Budidaya tanaman tebu - 2
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Tebu
(bahasa Inggris: sugar cane)
adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula
dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di
daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur
tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di
Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa
dan Sumatra.
Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin
pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu
tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang
kita kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas
tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air.
Daun tebu yang kering (dalam bahasa Jawa,
dadhok) adalah biomassa yang mempunyai nilai kalori cukup tinggi.
Ibu-ibu di pedesaan sering memakai dadhok itu sebagai bahan bakar untuk
memasak; selain menghemat minyak tanah yang makin mahal, bahan bakar ini juga
cepat panas. Dalam konversi energi pabrik gula, daun tebu dan juga ampas batang
tebu digunakan untuk bahan bakar boiler, yang uapnya digunakan untuk
proses produksi dan pembangkit listrik. Di beberapa daerah air perasan tebu
sering dijadikan minuman segar pelepas lelah, air perasan tebu cukup baik bagi
kesehatan tubuh karena dapat menambah glukosa. salah satu tempat yang menjual
es tebu yatu di seputaran Jember.
Saat ini pemerintah sedang menggalakkan penanaman
tebu untuk mengatasi rendahnya produksi gula di Indonesia. Usaha pemerintah
sangatlah wajar dan tidak berlebihan mengingat dulu Indonesia pernah mengalami
masa kejayaan sebagai pengekspor gula sebelum perang. Bisakah masa keemasan ini
terulang kembali. Untuk itu PT. Natural Nusantara berusaha ikut serta
mengembalikan masa kejayaan melalui peningkatan produksi tebu baik secara
kuantitas, kualitas dan kelestarian (aspek K-3).
B.
TUJUAN
1. Untuk
mengetahui morfologi tebu
2. Untuk
mengetahui taksonomi tebu
3. Untuk
mengetahui syarat tumbuh tebu
4. Untuk
mengetahui bagaimana perbanyakan tanamana secara vegetatif dan generatif
5. Untuk
mengetahui pemeliharaan tebu
6. Untuk
mengetahui pengendalian hama dan penyakit tanaman tebu
7.
Untuk mengetahui cara
panen dan pengolahan pascapanen tebu
BAB
II
PEMBAHASAN
A. SYARAT TUMBUH
1. Iklim
§ Hujan
yang merata diperlukan setelah tanaman berumur 8 bulan dan kebutuhan ini
berkurang sampai menjelang panen.
§ Tanaman
tumbuh baik pada daerah beriklim panas dan lembab. Kelembaban yang baik untuk
pertumbuhan tanaman ini > 70%
§ Suhu
udara berkisar antara 28-34 derajat C.
2. Media
Tanam
§ Tanah
yang terbaik adalah tanah subur dan cukup air tetapi tidak tergenang
§ Jika
ditanam di tanah sawah dengan irigasi pengairan mudah di atur tetapi jika
ditanam di ladang/tanah kering yang tadah hujan penanaman harus dilakukan di
musim hujan.
3. Ketinggian
Tempat
§ Ketinggian
tempat yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah 5-500 m dpl.
B.
TAKSONOMI
Kingdom: Plantae
(Tumbuhan)
Subkingdom:
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi:
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas:
Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub
Kelas: Commelinidae
Ordo:
Poales
Spesies:
Saccharum officinarum L.
C.
MORFOLOGI
Sifat morfologi tebu diantaranya bentuk batang
konis, susunan antar ruas berbuku, dengan penampang melintang agak pipih, warna
batang hijau kekuningan, batang memiliki lapisan lilin tipis, bentuk buku ruas
konis terbalik dengan 3-4 baris mata akar, warna daun hijau kekuningan, lebar
daun 4-6 cm, daun melengkung kurang dari ½ panjang daun.
Jarak
merupakan tanaman yang daunnya tidak lengkap karena hanya memiliki tangkai daun
(petiolus) dan helaian daun (lamina) saja, tidak mempunyai
pelepah daun (lamina). Bangun daunnya bulat, ujung daun meruncing,
pangkal daun membulat, dan tepi daun bercangap menjari.
Daging
daun jarak tipis lunak dengan pertulangan daun yang menjari (palminervis).
Permukaan atas daun terasa licin (laevis) sedangkan pada bagian bawahnya
berbulu kasar. Warna daun di bagian atas dan bawah merah keunguan.
Pada daun
jarak terdapat torehan-torehan yang membuat sulit untuk menentukan bangun
daunnya dan untuk mengetahui bangun daunnya tidak perlu diperhatikan
torehan-torehan daun tersebut, dan anggap saja merupakan suatu kesatuan. Dan
untuk daun jarak ini bangun daunnya adalah membulat. Daun jarak memiliki ujung
daun yang runcing dan pangkal yang membulat. Tepi daunnya bergerigi ganda dengan
tujuh torehan. Daging daunnya tipis seperti kertas dengan pertulangan daun
menjari. Permukaan daun bagian atasnya licin suram sama seperti bagian
bawahnya, namun bagian atasnya lebih suram. Warna daun bagian atas lebih hijau,
namun daun pada jarak bisa berwarna ungu bila masih muda.
D. PERBANYAKAN TANAMAN SECARA
GENERATIF
Secara kawin (sexual/ generatif)
yaitu yang dikenal dengan perbanyakan menggunakan biji. Kelebihan dari
perbanyakan secara generatif / menggunakan biji adalah :
·
Dapat
dikerjakan dengan mudah
·
Biasanya
lebih sehat dan hidup lebih lama
·
Memungkinkan
diadakan perbaikan –perbaikan sifat tanaman lewat persilangan baru.
·
Benih
lebih mudah disimpan dan dan dikirimkan.
·
Tanaman
mempunyai perakaran tunggang yang dalam sehingga tahan kekeringan pada musim kemarau
dan tahan rebah.
E.
PERBANYAKAN
TANAMAN SECARA VEGETATIF
Perbanyakan tanaman secara vegetatif
yaitu perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian dari tanaman, baik cabang,
ranting, daun, batang, tunas, akar maupun daun. Cara perbanyakan ini dapat dilakukan
dengan cara mencangkok, menyetek, okulasi, merunduk, dan sambung seperti
tanaman tebu. Keuntungan dari perbanyakan tanaman sistem ini adalah sifat
induknya sama dengan hasil turunannya. Sedangkan alasan lain dari perbanyakan
secara vegetatif adalah :
-
Tanaman
tidak menghasilkan atau sedikit menghasilkan biji.
-
Biji
yang dihasilkan oleh tanaman sukar berkecambah.
-
Tanaman
yang diperbanyak secara vegetatif akan lebih cepat berbuah dibandingkan dengan
tanaman yang berasal dari biji .
-
Tanaman
akan lebih kuat bila disambungkan pada batang jenis lain.
-
Tanaman
lebih ekonomis bila diperbanyak dengan vegetatif.
-
Tanaman
lebih tahan suhu dingin bila disambungkan pada batang jenis tanaman lain.
Perbanyakan vegetatif tidak hanya
menyetek, mencangkok dan menyambung saja tetapi masih ada cara-cara lainnya.
Secara garis besar perbanyakan vegetatif dibagi :
·
Perbanyakan
vegetatif dengan menggunakan bagian-bagian khusus tanaman ( tidak terjadi
perbaikan sifat tanaman )
·
Perbanyakan
vegetatif secara buatan ( tidak perbaikan sifat tanaman ,contoh dengan stek,dan
mencangkok )
·
Perbanyakan
vegetatif secara buatan ( dapat memperbaiki sifat tanaman contoh dengan
menyambung ).
F.
PEMELIHARAAN
TANAMAN TEBU
1. Penjarangan
dan Penyulaman
§ Sulaman
pertama untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata satu dilakukan
5-7 hari setelah tanam. Bibit rayungan sulaman disiapkan di dekat tanaman yang
diragukan pertumbuhannya. Setelah itu tanaman disiram. Penyulaman kedua
dilakukan 3-4 minggu setelah penyulaman pertama.
§ Sulaman
untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata dua dilakukan tiga
minggu setelah tanam (tanaman berdaun 3-4 helai). Sulaman diambil dari
persediaan bibit dengan cara membongkar tanaman beserta akar dan tanah padat di
sekitarnya. Bibit yang mati dicabut, lubang diisi tanah gembur kering yang
diambil dari guludan, tanah disirami dan bibit ditanam dan akhirnya ditimbun
tanah. Tanah disiram lagi dan dipadatkan.
§ Sulaman
untuk tanaman yang berasal dari bibit pucuk. Penyulaman pertama dilakukan pada
minggu ke 3. Penyulaman kedua dilakukan bersamaan dengan pemupukan dan
penyiraman ke dua yaitu 1,5 bulan setelah tanam. Kedua penyulaman ini dilakukan
dengan cara yang sama dengan point (b) di atas.
§ Penyulaman
ekstra dilakukan jika perlu beberapa hari sebelum pembumbunan ke 6. Adanya
penyulaman ekstra menunjukkan cara penanaman yang kurang baik.
§ Penyulaman
bongkaran. Hanya boleh dilakukan jika ada bencana alam atau serangan penyakit
yang menyebabkan 50% tanaman mati.
§ Tanaman
sehat yang sudah besar dibongkar dengan hati-hati dan dipakai menyulan tanaman
mati. Kurangi daun-daun tanaman sulaman agar penguapan tidak terlalu banyak dan
beri pupuk 100-200 Kg/ha.
2. Penyiangan
Penyiangan
gulma dilakukan bersamaan dengan saat pembubunan tanah dan dilakukan beberapa
kali tergantung dari pertumbuhan gulma. Pemberantasan gulma dengan herbisida di
kebun dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November dengan campuran 2-4 Kg
Gesapas 80 dan 3-4 Kg Hedanol power.
3. Pembubunan
Sebelum
pembubunan tanah harus disirami sampai jenuh agar struktur tanah tidak rusak.
§ Pembumbunan
pertama dilakukan pada waktu umur 3-4 minggu. Tebal bumbunan tidak boleh lebih
dari 5-8 cm secara merata. Ruas bibit harus tertimbun tanah agar tidak cepat
mengering.
§ Pembumbun
ke dua dilakukan pada waktu umur 2 bulan.
§ Pembumbuna
ke tiga dilakukan pada waktu umur 3 bulan.
4. Perempalan
Daun-daun
kering harus dilepaskan sehingga ruas-ruas tebu bersih dari daun tebu kering
dan menghindari kebakaran. Bersamaan dengan pelepasan daun kering, anakan tebu
yang tidak tumbuh baik dibuang. Perempalan pertama dilakukan pada saat 4 bulan
setelah tanam dan yang kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan.
5. Pemupukan
Pemupukan
dilakukan dua kali yaitu (1) saat tanam atau sampai 7 hari setelah tanam dengan
dosis 7 gram urea, 8 gram TSP dan 35 gram KCl per tanaman (120 kg urea, 160 kg
TSP dan 300 kg KCl/ha).dan (2) pada 30 hari setelah pemupukan ke satu dengan 10
gram urea per tanaman atau 200 kg urea per hektar. Pupuk diletakkan di lubang
pupuk (dibuat dengan tugal) sejauh 7-10 cm dari bibit dan ditimbun tanah.
Setelah pemupukan semua petak segera disiram supaya pupuk tidak keluar dari
daerah perakaran tebu. Pemupukan dan penyiraman harus selesai dalam satu hari.
Agar rendeman tebu tinggi, digunakan zat pengatur tumbuh seperti Cytozyme (1
liter/ha) yang diberikan dua kali pada 45 dan 75 hst.
6. Pengairan
dan Penyiraman
Pengairan dilakukan
dengan berbagai cara:
§ Air
dari bendungan dialirkan melalui saluran penanaman.
§ Penyiraman
lubang tanam ketika tebu masih muda. Waktu tanaman berumur 3 bulan, dilakukan
pengairan lagi melalui saluran-saluran kebun.
§ Air
siraman diambil dari saluran pengairan dan disiramkan ke tanaman.
§ Membendung
got-got sehingga air mengalir ke lubang tanam.
Pengairan dilakukan pada saat:
a) Waktu
tanam
b) Tanaman
berada pada fase pertumbuhan vegetatif
c) Pematangan.
G.
PENGENDALIAN
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TEBU
Beberapa
hama utama yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman tebu,
diantaranya adalah tikus, penggerek batang bergaris, penggerek batang berkilat,
penggerek batang abu-abu, penggerek batang kuning, penggerek batang jambon.
Sedangkan penyakit yang banyak ditemukan adalah dongkelan, noda kuning, noda
cincin, busuk bibit, blendok, virus mozaik.
§ Hama tanaman tebu
1. Tikus
Pengendalian: dengan gropyokan secara bersama atau pengemposan
belerang pada lubang yang dihuni tikus.
2. Penggerek batang bergaris (Proceras
cacchariphagus), penggerek batang berkilat (Chilitrae auricilia), penggerek
batang abu-abu (Eucosma schismacaea), penggerek batang kuning (Chilotraea
infuscatella), penggerek batang jambon (Sesmia inferens).
Gejala:
daun yang terbuka mengalami khlorosis pada bagian pangkalnya, bentuk daun
berubah, terdapat titik-titik atau garis-garis berwarna merah dipangkal daun,
sebagian daun tidak dapat tumbuh lagi, kadang-kadang batang menjadi busuk dan
berbau tidak enak. Pengendalian: dengan suntikan insektisida Furadan 3G (0,5
kg/ha) pada waktu tanaman berumur 3-5 bulan. Suntikan dilakukan jika terdapat
400 tanaman terserang dalam 1 hektar.
3. Uret.
Hama
ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu. Tanaman yang terserang menampakkan
gejala kelayuan daun. Pemberantasan uret dengan insektisida disarankan
menggunakan carbofuran 3 persen sebanyak 50 kg/ha. Penggunaan insektisida yang
mengandung senyawa BHC hanya diperbolehkan pada lahan yang tidak ditanami
tanaman pangan. Disamping cara kimiawi, pengendalian hama uret dapat dilakukan
secara mekanis dengan cara mengumpulkan uret dan imagonya. Penangkapan imago
harus dilakukan sebelum imago sempat kawin. Berdasarkan siklus kehidupan uret,
penangkapan imago dapat dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember.
4. Babi
hutan.
Binatang
ini banyak merusak tanaman tebu di daerah-daerah yang berbatasan dengan hutan
atau semak belukar. Untuk mengatasi binatang ini dapat dilakukan dengan cara
menembak, dipasang alat perangkap atau diberi umpan beracun.
§ Penyakit tanaman tebu
1. Dongkelan
Penyebab:
jamur Marasnius sach-hari Bagian yang diserang adalah jaringan tanaman sebelah
dalam dan bibit di dederan/persemaian. Gejala: tanaman tua dalam rumpun mati tiba-tiba,
daun tua mengering, kemudian daun muda, warna daun menjadi hijau kekuningan dan
terdapat lapisan jamur seperti kertas di sekeliling batang. Pengendalian: tanah
dijaga agar tetap kering.
2. Noda kuning
Penyebab:
jamur Cercospora kopkei . Bagian yang diserang daun dan bagian-bagaian dengan
kelembaban tinggi. Gejala: noda kuning pucat pada daun muda yang berubah
menjadi kuning terang. Timbul noda berwarna merah darah tidak teratur; bagian
bawah tertutup lapisan puiih kotor. Helai daun mati berwarna agak kehitaman.
Pengendalian: adalah dengan memangkas dan membakar daun yang terserang.
Kemudian menyemprot dengan tepung belerang ditambah kalium permanganat.
3. Noda cincin
Bagian
yang diserang daun, lebih banyak di daerah lembab daripada daerah kering. Penyebab:
jamur Heptosphaeria sacchari, Helmintosporium sachhari, Phyllsticta saghina.
Gejala: noda hijau tua di bawah helai daun, bagian tengah noda menjadi coklat;
pada serangan lanjut, warna coklat menjadi jernih, daun kering. Pengendalian:
mencabut tanaman sakit dan membakarnya.
4. Busuk bibit
Bagian
yang diserang adalah bibit dengan gejala tanaman kekuningan dan layu. Penyebab:
bakteri. Gejala: bibit yang baru ditanam busuk dan buku berwarna abu-abu sampai
hitam. Pengendalian: menanam bibit sehat, perbaikan sistim pembuangan air yang
baik, serta tanah dijaga tetap kering.
5. Virus mozaik
Penyebab:
Virus. Pengendalian: menjauhkan tanaman inang, bibit yang sakit dicabut dan
dibakar.
H.
PANEN
DAN PASCA PANEN TANAMAN TEBU
PANEN
§ Ciri
dan Umur Panen
Umur panen tergantung
dari jenis tebu:a) Varitas genjah masak optimal pada 14 bulan. Panen dilakukan
pada bulan Agustus pada saat rendeman (persentase gula tebu) maksimal dicapai.
§ Cara
Panen
1. Mencangkul
tanah di sekitar rumpun tebu sedalam 20 cm.
2. Pangkal
tebu dipotong dengan arit jika tanaman akan ditumbuhkan kembali. Batang
dipotong dengan menyisakan 3 buku dari pangkal batang.
3. Mencabut
batang tebu sampai ke akarnya jika kebun akan dibongkar. Potong akar batang dan
3 buku dari permukaan pangkal batang.,
4. Pucuk
dibuang.
5. Batang
tebu diikat menjadi satu (30-50 batang/ikatan) untuk dibawa ke pabrik untuk
segera digiling
6. Panen
dilakukan satu kali di akhir musim tanam.
§ Perkiraan
Produksi
Hasil Tebu
Rakyat Intensifikasi I di tanah sawah adalah 120 ton/ha dengan rendemen gula
10% sedangkan hasil TRI II di tanah sawah adalah 100 ton dengan rendemen 9%. Di
tanah tegalan produksi tebu lebih rendah lagi yaitu pada TRI I tegalan adalah
90 ton/ha dan pada TRI II tegalan sebesar 80 tom/ha.
PASCA
PANEN
1. Pengumpulan
Hasil tanam dari lahan
panen dikumpulkan dengan cara diikat untuk dibawa ke pengolahan.
2. Penyortiran
dan Penggolongan
Syarat batang tebu siap
giling supaya rendeman baik:
o
Tidak mengandung pucuk tebu
o
Bersih dari daduk-daduk (pelepah daun
yang mengering)
o
Berumur maksimum 36 jam setelah tebang.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Tebu
(bahasa Inggris: sugar cane)
adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula
dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di
daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur
tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di
Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa
dan Sumatra.
Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin
pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu
tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang
kita kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas
tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air.
Daun tebu yang kering (dalam bahasa Jawa,
dadhok) adalah biomassa yang mempunyai nilai kalori cukup tinggi.
Ibu-ibu di pedesaan sering memakai dadhok itu sebagai bahan bakar untuk
memasak; selain menghemat minyak tanah yang makin mahal, bahan bakar ini juga
cepat panas. Dalam konversi energi pabrik gula, daun tebu dan juga ampas batang
tebu digunakan untuk bahan bakar boiler, yang uapnya digunakan untuk
proses produksi dan pembangkit listrik. Di beberapa daerah air perasan tebu
sering dijadikan minuman segar pelepas lelah, air perasan tebu cukup baik bagi
kesehatan tubuh karena dapat menambah glukosa. salah satu tempat yang menjual
es tebu yatu di seputaran Jember.
B.
SARAN
Dalam penyelesaian makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan maka penulis mengharapkan kirik dan saran dari pembaca
guna perbaikan untuk kali yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
http://innyaya.blogspot.com/2010/03/syarat-pertumbuhan-tebu.html
,2009. Daerah Tumbuh Tebu, (online), (http://ciciarendy.multiply.com/
journal/item/6/ Tebu, diakses tanggal 8 Februari 2009).
Sastrowijoyo.1998.Klasifikasi Tebu, (online),
(http://arluki.wordpress.com/2008 /10/14/tebusugarcane/,
diakses tanggal 8 Februari 2009).
Anonim, 2007. b. Komposisi Ampas Tebu,
(online), (http://teknik_kimia.blogspot. com/2007-07-01-archive.html, diakses
tanggal 5 Februari 2009).
Post a Comment for "Budidaya tanaman tebu - 2"