Netralisasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reaksi netralisasi berawal dari teori tentang teori
asam basa yang di kemukakan oleh Arhennius, bronted lowry dan Lewis.menurut
arhenius asam adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan
melepaskan ion H+ dan basa adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam air
akan melepaskan ion OH-. Menurut
bronsted lowry asam adalah suatu zat yang memberikan proton sedangkan
basa adalah akseptor proton.
Titrasi asam basa adalah penetapan kadar suatu zat
(asam atau basa) berdasarkan atas reaksi asam basa.bila titran digunakan lrutan
asam baku maka penetapan tersebut dinamakan ASIDIMETRI, sedangkan apabila
larutan bakunya basa sebagai titran maka penetapan itu disebut ALKALIMETRI.
Reaksi netralisasi adalah suatun reaksi antara senyawa
asam dan senyawa basa dengan menggunakan indikator tertentu untuk menjadikannya
suatu senyawa netral. Pada percobaan netralisasi ini lakukan percobaan
asidimetri,alkalimetri dan titrasi bebas air.
Minyak adalah salah satu
kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat
di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3), benzena dan
hidrokarbon lainnya yang polaritasnya sama.Minyak merupakan senyawaan
trigliserida atau triasgliserol, yang berarti “triester dari gliserol”. Jadi
minyak juga merupakan senyawa ester. Hasil hidrolisis minyak adalah asam
karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang
mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi netralisasi
2. Untuk mengetahui cara netralisasi
3. Untuk mengetahui contoh aplikasi netralisasi minyak
C. Manfaat
1. Dapat mengetahui definisi netralisasi
2. Dapat mengetahui cara netralisasi
3. Dapat mengetahui contoh aplikasi netralisasi minyak
BAB II
PEMBAHASAN
A. NETRALISASI
Netralisasi ialah suatu proses untuk memisahkan asam
lemak bebas dari minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas
dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock).
Pemisahan asam lemak bebas dapat juga dilakukan dengan cara penyulingan yang
dikenal dengan istilah de-asidifikasi.
Tujuan proses netralisasi adalah untuk menghilangkan
asam lemak bebas (FFA) yang dapat menyebabkan bau tengik.
B. CARA NETRALISASI
Ada beberapa cara netralisasi. Yaitu:
1.
Netralisasi dengan Kaustik Soda (NaOH)
Secara mekanis, maka netralisasi dengan menggunakan
kaustik soda dapat menghilangkan fosfatida, protein, rennin, dan suspense dalam
minyak yang tidak dapat dihilangkan dengan proses pemisahan gum. Komponen minor
(minor component) dalam minyak berupa sterol, klorofil, vitamin E, dan
karotenoid hanya sebagian kecil dapat dikurangi dengan proses netralisasi.
Netralisasi menggunakan kaustik soda akan menyabunkan
sejumlah kecil trigliserida. Molekul mono dan digliserida lebih mudah bereaksi
dengan persenywaan alkali. Reaksi penyabunan mono dan digliserida dalam minyak
terjadi sebagai berikut:
Di Amerika,
netralisasi dengan kaustik soda dilakukan terhadap minyak biji kapas dan minyak
kacang tanah dengan konsentrasi larutan kaustik soda 0,1 – 0,4 N pada suhu 70-
95oC. Penggunaan larutan kaustik soda 0,5 N pada suhu 70 oC
akan menyebabkan trigliserida sebanyak 1%.
Efisiensi
netralisasi dinyatakan dalam refining factor, yaitu perbandingan antara
kehilangan karena netralisasi dan jumlah asam lemak bebas dalam lemak kasar.
Sebagai contoh ialah netralisasi kasar yang mengandung 3% asam lemak bebas,
menghasilkan minyak netral dengan rendemen sebesar 94%, maka akan mengalami
kehilangan total (total loss) sebesar (100-94)% = 6%.
Makin kecil
nilai refining factor, maka efisiensi netralisasi makin tinggi.
Pemakaian larutan kaustik soda dengan kensentrasi yang terlalu tinggi akan
bereaksi sebagian dengan trigiserida sehingga mengurangi rendemen minyak dan
menambah jumlah sabun yang terbentuk. Oleh karena itu, harus dipilih
konsentrasi dan jumlah kaustik soda yang tepat untuk menyabunkan asam lemak
bebas dalam minyak. Dengan demikian penyabunan trigliserida dan terbentuknya
emulsi dalam minyak dapat dikurangi, sehingga dihasilkan minyak netral dengan
rendemen yang lebih besar dan mutu minyak yang lebih baik.
Beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan dalam memilih konsentrasi larutan alkali yang
digunakan dalam netralisasi adalah sebagai berikut:
a)
Keasaman dari Minyak Kasar
Konsentrasi dari alkali yang digunakan tergantung dari
jumlah asam lemak bebas atau derajat keasaman minyak. Makin besar jumlah asam
lemak bebas, makin besar pula konsentrasi alkali yang digunakan.
Secara teoritis, untuk menetralkan 1 kg asam lemak
bebas dalam minyak (sebagai asam oleat), dibutuhkan sebanyak 0,142 kg kaustik
soda Kristal, atau untuk menetralkan 1 ton minyak yang mengandung 1% asam lemak
bebas (10 kg asam lemak bebas) dibutuhkan sebanayk 1,42 kg kaustik soda
Kristal. Pada proses netralisasi perlu ditambahkan kaustik soda berlebih yang
disebut excess dari jumlahnya terantung dari sifat-sifat khas minyak;
misalnya untuk minyak kelapa sebanyak 0,1 – 0,2% kaustik soda didasarkan pada
berat minyak.
b)
Jumlah Minyak Netral (Trigliserida) yang Tersabunkan
Diusahakan Serendah Mungkin
Makin besar konsentrasi larutan alkali yang digunakan,
maka kemungkinan jumlah trigliserida yang tersabunkan semakin besar pula
sehingga angka refining factor bertambah besar.
c)
Jumlah Minyak Netral yang Terdapat dalam Soap Stock
Makin encer larutan kaustik soda, maka makin besar
tendensi larutan sabun untuk membentuk emulsi dengan trigliserida. Umumnya
minyak yang mengandung kadar asam lemak bebas yang rebdah lebih beik
dinetralkan dengan alkali encer (konsentrasi lebih kecil dari 0,15 N atau 5oBe),
sedangkan asam lemak bebas dengan kadar tinggi, baik dinetralkan dengan larutan
alkali 10-24oBe. Dengan menggunakan larutan alkali encer,
kemungkinan terjadinya penyabunan trigliserida dapat diperkecil, akan tetapi
kehilangan minyak bertambah besar karena sabun dalam minyak akan membentuk
emulsi.
d)
Suhu Netralisasi
Suhu netralisasi dipilih sedemikian rupa sehingga
sabun (soap stock) yang terbentuk dalam minyak mengendap dengan kompak
dan cepat. Pengendapan yang lambat akan memperbesar kehilangan minyak karena
sebagian minyak akan diserap oleh sabun.
e)
Warna Minyak Netral
Makin encer larutan alkali yang digunakan, makin besar
jumlah larutan yang dibutuhkan untuk netralisasi dan minyak netral yang
dihasilkan berwarna lebih pucat.
2.
Netralisasi dengan Natrium Karbonat (Na2CO3)
Keuntungan menggunakan persenyawaan karbonat adalah
karena trigliserida tidak ikut tersabunkan, sehingga nilai refining factor
dapat diperkecil. Netralisasi menggunakan natrium karbonat biasanya disusul
dengan pencucian menggunakan kaustik soda encer, sehingga memperbaiki mutu,
terutama warna minyak. Hal ini akan mengurangi jumlah absorben yang dibutuhkan
pada proses pencucian.
Pada umumnya netralisasi minyak menggunakan natrium
karbonat dilakukan di bawah suhu 50oC, sehingga seluruh asam lemak bebas yang
bereaksi dengan natrium karbonat akan membentuk sabun dan asam karbonat, dengan
reaksi sebagai berikut:
Pada pemanasan, asam karbonat yang terbentuk akan
terurai menjadi gas CO2 dan H2O. gas CO2 yang
dibebaskan akan membentuk busa dalam sabun yang terbentuk dan mengapungkan
partikel sabun di atas permukaan minyak. Gas tersebut dapat dihilangkan dengan
cara mengalirkan uap panas atau atau dengan cara menurunkan tekanan udara di
atas permukaan minyak dengan pompa vakum.
Cara netralisasi adalah dengan minyak dinetralkan,
dipanaskan pada suhu 35-40oC dengan tekanan lebih rendah dari 1
atmosfir. Selanjutnya ditambahkan larutan natrium karbonat, kemudian diaduk
selama 10-15 menit dengan kecepatan pengadukan 65-75 rpm. Kemudian kecepatan
pengadukan dikurangi 15-20 rpm dan tekanan vakum diperkecil selama 20-30 menit.
Dengan cara tersebut, gas CO2 yang terbentuk akan menguap dan asam
lemak bebas yang tertinggal dalam minyak kurang lebih sebesar 0,05%. Sabun yang
terbentuk dapat diendapkan dengan menambahkan garam, misalnya natrium sulfat
atau natrium silikat, atau mencucinya dengan air panas. Setelah sabun
dipisahkan dari minyak selanjutnya dilakukan proses pemucatan.
Minyak dalam
sabun yang telah mengendap dapat dipisahkan dengan cara menyaring menggunakan filter
press. Asam lemak bebas yang telah membentuk sabun (soap stock)
dapat diperoleh kembali jika sabun tersebut direaksikan dengan asam mineral.
Keuntungan
netralisasi menggunakan natrium karbonat adalah sabun yang terbentuk bersifat
pekat dan mudah dipisahkan, serta dapat dipakai langsung untuk pembuatan sabun
bermutu baik. Minyak yang dihasilkan mmlebih baik, terutama setelah mengalami
proses deodorisasi. Di samping itu trigliserida tidak ikut tersabunkan sehingga
rendemen minyak netra yang dihasilkan lebih besar.
Kelemahannya
adalah karena cara tersebut sukar dilaksanakan dalam praktek, dan di samping
itu untuk minyak semi drying oil seperti minyak kedelai, sabun yang
terbentuk sukar disaring karena adanya busa yang disebabkan oleh gas CO2.
3. Netralisasi Minyak dalam Bentuk “miscella”
Cara
netralisasi ini digunakan pada minyak yang diekstrak dengan menggunakan pelarut
menguap (solvent extraction). Hasil ekstraksi merupakan campuran antara
pelarut dan minyak disebut miscella.
Asam lemak
bebas dalam miscella dapat dinetralkan dengan menggunakan kaustik soda
atau natrium karbonat.
4. Netralisasi dengan Etanol Amin dan Amonia
Etanol amin dan
ammonia dapat digunakan untuk netralisasi asam lemak bebas. Pada proses ini
asam lemak bebas dapat dinetralkan tanpa menyabunkan trigliserida, sedangkan
ammonia yang digunakan dapat diperoleh kembali dari soap stock dengan
cara penyulingan dalam ruang vakum.
5. Pemisahan Asam (de-acidification) dengan Cara
Penyulingan
Proses
pemisahan asam dengan cara penyulingan adalah proses penguapan asam lemak
bebas, langsung dari minyak tanpa mereaksikannya dengan larutan biasa, sehingga
asam lemak yang terpisah tetap utuh. Minyak kasar yang akan disuling terlebih
dahulu dipanaskan dalam alat penukar kalor (heat exchanger). Selanjutnya
minyak tersebut dialirkan secara kontinu ke dalam alat penyuling, dengan letak
horizontal.
C. CONTOH APLIKASI NETRALISASI MINYAK
1.
Proses Pembuatan Minyak Ikan
Proses
netralisasi dilakukan dengan menambahkan larutan alkali atau pereaksi lainnya
untuk membebaskan asam lemak bebas dengan membentuk sabun dan membentuk
koagulasi bahan-bahan yang tidak diiinginkan. Penambahan larutan alkali ke
dalam minyak mentah akan menyebabkan reaksi kimia maupun fisik, yaitu:
a) Alkali akan bereaksi dengan asam lemak bebas dan
membentuk sabun,
b) Gum menyerap air dan menggumpal melaliu reaksi
hidrasi,
c) Bahan-bahan warna terdegradasi, terserap oleh gum atau
larutan oleh alkali,
d) Bahan-bahan yang tidak terlatur yang terdapat dalam
minyak akan menggumpal.
Selanjutnya minyak yang telah dinetralkan dibiarkan
beberapa saat supaya terjadi pemisahan sabun yang terbentuk. Lapisan sabun
berada pada lapisan bawah dan lapisan minyak pada bagian bawah. Kemudian sabun
tersebut diambil. Untuk menghilangkan sabun-sabun yang masih tersisa, pada
minyak ikan ditambahkan air panas sambil diaduk dan kemudian dibiarkan supaya
terjadi pemisahan minyak dan air. Setelah itu air yang terpisah dibuang.
2. Proses Pembuatan Minyak Sawit
Proses
netralisasi konvensional dengan penambahan soda kaustik merupakan proses yang
paling luas digunakan dan juga proses purifikasi terbaik yang dikenal sejauh
ini. Penambahan larutan alkali ke dalam CPO menyebabkan beberapa reaksi kimia
dan fisika sebagai berikut:
a) Alkali bereaksi dengan Free Fatty Acid (FFA)
membentuk sabun.
b) Fosfatida mengabsorb alkali dan selanjutnya akan
terkoagulasi melalui proses hidrasi.
c) Pigmen mengalami degradasi, akan terabsorbsi oleh gum.
d) Bahan-bahan yang tidak larut akan terperangkap oleh
material terkoagulasi.
Efisiensi pemisahan sabun dari minyak yang sudah
dinetralisasi, yang biasanya dilakukan dengan bantuan separator sentrifugal,
merupakan faktor yang signifikan dalam netralisasi kaustik. Netralisasi kaustik
konvensional sangat fleksibel dalam memurnikan minyak mentah untuk menghasilkan
produk makanan.
D. INDUSTRI YANG MENGGUNAKAN NETRALISASI
1.
Industri garam
Setiap asam atau h = garam memiliki ion lawannya, dan
reaksi asam basa melibatkan ion-ion ini. Dalam reaksi netralisasi khas seperti
antara HCl dan NaOH,
HCl + NaOH –> NaCl + H2O
asam basa garam air
Selain air, terbentuk NaCl dari ion khlorida, ion
lawan dari proton, dan ion natrium, ion lawan basa. Zat yang terbentuk dalam
netralisasi semacam ini disebut dengan garam. Asalkan reaksi netralisasinya
berlangsung dalam air, baik ion natrium dan ion khlorida berada secara
independen sebagai ion, bukan sebagai garam NaCl. Bila air diuapkan, natrium
khlorida akan tinggal. Kita cenderung percaya bahwa garam bersifat netral
karena garam terbentuk dalam netralisasi. Memang NaCl bersifat netral.
2.
Proses Netralisasi minyak
Proses netralisasi atau deasidifikasi pada pemurnian
minyak mentah bertujuan untuk menghilangkan asam lemak bebas yang terdapat
dalam minyak mentah. Asam lemak bebas (FFA) dapat menimbulkan bau yang tengik.
Proses netralisasi yang paling sering digunakan dalam industri kimia adalah proses
netralisasi dengan soda kostik, dengan prinsip reaksi penyabunan antara asam
lemak bebas dengan larutan soda kostik, yang reaksi penyabunannya sebagai
berikut :
R----COOH +
NaOH R-COONa + H2O
Kondisi reaksi yang optimum pada tekanan atmosfir
adalah pada suhu 70 oC, dimana reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan yang
akan bergeser ke sebelah kanan. Soda kostik yang direaksikan biasanya
berlebihan, sekitar 5 % dari kebutuhan stokiometris. Sabun yang terbentuk
dipisahkan dengan cara pengendapan. Soda kostik disamping berfungsi sebagai
penetralisir asam lemak bebas, juga memiliki sifat penghilang warna
(decoulorization).
3.
Industri NaBr
NaBr adalah sejenis garam yang berfungsi sebagai
pelarut, membuat pasta gigi, dan penenang saraf.
NaOH + HBr NaBr
4.
Industri sabun
Reaksi
saponifikasi pada sabun adalah contoh reaksi netralisasi.
RCOOR+NaOH = RCOONa+ROH
5.
Industri KCl
KCl berfungsi sebagai pembuat pupuk.
K+ + Cl- = KCl
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Netralisasi ialah suatu proses untuk memisahkan asam
lemak bebas dari minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas
dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock).
Pemisahan asam lemak bebas dapat juga dilakukan dengan cara penyulingan yang
dikenal dengan istilah de-asidifikasi. Tujuan proses netralisasi adalah untuk
menghilangkan asam lemak bebas (FFA) yang dapat menyebabkan bau tengik.
Minyak adalah salah satu
kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat
di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3), benzena dan
hidrokarbon lainnya yang polaritasnya sama.Minyak merupakan senyawaan
trigliserida atau triasgliserol, yang berarti “triester dari gliserol”. Jadi
minyak juga merupakan senyawa ester. Hasil hidrolisis minyak adalah asam
karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang
mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka
penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Ketaren, S.
2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Jakarta.
Fauzi, M. 2008.
Proses Pembuatan Minyak Ikan. http://ozenjoy.blogspot.com/2008/06/proses-pembuatan-minyak-ikan_28.html.
Post a Comment for "Netralisasi"