik sampai berat persepuluh milligram
(sampai 4 desimal dalam gram). Dan untuk pelarutan atau pengencerannya
dilakukan pada labu ukur. Karena labu ukur merupakan suatu alat ukur yang
memiliki nilai keakuratan paling tinggi. Contoh K2Cr2O7,
AS2O3, NaCl, H2C2O4.
2.
Larutan Baku Sekunder
Larutan baku sekunder adalah larutan dengan konsentrasi tertentu dan
merupakan titran, yang akan dititrasi dengan larutan baku primer. Larutan baku
sekunder ini bersifat tidak stabil, dalam artian konsentrasinya mudah berubah
karena pengaruh suhu, udara, cahaya. Contohnya NaOH.
Titik Equivalen.
Titik Equivalen adalah titik dimana titrasi tepat bereaksi, atau dapat
diartikan titik dalam suatu titrasi dimana jumlah Equivalen titran sama
(setara) dengan jumlah equivalen analit.
Titik Akhir Titrasi.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana proses titrasi diakhiri yang
ditandai dengan adanya perubahan warna indicator sehingga mudah dilihat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara
mendasar, proses pemisahan dapat diterangkan sebagai proses perpindahan massa. Proses pemisahan sendiri dapat
diklasifikasikan menjadi proses pemisahan secara mekanis atau kimiawi.
Pemilihan jenis proses pemisahan yang digunakan bergantung pada kondisi yang
dihadapi. Pemisahan secara mekanis dilakukan kapanpun memungkinkan karena biaya
operasinya lebih murah dari pemisahan secara kimiawi.
Proses
pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode
pemisahan yang dipilih bergantung pada fase komponen penyusun campuran. Suatu
campuran dapat berupa campuran homogen (satu fase) atau campuran heterogen
(lebih dari satu fase).
B.
SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, Syamsul.,
Rahmiati., Yoskasih. 2009. “Verifikasi
Metoda Gravimetri untuk Penentukan Thorium”. Pusat
Teknologi Bahan Bakar Nuklir – BATAN. Vol. 13. No. 03.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik.
UI Press. Jakarta.
Okdayani, Yoskasih. 2010. “Penentuan Kadar Air Dalam
Serbuk UO2 Dengan Metoda Gravimetri”. Hasil-hasil Penelitian EBN. Vol. 12. No. 7.
Underwood, A.L, dan Day, R.A.,
1981, Analisis Kimia Kuantitatif,
Erlangga, Jakarta.
Post a Comment for "Metode pemisahan 2 kimia"