Asuhan segera bagi bayi baru lahir
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada masa
sekarang ini Indonesia masih menghadapi berbagai kendala dalam pembangunan
sumber daya manusia (SDM) khususnya dalam bidang kesehatan. Kendala tersebut
tampak antara lain dari masih tingginya kelahiran dan kematian neonatal. Setiap
tahun diperkirakan ada sejumlah 4.608.000 bayi dilahirkan dan 100.454 diantanya
ternyata meninggal dunia pada masa neonatal atau sebelum usia 1 bulan. Dengan
kata lain setiap 5 menit satu bayi meninggal di Indonesia oleh bebagai sebab. (
Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir,2003:41)
Periode
neonatal merupakan suatu periode yang krisis nantinya akan memperngaruhi
pertumbuhan dan perkembangan bayi bahkan sampai dewasa. Kurang baiknya
penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kematian. (Mochtar
Rustam, 1998:119)
Perugas
kesehatan khususnya bagi penolong persalinan harus lebih memperhatikan bahwa
bati baru lahir adalah suatu individu yang utuh. Menolong kelahiran bayi
terampil memberikan Asuhan yang seksama akan membantu bayi melalui proses
adaptasi dengan baik sehingga akan menjadi bayi yang sehat sebagi curahan
harapan orang tua, bangsa dan Negara.
B.
Rumusan Masalah
Dalam
makalah ini penulis akan membahas mengenai :
1.
Menjelaskan definisi asuhan pada
bayi segera setelah lahir
2.
Menjelaskan komponen asuhan pada
bayi
3.
Tujuan asuhan pada bayi
4.
Menjelaskan persiapan alat untuk
melakukan asuhan pada bayi segera setelah lahir
5.
Menjelaskan persiapan pasien pada
bayi segera setelah lahir
6.
Menjelaskan prosedur tindakan asuhan
pada bayi segera setelah lahir
7.
Mendemostrasikan pada bayi segera
setelah lahir
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir
dengan umur kehamilan 37-42 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi
kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan
teratur,berat badan antara 2500-4000 gram serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan ekstrauteri.
Bayi baru
lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI, 2005). Bayi baru
lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan
usia gestasi 38 – 42 minggu (Dona L. Wong, 2003).
B.
Definisi Asuhan Segera Pada
Bayi Segera Setelah Lahir
Bidan harus mengetahui kebutuhan transisional bayi dalam
beradaptasi dengan kehidupan diluar uteri sehingga
ia dapat membuat persiapan yang
tepat untuk kedatangan bayi baru lahir. Adapun asuhannya
sebagai
berikut (Fraser Diane,
2011):
1. Pencegahan kehilangan panas seperti mengeringkan bayi baru lahir, melepaskan handuk yang basah, mendorong kontak kulit dari ibu ke
bayi,
membedong bayi
dengan handuk yang kering.
2. Membersihkan jalan nafas.
3. Memotong tali pusat.
4. Identifikasi dengan cara bayi diberikan identitas baik berupa gelang nama
maupun kartu identitas.
5. Pengkajian kondisi bayi seperti
pada
menit pertama dan
kelima
setelah lahir, pengkajian tentang kondisi umum bayi dilakukan dengan menggunakan
nilai
Apgar.
C.
Komponen Asuhan Bayi Baru Lahir
1. Komponen
Asuhan Bayi Baru Lahir
Komponen asuhan BBL
meliputi :
§ Pencegahan
Infeksi
§ Penilaian
segera setelah lahir
§ Pencegahan
Kehilangan Panas Tubuh Bayi
§ Perawatan
Tali Pusat
§ Inisiasi
Menyusui Dini
§ Manajemen
Laktasi
§ Pencegahan
Infeksi Mata
§ Pemberian
Vitamin K
§ Pemberian
Imunisasi BBL
§ Pemeriksaan
BBL
2. Pencegahan
Infeksi
BBL
sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme yang terpapar atau terkontaminasi
selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Untuk
tidak menambah resiko infeksi maka sebelum menangani BBL, pastikan penolong
persalinan dan pemberi asuhan BBL telah melakukan upaya pencegahan infeksi
sebagai berikut:
§ Cuci
tangan dengan seksama sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi
§ Pakai
handskoon bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
§ Pastikan
semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, pengisapan
lender DeLee, alat resusitasi dan benang tali pusat delah di disinfeksi tingkat
tinggi (DTT) atau sterilisasi. Gunakan bola karet penghisap yang baru dan
bersih jika akan melakukan pengisapan lendir. Jangan menggunakan bola karet
penghisap sama untuk lebih dari satu bayi.
§ Pastikan
semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam
keadaan bersih. Dekontaminasi dan cuci bersih semua peralatan, setiap kali
setelah digunakan.
3. Penilaian
Bayi Baru Lahir
Segera
setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan pada
perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan
berikut:
§ Apakah
bayi cukup bulan?
§ Apakah
air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
§ Apakah
bayi menangis atau bernafas?
§ Apakah
tonus otot bayi baik?
Jika bayi tidak cukup
bulan dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau tidan menangis atau
tidak bernafas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan langkah
resusitasi. Untuk BBL yang langsung menangis atau bernafas spontan dan teratur
dilakukan asuhan BBL normal.
4. Pencegahan
Umum Kehilangan Panas Tubuh Bayi
Mekanisme
pengaturan temperature tubuh pada BBL belum berfungsi sempurna. Oleh karena
itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka
BBL dapat mengalami hipotermia, sangan berisiko tinggi untuk menangani sakit
berat bahkan kematian.
Mekanisme kehilangan panas tubuh bayi:
§ Evaporasi
Kehilangan panas yang terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi karena setelah lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
Kehilangan panas yang terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi karena setelah lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
§ Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengsn permukaan yang dingin
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengsn permukaan yang dingin
§ Konveksi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin.
Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin.
§ Radiasi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
Kehilangan panas tubuh yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
Upaya
mencegah kehilangan panas tubuh bayi:
§ Keringkan
tubuh bayi segera setelah lahir tanpa membersihkan verniks
§ Letakkan
bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi
§ Selimuti
ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi
§ Jangan
segera menimbang atau memandikan BBL
5. Perawatan
Tali Pusat
§ Jangan
membungkus punting tali pusat atau mengoleskan cairan/ bahan apapun ke punting
tali pusat. Nasehatkan hal ini juga pada ibu dan keluarganya
§ Mengoleskan
alkohol/ betadin masi diperkenankan, tetapi tidak untuk dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah/lembab
§ Nasehatkan
pada ibu dan keluarganya:
a. Melipat
popok dibawah puntung tali pusat
b. Bersihkan
puntung tali pusat segera jika kotor dan segera keringkan.
c. Jika
tali pusat berdarah, menjadi merah, bernanah, dan atau berbau segera anjurkan
ibu untuk memeriksakan bayinya.
6. Manajemen Laktasi
Tugas bidan berkaitan dg manajemen
laktasi:
§ Memberdayakan
ibu melakukan perawatan pd, cara menyusui, merawat, memandikan, dan merawat
tali pusat bayi
§ Besarkan
hati ibu & bantu cari posisi nyaman
§ Memantau
keadaan ibu & bayi
§ Jangan
berikan cairan / makanan apapun pd bbl kecuali atas izin dokter
§ Jangan
berikan dot.
7. Inisiasi
Menyusui Dini dan Pemberian ASI
Langkah IMD
§ Bayi
harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama
paling sedikit 1 jam.
§ Bayi
harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan IMD.
§ Menunda
semua prosedur lainnya (seperti: menimbang,pemberian salep mata dan vitamin K)
yang harus dilakukan pada BBL hingga IMD selesai dilakukan.
§ Prinsip
pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif
8. Pencegahan
Infeksi Mata
Salep mata untuk
pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam kontak kulit ke kulit ibudan
bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi tersebut mengandung antibiotic
tetrasiklin 1%. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan
lebih dari 1 jam setelah kelahiran.
9. Pemberian
Vitamin K
Semua BBL harus
diberikan vitamin K injeksi 1mg IM sete;ah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi
selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang
dapat dialami oleh sebagian BBL.
10. Pemberian
Imunisasi BBL
Imunisasi Hepatitis B
bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur
penularan ibu-bayi. Imunisasi pertama diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin
K, pada saat bayi berumur 2 jam.
11. Pemeriksaan
BBL
Pemeriksaan BBL
dilakukan pada:
§ Saat
bayi berada di klinik (dalam 24 jam)
§ Saat
kunjungan tindak lanjut (KN), yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur
4-7 hari, dan 1 kali pada umur 8-28 hari.
Pemeriksaan
BBL yang dilakukan meliputi:
§ Keadaan
umum (memeriksa APGAR SCORE meliputi: warna kulit, denyut jantung, respon
terhada rangsangan, aktivitas tonus otot, pernafasan)
§ Melihat
kepala: adakah bengkak atau memar?
§ Melihat
abdomen: apakah ada pucat atau perdarahan pada tali pusat?
§ Memeriksa
adanya pengeluaran mekonium dan air seni
§ Menimbang
bayi
§ Menilai
cara menyusu
D.
Tujuan
Asuhan Bayi Baru Lahir
Secara
khusus asuhan bayi baru lahir bertujuan untuk :
1. Mencapai
dan mempertahankan jalan nafas dan mendukung pernafasan.
2. Mempertahankan
kehangatan dan mencegah hipotermia.
3. Memastikan
keamanan dan mencegah cidera dan infeksi.
4. Mengidentifikasi
masalah-masalah actual atau potensial yang memerlukan perhatian segera.
5. Memfasilitasi
terbinanya hubungan dekat orang tua dan bayi.
6. Membantu
orang tua dalam mengembangkan sikap sehat tentang praktik membesarkan anak.
7. Memberikan
informasi kepada orang tua tentang perawatan bayi baru lahir. (Stright, 2004 :
208-209)
E.
Persiapan
Alat Untuk Melakukan Asuhan Pada Bayi Segera Setelah Lahir
Persediaan alat-alat
Perlengkapan
yang diperlukan di kamar bersalin ialah:
1. Alat
penghisap lendir (mucus extractor);
2. Tabung
oksigen dengan alat pemberi oksigen kepada bayi;
3. Untuk
menjaga kemungkinan terjadinya asfiksia perlu disediakan laringoskop kecil,
masker muka kecil, kanula trakea, ventilator kecil untuk pernapasan buatan;
selain itu perlu pula disediakan obat-obat seperti larutan glukosa 40%, larutan
bikarbonas natrikus 7,5% dengan alat suntiknya dan nalorfin sebagai antidotum
terdapat obat-obat berasal dari morfin atau petidin yang dapat mengakibatkan
penekanan pernapasan pada bayi serta pemberian vitamin K yang untuk mencegah
terjadinya perdarahan sebagai akibat dari ibu yang mendapat fenobarbital atau
fenobarbital dan phenytoin, bayi yang kekurangan vitamin K yang perlu sebagai
koenzim untuk membentuk faktor II, VII, IX, X serta bayi yang mendapat air susu
ibu;
4. Alat
pemotong dan pengikat tali-pusat serta obat antiseptik dan kain kasa steril
untuk merawat tali pusar;
5. Tanda
pengenal bayi yang sama dengan ibu;
6. Tempat tidur
bayi atau inkubator yang selalu dalam keadaan hangat, steril, dan dilengkapi
panas pada waktu dipindah dari kamar bersalin ke tempat perawatan.
7. Lain-lain:
kapas, kain kasa, baju steril, serta obat antiseptik yang akan dipakai oleh
dokter, mahasiswa, bidan dan peraawat sebelum menolong yang akan lahir;
8. Stop-watch
dan termometer;
9. Bila kamar
bersalin dingin oleh karena udara di daerah tersebut dingin atau oleh karena
pemakaian alat pendingin, sebaiknya tempat untuk resusitasi diberi pemanasan
khusus, supaya bayi tidak kedinginan dan menderita trauma dingin atau cold
injury. Seperti diketahui bayi baru lahir terutama kehilangan panas oleh karena
evaporasi (oleh sebab bayi basah) dan radiasi. Untuk mengatasi hal tersebut
maka bayi harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan handuk kering dan
diletakkan di ruangan dengan suhu 280C-300C untuk
mengurangi kehilangan panas kearena radiasi.
10. Sebelum bayi
lahir semua hal tersebut di atas harus diperiksa apakah sudah steril, apakah
semua alat sudah lengkap, dan apakah tidak ada yang macet. Tindakan umum pada
semua bayi di kamar bersalin dan di tempat perawatan lainnya harus aseptik,
suhu lingkungan harus diatur dan jalan napas harus selalu bebas.
F.
Persiapan
Pasien Pada Bayi Segera Setelah Lahir
Persiapan yang harus dilakukan pada saat resusitasi yaitu Persiapan keluarga, Persiapan tempat resusitasi, Persiapan alat resusitasi, Persiapan diri (Hidayat, 2010).
Menilai bayi yang perlu diresusitasi dengan cara Bila bayi belum lahir air
ketuban bercampur mekonium, Setelah bayi lahir, nilai 3
tanda utama yaitu pernafasan, frekuensi jantung, dan warna kulit (Hidayat,2010).
Tindakan resusitasi menurut Hidayat (2010), Penilaian
awal dari lahirnya bayi kemudian bayi bersih dari mekonium, bayi bernafas atau menagis, tonus otot baik, warna
kulit kemerahan, cukup bulan. Langkah
awal yang harus dilakukan yaitu hangatkan bayi, atur posisi,
isap lendir, keringkan dan rangsang taktil, atur kembali
posisi, lakukan penilaian.
Ventilasi adalah
tahapan tindakan
resusitasi untuk memasukan
jumlah volume udara kedalam paru dengan tekanan positif untul membuka alveoli
paru agar bayi
bisa
bernafas spontan
dan teratur.
Langkah-langkah:
1.
Pasang sungkup.
2.
Ventilasi 2 kali (tekanan 30 APN, 40 resusitasi)
3.
Ventilasi 20 kali dalam
30 detik.
4.
Setiap 30 detk
ventilasi, lakukan
penilaian.
5.
Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas
normal setelah 2 menit.
6.
Ventilasi dihentikan setelah
20 menit (bila tidak
berhasil).
7.
Resusitasi berhasil lakukan asuhan paska resusitasi selama
2 jam
8.
Letakan
bayi
di dada ibu, selimuti
keduannya.
9.
Susui bayi sambil dibelai.
10. Lakukan asuhan
neonatal normal
dengan
cara
beri vitamin
K1
mg/hari selama 3 hari (1 tab
5 mg), beri salep / tetes mata.
Tanda-tanda kesulitan bernafas
pada bayi:
1.
Tarikan dinding dada dalam, nafas megapp-megap frekuensi < 30 kali /
> 60 kali/menit.
2.
Pantau bayi berwarna pucat, biru,
lemas.
3.
Jaga
bayi tetap hangat dan
kering.
4.
Tunda memandikan sampai
dengan 6 –
24 jam.
5.
Kondisi memburuk
rujuk.
Rujuk bayi bila
ada
tanda (setelah resusitasi):
a.
Frekuensi
nafas
< 30 kali / > 60 kali /
menit.
b.
Ada tarikan dinding dada.
c.
Merintih, nafas megap-megap,
nafas
bunyi
saat
ekspirasi dan
inspirasi.
d.
Tubuh pucat atau kebiruan
e.
Bayi lemas.
Jika
rujuk catat:
a.
Nama ibu, alamat,
tanggal
dan waktu bayi baru
lahir.
b.
Kondisi bayi seperti gawat janin sebelumnya, air ketuban mekonium, tangisan bayi,
waktu memulai
resusitasi, langkah resusitasi yang dilakukan,
hasil resusitasi.
G.
Prosedur Tindakan
Asuhan Pada Bayi
Segera Setelah Lahir
Menurut Prawirohardjo (2009) menyebutkan
bahwa penanganan bayi baru
lahir seperti dibawah ini:
1. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 menit), kemudian meletakan
bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari
tubuhnya, bila bayi mengalami
asfiksia lakukan
resusitasi
2. Segera membungkus kepala
dan badan bayi dengan handuk
dan
biarkan kontak kulit ibu-bayi
lakukan
penyuntikan oksitosin.
3. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi dan
memasang klem kedua 2cm dari
klem
pertama.
4. Memegang
tali
pusat
dengan
satu tangan,
melindungi
bayi
dari gunting dan
memotong tali pusat diantara klem.
5. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti
bayi
dengan kain yang bersih
dan kering, menutupi
bagian kepala.
6. Memberikan bayi
kepada ibunya dan menganjurkan ibu
untuk memeluk bayinya dan
memulai
pemberian ASI.
H.
Mendemontrasikan Pada Hari Segera
Setelah Lahir
Bila bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau bernapas
megap-megap dan atau tonus otot tidak baik:
Sambil memulai langkah awal:
·
Beritahukan ibu dan keluarga, bahwa
bayi mengalami kesulitan untuk memulai pernapasannya dan bahwa Anda akan
menolngnya bernapas.
·
Mintalah salah seorang keluarga
mendampingi ibu untuk member dukungan moral, menjaga ibu dan melaporkan bila
ada perdarahan.
TAHAP 1: LANGKAH AWAL
Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Bagi
kebanyakan bayi baru lahir, 5 langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang
bayi bernapas spontan dan teratur. Langkah tersebut meliputi:
1. Jaga bayi
tetap hangat
·
Letakkan bayi di atas kain yang ada
di atas perut ibu.
·
Selimuti bayi dengan kain tersebut,
dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat.
·
Pindahkan bayi ke atas kain di
tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat.
·
Jaga bayi tetap diselimuti dan di
bawah pemancar panas.
2. Atur posisi
bayi
·
Baringkan bayi terlentang dengan
kepala di dekat penolong
·
Posisikan kepala bayi pada posisi
menghidu dengan menempatkan ganjal bahu sehingga kepala sedikit ekstensi.
3. Isap lendir
Gunakan alat penghisap lender Delee dengan cara sbb;
·
Isap lender mulai dari mulut dulu,
kemudian dari hidung.
·
Lakukan pengisapan saat alat
penghisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu memasukkan.
·
Jangan lakukan pengisapan terlalu
dalam 9jangan lebih dari 5cm ke dalam mulut atau lebih dari 3cm ke dalam
hidung), hal ini dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi
tiba-tiba berhenti napas.
Bila dengan balon karet lakukan
dengan cara sbb;
·
Tekan bola di luar mulut.
·
Masukkan ujung penghisap di rongga
mulut dan lepaskan 9lendir akan terhisap).
·
Untuk hidung, masukkan di lubang
hidung.
4. Keringkan
dan rangsang bayi
·
Keringkan bayi mulai dari muka,
kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat
membantu BBL mulai bernapas.
·
Lakukan rangsangan taktil dengan
beberapa cara di bawah ini:
o Menepuk/menyentil telapak kaki atau
o Menggosok punggung/perut/dada/tungkai bayi
dengan telapak tangan
5. Atur kembali
posisi kepala bayi dan selimuti bayi
·
Ganti kain yang telah basah dengan
kain kering di bawahnya.
·
Selimuti bayi dengan kain kering
tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar bias memantau pernapasan bayi.
·
Atur kembali posisi kepala bayi
sehingga kepala sedikit ekstensi.
Lakukan penilaian bayi.
·
Lakukan penilaian apakah bayi
bernapas normal, tidak bernapas atau megap-megap.
o Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan
pasca resusitasi.
·
Bila bayi megap-megap atau tidak
bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir
dengan umur kehamilan 37-42 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi
kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan
teratur,berat badan antara 2500-4000 gram serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan ekstrauteri.
Bayi baru
lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI, 2005). Bayi baru
lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan
usia gestasi 38 – 42 minggu (Dona L. Wong, 2003).
B.
Saran
Jika dalam
penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, kami mohon maaf. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami dapat
membuat makalah yang lebih baik dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1993, Asuhan Kesehatan Dalam Kontek Keluarga, Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Anonim, 2004, Asuhan Persalinan Normal, Jakarta
: Klinik Kesehatan Reproduksi.
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri Jilid 1 : Jakarta, EGC.
Saifudin, Abdul Bari, 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Post a Comment for "Asuhan segera bagi bayi baru lahir"