Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Asuhan keperawatan anemia



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang 
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik. Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal.
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hat ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Seliap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal <_ I mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pads sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:
1.      Hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
2.      Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia
2.      Tujuan Khusus
§  Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia.
§  Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia.
§  Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien anemia.
§  Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan anemia.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.

B.     Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
·         Perdarahan hebat
·         Akut (mendadak)
·         Kecelakaan
·         Pembedahan
·         Persalinan
·         Pecah pembuluh darah
·         Penyakit Kronik (menahun)
·         Perdarahan hidung
·         Wasir (hemoroid)
·         Ulkus peptikum
·         Kanker atau polip di saluran pencernaan
·         Tumor ginjal atau kandung kemih
·         Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
·         Berkurangnya pembentukan sel darah merah
·         Kekurangan zat besi
·         Kekurangan vitamin B12
·         Kekurangan asam folat
·         Kekurangan vitamin C
·         Penyakit kronik
·         Meningkatnya penghancuran sel darah merah
·         Pembesaran limpa
·         Kerusakan mekanik pada sel darah merah
·         Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
·         Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
·         Sferositosis herediter
·         Elliptositosis herediter
·         Kekurangan G6PD
·         Penyakit sel sabit
·         Penyakit hemoglobin C
·         Penyakit hemoglobin S-C
·         Penyakit hemoglobin E
·         Thalasemia (Burton, 1990
C.    Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

D.    Manifestasi klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).

E.     Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).

F.     Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1.      Transpalasi sel darah merah.
2.      Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3.      Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4.      Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5.      Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6.      Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1.      Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
·         Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
·         Pemberian preparat fe
·         Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
·         Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2.      Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3.      Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4.      Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.


BAB III
TINJAUAN KASUS

I.       IDENTITAS PASIEN
Nama                           : Ny. R
Alamat                        : Snb. Pidie
Umur                           : 66 Tahun
Jenis kelamin               : Perempuan
Agama                         : Islam
Suku                            : Aceh

II.    ANAMNESA
Tanggal           : 27 Januari 2016
1.      Alasan kunjungan       : ingin memeriksa penyakit dan berobat
2.      Keluhan utama            : pasien datang dengan keluhan nyeri kuduk pusing-pusing
3.      Riwayat penyakit        : Anemia

III. PEMERIKSAAN FISIK
1.      Pemeriksaan umum     :
Kesadaran                   : lemas
Pemeriksaan                : komposmetris
2.      Pemeriksaan vital        :
TD       : 150/ 100 mmHg
Pols     : 50 x/i
RR       : 24 x/i
Suhu    : 37,5 C

IV. ANALISIS MASALAH DAN KEBUTUHAN
DS:      Ny: R mengatakan badannya terasa lemas, dan nyeri di perut.
DO           : Kesadaran menurut, lemas, susah bergerak
TD       : 150/ 100 mmHg
Pols     : 50 x/i
RR       : 24 x/i
Suhu    : 37,5 C
V.    ANTISIPASI DIAGNOSA
§  Pasien harus melakukan opname agar kondisi pasien lebih baik
§  Pasien juga harus diberikan obat secara teratur.

VI. TINDAKAN SEGERA
§  Melakukan pemeriksaan fisik
§  Dianjurkan untuk opname
§  Diberikan obat
IVFD        : RI 20 tetes/i
Inj              : Ranitidin 1A/ 1j
                    Omeprazol 2x1
  Donferidon 3x1
  Amodiron 1x1
  Neorodex 2x1


VII.      PERENCANAAN
§  Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
§  Mengkur tanda vital
§  Memberika IVFD RL 20 tetes/ m
§  Memebrikan diet pasien nasi lembek rendah garam
§  Memberikan obat.




Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah. Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Anemia harus didiagnosis sedini mungkin karena anemia merupakan tanda yang mendasar dari beberapa penyakit. Penanganan pada Anemia harus dilakukan dengan tepat. Mempelajari dan membuat askep adalah tugas seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

Kami memiliki beberapa saran:
1.      Jagalah pola makan dan status gizi karena mengurangi resiko anemia.
2.      Mulailah menteksi diri sejak dini apakah anda menderita anemia.


Abdulrrahman, dkk. 1995. Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Unifersitas. Jakarta
Behrman, Ricard E et all. Ilmu Kesehatan Anak. Vol 2. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. 1997. Fisiologi Kedokteran. Ed 9. Jakarta: EGC.
Price & Wilson. 1995. Patofisiologi. Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik/ Donna L. Wong: alih bahasa
Monika ester, editor edisi bahasa indonesia, Sari kurniasih. Ed 4. Jakarta: EGC

Post a Comment for "Asuhan keperawatan anemia"