Aspek Moneter ditinjau dari aspek politik
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada
masa perkembangan di era globalisasi ini, Indonesia telah dilanda krisis
moneter, yang mana ini merupakan suatu awal menjadi salah satu penyebab
kehidupan masyarakat di Indonesia menjadi terpuruk. Krisis perekonomian yang
terjadi pada pertengahan tahun 1997 di Indonesia telah menimbulkan dampak
social yang luas di masyarakat. Dampak tersebut diantaranya dirasakan di bidang
ekonomi secara umum, politik dan budaya.
Sejak
pertengahan tahun 1997 tersebut, pada saat Indonesia didera krisis perekonomian
(krisis moneter), yang sebenarnya merupakan akumulasi persoalan di masa lalu
yang memuncak seiring dengan terjadinya krisis regional di hampir semua belahan
asia Krisis ini ditandai dengan adanya penurunan secara drastis pada nilai
tukar rupiah terhadap dollar, yang pada akhirnya membuat kinerja perekonomian
Indonesia banyak yang mengandalkan utang dalam dollar, dan pemasukan dalam
rupiah pun menjadi “collapse”. Kondisi perekonomian seperti ini akan merambah
ke semua sector, likuidasi beberapa bank, penutupan beberapa perusahaan, PHK
besar-besaran, dan harga-harga sembako yang semakin melonjak. Sehingga krisis
moneter ini akan memicu terjadinya krisis social di masyarakat, yang akhirnya
juga dapat memciu krisis politik tersebut.
Krisis
di Indonesia merupakan kombinasi dari adanya gejolak eksternal melalui dampak
penularan pada pasar financial dengan ekonomi nasional yang mengandung berbagai
kelemahan structural, yaitu system perbankan dan sector riilnya. Dalam
perkembangannya krisis ekonomi menjalar ke krisis social politik karena
kelemahan pada system social politik Indonesia. Proses terjadinya ini diawali
dengan adanya gejolak yang berdampak penularan pada pasar uang yang dihadapi
oleh Pemerintah dengan mengandalkan kebijaksanaan moneter yang berlaku saat
itu.
Dalam
pelaksanaan kebijakan itu dapat dilalui dengan pelebaran rentang jual beli BI
dan intervensi pasar pada waktu kurs di pasar uang “spot” melampaui apa yang
ditentukan. Tetapi dampak yang ditimbulkan dari kebijakan moneter yang
menyertai langkah intervensi pasar ternyata suku bunga yang meningkat telah
memberatkan bank-bank yangf kurang sehat, bahkan pada putaran selanjutnya bank
yang sehatpun dapat pula menderita dari penciutan likuiditas dalam
perekonomian.
B.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang di atas penulis merumuskan masalah bagaimana aspek moneter
ditinjau dari masalah politik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan-kebijakan
moneter atau politik moneter adalah kebijakan-kebijakan yang meliputi
langkah-langkah pemerintah yang dilaksanakan oleh bank sentral (Bank Indonesia)
untuk memengaruhi (mengubah) penawaran uang dalam perekonomian atau mengubah
tingkat bunga, dengan maksud untuk memengaruhi pengeluaran agregat.
Salah satu
pengeluaran agregat adalah penanaman modal (investasi) oleh
perusahaan-perusahaan, tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi penanaman
modal dan jika tingkat bunga rendah akan menambah penanaman modal. Jadi tujuan
dari kebijakan-kebijakan pada moneter adalah untuk memengaruhi jumlah uang yang
beredar, sehingga dapat menekan laju inflasi (laju
kenaikan harga). Kebijakan-kebijakan dalam moneter bagaikan alat untuk meredam
inflasi (kenaikan harga) tetapi kebijakan-kebijakan dalam moneter tidak dapat
ditekan (didorong) untuk mengatasi resesi.
Tujuan pemerintah melakukan kebijakan-kebijakan dalam moneter antara lain sebagai berikut.
a.
Menyelenggarakan dan mengatur
peredaran uang.
b.
Menjaga dan memelihara kestabilan
nilai uang rupiah, baik untuk dalam negeri maupun untuk lalu lintas pembayaran
luar negeri.
c.
Memperluas, memperlancar dan
mengatur lalu lintas pembayaran uang giral.
d.
Mencegah terjadinya inflasi
(kenaikan harga barang secara umum).
B.
Definisi
Politik
Politik
dalam bahasa Arabnya disebut “Siyasyah” atau dalam bahasa Inggrisnya
“Politics”. Politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana. Dalam
pembicaraan sehari-hari memang politik diartikan sebagai suatu cara yang
dipakai untuk mewujudkan tujuan, tetapi sebenarnya para ahli ilmu politik
sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu politik.
Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata “Polis” yang berarti
“Negara Kota”, sehingga dapat dipahami bahwa politik memiliki hubungan khusus
antara manusia yang hidup bersama, kemudian dalam hubungan itu timbul aturan,
kewenangan, dan akhirnya kekuasaan. Asal mula kata politik itu sendiri
berasal dari kata “Polis” yang berarti “Negara Kota”, sehingga dapat dipahami
bahwa politik memiliki hubungan khusus antara manusia yang hidup bersama,
kemudian dalam hubungan itu timbul aturan, kewenangan, dan akhirnya kekuasaan.
Ruang
lingkup dasar dari politik ialah negara, karenanya membicarakan politik sama
dengan membicarakan negara. Di mana teori politik menyelidiki negara sebagai
lembaga politik yang mempengaruhi hidup masyarakat Ekonomi dan politik adalah
dua sistem yang tidak dapat disamakan. Keduanya berjalan sendiri-sendiri sesuai
dengan pengertian dan fungsi, dan tujuannya masing-masing. Namun, di dalam
perkembangan terbukti bahwa sistem perekonomian dan perpolitikan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Oleh karena itu, gagasan untuk menjadikan
ekonomi politik sebagai sebuah sistem keilmuan banyak bermunculan.
Pada
dasarnya, ekonomi politik dijadikan Negara sebagai alat dalam mengatur
perekonomian masyarakat. Karena pada masa itu pasar dianggap belum mampu
berkembang, sehingga pemerintah dirasa perlu untuk “campur tangan” didalam
perekonomian masyarakat. Seiring berjalannya waktu, pandangan ini ditentang
karena dianggap pemerintah (Negara) bukan lagi sebagai agen yang baik untuk
mengatur kegiatan ekonomi, tetapi lebih kepada badan yang bertanggung jawab atas
kesejahteraan masyarakat.
Kebutuhan
manusia relatif tak terbatas. Disisi lain, alat pemuas berbagai kebutuhan
tersebut terbatas. Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan alat alat pemula
menyebabkan diperlukannya sebuah ilmu yang lazim di sebut ilmu Ekonomi. Ilmu
ekonomi pada intinya mengajarkan bagaimana manusia atau sekelompok manusia
membuat pilihan-pilihan terbaik. Ilmu ekonomi menurut Paul Samuelson(2011)
adalah studi mengenai bagaimana orang dan masyarakat memilih, dengan atau tanpa
menggunakan uang untuk memanfaatkan sumber-sumber daya produktif yang langka
demi memproduksi berbagai komoditi dari waktu kewaktu dan mendistribusikannya
untuk dikonsumsi, saat ini maupun dimasa depan, oleh berbagai orang dan
kelompok dalam masyarakat.
Kinerja
perekonomian suatu negara ditentukan oleh banyak faktor dan tiga diantaranya
yang paling menentukan adalah:
1.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi
yang dijalankan pemerintah
2. Lingkungan
dimana perekonomian tersebut beroperasi
3. Sistem
ekonomi politik yang digunakan
C.
Kebijakan Fiskal Dan Moneter Sebagai
Produk Politik
Sebagai
produk politik, fiscal dan moneter tidak akan terlepas dari kedudukan
lembaga-lembaga pemerintah, kepentingan actor serta mekanisme pertanggung
jawaban diantara lembaga-lembaga tersebut baik ditingkat pusat maupun di
daerah, sehingga pemahaman mengenai interaksi politik diantara lembaga-lembaga
tersebut sangat penting. Subtansial kebijakan fiskal dimaksudkan untuk
tujuan-tujuan ekonomis yang berupa peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat,
perumusan kebijakan itu melibatkan keputusan politik. Kebijakan untuk
mengurangi ketergantungan pada modal asing, perlindungan pemerintah terhadap
industry-industri strategis dalam negeri, serta kebijakan yang menyangkut
neraca perdagangan internasional merupakan contoh betapa pertimbangan politik
seringkali lebih dominan didalam perumusan kebijakan fiskal.
Pemahaman
mengenai kebijakan fiskal melalui pendekatan politik yang terkait dengan proses
pembuatan kebijakan itu sendiri. Asumsi yang dipakai adalah bahwa sebagai
sebuah keputusan kolektif, kebijakan fiskal tidak terlepas dari kepentingan
actor maupun lembaga yang secara teknis terlibat didalam rangkaian
kebijakan sejak identifikasi masalah, analisis peramalan, implementasi
kebijakan hingga pengawasan dan evaluasinya .
Dalam
keadaan yang mana pada ekonomi nasional dipengaruhi oleh percaturan ekonomi
global, maka keputusan politik yang terkait dengan kepentingan nasional akan
sangat menentukan. Keputusan-keputusan politik tersebut berlaku untuk Negara
maju maupun Negara sedang berkembang karna pada dasarnya setiap naegara akan
memiliki kepentingan nasionalnya masing-masing.
Dalam
konteks Indonesia, salah satu bentuk kebijakan fiskal adalah pengelolaan
anggaran, dimana eksekutif mengacukan rancangan suatu anggaran ke
legislative(DPR),dalam DPR inilah suatu rancangan itu dibahas untuk disahkan.
Berbagai kepentingan bertemu untuk saling bertransaksi. Kebanyakan kasus
apabila sudah tercapai kesepakatan nilai-nilai antar actor yang tercermin dalam
suatu pembahasan draft kebijakan, maka barulah suatu kebijakan tersebut
terbentuk.
Persoalan
mendasar dalam pengelolaan keuangan daerah di indonesia adalah sejauh mana
politic wil pemerintah daerah dan DPRD dalam mengelola keuangan daerah itu
dilaksanakan. Sepanjang pemerintah daerah dan DPRD tidak memiliki politik wil
dalam mengelola keuangan daerah, apapun kebijakan yang dikeluarkan tidak akan
berpihak pada kepentiingan masyarakat. Kebijakan pengelola keuangan daerah akan
menimbulkan problem baru yaitu kebijakan untuk memperkaya diri oleh
penyelenggaraan negara dalam prespektif ini dapat dipastikan kebijakan pengelolaan-pengelolaan
daerah yang melahirkan pengelola pembobolan, pemborosan, dan perampokan.
Keuangan daerah, korupsi APBD memasuki ambang batas yang menghawatirkan,
desentralisasi tidak bermakna mempermudah pelayanan publik akan tetap
desentralisasi melahirkan prilaku aparat penyelenggaraan negara yang cenderung
korup.
Pemerintahan,
baik pemerintah daerah maupun lembaga perwakilan didaerah tidak mungkin
berjalan efektif tanpa legitimasi penuh dari rakyat. Pemerintah, sebagai
lembaga penataan masyarakat yang memegang kekuasaan politik utama, harus
memiliki pendasaran atau legitimasi kekuasaan yang dijalankannya agar ia
efektif.
Tindakan pemerintah untuk membuat kebijakan dibatasi oleh corak dan kualitas partisipasi warga negara dalam proses pembuat keputusannya. Oleh karena itu untuk menjamin kelancaran program atau kebijakan yang dibuatnya, pemerintah harus memperhatikan reaksi masyarakat terhadap suatu kebijakan dan program-program yang dilaksanakan.
Tindakan pemerintah untuk membuat kebijakan dibatasi oleh corak dan kualitas partisipasi warga negara dalam proses pembuat keputusannya. Oleh karena itu untuk menjamin kelancaran program atau kebijakan yang dibuatnya, pemerintah harus memperhatikan reaksi masyarakat terhadap suatu kebijakan dan program-program yang dilaksanakan.
Beberapa
contoh kebijakan fiskal dan moneter sebagai produk politik :
1.
Akibat dari krisis ekonomi 1998 yang
menyebabkan sector riil macet dan hiperinflasi , utang Indonesia pada tahun
2000 mencapai Rp.1.226,1 triliyun (96% dari PDB ) . utang tersebut hampir
seluruhnya ditimbulkan karena utang dalam negeri dalam jumlah yang besar akibat
dari upaya untuk menyelamatkan sector perbankan yang kacau akibat krisis.
Jumlah utang dalam negeri terakumulasi sebesar Rp.643 triliyun,timbulnya akibat
3 kebijakan pokok atau kebijakan fiskal yang diambil dari pihak pemerintah
untuk menopang perbankan nasional selama krisis,diantaranya adalah kebijakan
BLBI, kebijakan penjaminan bank, kebijakan rekapitalisasi.kebijakan BLBI , guna
mengatasi kelangkaan liquiditas yang akut sebagai akibat dari arus dana keluar
yang semakin membesar dalam perekonomian. Kebijakan penjaminan bank, guna
mengatasi krisis kepercayaan,dengan memberikan jaminan penuh kepada nasabah dan
kepada mereka yang bertransaksi dengan bank.rekapitalisasi bank, adalah
bagaimana membuat agar bank-bank yang tersisa beroperasi secara normal.
2.
Krisis ekonomi tahun 2008 yang
dialami amerika merupakan suatu fenomena yang begitu besar yang dampaknya
menyebar ke berbagai Negara lain. Dalam konteks perbankan Indonesia,pemerintah
perlu berhati-hati, karena tidak ada yang dapat memperkirakan dalam dan luasnya
krisis keuangan global tersebut. Dalam yang paling dirasakan adalah nilai tukar
rupiah, rupiah pun mengalami depresiasi yang sangat tajam terhadap USD.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD tentu saja sangat memberatkan
aktivitas impor Indonesia,terutama impor barang elektronik, komoditas
pertanian, ataupun barang otomotif yang harganya menjadi lebih mahal. Sektor
produksi juga terpengaruh dikarenakan pembelian alat-alat produsi impor yang
semakin mahal dan juga pembayaran dari hutang-hutang yang jatuh tempo.
Disisi ekspor, meskipun dollar menguat terhadap rupiah ,bukan berarti hal
tersebut mutlak mmenggembirakan karena meskipun harga barang ekspor lebih
murah, daya beli Negara tujuan (AS) melemah karena bank dan sumber pembiayaan
di AS mengalami kesulitan likuiditas sehingga tidak dapat menyalurkan kredit
dengan lancar. Menyikapi permasalahan ini, pemerintah dan otoritas moneter
telah melakukan beberapa rangkaian kebijakan untuk mengurangi kekhawatiran
public terhadap kapabilitas dan likuiditas bank-bank nasional. Salah satu
kebijakan moneter yang diambil pemerintah saat itu adalah dengan penaikkan BI
rate menjadi 9,5% untuk mengantisipasi depresiasi terhadap nilai rupiah dengan
meningkatkan atraktivitasinvestasi dalam nilai rupish akibat spreak bunga
domestic dan luar negeri yang cukup tinggi .
3.
Krisis Ekono mi di Asia
Krisis di asia berawal pada bulan
mei 1997 ketika baht, mata uang thailan, diserang habis habisan oleh para
spekulan pada bulan juli, ketika semua mata uang thailand, malaysia, filipina,
dan indonesia dimana tidak punya pilihan kecuali mengubah kebijakan tentang
kursh yang terkelola.
Menurut persetujuan reformasi struktural dengan IMF, pemerintah harus menurup enam belas bank swasta, yang kemudian justru malah mengakibatkan penarikan dana besar besaran (RUSH) di bank bank lain..
Menurut persetujuan reformasi struktural dengan IMF, pemerintah harus menurup enam belas bank swasta, yang kemudian justru malah mengakibatkan penarikan dana besar besaran (RUSH) di bank bank lain..
Situasi
ekonomi amat suram dan Suharto bersama orang orang-orang dekatnya tetap menolak
reformasi. Berbeda dari anjuran IMF untuk memerintahkan surplus anggaran dan
menerapkan pengetatan fiskal, pada tanggal 6 januari 1998 Soeharto malah justru
melakukan ekspansi anggaran. Rupiah dan harga saham di bej ( bursah efek
jakarta) ambruk. Bukan hanya pemerintah saja, masyarakat internasional pun
juganya tampak terkejut dengan begitu besarnya krisis finansial di indonesia.
Dalam
menghadapi situasi yang kian memburuk, soekarno akhirnya setuju untuk menerima
paket kedua reformasi bersama IMF. Dalam sebuah adegan yang bersejarah boleh
jadi akan merupakan saat yang menyakitkan bukan hanya lagi soeharto tetapi juga
bagi seluruh rakyat indonesia. Kegagalan IMF dalam membantu ekonomi
indonesia keluar dari krisis mendapat kritik hebat baik dari dalam maupun luar
negri.
Dari awal
skema penalangan yang dibuat oleh IMF untuk indonesia memang berbeda pada
negara negara asia lainnya, dan Ekonomi pun menjadi kacau balau. Data statistik
agregat menunjukan bahwa PDB perkapital merosot dari USD 1.200 pada tahun 1996
menjadi hanya USD 300 pada awal tahun 1998. Kesengsaraan meluas dari dari
kesengsaraan air karna harga kebutuhan bahan pokok seperti beras melonjak
hingga tiga kali lipat dalam waktu yang relatif pendek, dan pada saat itu
ketegangan sosial benar-benar mencapai titik didih, ataupun telah mencapai pada
puncak tegangan yang serius. Dengan keadaan yang semakin suram ini pemerintah
berusaha menyelamatkan kedudukannya.
Krisis
politik memuncak pada bulan mei tahun 1998, dan pada tanggal 4 mei di luar
dugaan diluar perkiraan banyak orang termasuk IMF, Soeharto mengumumkan
kebijakan bahan bakar minyak (BBM) dan listrik naik antara 20 sampai 70 persen.
Langkah yang di anbil oleh soeharto sangat tidak peka terhadap situasi politik
yang pada saat itu sedang tegang tegangnya dapat di kiaskan sedang mendidi
mendidihnya. masalah hubungan pusat daerah secara umum belum terpecahkan .
proses pembuatan kebijakan senantiasa terpusat di Jakarta. Berbagai langkah
kebijakan, terutama untuk member dana bagi pemerintah provinsi dan pemerintah
lokal, hanya sekedar dimaksudkan untuk meredakan perlawanan dan bukannya dimaksudkan
untuk membangun institusi daerah yang kuat. Kebijakan-kebijakan untuk
memperkuat otonomi daerah terbukti hanya setengah hati atau bagi tokoh daerah
hanya sebuah muslihat saja. Tampak jelas bahwa habibie mula-mula perlu waktu
untuk memahami dan mengontrol situasi dengan baik dari kekuasaan puncak
yang sekonyong-konyong ada ditangannya. Namun demikian, dengan tekanan
baru dari demokratisasi, pemerintahan habibie dituntu segera melakukan
perubahan-perubahan dari warisan kebijakan pendahulunya. Undang-undang
no.22/1999 disahkan ditengah tekanan akan perubahan yang sangat kuat. Sebelum
pembahasan beralih ke legalisasi pada tahun 1999 tersebut , bagian ini akan
menjelaskan bagaimana habibie menghadapi berbagai isu setelah peralihan
kekuasaan dari soeharto yang berlangsung secara dramatis.
Langkah
pertama yang dilakukan habibie ialah memecat mayjen prabowo subianto dan
sekutu-sekutunya dari komando militer kunci dan mempertegas kewenangan jendral
wiranto. Untuk menenangkan para reformis, habibie mengundang amien rais, adnan
buyung nasution, dan nurcholis majdid, kesemuanya adalah para pengeritik keras
soeharto,pada sebuah pertemuan diistana kepresidenan. Pertemuan itu juga
dihadiri oleh emil salim dan rudini,keduanya sesungguhnya pernah bekerja dalam
cabinet dibawah soharto tetapi dipandang lebih “punya prinsip” jika dibanding
tokoh lainnya . salah satu hasil terpenting dari pertemuan tersebut ialah
sebuah kesepakatan umum dari reformasi politik, termasuk persiapan untuk
menyelenggarakan sebuah pemilu yang bebas. Sebagai seorang presiden yang
relative kurang berpengalaman dalam politik dan melesat keposisi puncak hanya
karena kedekatannya den gan soeharto. Habibie mesti belajar cepat, habibie
harus segera berhadapan dengan tokoh-tokoh militer yang masih kuat serta
konstelasi politik yang sama sekali baru.
Namun
demikian, pilihan habibie untuk menunjuk 36 orang menteri dalam kabinetnya
hanya mencerminkan semangat reformasi yang terbatas. Meskipun kroni terdekat
soeharto seperti bob Hassan dan siti hardiyanti rukmana disingkirkan, banyak
menteri yang tetap barasal dari golkar dan militer , termasuk jendral Feisal
tanjung yang diangkat sebagai menko polkam dan jendral wiranto sebagai menteri
pertahanan dan keamanan. Dua puluh orang dari anggota cabinet adalah mereka
yang pernah masuk jajaran cabinet soeharto yang terakhir ,termasuk Sembilan
orang jajaran menteri yang mengurus ekonomi dan ginanjar kartasasmita yang
menempati jabatan sebelumnya. Orang terdekat habibie adalah anggota kelompok
“teknologi” rahardi ramelan yang ditugasi sebagai menteri industri dan
perdagangan, pengusaha sesama kelahiran Sulawesi yaitu tanri abeng yang
ditugasi sebagai menteri agama BUMN dan politisi dari ICMI adi sasono yang ditugasi
sebagai mentero koperasi.
Keberhasilan
kekuatan rakyat (people power) menurunkan soeharto menciptakan gelombang
reformasi diseluruh negeri . rakyat didaerah-daerah mulai berteriak menentang
semua penjaga yanh korup, otoriter dan menindas,menjadi sasaran utama dan
diminta untuk melepaskan jabatannya.
4.
Pembelian BLT (bantuan langsung
tunai). Banyak orang melihat BLT hanya bantuan kepada orang yang kurang mampu.
Sebenarnya di balik itu ada tujuan khusus dari pemerintah . BLT diharapkan
mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan menigkatnya pendapatan
masyarakat, daya beli masyarakat juga meningkat. Meningkatnya permintaan dari
masyarakat . dengan demikian permintaan dari masyarakat juga meningkat.
Meningkatnya permintaan dari masyarakat akan meningkatkan produksi yang pada
akhirnya akan memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia .
Proyek-proyek
yang diadakan oleh pemerintah. Katakanlah pemerintah mengadakan proyek
membangun jalan raya . dalam proyek ini pemerintah membutuhkan buruh dan dengan
menetapkan pengeluaran>penerimaan. Deficit financing dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Dahulu pemerintahan bung karno pekerja lain untuk
menyelesaikannya. Dengan kata lain proyek ini menyerap SDM sebagai tenaga
kerja. Hal ini membuat pendapatan orang yang bekerja disitu bertambah. Dengan bertambahnya
pendapatan mereka akan terjadi efek yang sama dengan BLT tadi.
Kostumisasi
APBN oleh pemerintah. Misalnya dengan deficit financing. Deficit financing
adalah anggaran pernah menerapkannya dengan cara memperbanyak utang dengan
meminjam dari bank Indonesia. Yang kemudian terjadi adalah inflasi
besar-besaran (hyper inflantion) karena uang yang beredar di masyarakat sangat
banyak. Untuk menutup anggaran yang deficit dipinjamlah uang dari rakyat.
Namun, rakyat tidak mempunyai cukup uang untuk memberi pinjaman pada
pemerintah. Dan pada akhirnya pemerintah pun meminjam uang dari luar negri.
C.
Dimensi Politik Kebijakan Fiskal
Kebijakan
fiskal adalah kebijakan atay pemilihan instrumen yang digunakan entuk mencapai
tujuan yang ditetapkan dalam bidang penerimaan serta pengeluaran pemerintah.
Subjek kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah dengan
segala aspek termasuk aspek hukum, aspek politik maupun aspek lainnya.
Perubahan tingkat komposisi pengaturan pengeluaran dan penerimaan dapat berdampak
pada variable-variable perekonomian yaitu agregat permintaan dan tingkat
kegiatan ekonomi, pola aplikasi sumber daya, dan distribusi sumber daya.
Kebijakan fiskal sebenarnya merupakan kebijakan pengelolaan keuangan negara dan
terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang
tercantum dalam APBN.
Instrumen
kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintahan. Jika pajak
diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri
dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya jika kenaikan pajak akan
menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.
Terkait dengan penganggaran kebijakan fiskal dibagi menjadi 3:
Terkait dengan penganggaran kebijakan fiskal dibagi menjadi 3:
1.
Anggaran defisit (defisit budget)
adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari
pemasukan negara guna memberi stimulasi pada perekonomian.
2.
Anggaran surplus (surplus budget)
adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar dari pada
pengeluarannya.
3.
Anggaran berimbang (balanced
budget) terjadi jika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan
pemasukan. Tujuan anggaran berimbang ini karena terjadi kepastian anggaran
serta meningkatkan disiplin.
Politik ekonomi kebijakan fiskal konvensional seperti
yang diterapkan di indonesia menempatkan pertumbuhan ekonomi sebagai asas atau
sasaran yang harus dicapai perekonomian nasioanal. Dalam pembahasan RAPBN
hingga menjadi APBN antara pemerintah dengan DPR merupakan pandangan para
pengamat ekonomi, slah satu isu sentralnya adalah pertumbuahan ekonomi. Adapun
argumentasi pemerintah, DPR dan pengamat ekonomi yang menempatkan pertumbuhan
ekonomi sebagai sasaran utama kebijkan fiskal (dalam kerangka lebih luas
kebijakan makro ekonomi), yaitu untuk memutuskan berbagi permasalah ekonomi
seperti kemiskinan dan pengangguran. Pentingnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi
sehingga prioritas kebijakan fiskal hanya terkonsentrasi pada peningkatan
pertumbuhan.
Anggaran penerimaan dan belanja
negara (APBN) terdiri dari:
·
Penerimaan pajak (tax) dalam
anailisis makro dipandang sebagai daya bei masyarakat berupa uang yang
diserahkan kepda pemerintah.
·
Pengeluaran pemerintah
1.
Government expenditur (G) merupakan
pengeuaran pemerintah dan atas engeluaran tersebut pemerintah akan memperoleh
hasil secara langsung.
2.
Government transfer (Tr) merupakan
pengeuaran pemerintah tetapi atas pengeuaran tersebut pemerintah tidak
memperoleh hasi secara angsung pada tahun pengeluaran anggaran ini terjadi.
3.
Dimana koposisi besar kecilnya
pendapatan atau penerimaan dan pengeluaran Negara (misalnya inonesia)
setiap tahunya dapat dilihat pada APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara). Dan mengenai APBN itu sendiri terdapat tiga perinsip yang mendasari
penyusunannya yaitu:
4.
Prinsip berimbang, yang dimaksud
perinsip berimbang yaitu besarnya sisi pengeluaran sama dengan besarnya sisi
penerimaan apabila terjadi deficit pada anggaran (pengeluaran lebih besar dari
penerimaan) maka pemerintah melakukan pinjaman (utang luar negri) yang dalam
APBN ditulis sebagai penerimaan pembangunan. Sedang apabila anggaran mengalami
surplus (khusus di Indonesia selama belum pernah terjadi) maka kelebihannya
akan dimasukan sebagai sisa hasil pembangunan.
5.
Prinsip Anggaran Dinamis, adalah
pada mana yang peengutamaan pembangunan yang dibiyayai oleh kemampuan financial
dalam negri ( oleh Negara itu sendiri). Bila besarnya dana pembangunan setiap
tahunnya selalu meningkat yang berasal dari tabungan pemerintah (penerimaan
dalam negri dikurangi pengeluaran rutin ) dalam arti pertumbuhan tabungan
pemerintah selalu positif maka dikatakan sebagai anggaran dinamis absolute.
Sedangkan bila dana pembangunan yang berasal dari pinjaman luar negri setiap
tahunnya mengalami pertumbuhan yang menurun (proporsinya terhadap pengeluaran
pembangunan semakin meangecil) dikatakan sebagai anggaran dinamis.
6.
Prinsip Anggaran Fungsional yaitiu
semua bantuan luar negri hanya dipergunakan untuk membiayai pembangunan dan
bukan untuk membiayai pengeluaran rutin (membayar gaji pegawai negri, subsidi
dan sebagainya).
Adapun argumentsi pemeritah DPR, dan pengamat ekonomi
yang menempatkan pertumbuhan ekonomi sebagai sasaran utama kebijakan
fiskal (dalam kerangka lebih luas kebijakan makro ekonomi), yaitu untuk
menuntaskan berbagai permasalahan krusial ekonomi seperti kemiskinan dan
pengangguran. Begitu pentingnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga
prioritas kebijakan fiskal hanya terkonsentrasi pada peningkatan pertumbuhan.
Kebijakan fiskal berhubungan dengan pengaturan
penerimaan dan pengeluaran anggaran. Dalam suatu pengelolaan atau pembentukan
kebijakan, dalam hal ini kebijakan fiskal, mulai dari perumusan suatu
kebijakan,formulasi kebijakan , sampai pada implementasi dan evaluasi tak luput
dari aspek-aspek politik yang ada. Disamping karena konsep kebijakan itu sendiri
merupakan salah satu konsep dari ilmu politik, yang paling menonjol dimensi
politiknya adalah bagaimana kebijakan fiskal itu bisa dibentuk.
Interaksi-interaksi aktor dalam pembentukan kebijakan inilah sebagai dimensi
politik kebijakan fiskal , bagaimana suatu kumpulan angka-angka dan
rencana-rencana yang ada diperdebatkan. Tentu semua aktor mempunyai kepentingan
dalam suatu pengaturan tersebut.
Dalam konteks Indonesia, salah satu bentuk kebijakan
fiskal adalah pengelolaan anggaran, dimana eksekutif mengajukan suatu rancangan
suatu anggaran ke legislative (DPR) , kemudian dalam DPR inilah suatu rancangan
itu dibahas untuk disahkan. Disini berbagai kepentingan bertemu untuk saling
bertransaksi. Dalam kebanyakan kasus apabila sudah tercapai kesepakatan nilai-nilai
antar aktor yang tercermin dalam suatu pembahasan draft kebijakan, maka barulah
suatu kebijakan tersebut terbentuk.
Dalam
pengelolaan anggaran, menurut kebijakan ini yang terpenting adalah:
1.
Terdapat hubungan langsung antara
belanja pemerintah dengan penerimaan pajak dengan penyesuaian anggaran untuk
memperkecil ketidak stabilan ekonomi.
2.
Dalam masa depresi dimana banyak
pengangguran maka belanja pemerintah adalah merupakan satu-satunya jalan terbaik
untuk mengatasinya.
Dan dalam
menyetabilitaskan anggaran otomatis, dalam kebijakan ini pun menerapkan
yaitu :
1.
Dalam priode kesempatan kerja penuh
(full employment) pajak akan di usahakan surplus.
2.
Apabila dalam perekonomian terjadi
kemunduran ekonomi maka program pajak tidak di ubah, akan tetapi konsekuensinya
penerimaan pajak menurun, dan pengeluaran pemerintah semakin besar.
3.
Karna pengeluaan pemerintah
bertambah besar dalam masa kemunduran ekonomi makat terjadi deficit anggaran,
dan ini akan mendorong sector suwasta terpacu untuk maju.
4.
Dalam masa inflasi terjadi kenaikan
pendapatan pemerintah yang berasal dari pajak (pendapatan), anggaran belanja
surplus sementara tunjangan bagi penganggur tidak perlu banyak.
D.
Politik Kebijakan Moneter
Pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan kebijakan
fiskal. Suatu kebijakan sendiri itu merupakan salah satu konsep dari ilmu
politik. Mengenai kebijakan moneter dengan keterbatasan anggaran yang atas
dasar kebijakan itu dibuat, misalnya adalah dalam hal mengeset standar bunga
pinjaman atau dalam hal bantuan likuiditas. Tentu aspek-aspek politik tak
terlepas dalam penentuan tersebut. Kebijakan moneter berperan dalam
menstabilkan perekonomian, sector yang terlebih dahulu merasakan adalah sector
perbankan yang kemudian di transfer ke sector riil yang baik secara langsung
dan tidak langsung pasti terpengaruhi atau dipengaruhi oleh situasi politik
yang ada.
Kebijakan moneter yaitu kebijakan yang dilakukan
pemerintah melalui bank sentral guna mampengaruhi penawaran uang dan mengubah
tingkat bunga dalam tingkat yang wajar dan aman. Kebijakan moneter mengacu pada
kebijaksanaan otorita moneter suatu negara yaang menyangkut masalah-maslah
moneter. Kebijakan moneter dapat didefinisikan sebagai kebijakasanaan yang
berkenaan dengan pengendalian lembaga keuangan, penjualan dan pembeliaan secara
aktif kertas-kertas berharga oelh otorita moneter sebagai ikhtikar
sengaja untuk mempengaruhi perubahan keadaan uang, pembelian dan penjuaan
secara pasif kertas berharga yang timbul dari usaha mempertahankan struktur
suku bunga tertentu.
Kebijakan
moneter menurut Dr. J. D. Sethi berfungsi untuk :
1.
Mengambil manfaat dari struktur
tingkat suku bunga yang paling sesuai.
2.
Meraih pertimbangan yang tepat
antara permintaan dan penawaran uang
3.
Menyediakan fasiitas kredit yang
tepat bagi perekonomian yang sedang berkembang dan menghentikan perkembangan
yang tidak semestinya.
4.
Pendirian, peaksanaan dan peruasan
embaga keuangan
5.
Manajemen keuangan
Kebijakan moneter dibedakan menjadi kebijakan yang
bersifat kuantitatif dan kualitatif. Kebijakan moneter kuantitatif adaah suatu
kebijakan umum yang bertujuan untuk mempengaruhi jumah penawaran uang dan
tingkat bunga daam perekonomian. Sedangkan kebijakan moneter kualitatif adalah
kebijakan yang bersifat melakukan piliahn atas beberapa aspek dari masalah
moneter yang dihadapi pemerintah.
Kebijakan moneter yaitu kebijakan yang dilakukan pemerintah melalui bank sentral guna maengatur penawaran uang dan tingkat bunga dalam tingkat yang wajar dan aman. Kebijakan ini umumnya terbagi dua yaitu kebijakan kuantitatif yaitu kaebijakan yang bertujuan untuk mempengaruhi penawaran uang dan tingkat bunga dalam perekonoian, dan kebijakan kualitatif yaitu kebijakan yang sifatnya non intervensi dan lebih banyak menekankan pada kesadaran pihak perbankan umumnya.
Kebijakan moneter yaitu kebijakan yang dilakukan pemerintah melalui bank sentral guna maengatur penawaran uang dan tingkat bunga dalam tingkat yang wajar dan aman. Kebijakan ini umumnya terbagi dua yaitu kebijakan kuantitatif yaitu kaebijakan yang bertujuan untuk mempengaruhi penawaran uang dan tingkat bunga dalam perekonoian, dan kebijakan kualitatif yaitu kebijakan yang sifatnya non intervensi dan lebih banyak menekankan pada kesadaran pihak perbankan umumnya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan-kebijakan
moneter atau politik moneter adalah kebijakan-kebijakan yang meliputi
langkah-langkah pemerintah yang dilaksanakan oleh bank sentral (Bank Indonesia)
untuk memengaruhi (mengubah) penawaran uang dalam perekonomian atau mengubah
tingkat bunga, dengan maksud untuk memengaruhi pengeluaran agregat.
Salah satu
pengeluaran agregat adalah penanaman modal (investasi) oleh perusahaan-perusahaan,
tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi penanaman modal dan jika tingkat
bunga rendah akan menambah penanaman modal. Jadi tujuan dari
kebijakan-kebijakan pada moneter adalah untuk memengaruhi jumlah uang yang
beredar, sehingga dapat menekan laju inflasi (laju
kenaikan harga). Kebijakan-kebijakan dalam moneter bagaikan alat untuk meredam
inflasi (kenaikan harga) tetapi kebijakan-kebijakan dalam moneter tidak dapat
ditekan (didorong) untuk mengatasi resesi.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang
akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Medya, Ratri. 2006. Ekonomi Politik. Jakarta : Pt Gelora Aksara Pratama
Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta:
Grasindo.
Syafiie, Inu Kencana. 1997. Ilmu Politik. Jakarta: Rineka Cipta.
Putong Iskandar,2013. Ekonomics Pengantar Mikro Dan Makro,Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Wahyudi Kumorotomo, 2004.Desentralisasi Fiskal Politik Dan Perubahan
Kebijakan, Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
Hendra Karianga,2013. Politik Hukum Dalam Pengelolaan Keuangan
Daerah, Jakarta : Kencana Premendamedia Group.
Fatullah Yousof,2013. Fiskal Dan Moneter, Yogyakarta : Idea
Press
Wisnu Chandra,2006. Ekonomi Politik, Jakarta: Erlangga
Post a Comment for "Aspek Moneter ditinjau dari aspek politik"