Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah kebidanan di dalam negeri dan paradigma asuhan kebidanan


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Istilah kebidanan terjemahan dari bahasa asing yakni dari Obstetric. Obstetric ialah obstro dari bahasa latin yang artinya mendampingi. Kemudian kata asal obstro dipakai dalam berbagai bahasaobstetricius dalam bahasa Yunani, obstare dalam bahsa Perancis, obstetrie dalam bahasa Belanda, danobstetric dalam bahasa Inggris.
Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional maupun internasional terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan merupakan hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan di pelayanan. Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin, khususnya di negara berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar 25-50%.
Mengingat hal diatas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal dan bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.

B.     Rumusan Masalah
Secara rinci rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana standar pelayanan kebidanan di dalam negeri ?
2.      Bagaimana sejarah perkembangan standar pelayanan kebidanan di Amerika , Belanda dan Jepang ?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Perkembangan Pelayanan Kebidanan di dalam negeri
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik profesi bidan dalam system pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak. Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya. Layanan kebidanan/oleh bidan dapat dibedakan meliputi :
1.      Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung jawab bidan.
2.      Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim secara bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan.
3.      Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jawab layanan oleh bidan kepada system layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten ataupun pengambil alihan tanggung jawab layanan/menerima rujukan dari penolong persalinan lainnya seperti rujukan.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur Jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan.
       Adapun pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. Tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu kebidanan belum merupakan pelajaran, baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria dan Masland, Ilmu kebidanan diberikan sukarela. Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (dr. W. Bosch). Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan. Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara.Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana.
Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk. Pembinaan dukun bayi. Dalam melaksanakan tugas pokoknya bidan di desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan Pondok Bersalin sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Hal tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan bidan yang bekerja di rumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.
Titik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang menekankan pada reproduktive health (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan pelayanan bidan. Area tersebut meliputi :
1.      Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus
2.      Family Planning.
3.      Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi
4.      Kesehatan reproduksi remaja.
5.      Kesehatan reproduksi pada orang tua.

B.     Perkembangan Standar Pelayanan Kebidanan Di Luar Negeri
1.      Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Negara Amerika
Pada pertengahan abad ke 17, sesuai dengan catatan informasi yang tercatat dalam catatan dan piagam kota : bidan merupakan profesi penting dalam kehidupan masyarakat kolonial dan di perlakukan dengan sangat hormat, dan mereka disediakan rumah, tanah, makanan dan honor sebagai bayaran untuk pelayanan mereka. Pada abad ke 19, para bidan merintis menempuh perjalanan melewati dataran luas dengan mengendarai wagon tertutup, mengikuti jalur Oregon dan Santa Fe. Sejarah Mormon mencatat peran terhormat dan fungsi kepahlawanan bidan selama perjalanan mereka dari Illinois ke Utah pada tahun 1864-1847.Pada tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka.
Akhir abad ke 18 banyak kalangan medis berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita tidak dapat belajar dan menerapkan metode obsetrik. Pendapat ini digunakan untuk menjatuhkan profesi bidan sehingga bidan tidak mempunyai pendukung, uang, tidak terorganisir dan dianggap tidak professional. Pada tahun 1770-1820 para wanita di golongan atas dikota- kota besar melahirkan dengan ditolong oleh “Bidan Pria” atau Dokter. Bidan hanya melayani persalinan wanita yang tidak mampu membayar dokter. Pada masa itu juga terjadi perubahan persepsi dimana kelahiran adalah masalah medis yang harus ditangani dokter.  Hal tersebut di perparah dengan pernyataan dari dokter Joseph de Lee yang menyatakan bahwa kelahiran merupakan hal yang pathologis dan bidan bidan tidak mempunyai peran di dalamnya, dan diberlakukan protap pertolongan persalinan di AS yaitu: (1) diberikannya sedative pada awal inpartu, (2) membiarkan serviks berdilatasi, (3) memberikan ether pada kala II, (4) melakukan episiotomy, (5) melahirkan bayi dengan forcep ekstraksi, (6) memberikan uterustonika, serta (7) menjahit episiotomy. Akibat dari protap tersebut, angka kematian ibu mencapai 600-700/ 100.000 keluarga.  
Perkembangan kesempatan untuk melakukan praktek klinik kebidanan berjalan lambat hingga menjelang akhir tahun 1960-an. Namun sebelum tahun 1968 bidan mulai bekerja pada program perawatan kebidanan Maternal Infant Care (MIC)di kota New York  untuk melakukan praktek maternalitas di klinik dalam masyarakat yang masih memilikikaitan rumah sakit. Masa pencerahan untuk profesi bidan mulai nampak sejak dipublikasikannya hasil penelitian terbaru dari badan pengawas obat Amerika yang menyatakan bahwa ibu bersalin yang menerima anasthesi dalam dosis tinggi telah melahirkan anak-anak yang mengalami kemunduran perkembangan psikomotor. Pernyataan ini menyebabkan: (1) masyarakat mulai tertarik dengan proses persalinan alamiah,(2) persalinan dilakukan di rumah, dan (3) peran bidan mulai dominan dalam penanganan persalinan secara alamiah. Hingga pada tahun 1982 MANA ( Midwife Alliance of  North Amerika) dibentuk untuk meningkatkan komunikasi antar bidan serta membuat peraturan sebagai dasar kompetensi untuk melindungi bidan.

2.      Perkembangan kebidanan di Belanda
Seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah Belanda terhadap kelahiran dan kematian, pemerintah mengambil tindakan untuk masalah tersebut. Perempuan berhak memilih apakah ia mau melahirkan di rumah atau rumah sakit, hidup atau mati. Belanda memiliki angka kelahiran yang sangat tinggi, sedangkan kematian prenatal relative rendah.
Prof. Geerit Van Kloosterman pada kenferensinya di Toronto tahun 1984, menyatakan bahwa setiap kehamilan adalah normal, harus selalu dipantau dan mereka  bebas memilih untuk tinggal di rumah atau rumah sakit, di mana bidan yang sama akan memantau kehamiliannya. Astrid Limburg mengatakan : Seorang perawat yang baik tidak akan menjadi seorang bidan  yang baik karena perawat dididik untuk merawat orang yang sakit, sedangkan bidan untuk kesehatan wanita. Tidak berbeda dengan ucapan Maria De Broer yang mengatakan bahwa kebidanan tidak memiliki hubungan  dengan keperawatan, kebidanan adalah profesi mandiri.
Pendidikan kebidanan di Amsterdam memiliki prinsip, yakni sebagaimana member anastesi dan sedative pada pasien, begitulah kita harus mengadakan pendekatan dan member dorongan pada ibu saat persalinan. Jadi pada praktiknya bidan harus memandang ibu secara keseluruhan dan mendorong ibu untuk menolong dirinya sendiri. Pada kasus rsisiko rendah dokter tidak ikut menangani, mulai dari prenatal, natal, dan post natal. Pada rsisiko menengah mereka selalu member tugas tersebut pada bidan dan pada kasus risiko tinggi dokter dan bidan saling bekerjasama. Bidan di Belanda 75% bekerja secara mandiri, karena kebidanan adalah profesi yang mandiri dan aktif. Sehubunga dengan dengan hal tersebut, bidan harus menjadi role model di masyarakat dan harus menganggap kehamilan adalah sesuatu yang normal, sehingga apabila seorang perempuan merasa dirinya  hamil dia dapat langsung memeriksakan diri ke bidan/atau dianjurkan oleh keluarga, teman, atau siapapun.

3.      Pelayanan kebidanan di Jepang
Jepang merupakan sebuah negara dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju serta kesehatan masyarakat yang tinggi.Pelayanan kebidanan setelah perang dunia II, lebih lebih banyak terkontaminasi oleh medikalisasi. Pelayana kepada masyarakat masih bersifat hospitalisasi. Bidan berasal dari perawat jurusan kebidanan dan perawat kesehatan masyarakat serta bidan hanya berperan sebagai asisten dokter. Pertolongan persalinan lebih banyak dilakukan oleh dokter dan perawat.
Jepang melakukan peningkatan pelayanan dan pendidikan bidan sert mulai menata dan merubah situasi. Pada tahun 1987 peran bidan kembali dan tahun 1989 berorientasi pada siklus kehidupan wanita mulai dari pubertas sampai klimaktelium serta kembali ke persalinannormal. Bagi orang jepang melahirkan adalah suatu hal yang kotor dan tidak diiinginkan maa banyak wanita yang akan melahirkan diasingkan dan saat persalinan terjadi di tempat kotor gelap seperti gedung dan gudang.
Dokumentasi relevan pertama tentang praktek kebidanan adalah tentang pembantu-pembantu kelahiran (asisten) pada periode Heian (794-1115).Dokumentasi hukum pertama tentang praktek kebidanan ditwerbitkan pada tahun 1868. Dokumen ini resmi menjadi dasar untuk peraturan-peraturan hukum utama untuk profesi medis Jepang. Tahhun 1899 izin kerja kebidanan dikeluaran untuk memastikan profesional kualifikasi.

C.    Pengetian Paradigma Kebidanan
Paradigma adalah cara pandang seseorang terhadap suatu objek. Dikaitkan dengan kebidanan, Paradigma kebidanan adalah suatu cara pandang bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan. Perlu diketahui bahawa keberhasilan pelayanan kebidanan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan bidan serta cara pandang bidan dalam kiatan atau hubungan timbal balik antara manusia.



D.    Komponen paradigma kebidanan
Dalam paradigma kebidanan terdapat 5 komponen yaitu :
1.      Wanita
Seorang bidan harus mempunyai pandangan bahwa seorang wanita adalah seorang manusia, sedangkan manusia adalah makhluk bio – psiko – cultural – spiritual yang utuh dan unik.
§  Bio artinya wanita adalah makhluk biologis yang memerlukan kebutuhan sesuai dengan tingkat perkembangannya untuk kelangsungan hidup.
§  Psiko artinya wanita mempunyai sisi kejiwaan harus diperhatikan dalam setiap memberikan pelayanan.
§  Sosio artinya wanita adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan orang lain dan membutuhkan orang lain.
§  Kultural artinya wanita adalah makhluk yang berbudaya atau memiliki kebiasaan – kebiasaan tertentu.
§  Spiritual artinya wanita adalah makhluk yang secara fitrah akan selalu membutuhkan tuhan sebagai sandaran.
§  Utuh artinya pandangan kita kepada seorang wanita sebagai makhluk bio – psiko – sosio – cultural dan spiritual etrsebut harus dipandang secara menyeluruh, tidak bias hanya dipandang dari segi biologisnya saja, atau psikologisnya saja karena sisi tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
§  Unik artinya wanita adalah makhluk yang berbeda antara satu dengan yang lain, baik dari segi bio, psiko, sosio, cultural maupun spiritualnya.
Menurut Abdul Rachman Husein, Wanita adalah seorang ibu sekaligus pendidik yang luar biasa.Menurut Abdurrahman Umairah, wanita adalah manusia yang mulia dan bernilai karena memiliki sifat kemanusiaan yang tinggi. Selain itu bidan harus punya pandangan bahwa wanita khususnya ibu adalah seorang yang akan melahirkan penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita yang sehat jasmani dan rohani serta social sangat diperlukan. Wanita juga seorang pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberadaan/kondisi dari wanita/ibu dalam keluarga. Para wanita di masyarakat adalah penggerak dan pelopor peningkatan kesejahteraan keluarga.

2.      Lingkungan
Lingkungan adalah semua yang ada di lingkungan dan terlibat dalam interaksi individu pada waktu melakukan aktivitasnya. Menurut Prof.Dr.St.Munadjat Danusaputro,SH , Lingkungan hidup sebagai semua benda dan kondisi, termasuk didalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya. Menurut Jonny Purba, Lingkungan hidup adalah wilayah yang merupakan tempat berlangsungnya bermacam-macam interaksi
Sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai.Bidan harus berpandangan bahwa lingkungan yang ada disekitar manusia khususnya wanita sangat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi baik lingkungan fisik, lingkungan psiko social, lingkungan biologis dan lingkungan budaya. Yang dimaksud dengan lingkungan adalah :
§  Lingkungan fisik adalah Tempat tinggal, kendaraan dll
§  Lingkungan Psiko sosial : Keluarga, kelompok, masyarakat
§  Lingkungan Biologi : Hewan dan Tumbuh-tumbuhan
§  Lingkungan Budaya : Adat istiadat

3.      Perilaku
Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi manusia dengan ligkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku manusia ini bersipafat holistic atau menyeluruh. Menurut Soekidjo Notoadmodjo, 1987:1 , perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup. Menurut Ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula.
Bidan harus punya pandangan bahwa perilaku ibu akan mempengaruhi kehamilan, perilaku ibu dalam mencari pertolongan persalinan yang akan berpengaruh pada kesejahteraan ibu dan janin yang dilahirkan. Demikian pula perilaku ibu pada masa nifas akan mempengaruhi kesehatan ibu dan bayinya.


Adapun perilaku propesional dari bidan mencakup ;
·         Dalam melaksanakan tugasnya berpegang teguh pada filosofi, etika profesi dan aspek legal
·         Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan klinis yang dibuatnya
·         Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir secara berkala
·         Menggunakan cara pencegahan universal untuk mencegah penularan penyakit dan strategi pengendalian infeksi
·         Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberikan asuhan kebidanan
·         Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat sehubungan dengan praktek kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak
·         Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum wanita/ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri
·         Menggunakan keterampilan komunikasi
·         Bekerjasama dengan petugas kesehatan lainnya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan keluarga
·         Melakukan advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan

4.      Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang diberikannya dengan maksud meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mencapai keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Pelayanan kebidanan juga disebutkan sebagai keseluruhan tugas yang menjadi tanggungjawab praktik bidan dalam system pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, dengan sasaran : individu, keluarga dan masayrakat, yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan. Layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :
·         Layanan Kebidanan Primer adalah Layanan yang menjadi tanggung jawab langsung bidan, misalnya : Pemeriksaan Kehamilan normal, pemberian imunisasi, dll
·         Layanan Kebidanan Kolaborasi adalah Layanan dengan bidan sebagai tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan kebidanan. Contoh : Bidan turut dalam penanganan bulin di RS.
·         Layanan Kebidanan Rujukan adalah Layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka pelimpahan penanganan pasien ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.Contoh pasien melahirkan dengan perdarahan di kirim ke RS.

5.      Keturunan
Bidan harus berpandangan bahwa kualitas manusia diantaranya ditentukan oleh keturunan. Manusia yang sehat dilahirkan oleh ibu yang sehat. Hal ini menyangkut kesiapan wanita sebelum perkawinan, masa kehamilan, masa kelahiran dan masa nifas.
Walaupun kehamilan, kelahiran dan nifas adalah proses fisiologis namun bisa ditangani secara akurat dan benar, keadaan fisiologis akan menjadi patologis. Hal ini akan berpengaruh dengan bayi yang dilahirkannya. Oleh karena itu layanan pra perkawinan, kehamilan, kelahiran dan nifas adalah sangat penting dan mempunyai keterkaitan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan yakni sejarah perkembangan di masing-masing negara jelas memiliki perbedaan. Baik itu dalam perkembangan pelayanan, maupun pendidikan kebidanannya. Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik profesi bidan dalam system pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak. Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya. L
Dengan demikian, uaraian-uraian di atas dapat dijadikan pembanding dan dapat kita pilah mengenai hal positif dan negatif dari perbedaan tersebut.

B.     Saran
“Tiada gading yang tak retak”, itulah kalimat yang dapat kami ucapkan. Karena itu kami dengan lapang dada menerima segala kritik ataupun saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga materi ini dapat menambah wawasan kita mengenai sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan bidan. Tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri



DAFTAR PUSTAKA

Estiwidani, Meilani, dkk.(2008). Konsep Kebidanan. EGC. Yogyakarta
Soepardan, Dra. Hj. Suryani. (2007). Konsep Kebidanan. EGC . Jakarta
Sofyan, Mustika,et all. (2004). 50 Tahun IBI Menyongsong Masa Depan Cetakan ke-III. PP IBI. Jakarta
Asrinah,    dkk. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu


Post a Comment for "Sejarah kebidanan di dalam negeri dan paradigma asuhan kebidanan"