Asuhan keperawatan Hipertensi 2
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dewasa ini
masyarakat sudah tidak asing lagi mendengar kata Hipertensi. Hipertensi
merupakan salah satu penyakit yang umum dijumpai di masyarakat, dan merupakan
penyakit yang terkait dengan sistem kardiovaskuler. Hipertensi memang bukan
penyakit menular, namun kita juga tidak bisa menganggapnya sepele, selayaknya
kita harus senantiasa waspada.
Tekanan
Darah tinggi atau Hipertesi dan arterosclerosis (pengerasan arteri) adalah dua
kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih jauh,
tidak jarang tekanan darah tinggi juga menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat
ini, usaha-usaha baik untuk mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum
berhasil sepenuhnya, hal ini dikarenakan banyak faktor penghambat yang
mempengaruhi seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi (pengertian,
klasifikasi, tanda dan gejala, sebab akibat, komplikasi) dan juga perawatannya.
Saat ini,
angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Hipertensi merupakan
penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai
6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi merupakan
gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas
normal, yaitu 140/90 mmHg. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes
tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia).
Dari jumlah
itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada
jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Sementara di dunia Barat, hipertensi
justru banyak menimbulkan gagal ginjal, oleh karena perlu diadakan upaya-upaya
untuk menekan angka peyakit hipertensi terlebih bagi penderita hipertensi perlu
diberikan perawatan dan pengobatan yang tepat agar tidak menimbukan komplikasi
yang semakin parah. Selain itu pentingnya pemberian asuhan keperawatan pada
pasien hipertensi juga sangat diperlukan untuk melakukan implementasi yang
benar pada pasien hipertensi.
Diharapkan
dengan dibuatnya makalah tentang asuhan keperawatan klien dengan gangguan
hipertensi ini dapat memberi asuhan keperawatan yang tepat dan benar bagi
penderita hipertensi dan dapat mengurangi angka kesakitan serta kematian
karena hipertensi dalam masyarakat.
B.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan dan mengetahui gambaran Asuhan
Keperawatan dengan Hipertensi
2. Tujuan
Khusus
a.
Memaparkan konsep penyakit hipertensi yang meliputi
definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan
medis.
b.
Memahami asuhan keperawatan pada pasien hipertensi
dengan metodologi asuhan keperawatan yang benar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.
Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di
mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat
istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi jika
tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih
besar dari 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80
mmHg untuk Diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang
lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).
Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.
Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam
jangka beberapa minggu.
B.
Etiologi
Sekitar 20%
populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka menderita
hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya.Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu
(hipertensi sekunder).
Hipertensi berdasarkan
penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1.
Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2.
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya
penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan
pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi
sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit
ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab
hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar
adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin
(noradrenalin).
Beberapa
penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1.
Penyakit Ginjal
§ Stenosis
arteri renalis
§ Pielonefritis
§ Glomerulonefritis
§ Tumor-tumor
ginjal
§ Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
§ Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
§ Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2.
Kelainan Hormonal
§ Hiperaldosteronism
§ Feokromositoma
3.
Obat-obatan
§ Pil KB
§ Kortikosteroid
§ Siklosporin
§ Eritropoietin
§ Kokain
4.
Penyebab Lainnya
§ Koartasio
aorta
§ Preeklamsi
pada kehamilan
§ Porfiria
intermiten akut
§ Keracunan timbal akut
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
1.
Peningkatan kecepatan denyut jantung
2.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
3.
Peningkatan TPR yang berlangsung lama
C.
Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
D. Manifestasi
Klinis
Pada sebagian besar penderita,
hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa
gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi
(padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja
terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan
darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun
dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
§ Sakit kepala
§ Kelelahan
§ Mual
§ Muntah
§ Sesak nafas
§ Gelisah
§ Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan
koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini
disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan
segera.
E. Klasifikasi
The Joint National Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru
yaitu :
Klasifikasi Tekanan Darah untuk
Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *
|
||
Kategori
|
Sistolik
(mmhg)
|
Diastolik
(mmhg)
|
Normal
|
< 130
|
<85
|
Normal tinggi
|
130-139
|
85-89
|
Hipertensi †
|
||
Tingkat 1 (ringan)
|
140-159
|
90-99
|
Tingkat 2 (sedang)
|
160-179
|
100-109
|
Tingkat 3 (berat)
|
≥180
|
≥110
|
Tidak minum
obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik dan
diastolic turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori
yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau
lebih yang dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining
awal.
Pada
pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih
rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan
darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.
Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90
mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa
minggu.
Pada
hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih,
tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam
kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan
dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah;
tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik
terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan
atau bahkan menurun drastis.
Disamping
itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan ( pregnancy-induced hypertension,
PIH ) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena hipertensinya reversible
setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi peningkatan
curah jantung dan TPR. Selama kehamilan normal volume darah meningkat secara
drastis. Pada wanita sehat, peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan
responsifitas vascular terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin
II. Hal ini menyebabkan TPR berkurang pada kehamilan normal dan tekanan darah
rendah. Pada wanita dengan PIH, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap
vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar volume darah
secara langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah. PIH dapat timbul
sebagai akibat dari gangguan imunologik yang mengganggu perkembangan plasenta.
PIH sangat berbahaya bagi wanita dan dapat menyebabkan kejang,koma, dan
kematian.
F. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi
pada penyakit hipertensi menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr.
Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah diantaranya:
1.
Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke,
perdarahan otak, transient ischemic attack (TIA).
2.
Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina
pectoris, infark miocard acut (IMA).
3.
Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
4.
Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan
retina, oedema pupil.
G.
Penatalaksanaan
Olah raga
lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga
isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar
peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat
digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke
dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1.
Pengobatan non obat (non farmakologis)
2.
Pengobatan dengan obat-obatan
(farmakologis)
Pengobatan non
obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah
sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau
sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi
diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk
mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.
Pengobatan
non farmakologis diantaranya adalah :
1)
Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2)
Mengurangi asupan garam ke
dalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita.
Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara
pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih
baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.
3)
Ciptakan keadaan rileks
Berbagai
cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem
saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
Melakukan
olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak
3-4 kali seminggu.
Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang
beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
1.
Diuretik
Obat-obatan
jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing)
sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
2.
Penghambat Simpatetik
Golongan
obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja
pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan
Reserpin.
3.
Betabloker
Mekanisme
kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung.
Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap
gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah : Metoprolol,
Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati,
karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam
darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran
pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.
4.
Vasodilator
Obat
golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
(otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin,
Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini
adalah : sakit kepala dan pusing.
5.
Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja
obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk
golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk
kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6.
Antagonis kalsium
Golongan
obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung
(kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem
dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing,
sakit kepala dan muntah.
7.
Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi
penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya
daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah
Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala,
pusing, lemas dan mual. Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta
menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit
ini bisa ditekan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
DATA
SUBJEKTIF
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Jenis
Kelamin : Laki-Laki
Umur : 89 Tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Alamat : Lhok Dalam
Suku/ bangsa :
Aceh/ Indonesia
Diagnosa
Keperawatan : Hipertensi
II.
ANAMNESA
Tanggal masuk :
01 Februari 2016
Pukul :
09.30 WIB
1.
Keluhan Utama
Demam, sakit perut, mencret ± 10 kali, sakit kepala,
mual-mual.
2.
Riwayat Masa Lalu
Saat masa muda OS tidak mengalami
hipertensi. OS hanya mengalami penyakit biasa seperti pilek, batuk, dan sakit
kepala. Pada Usia ± 50 tahun pasien mengalami hipertensi tetapi hanya berobat
ke puskesmas bila terjadi sakit kepala, filek dan demam. Keluarga pasien ada
yang mengalami hipertensi yaitu adik perempuan dan ibu klien dan klien tidak
ada yang mengalami penyakit menular.
3.
Riwayat penyakit sekarang
Hipertensi
4.
Aktivitas sehari-hari
Nutrisi
a.
Makan
-
Sebelum sakit
: klien makan 3x sehari dengan porsi 1 piring makanan nasi
putih biasa dan lauk pauk dan sayuran yang disajikan dirumah dan menggunakan
garam dapur dan sedikit gula pada lauknya.
-
Saat klien sakit
: makan 3x sehari dengan porsi 1/2 piring dengan jenis
makanan bubur nasi rendah garam dan rendah lemak dan klien kurang nafsu makan.
b.
Minum
-
Sebelum sakit
: klien dirumah minum ± 8 gelas air putih dan 1 gelas teh dipagi
hari.
-
Saat
sakit
: klien dirumah sakit minum 5-7 gelas air putih saja/ harinya.
Eliminasi
a.
BAB
-
Sebelum sakit
: Klien BAB 1 hari sekali
-
Saat
sakit
: Klien BAB tidak teratur 1-2 x/ hari dan keluar hanya
sedikit.
b.
BAK
-
Sebelum sakit
: Klien Biasa BAK 3-4 x/ hari
-
Saat
sakit
: Klien BAK tidak teratur 1-3 x/ hari
Aktivitas
-
Sebelum
sakit
: Klien melakukana ktivitas kerja dalam sehari berkisar 6-7
jam dan tidak mengalami gangguan.
-
Saat
sakit
: Hanya melakukan aktivitas ringan, yaitu duduk, berbaring
karena kepala pusing.
Istirahat dan Tidur
-
Sebelum
sakit
: Klien tidur ± 8 jam dan mulai tidur pada pukul 21.00 WIB
dan pada siang hari klien tidurnya tidak teratur.
-
Saat
sakit
: Klien tdiur ± 4 jam tidur tidak teratur dan pada siang hari
klien hanya berbaring saja, klien mengatakan susah tidur karena kepala pusing.
Personal
Hygine
-
Sebelum
sakit
: Klien mandi 2x/ hari dan menggosok gigi setiap mandi.
-
Saat
sakit
: Klien hanya dilap dengan kain basah setiap pagi dan sore
dan klien menggosok gigi bila terasa sudah tidak enak.
DATA
OBJEKTIF
III. PEMERIKSAAN
FISIK
Keadaan
Umum
: Klien tampak lemah dan lesu
Tingkat
kesadaran : Baik
Vital
Sign
:
TD
: 160/ 90
mmHg
Pols
: 82 x/ menit
RR
: 22 x/
menit
T
: 37,5 oC
IV. DIAGNOSA
Hipertensi
Diagnosa
keperawatan
DS : OS mengatakan mencret
DO : K/U Lemas
V.
PROGRAM PENGOBATAN
·
R/ IVFD RL 20 tt/ i
·
Inj. Ranitidine 1 A/12j
·
Inj Furosemide 1 A/ 12 j
·
Amlodepea 10 1x1
·
Ameprazol 2x1
·
PCT 3x1
·
Ciprofloxacia 2x1
·
ISDN 2x1
·
Leperamide 3x1
·
Alprazolam 0,29 g 2x1
VI.
ANALISA DATA
-
Klien mengatakan kuduknya terasa nyeri dan berat.
-
Klien mengatakan kepalanya pusing
-
Klien mengatakan tidak nafsu makan bila tidak dengan
garam/gula pada makanannya.
-
Klien mengatakan tidak senang dengan menu yang
disediakan RS karena tidak
-
Klien mengatakan tidak mengetahui penyebab hipertensi.
-
Klien mengatakan tidak mengetahui pencegahan bahkan
komplikasi lebih lanjut dari hipertensi.
VII.
INTERVENSI
-
Pantau TD klien
-
Amati warna kulit, kelembaban , suhu,
dan masa pengisian.
-
Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/
keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal
-
Pertahankan pembatasan aktivitas, spt. Istirahat di
tempat tidur/kursi; jadwal periode istirahat tanpa gangguan; bantu klien
melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.
-
Lakukan tindakan- tindakan yang nyaman seperti pijatan
punggung dan leher, meninggikan kepla tempat tidur
-
Batasi jumlah pengunjung dan lamanya
tinggal
-
Berikan makanan sesuai dengan diet yang disarankan
-
Menirmalkan kadar asam lambung sehingga dapat mengurangi
kembung dan mual
VIII.
EVALUASI
S : keluarga klien mengatakan TD
klien sudah normal
O : TD: 140/90 mmHg
A : masalah teratasi
P :
pengobatan dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada
populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan
tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di
mana terjadi peningkatan tekanan
darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat
istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi jika
tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih
besar dari 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80
mmHg untuk Diastolik.
B.
Saran
Dengan
adanya makalah ini yang berisikan tentang Asuhan kebidanan Hipertensi
diharapkan mahasiswa mengetahui, mengerti, dan memahami akan arti, manfaat
serta akibat / dampak dari apa yang telah dibahas pada makalah tersebut.
Penulis
sadar bahwa pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, jadi penulis pemakalah
sangat membutuhkan saran dan kritik dari pembaca guna untuk pembuatan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien edisi 3.
Jakarta :EGC
Price, Sylvia A.2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit edisi 6 volume 1. Jakarta ;EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2.
Jakarta :EGC
Post a Comment for "Asuhan keperawatan Hipertensi 2"