Konflik remaja dan kebiasaan merokok
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Masa remaja merupakan suatu fase
perkembangan antara masa kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 10
sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal ( 10-14 tahun ),
masa remaja penengahan ( 14-17 tahun ) dan masa remaja akhir ( 17-19 tahun ). Pada
masa remaja, banyak terjadi perubahan baik biologis, psikologis maupun social.
Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses
pematangan kejiwaan (psikolososial). Seorang remaja tidak lagi dapat disebut
sebagai anak kecil, tetapi belum juga dianggap sebagai orang dewasa, disatu
sisi ia ingin bebas dan mandiri, lepas dari pengaruh orang tua, di sisi lain
pada dasarnya ia tetap membutuhkan bantuan dukungan orang tuanya. Orang tua
tidak mengetahui atau memahami perubahan yang terjadi sehingga tidak menyadari
bahwa anak mereka telah tumbuh menjadi seorang remaja. Orang tua menjadi
bingung menghadapi labilitas emosi dan perilaku remaja, sehingga tidak jarang
terjadi konflik diantara keduanya.
Pada
remaja saat ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing.
Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di
lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun
orang-orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok
memberikan dampak negatif pada tubuh penghisapnya. Beberapa motivasi yang
melatar belakangi merokok adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory
beliefs) untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan
menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permission
beliefs/positive) (Joemana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok
yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan di depan orang lain,
terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertatik kepada
kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.
Masa
remaja bisa jadi masa di mana individu mengkonsumsi rokok. Smet (1994)
berpendapat bahwa usia pertama kali merokok umumnya berkisar antara usia 11-13
tahun dan mereka pada umumnya merokok sebelum usia 18 tahun. Usia tersebut
dapat dikategorikan termasuk dalam rentangan masa remaja. Lebih jauh lagi Data
WHO mempertegas bahwa remaja memiliki kecenderungan yang tinggi untuk merokok,
data WHO menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah perokok yang ada di dunia
sebanyak 30% adalah kaum remaja (Republika, 1988).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Remaja
Istilah Adolescence atau remaja
berasal dari kata latin adolescere (kata Belanda, adolescentia yang berarti remaja)
yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa
(dalam Hurlock, 1999). Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup
kematangan mental, emosional, spasial dan fisik. Piaget (dalam Hurlock, 1999), mengatakan bahwa
secara psikologis masa remaja adalah
usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak
tidak merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada di
dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Hurlock (1999), menyatakan bahwa
masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, di mulai saat
anak secara seksual matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara
hukum. Remaja juga didefinisikan sebagai suatu periode perkembangan dari
transisi antara masa anak-anak dan dewasa, yang diikuti oleh perubahan
biologis, kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 1998). Sedangkan menurut
Monks (1999), remaja adalah individu yang berusia antara 12-21 tahun yang sudah
mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, dengan pembagian 12-15
tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja penengahan, dan
18-21 tahun adalah masa remaja akhir.
B.
Ciri-Ciri
Masa Remaja
Menurut Havighurst
(dalam Hurlock, 1999) ciri-ciri masa remaja antara lain:
1. Masa
remaja sebagai periode yang penting
Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang
cepat dan penting dimana semua perkembangan itu menimbulkan perlunya
penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya. Tetapi peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya, dengan demikian dapat diartikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang, serta mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru pada tahap berikutnya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan fisik yang terjadi dengan pesat diikuti dengan perubahan perilaku dan sikap yang juga berlangsung pesat. Perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Ada dua alasan bagi kesulitan ini, yaitu :
a. Sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.
b. Remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru.
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standar kelompok lebih penting daripada bersikap individualistis. Penyesuaian diri dengan kelompok pada remaja awalmasih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan, namun lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dengan kata lain ingin menjadi pribadi yang berbeda dengan oranglain.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Semakin tidak realistik cita-citanya ia semakin menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberi citra yang mereka inginkan.
C. Konflik Remaja Dalam Keluarga
Masalah penting
hubungan keluarga adalah apa yang disebut dengan kesenjangan generasi antara
remaja dengan orang tua mereka (menonjol terjadi dibidang norma-norma sosial).
Sebab-sebab umum pertentangan dengan keluarga adalah :
·
Standart perilaku
·
Metode
disiplin
·
Hubungan dengan saudara kandung
·
Merasa jadi korban
·
Sikap yang sangat kritis
·
Besarnya kelurga
·
Perilaku yang kurang matang
·
Memberontak terhadap sanak keluarga
Konflik – Konflik Remaja Dalam
Keluarga
1. Konflik Pemilihan Teman atau pacar.
·
Bila remaja wanita ; anaknya diharapkan
dapat menjaga diri agar jangan sampai terlibat dalam pergaulan bebas (free-sex,
narkoba)
·
Bila remaja laki-laki; anaknya
diharapkan selalu waspada
2. Konflik pemilihan jurusan atau program studi
3. Konflik dengan saudara kandung (Biasa terjadi pertengkaran,
percekcokan atau konflik antara anak yang satu dengan yang lain)
D. Kebiasaan
Merokok
Merokok
merupakan overt behavior dimana perokok menghisap gulungan tembakau.
Pada
remaja saat ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing.
Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di
lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun
orang-orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok
memberikan dampak negatif pada tubuh penghisapnya. Beberapa motivasi yang
melatar belakangi merokok adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory
beliefs) untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan
menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permission
beliefs/positive). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan
oleh remaja yang biasanya dilakukan di depan orang lain, terutama dilakukan di
depan kelompoknya karena mereka sangat tertatik kepada kelompok sebayanya atau
dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.
Masa
remaja bisa jadi masa di mana individu mengkonsumsi rokok. bahwa usia pertama
kali merokok umumnya berkisar antara usia 11-13 tahun dan mereka pada umumnya
merokok sebelum usia 18 tahun. Usia tersebut dapat dikategorikan termasuk dalam
rentangan masa remaja. Faktor dalam diri remaja dapat dilihat dari kajian
perkemangan remaja. Remaja mulai merokok pada krisis aspek psikososial yang
dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mencari jati diri. Dalam
masa remaja ini sering terjadi ketidak sesuaian antara perkembangan psikis dan
perkembangan sosial. Upaya-upaya untuk menemukan jati diri tersebut tidak
selalu dapat berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Beberapa remaja
melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris. Yang merupakan perilaku
simbolisasi. Symbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik
terhadap lawan jenis.
Merokok
bagi sebagian remaja merupakan perilaku proyeksi dari rasa sakit baik psikis
maupun fisik. Walaupun di sisi lain, saat pertama kali mengkonsumsi rokok
dirasakan ketidakenakkan. Hal ini sejalan dengan kebanyakan remaja yang
mengalami gejala-gejala batuk, lidah terasa getir, dan perut mual. Namun demikian,
sebagian dari para pemula tersebut mengabaikan pengalaman perasaan tersebut,
biasanya berlanjut menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi ketergantungan.
Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan
psikologis. Sehingga tidak jarang perokok mendapatkan kenikmatan yang dapat
menghilangkan ketidaknyamanan yang sedang dialaminya. (fajarjuliansyah.wordpress.com
2010)
Sangat mudah bagi anak untuk meniru
kebiasaan merokok. Mengingat di negara kita kebiasaan merokok adalah suatu
kebiasaan yang sudah sangat mengakar di berbagai golongan masyarakat, di mana
pun tempatnya, kapan pun waktunya kita akan sangat mudah menjumpai orang yang
sedang merokok. Kebiasaan merokok di
kalangan remaja, begitu besarnya dampak negatifnya kebiasaan merokok dari segi
kesehatan maupun ekonomi. Untuk itu, langkah antisipasi harus disiapkan,
dimulai dari keluarga sendiri. Bisa dimulai dengan tidak memberi contoh
kebiasaan merokok dalam keluarga. Berlakukan aturan dan larangan merokok bagi
setiap anggota keluarga tanpa kecuali. Dengan demikian, anak tidak lagi melihat
orang tua maupun anggota keluarga lain merokok, sehingga diharapkan tertanam
dalam benak anak bahwa kebiasaan merokok merupakan kebiasaan buruk untuk semua
orang, tanpa memandang usia dan jenis kelamin. Keyakinan itu mungkin akan
menjadi sedikit bekal bagi anak untuk tidak merokok sepanjang hidupnya.
Survei menurut
jurnal medika kedokteran Indonesia maret 2006, diketahui bahwa laki-laki remaja
lebih banyak menjadi perokok dan hampir dua pertiga dan kelompok umur produktif
adalah perokok. Selama 5 tahun, telah terjadi peningkatan kebiasaan merokok
pada semua kelompok umur pria, sedangkan pada wanita terjadi penurunan.
Dalam hal kesehatan, kebiasaan
merokok dapat memicu munculnya berbagai jenis penyakit, sebagai berikut :
1. Kanker paru.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
bagi bukan pe-rokok, hanya 7 dari 100.000 orang yang mungkin terkena kanker
paru. Namun bagi pe-rokok berat, peluangnya untuk tak terkena kanker paru hanya 3
per 1000. Maka tepatlah bila diperkirakan bahwa 70 – 90 % penderita kanker paru
di Amerika Serikat dikarenakan kebiasaannya merokok . (depkes Go. Id/indeks,
2004).
2.
Diabetes
Mellitus
Penelitian
menunjukkan bahwa rokok meningkatkan resistensi insulin, sehingga tubuh menjadi
kurang efektif memecah glukosa. Kondisi inilah yang menjadi pencetus penyakit
diabetes mellitus
3.
Gangguan
gigi
Hasil
penelitian Ratih Widyastuti dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr.
Moestopo terhadap 300 sampel (perokok dan bukan perokok) memperlihatkan adanya
hubungan antara buruknya kebersihan mulut dengan prevalensi plak dan derajat
keparahan penyakit periodontal. Periodontal adalah penyakit
kronis yang utamanya disebabkan oleh infeksi bakterial dalam jangka waktu lama.
Tingkat keparahan penyakit periodontal (periodontitis) pada perokok
berat (sekitar 20 batang) jauh lebih tinggi bila dibanding perokok ringan dan
bukan perokok. Sekitar 86 – 90 % penderita periodentitis yang
sukar disembuhkan adalah mereka yang memiliki kebiasaan merokok. Selain itu
diketahui pula bahwa perokok memiliki karies gigi yang lebih banyak.
4.
Impotensi
Pada pria usia 30/40 tahun, kebiasaan
merokok akan meningkatkan risiko terkena impotensi sebesar 50 %. Persentase
tersebut akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Ini menunjukkan bahwa
perokok mempunyai kemungkinan 50 – 80 % untuk mengalami impotensi.
5.
Gangguan
jantung dan stroke
Bagi wanita yang minum pil kontrasepsi,
kebiasaan merokok akan meningkatkan peluangnya terkena serangan jantung dan stroke..
Bahkan hasil penelitian para ahli syaraf dari tim Jurusan Neurologi Universitas
of Cincinnati di Amerika Serikat yang telah meneliti selama 20 tahun
membuktikan bahwa merokok menyebabkan stroke jenis subarachnoid hemorrage
(SAH) yang ditandai dengan pendarahan otak.
6.
Brongkhitis
dan empfisiema
Sebuah
penelitian mengatakan bahwa 82 % kematian akibat bronkhitis dan emfisema
(bengek) disebabkan kebiasaan merokok.
7.
Kangker
rahim
Wanita
perokok berisiko empat kali lebih besar kena kanker rahim dibanding bukan
perokok, Selain itu merokok mengurangi
kesuburan .
8.
Kanker kandung kemih, tukak lambung,
kanker saluran nafas dan pencernakan bagian atas.
9.
Mengganggu
mekanisme pembentukan kekebalan.
10.
Merokok selama hamil akan merugikan
kesehatan ibu dan janin.
Bayi yang lahir dari ibu perokok
umumnya memiliki berat badan di bawah rata-rata saat lahir dan menghadapi
resiko mengidap gangguan pernafasan dan hampir dipastikan akan mengalami
sindrom kematian mendadak bayi.
ASUHAN
KEPERAWATAN REMAJA
A.
Pengkajian
§ Identitas
§ Riwayat & tahap perkmbangan
keluarga
§ Lingkungan
§ Struktur keluarga
§ Fungsi keluarga
§ Penyebab masalah keluarga dan koping
yang dilakukan keluarga
§ Status
kesehatan sekarang dan masalalu
§ Pola persepsi
dan pemeliharaan kesehatan
§ Pola aktivitas
dan latihan
§ Pola nutrisi
§ Pola eliminasi
§ Pola istirahat
§ Pola kognitif
persepsual
§ Pola toleransi
stress/koping
§ Pola
seksualitas dan reproduksi
§ Pola peran dan
hubungan
§ Pola nilai dan
kenyakinan
§ Penampilan umum
§ Perilaku selama
wawancara
§ Pola komunikasi
& Pola asuh orang tua
§ Kemampuan
interaksi
§ Stresor jangka
pendek & jangka panjang
B.
Masalah
keperawatan yang muncul
§ Koping individu
tidak efektif
§ Perilaku
destruktif
§ Depresi
§ Nutrisi
kurang/lebih
§ Resiko terjadi
cedera
§ Resiko terjadi
penyimpangan seksual
§ Kurang perawatan diri
§ Distress
spritual
§ Resiko
penyalahgunaan obat
§ Potensial
peningkatan kebugaran fisik
§ Potensial
peningkatan aktualitasi diri.
§ Konflik
keluarga
§ Gangguan citra tubuh
C.
Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Resiko Tinggi Konflik keluarga (hubungan keluarga
tidak harmonis) berhubungan dengan ketidakmampuan mengenal masalah yang terjadi
pada remaja.
Perencanaan.
§ Diskusikan
faktor penyebab
§ Diskusikan
tugas perkembangan keluarga
§ Diskusikan
tugas perkembangan anak yang harus di jalani
§ Diskusikan cara
mengatasi masalah yang terjadi pada remaja
§ Diskusikan
tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah
§ Ajarkan cara
mengurangi atau menyelesaikan masalah
§ Berikan pujian
bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu membuat alternatif
D. Implementasi
§ Mendiskusikan
faktor penyebab
§ Mendiskusikan
tugas perkembangan keluarga
§ Mendiskusikan
tugas perkembangan anak yang harus di jalani
§ Mendiskusikan
cara mengatasi masalah yang terjadi pada remaja
E. Evaluasi
§ Koping individu
efektif
§ Perilaku
konstruktif
§ Tidak terjadi
depresi
§ Nutrisi
terpenuhi
§ Tidak terjadi
terjadi cedera
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Istilah Adolescence atau remaja
berasal dari kata latin adolescere (kata Belanda, adolescentia yang berarti remaja)
yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa
(dalam Hurlock, 1999). Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup
kematangan mental, emosional, spasial dan fisik. Piaget (dalam Hurlock, 1999), mengatakan bahwa
secara psikologis masa remaja adalah
usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak
tidak merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada di
dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Hurlock (1999), menyatakan bahwa
masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, di mulai saat
anak secara seksual matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara
hukum. Remaja juga didefinisikan sebagai suatu periode perkembangan dari
transisi antara masa anak-anak dan dewasa, yang diikuti oleh perubahan
biologis, kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 1998). Sedangkan menurut
Monks (1999), remaja adalah individu yang berusia antara 12-21 tahun yang sudah
mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, dengan pembagian 12-15
tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja penengahan, dan
18-21 tahun adalah masa remaja akhir.
B.
SARAN
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mengharapkan
kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang. Penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca tentang Asuhan Keperawatan Remaja,
Konflik remaja serta Kebiasaan Merokok Remaja.
DAFTAR
PUSTAKA
Seifert,
K.L. & Hoffnung, R.J. (1987). Child
and Adolescent Development. Boston : Houghton Mifflin Co.
Hamid, Achir yani S. 1999. Askep Kesehatan Jiwa pada Anak dan Remaja. Jakarta : Widya Medika.
Isaac, Ann.2004. Panduan Belajar ; Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik
. Jakarta : EGC
Post a Comment for "Konflik remaja dan kebiasaan merokok"