Budidaya tanaman jabon
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Jabon termasuk dalam famili Rubicaea, di NTB tanaman
ini dikenal dengan nama gumpayan, kelapan, mugawe, sencari. Tanaman ini dapat
tumbuh di dataran rendah sampai 1000 dpl, memerlukan iklim basah sampai kering.
Tinggi tanaman ini dapat mencapai 45 m dengan panjang batang bebas cabang 30 m,
diameter
sampai 160 cm, batang lurus dan silindris, bertajuk tinggi dan cabang mendatar.
Jabon berbuah setiap tahun pada bulan Juli-Agustus, termasuk buah majemuk
bentuk bulat dan lunak, mengandung biji yang sangat kecil, buah yang berukuran
sedang dapat menghasilkan sekitar ± 8.300 pohon, biji yang telah dikeringkan
dan disimpan pada tempat yang tertutup rapat pada tempat yang sejuk dapat
bertahan selama 1 tahun.
Ciri umum tanaman ini adalah warna kayu teras
berwarna putih semu-semu kuning muda, lambat laun menjadi kuning gading, kayu
gubal tidak dapat dibedakan dari kayu teras, dengan tekstur kayu agak halus
sampai kasar dan arah serat lurus tapi kadang-kadang berpadu, dapat digunakan
untuk bahan bangunan non kontruksi, meubel, dan bahan plywood (kayu
lapis).
Jabon merupakan salah satu jenis kayu yang
pertumbuhannya sangat cepat dan dapat tumbuh subur di hutan tropis dengan
ketinggian 0 – 1000 m dpl. Saat ini Jabon menjadi andalan industri perkayuan,
termasuk kayu lapis, karena Jabon memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan tanaman kayu lainnya termasuk sengon/albasia. Kemampuan tumbuhnya
sepadan dengan sengon/albasia apabila mendapat perawatan yang optimal.
B.
TUJUAN
1. Untuk
mengetahui morfologi jabon
2. Untuk
mengetahui taksonomi jabon
3. Untuk
mengetahui syarat tumbuh jabon
4. Untuk
mengetahui bagaimana perbanyakan tanamana secara vegetatif dan generatif
5. Untuk
mengetahui pemeliharaan jabon
6. Untuk
mengetahui cara panen dan pengolahan pascapanen jabon
BAB
II
PEMBAHASAN
A. SYARAT
TUMBUH
Beberapa hal yang harus dilakukan
dalam proses penanaman Jabon di
antaranya adalah :
1. Penyiapan Lahan
Dalam proses penyiapan lahan ini ada
dua hal penting yang harus dilakukan. Yang pertama adalah pembersihan lahan
dari unsur pengganggu. Seperti semak belukar, alang-alang dan berbagai tanaman
yang sudah mati. Proses pembersihan bisa dilakukan dengan cara manual atau
menggunakan zat kimia seperti Sodium Chorate (5-10 g/m2)
2. Penentuan Jarak Tanam
Jarak tanam memiliki peran penting
dalam menentukan kualitas tanaman. Karena jarak tanam ini akan mempengaruhi
sebuah tanaman dalam proses memperoleh sinar matahari. Untuk budidaya Jabon, jarak tanam ideal
adalan 3 x 4 meter dengan pola tanam monokultur. Hal ini diperlukan, mengingat
ketika Jabon sudah mulai tinggi, maka masing-masing cabang akan tumbuh dan
bersinggungan.
3. Pembuatan Lubang Tanam
Proses pembuatan lubang ini
sebaiknya dilakukan seminggu sebelum bibit ditanam. Hal ini dilakukan guna
menciptakan pemupukan awal bagi lubang tempat bibit Jabon akan ditanam. Ukuran lubang secara umum berukuran 40 x
40 x 40 cm. Di dalam lubang, ditaburi pupuk kandang dan kompos dengan dicampur
pupuk TSP secukupnya.
B. TAKSONOMI TANAMAN JABON
Kongdom : Paltae
Subkingdom :
Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisi :
Spermatophyta (berbiji)
Divisi : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (dikotil)
Sub
Kelas :
Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae (kopi-kopian)
Genus : Anthosephalus
Spesies : Anthocephalus cadamba
C.
MORFOLOGI
TANAMAN JABON
Morfologi
jabon adalah pengetahuan tentang bentuk pohon jabon, biasanya menyakut batang,
daun, bunga digambarkan sebagai berikut.
1. Batang
Pohon jabon dapat
mencapat ketinggian 45 m dengan diameter 100-160 m dengan tinggi bebas cabang
mencapai 30 m. Pertambahan diameter batang berkisar 7-10cm/tahun, pertambahan
tinggi berkisar 3-6/tahun. Batang pohon jabon berdiri tegak lurus berbentuk
silendris, berbanir dengan percabangan mendatar. Permukaan batang licin
berwarna putih. Kulit luar batang ketika masih muda berwana putih kehijauan
tanpa alur, tetapi setelah pertambahan umur pohon, batangpohon jabon akan
berubah warna manjadi kelabu-coklat sampai coklat, sedikit beralur dangkal.
Kulit batang tidak mengelupas, namun mudah mudah dikupas. Tajuk pohon jabon
tinggi namun tidak lebat, cabang-cabang primer agak mendatar. Cabang-cabang
bawah akan mengalami perontokan secara alami.
2. Daun
Daun berwarna
hijau terang hingga tua dan halus tanpa bulu dan tidak terlalu kesat seperti
jati . Daun jabon berukuran 15 – 50 cm x 8 – 25 cm dengan panjang tangkai 2,5 –
6 cm. Di awal pertumbuhannya, yakni 2-3 bulan setelah tanam, pada tanah yang
subur dan cukup air daun jabon dapat berkembang hingga berukuran panjang 68 cm
dan lebar 38 cm. Permukaan daun jabon tidak berbulu atau kadang-kadang di
sebelah bawah pada tulang daun terdapat rambut halus yang mudah lepas dan
bertulang daun sekunder jelas (10-12 pasang). Daun jabon merupakan daun
tunggal.
3. Bunga
dan buah
Pada umumnya
pohon jabon berbunga pada umur 4-5 tahun. Musim berbungan biasanya pada bulan
bulan Januari—Juni dan akan masak pada bulan Maret—Juni. Bunga kepala berukuran
besar (4,5−6,0 cm), lidah daun kelopak letaknya tegak, berdaging, dan pada
ujungnya berbulu. Daun mahkota pada bunga jabon seluruhnya tidak berbulu. Penyerbukan
pada bunga umumnya terjadi pada awal pagi hari, yakni ketika produksi absolut
polen per bunga sebanyak 4.566 butir dengan ukuran 19,3 x 20,2 μm. Beberapa
jenis polinator yang biasanya membantu penyerbukan bunga jabon adalah lebah
madu (Apis spp.), kupu-kupu, thrips, dan megachile.
Buah jabon berbentuk bulat dengan ukuran 4,5-6 cm, memiliki ruang-ruang
biji yang sangat banyak layaknya buah majemuk seperti keluwih/nangka yang
berukuran kecil dengan bagian tengah padat dikelilingi oleh ruang-ruang biji.
Setiap ruang biji tersebut berisi banyak biji.
4. Biji
Ukuran
biji jabon kecil sekali, ada yang menulis jumlah biji kering per kg sekitar (18 – 26 juta /kg) atau sekitar
23.707.000/liter. Ukurannya yang kecil tersebut menyebabkan benih jabon mudah
terbawa oleh angin dan air.
Bila
digambarkan, buah jabon seperti buah nangka yang merupakan buah majemuk, dimana
bagian tengah dikelilingi oleh ruang-ruang biji. Setiap ruang biji tersebut
berisi kumpulan biji. Buah jabon mengandung biji yang ukurannya sangat kecil
dan bila dikeringkan dapat bertahan selama satu tahun dalam wadah
penyimpanan.Sumber : www.mikrobisnisjabon.com
D. PERBANYAKAN TANAMAN SECARA
GENERATIF
Secara kawin (sexual/ generatif)
yaitu yang dikenal dengan perbanyakan menggunakan biji. Kelebihan dari
perbanyakan secara generatif / menggunakan biji adalah :
·
Dapat
dikerjakan dengan mudah
·
Biasanya
lebih sehat dan hidup lebih lama
·
Memungkinkan
diadakan perbaikan –perbaikan sifat tanaman lewat persilangan baru.
·
Benih
lebih mudah disimpan dan dan dikirimkan.
·
Tanaman
mempunyai perakaran tunggang yang dalam sehingga tahan kekeringan pada musim
kemarau dan tahan rebah.
E.
PERBANYAKAN
TANAMAN SECARA VEGETATIF
Perbanyakan tanaman secara vegetatif
yaitu perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian dari tanaman, baik cabang,
ranting, daun, batang, tunas, akar maupun daun. Cara perbanyakan ini dapat
dilakukan dengan cara mencangkok, menyetek, okulasi, merunduk, dan sambung
seperti tanaman jabon. Keuntungan dari perbanyakan tanaman sistem ini adalah
sifat induknya sama dengan hasil turunannya. Sedangkan alasan lain dari
perbanyakan secara vegetatif adalah :
-
Tanaman
tidak menghasilkan atau sedikit menghasilkan biji.
-
Biji
yang dihasilkan oleh tanaman sukar berkecambah.
-
Tanaman
yang diperbanyak secara vegetatif akan lebih cepat berbuah dibandingkan dengan
tanaman yang berasal dari biji .
-
Tanaman
akan lebih kuat bila disambungkan pada batang jenis lain.
-
Tanaman
lebih ekonomis bila diperbanyak dengan vegetatif.
-
Tanaman
lebih tahan suhu dingin bila disambungkan pada batang jenis tanaman lain.
Perbanyakan vegetatif tidak hanya
menyetek, mencangkok dan menyambung saja tetapi masih ada cara-cara lainnya.
Secara garis besar perbanyakan vegetatif dibagi :
·
Perbanyakan
vegetatif dengan menggunakan bagian-bagian khusus tanaman ( tidak terjadi
perbaikan sifat tanaman )
·
Perbanyakan
vegetatif secara buatan ( tidak perbaikan sifat tanaman ,contoh dengan stek,dan
mencangkok )
·
Perbanyakan
vegetatif secara buatan ( dapat memperbaiki sifat tanaman contoh dengan
menyambung ).
F.
PEMELIHARAAN
1.
Melakukan
penyemprotan pestisida pada daun terhadap serangan ulat. Hal ini dilakukan
secara aktif dan rutin dengan interfal 1 atau 2 minggu sekali dalam waktu 4
sampai 6 bulan dimana daun jabon masih sangat sedikit. Ketika daun jabon sudah
mempunyai daun banyak (umur 5 – 6 bulan) maka penyemprotan
pestisida tidak diperlukan lagi sebab daun jabon tidak akan habis dimakan ulat
untuk mencukupi proses pertumbuhanya.
2.
Sanitasi
lingkungan ( penyiangan rumput ) bisa dilakukan 1-2 x
setahun atau kondisional. Meskipun jabon termasuk jenis tanaman yg daya
Self Pruningnya (meranggas sendiri ) sangat tinggi, tetapi
pemangkasanpun bisa saja dilakukan apabila cabang-cabang jabon yang ditanam
rapat dan saling bersentuhan.
3.
Pemangkasan
ini menjadi pilihan yang sangat bijak untuk memberikan celah yang lebih lebar
akan sinar matahari masuk.
4.
Dalam
pemangkasan cabang ini tidak perlu dipotong semua sampai pangkal cabang, cukup
dipotong kira-kira 1 m dari ujung cabang dan sisanya di biarkan rontok dengan
sendirinya.
G. PENGENDALIAN
HAMA DAN PENYAKIT
HAMA
1. Ulat Grayak
Hama ini hanya menyerang daun jabon pada malam hari.
Sementara pada siang ulat grayak akan bersembunyi di tanah atau di bawah
tanaman. Jabon yang diserang ulat grayak daunnya akan berlubang, bahkan bagi
yang sudah parah hanya akan menyisakan batang daun saja.
Bagi tanaman yang sudah terkena hama ini, pengobatannya bisa
dengan menyemprotkan insektisida sistemik BPMC dengan dosis 0,5-2 ml/ liter.
Bisa juga dengan menggunakan Imidakloppir (confidor 200 SL dengan dosis sama).
Dan bagi tanaman yang belum terkena serangan hama ini, sebaiknya perlu dijaga
kebersihan lingkungan dan juga mengendalikan gulma yang tumbuh.
2. Tikus
Hama ini merupakan hama yang paling banyak mengganggu
tanaman petani. Jabon yang terkena serangan tikus bagian kulit batang atau
bagian cabang akan terkelupas. Jika dibiarkan, jabon bisa kering dan mati.
Untuk mengatasi masalah ini bisa diberikan umpan racun tikus atau juga
membongkar sarang yang berada di sekitar areal penanaman jabon.
PENYAKIT
1. Busuk Hati
Ciri Jabon yang terserang busuk hati
adalah adanya cabang batang jabon yang
patah dan luka. Selain itu, terjadi perubahan struktur kayu menjadi lunak dan
berserabut. Untuk mengobatinya, bisa dengan mengoleskan TER dan fungisida
Karbendazim (Derozal 500) di sekitar bagian yang terdapat luka.
2. Cacar Daun
Seperti pada manusia manusia, penyakit ini menimbulkan
bintik yang menonjol di permukaan daun yang berwarna coklat-hitam. Selain itu
muncul bercak kuning terang di daun serta daun menjadi berlekuk dan bertekstur
keras. Untuk mencegah meluasnya penyakit ini bisa dimulai dengan pemilihan
bibit yang sehat. Selain itu, pastikan proses pemupukan dilakukan dengan tepat.
Bisa juga dengan memangkas bagian yang terkena infeksi agar tidak menjalar ke
bagian daun lainnya.
Selain ancaman penyakit, pada tanaman biasanya juga muncul
ancaman terhadap serangan hama. Perbedaan dengan penyakit, hama biasanya
disebabkan oleh makhluk hidup lain seperti binatang yang bersifat sebagai parasit.
Pada tanaman Jabon, ada sembilan jenis hama yang paling banyak menyerang serta
merusak tanaman ini.
H. PANEN
DAN PASCAPANEN TANAMAN JABON
PANEN
1. Kriteria panen
§ Prinsip pemanenan tanaman jabon adalah tepat waktu dan
tepat cara. Tepat waktu artinya penebangan pohon dilakukan pada saat tanaman
sudah cukup umur. Sedangkan tepat cara artinya penebangan dilakukan dengan baik
sehingga kayu memiliki kualitas yang baik pada akhir penebangan.
§ Penebangan dilakukan pada saat tanaman cukup dewasa,
minimal berumur 5-8 tahun, kecuali untuk penjarangan (3 tahun).
§ Diameter batang juga sudah layak tebang, minimal 35-40
cm. Lebih besar diameter akan lebih baik.
§ Penebangan sebaiknya dilakukan pada saat musim kemarau.
Kayu yang dihasilkan akan lebih kering, penanganan penebangan, pengangkutan,
serta penjemuran kayu akan lebih mudah.
§ Penebangan sebaiknya dilakukan di atas jam 10 pagi untuk
menjadikan kondisi lingkungan sekitar kering terlebih dahulu, sehingga
mempengaruhi kualitas kayu yang dihasilkan.
2. Cara
panen
Penebangan
pohon jabon pada umumnya sama dengan penebangan pohon-pohon lain pada umumnya.
Faktor keselamatan, ketepatan dan kecepatan harus diperhatikan pada saat
penebangan, terutama keselamatan penebang dan masyarakat sekitar. Peralatan
yang diperlukan untuk penebangan ; gergaji 5-10 orang
/ mesin, tali tambang, dan golok.
Selain itu, dibutuhkan dewasa untuk melakukan penebangan. Langkah-langkah
dalam melakukan penebangan adalah sebagai berikut :
·
Sebelum
melakukan penebangan, amati kondisi sekitar. Tentukan arah jatuhnya pohon
dengan memperhatikan tinggi pohon, arah tajuk, arah angin, dan tempat yang
aman.
·
Pangkas
cabang dan ranting tanaman jabon hingga seminim mungkin untuk mengurangi dampak
kerusakan yang akan ditimbulkan oleh jatuhnya pohon jabon.
·
Bagian
atas pohon diikat dengan tambang untuk membantu mengarahkan jatuhnya pohon.
·
Setelah
siap, tebang pohon pada bagian pangkal batang dengan gergaji mesin hingga cukup
mudah untuk ditumbangkan (daerah luas) atau dipotong sedikit demi sedikit
(daerah sempit).
·
Penebang
segera menghindar ke tempat aman.
·
Selanjutnya,
pohon ditarik hingga tumbang. Posisi penarik harus jauh dari pohon yang
tumbang. Setelah tumbang, sisa-sisa cabang dan ranting segera dibersihkan. Kemudian
batang pohon dipotong-potong sesuai ukuran pesanan untuk memudahkan
pengangkutan dan pengolahan.
PASCAPANEN
Setelah panen, terdapat beberapa langkah pasca panen yang
dapat dilakukan sebagian ataupun seluruhnya. Perlakuan pasca panen tersebut
adalah pengawetan kayu, pengolahan kayu, dan pemasaran kayu. Tidak semua
perlakuan ini diperlukan, terutama tindakan pengawetan kayu. Kebanyakan pemilik
kayu hanya mengolah, kemudian menjualnya.
1. Pengawetan Kayu Jabon
Meskipun tingkat kekerasan kayu
jabon dibawah kayu jati, dengan metode yang tepat kayu jabon dapat ditingkatkan
keawetannya. Secara umum, terdapat 3 metode pengawetan kayu yang dapat
digunakan, yaitu perendaman, pengeringan, dan penggunaan senyawa kimia.
a) Perendaman
Perendaman merupakan cara
tradisional yang hingga saat ini masih sering digunakan. Cara ini cukup
efektif, namun membutuhkan waktu yang relatif lama. Perendaman biasanya
berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Dengan perendaman, pori-pori
kayu menjadi rapat dan kayu menjadi lebih keras. Perendaman membuat kayu lebih awet
dan lebih tahan terhadap gangguan rayap, kumbang, dan jamur.
b) Pengeringan
Keunggulan metode pengeringan adalah waktu yang dibutuhkan lebih cepat dibandingakn dengan perendaman. Namun, keawetan kayu yang dikeringkan tergolong di bawah kayu yang direndam. Pengeringan pada umumnya dilakukan dengan menjemur kayu atau potongan-potongan kayu di bawah sinar matahari selama beberapa hari. Setelah kering, kayu diolah lebih lanjut atau dijual.
Keunggulan metode pengeringan adalah waktu yang dibutuhkan lebih cepat dibandingakn dengan perendaman. Namun, keawetan kayu yang dikeringkan tergolong di bawah kayu yang direndam. Pengeringan pada umumnya dilakukan dengan menjemur kayu atau potongan-potongan kayu di bawah sinar matahari selama beberapa hari. Setelah kering, kayu diolah lebih lanjut atau dijual.
c) Penggunaan Senyawa Kimia
Cara ini mulai banyak dilakukan
karena praktis dan murah. Senyawa kimia cukup dioleskan pada kayu sebanyak 5-6
kali. Senyawa ini biasanya merupakan campuran dari tembaga sulfat, kalium
bikromat, dan natrim bikromat, hidrogen boraks, tembaga silika heksa flour,
serta amonium bikromat.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Jabon termasuk dalam famili Rubicaea, di NTB tanaman
ini dikenal dengan nama gumpayan, kelapan, mugawe, sencari. Tanaman ini dapat
tumbuh di dataran rendah sampai 1000 dpl, memerlukan iklim basah sampai kering.
Tinggi tanaman ini dapat mencapai 45 m dengan panjang batang bebas cabang 30 m,
diameter
sampai 160 cm, batang lurus dan silindris, bertajuk tinggi dan cabang mendatar.
Jabon berbuah setiap tahun pada bulan Juli-Agustus, termasuk buah majemuk
bentuk bulat dan lunak, mengandung biji yang sangat kecil, buah yang berukuran
sedang dapat menghasilkan sekitar ± 8.300 pohon, biji yang telah dikeringkan
dan disimpan pada tempat yang tertutup rapat pada tempat yang sejuk dapat
bertahan selama 1 tahun.
Ciri umum tanaman ini adalah warna kayu teras
berwarna putih semu-semu kuning muda, lambat laun menjadi kuning gading, kayu
gubal tidak dapat dibedakan dari kayu teras, dengan tekstur kayu agak halus
sampai kasar dan arah serat lurus tapi kadang-kadang berpadu, dapat digunakan
untuk bahan bangunan non kontruksi, meubel, dan bahan plywood (kayu
lapis).
B.
SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
http://budidayabertanamjabon.blogspot.com/2013/05/tanaman-jabon.html
Post a Comment for "Budidaya tanaman jabon"