Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Asuhan keperawatan Hipotensi 3



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Kesehatan di Indonesia masih buruk, buktinya Indonesia menjadi salah satu negara terburuk dalam bidang kesehatan di Asia. Tidak hanya dipandang dari keadaan jasmaninya saja tetapi juga dilihat dari keadaan yang lain seperti keadaan rohani,ekonomi dan sosial dan itulah definisi kesehatan menurut WHO bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera seseorang baik jasmani, rohani, ekonomi maupun sosial. Semua hal itu harus seimbang, artinya semuanya terkontrol dengan baik. jika salah satu nya timpang (tidak dalam keadaan baik/sejahtera), maka kondisinya tidak sehat (sakit). Lihat kondisi Indonesia sekarang, selain jasmani rakyatnya lemah, iman mereka lemah, pergaulan remaja pun semakin jauh dari kategori generasi negeri yang berpendidikan. Tidak hanya itu, pendapatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) berada dibawah rata-rata. Kemudian keharmonisan sesama penduduk Negara Indonesia pun masih jauh dari kategori baik. Banyaknya demo, tawuran antar pelajar, perang saudara itu menunjukkan bahwa keadaan penduduk Indonesia tidak sehat. Kita kesulitan mendeteksi sumber penyakit yang telah menular kemana-mana sehingga sudah dirasa sebagai kebiasaan.
Hal yang paling menonjol adalah bebasnya pola hidup masyarakat yang akhirnya mengakibatkan masyarakat itu sendiri menjadi sakit. Penyakit yang tersebar di Negara kita di jaman kekinian, mayoritasnya diakibatkan pola hidup mereka sendiri yang tidak sehat. ternyata dibalik zaman yang semakin modern, mencari info tentang segala hal pun mudah, masih saja mereka belum berperilaku sehat.
Seringkali masyarakat mengetahui dirinya sakit setelah tubuh mereka terjangkit dan terasa gejalanya. Seperti hal nya penyakit hipotensi. Biasanya, orang yang terkena hipotensi tidak merasa dan tidak menyadari  kalau dia terkena penyakit. Hal itu terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan akan ruang lingkup penyakit itu.

B.     Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah adalah bagaimanakah Gambaran  yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada Kasus Hipotensi.

C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran yang nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus Hipotensi
2.      Tujuan Khusus
·         Untuk mengetahui pengertian Hipotensi
·         Untuk mengetahui penyebab Hipotensi
·         Untuk mengetahui tanda gejala Hipotensi
·         Untuk mengetahui penanganan dan pengobatan Hipotensi
·         Untuk mengetahui Tindakan keperawatan yang harus diberikan pada pasien Hipotensi





D.    Manfaat
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil ialah :
1.      Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti tentang asma khususnya Hipotensi
2.      Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat sebagai refrensi di perpustakaan dan sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa/i Bunga Bangsa
3.      Bagi peneliti berikutnya
Sebagai bahan acuan bagi penelitian berikutnya mengenai kasus Hipotensi dengan lebih baik dan optimal.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi
Banyak definisi yang menyebutkan tentang hipotensi intradialisis, menurut Shahgholian, Ghafourifard dan Mortazavi ( 2008 ) hipotensi intradialisis adalah penurunan tekanan darah dari sistolik > 30 % atau penurunan tekanan diastolic sampai dibawah 60 mmHg yang terjadi pada saat pasien menjalani hemodialysis.
Hipotensi intradialisis juga dapat di definisikan sebagai penurunan tekanan darah sistolik > 40 mmHg atau diastolic > 20 mmHg dalam waktu 15 menit ( Teta 2006 ). Sedangkan menurut National Kidney Foundation 2002 Hipotensi intradialisis didefinisikan sebagai penurunan tekanan darah sistolik > 20 mmHg atau penurunan MAP > 10 mmHg saat pasien hemodialysis yang dihubungkan dengan gejala; perut tidak nyaman, menguap, mual muntah kram otot, pusing dan cemas. ( diambil dari tesis Yunie Armiaty )
Banyak faktor yang menyebabkan hipotensi intradialisis yaitu berhubungan dengan volume, vasokontriksi yang tidak adekuat, faktor jantung dan lainya ( Daugridas , Blake & Ing, 2007 )
Adapun faktor hipotensi intradialisis ( diambil dari tesis Yunie Armiaty ) menurut Thomas, 2003; Kallenbach, et al, 2005 ; Sulowicz dan Radziszaweski , 2006; FMCNCA , 2007 dan Daugridas Blake dan Ing , 2007 yaitu :
1.      Kecepatan ultrafiltrasi yang tinggi
2.      Waktu dialysis yang pendek dengan ultrafiltrasi yang tinggi
3.      Disfungsi Jantung
4.      Disfungsi otonom ( diabet , uremia )
5.      Terapi anti hipertensi
6.      Makan selama hemodialysis
7.      Tidak akuratnya dalam penentuan berat badan kering pasien
8.      Luasnya permukaan membrane dialyzer
9.      Hipokalsemia dan hipokalemi
10.  Kadar natrium yang rendah dan penggunaan dialisat asetat
11.  Perdarahan, Amenia dan sepsis serta hemolysis


B.     Penyebab
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa terjadinya penurunan tensi darah, hal ini dapat dikategorikan sebagai berikut:
http://hipotensi.com/wp-content/uploads/2012/05/darah-rendah.jpg
1.      Kurangnya pemompaan darah dari jantung. Semakin banyak darah yang dipompa dari jantung setiap menit nya (cardiac output, curah jantung), semakin tinggi tekanan darah. Seseorang yang memiliki kelainan/penyakit jantung yang mengakibatkan irama jantung abnormal, kerusakan atau kelainan fungsi otot jantung, penyakit katup jantung maka berdampak pada berkurangnya pemompaan darah (curah jantung) ke seluruh organ tubuh.
2.      Volume (jumlah) darah berkurang. Hal ini dapat disebabkan oleh perdarahan yang hebat (luka sobek, haid berlebihan/abnormal), diare yang tidak cepat diatasi, keringat berlebihan, buang air kecil atau berkemih berlebihan.
3.      Kapasitas pembuluh darah. Pelebaran pembuluh darah (dilatasi) menyebabkan menurunnya tekanan darah, hal ini biasanya sebagai dampak dari syok septik, pemaparan oleh panas, diare, obat-obat vasodilator (nitrat, penghambat kalsium, penghambat ACE).

C.    Tanda dan Gejala
Hipotensi atau tekanan darah rendah adalah penyakit yang disebabkan oleh denyut jantung yang lebih rendah dari batas normal. Seseorang dikatakan menderita tekanan darah rendah jika hasil tensi menunjukkan angka sistolik kurang dari 120 mg/dl dan angka diastoliknya kurang dari 85 mg/dl. Jika tekanan darah terlalu rendah maka jaringan tidak mendapatkan nutrisi serta oksigen yang memadai. Banyak sekali orang yang menderita tekanan darah rendah yang mengakibatkan rasa lemah dan kecapaian. Upaya meningkatkan tekanan darah juga tidak mudah, sama seperti halnya dengan menurunkan tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi.

Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipotensi :
1.      Kurangnya pemompaan darah dari jantung. Semakin banyaknya darah yang dipompa dari jantung setiap menitnya, maka semakin tinggi juga tekanan darahnya. Selain itu, seseorang yang memiliki kelainan atau penyakit jantung yang mengakibatkan irama jantung abnormal, kerusakan atau kelainan fungsi otot jantung, penyakit katup jantung, maka akan berdampak juga pada berkurangnya pemompaan darah (curah jantung) keseluruh tubuh.
2.      Pendarahaan yang hebat sehingga menyebabkan jumlah darah berkurang, diare yang tidak cepat teratasi, keringat berlebihan, buang air kecil atau berkemih berlebihan juga menjadi faktor terjadinya penurunan tensi darah.
3.      Pelebaran pembuluh darah juga mampu menyebabkan turunnya tekanan darah. Situasi ini biasanya sebagai dampak dari syok septik, pemaparan oleh panas, diare, obat-obatan vasodilator (nitrat, penghambat kalsium, penghambat ACE).
Gejala yang timbul jika terjadi hipotensi, yakni :
1.        Penglihatan kabur atau berkunang kunang.
2.        Gelisah dan pusing.
3.        Terasa mau pingsan.
4.        Kepala terasa ringan.
5.        Mengantuk
6.        Seluruh tubuh terasa lemas dan lemah.

D.    Pencegahan Hipotensi Intradialisis
1.        Evaluasi Pasien
a.    Pednilaian berat badan kering
b.    Pengukuran tekanan darah dan nadi selama dialysis
c.    Evaluasi kardiovaskuler
2.        Intervensi Gaya Hidup
3.        Faktor- Faktor yang Terkait dengan Terapi Dialisis
a.    Optimalisasi UF : UF profiling
b.    Waktu dialysis yang pendek dengan ultrafiltrasi yang tinggi
c.    Komposisi dialisat
d.   Makan selama hemodialysis
e.    Alih program ke dialysis peritoneal

E.     Penanganan dan Pengobatan Hipotensi
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi tekanan darah renda (hipotensi), diantaranya :
1.      Minum air putih dalam jumlah yang cukup banyak antara 8 hingga 10 gelas per hari, sesekali minum kopi agar memacu peningkatan degup jantung sehingga tekanan darah akan meningkat
2.      Mengkonsumsi makanan yang cukup mengandung kadar garam
3.      Berolah raga teratur seperti berjalan pagi selama 30 menit, minimal 3x seminggu dapat membantu mengurangi timbulnya gejala
4.      Pada wanita dianjurkan untuk mengenakan stocking yang elastic
5.      Pemberian obat-obatan (meningkatkan darah) hanya dilakukan apabila gejala hipotensi yang dirasakan benar-benar mengganggu aktivitas keseharian, selain itu dokter hanya akan memberikan vitamin (suport/placebo) serta beberapa saran yang dapat dilakukan bagi penderita.

Mengenai image masyarakat yang sebagian besar berpikir bahwa dengan mengkonsumsi daging kambing bagi penderita hipotensi dapat meningkatkan tensi darah sebenarnya belum jelas, Namun dibenarkan kalau hal itu akan meningkatkan kandungan haemoglobin (Hb) dalam darah. Sekali lagi harus dipahami bahwa tekanan darah rendah artinya suplai darah tidak maksimal keseluruh bagian tubuh. Haemoglobin (Hb) rendah adalah berarti bahwa kandungan Hb sebagai zat pengikat oxygen dalam darah memiliki kadar rendah yang akibatnya penderita bisa pucat (anemia), pusing (oxygen yang di angkut/suplai darah ke otak kurang), merasa cepat lelah dan sebagainya.
Dalam kasus Hipotensi yang benar-benar diperlukan pemberian obat, biasanya ada beberapa jenis obat yang biasa dipakai seperti fludrocortisone, midodrine, pyridostigmine, nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), caffeine dan erythropoietin.



BAB III
TINJAUAN KASUS
HIPOTENSI

       I.            IDENTITAS PASIEN
Nama                           : Ny. S
Umur                           : 16 Tahun
Jenis kelamin               : Perempuan
Agama                         : Islam
Alamat                         : Paya Meuligo
Tanggal masuk : 9-2-2016
Pukul masuk                : 18.00 WI

    II.            ANAMNESA

1.      Alasan kunjungan          : Ingin Memeriksa penyakit dan berobat
2.      Keluhan utama                           : pasien datang dengan keluhan: demam, sakit kepala, lemas
3.      Riwayat penyakit           : Hipotensi

 III.            PEMERIKSAAN FISIK
1.      TTV
TD             : 90/ 60 mmHg
N               : 80 x/m
RR             : 24 x/i
Tempt        : 37 C
Hb             : 11,9

2.      Pemeriksaan Umum
Keadaan umum     : pasien dalam keadaan lemas

3.      Analisis masalah dan kebutuhan
DS : Hipotensi
DO :
TD                   : 90/ 60 mmHg
N                     : 80 x/m
RR                   : 24 x/i
Tempt              : 37 C
Hb                   : 11,9


 IV.            ANTISIPASI DIAGNOSA
a.       Pasien harus melakukan opname agar kondisinya lebih baik
b.      Pasien juga harus diberikan obat secara teratur.

    V.            PENGOBATAN OBAT
Tirah baring
Diet M II
IVFD RL 30 tts/i
Inj cefsiaxoa 19/ 12 jam
Inj dexamethason 1 A/ 8 jam
Inj ranifidin 1 A/ 12 jam
Paracitamol 3x1
Codeini 3x1
Cetisezin 2x1
Neorodex 2x1
Emeprazol 2x1
Donperidon 3x1


 VI.            PERENCANAAN
§  Anjurkan OS untuk istirahat yang cukup
§  Atur posisi senyaman mungkin
§  Kolaborasi


VII.            PELAKSANAAN
·         Menganjurkan OS untuk istirahat yang cukup
·         Mengatur posisi senyaman mungkin
·         Berkolaborasi dengan tim medis

VIII.            DIAGNOSA
Intoleransi aktivitas b/ d sakit kepala

 IX.            EVALUASI
Tanggal           : 10-02-2016

S          : OS mengatakan saya masik batuk
O         : K/U lemas
A         : Masalah belum teratasi
P          : Intervensi dilanjutkan


BAB IV
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Penurunan tekanan darah yang dapat menyertai penyuntikan intraspinal obat anestesi lokal terjadi karena vasodilatasi yang terjadi bersamaan dengan depresi miokardium. Akan tetapi, peradaan rasa nyeri dan distres yang dihasilkan oleh terapi analgesia yang efektif dapat menjadi salah satu kontributornya.
Obat-obat anestesi lokal menghambat sistem saraf simpatik yang bertanggung jawab untuk mempertahankan kontriksi arteriole dan tekanan darah serta frekuensi jantung dalam batas yang normal. Karena itu, obat-obat ini berpotensi untuk mengganggu sistem kardiovaskuler dengan menimbulkan hipotensi, bradikardia dan bahkan henti jantung. Hipotensi maternal yang signifikan secara klinik, yaitu penurunan tekanan darah sistolik praanestesi sebesar 20-30 persen, atau tekanan darah sistolik di bawah 100 mm Hg, terjadi pada 5-15 persen proses melahirkan dengan pemberian anestesi epidural dan 5-82 persen proses melahirkan dengan anestesi spinal.

B.     Saran
Ada baiknya kalau mulai sekarang kita menjaga pola hidup yang sehat, agar terhindar dari segala penyakit seperti hipotensi di atas. Karena pepatah lama memeng benar “lebih baik mencegah daripada mengobati, karna kesehatan itu mahal”. Semoga makalah ini dapat menjadi wahana pengetahuan yang dapat diamalkan di kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Asep Sumpena, ( 2002 ) , Panduan Hemodialisis Untuk Mahasiswa . Bandung
Enday Suhandar, Prof ( 2006 ) , Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialisis. FK UNPAD. Bandung
Kumpulan Materi ( 2010 ), Teknik Hedmodialisis. Bandung
Rully M.A. Roesli, Prof ( 2008 ) Acute Kidney Injury. FK UNPAD. Bandung
Yunie Armyati ( 2009 ) , Komplikasi Intradialisis. FIK . UI. Jakarta
Rudianto, AMK RS. Khusus Ginjal Ny. RA Habibie Bandung
Disampaiakan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Perhimpunan Perawat Ginjal Intensif Indonesia PPGII Semarang, 22 – 24 Oktober 2010



Post a Comment for "Asuhan keperawatan Hipotensi 3"