Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perencanaan Agregat


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Penjadwalan agregat (perencanaan agregat) menyangkut penentuan jumlah dan kapan produksi akan dilangsungkan dalam waktu dekat, seringkali 3-18 bulan ke depan. Manajer operasi berupaya untuk menetukan cara terbaik untuk memenuhi ramalan permintaan dengan menyesuaikan tingkat produksi, tingkat kebutuhan tenaga kerja, tingkat persediaan, waktu lembur, tingkat nilai sub kontrak, dan semua variabel lain yang dapat dikendalikan. Tujuan proses produksi biasanya adalah meminimisasi biaya sepanjang periode perencanaan. Meskipun begitu, isu-isu strategis lainnya mungkin bisa lebih penting daripada biaya yang rendah. Strategi-strategi ini mungkin mencakup usaha memuluskan tingkat kebutuhan tenaga kerja, menurunkan tingkat persediaaan, atau mencapai tingkat pemenuhan kebutuhan konsumen yang tertinggi tanpa memandang berapa biaya yang dikeluarkan.


Tujuan pembahasan dari materi ini adalah menjelaskan keputusan perencanaan agregat, untuk menunjukkan bagaimana rencana agregat yang cocok dengan keseluruhan proses perencanaan, dan menjelaskan beberapa teknik yang digunakan para manajer dalam mengembangkan suatu rencana. Dalam hal ini, penekanan dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan manufaktur maupun perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa.   Perencaan agregat sangat berhubungan dengan perencanaan penyediaan bahan baku. Besar kecilnya persediaan kapasitas yang diproduksi tergantung pada banyak sedikitnya bahan baku yang tersedia di suatu Perusahaan.
Proses perencanaan  agregat yang digunakan oleh perusahaan harus tetap mengedepankan kualitas barang yang diproduksi oleh perusahaan. Perencanaan agregat ini berhubungan dengan srategi lokasi dalam hal penyimpanan barang yang berlebih, agar dapat menghemat biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan. Hubungannya dengan manajemen persediaan adalah ketika kapasitas produksi pada satu waktu diperlukan barang persediaan yang relatif banyak maka kapasitas produksi sebaiknya diperbanyak, begitu pula sebaliknya.
Perencanaan produksi dimulai dengan meramalkan permintaan secara tepat sebagai input utamanya. Selain peramalan, input-input untuk permintaan produk tersebut juga harus memasukkan pesanan-pesanan aktual yang telah dijanjikan, kebutuhan spare-part dan service, kebutuhan persediaan gudang, dan penyesuaian tingkat persediaan sebagaimana yang telah ditentukan dalam perencanaan strategi bisnis.
Peramalan permintaan biasanya dibuat untuk kelompok-kelompok produk secara kasar (tanpa memperhatikan perbedaan spesifikasi produk), khususnya selama periode waktu yang panjang. Perencanaan agregat kemudian dikembangkan untuk merencanakan kebutuhan produksi bulanan atau triwulanan bagi kelompokk elompok produk sebagaimana yang telah diperkirakan dalam peramalan permintaan.
Perencanaan produksi akan mudah dibuat bila tingkat permintaan bersifat konstan atau bila waktu produksi tidak menjadi kendala. Tetapi kedua kondisi mi jarang terjadi dalam keadaan sebenarnya, dimana secara nyata tingkat permintaan akan berfluktuasi dan perusahaan selalu dibatasi oleh tanggal waktu penyerahan produk.

B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang diangkat oleh penulis disini adalah sebagai berikut.
1.      Apakah pengertian dari perencanaan agregat?
2.      Bagaimanakah proses perencanaan agregat itu?
3.      Apakah fungsi dari perencanaan agregat?
4.      Apakah tujuan dari perencanaan agregat?
5.      Bagaimana strategi – strategi dalam perencanaan agregat?
6.      Apa sajakah metode yang dipakai dalam perencanaan agregat?
7.      Apakah itu biaya perencanaan agregat?
8.      Apa sajakah perencanaan agregat di sektor jasa?
9.      Apa sajakah kharakteristik dari perencanaan agregat?
10.  Apakah hubungan tugas perencanaan agregat dengan tugas dan tanggung jawab?





BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PERENCANAAN AGREGAT
Seperti telah diisyaratkan dengan istilah “agregat”, maka rencana agregat berarti menggabungkan sumber daya yang sesuai ke dalam istilah-istilah yang lebih umum dan menyeluruh. dengan adanya ramalan permintaan, serta kapasitas fasilitas, persediaan jumlah tenaga kerja dan input produksi yang saling berkaitan, maka perencanaan harus memilih tingkat output unutk fasilitas selama tiga hari sampai delapan belas bulan ke depan. Perencanaan ini diantaranya bisa diterapkan untuk perusahaan manufaktur, rumah sakit akademi serta penerbit buku. perencanaan agregat merupakan bagian dari sistem perencanaan produksi yang lebih besar, sehingga pemahaman mengenai keterkaitan antara rencana dan beberapa faktor internal dan eksternal merupakan sesuatu yang berguna.
Aggregate Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional untuk menentukan jumlah dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan datang.AP juga didefinisikan sebagai usaha untuk menyamakan antara supply dan demand dari suatu produk atau jasa dengan jalan menentukan jumlah dan waktu input, transformasi, dan output yang tepat. Dimana keputusan AP dibuat untuk produksi, staffing, inventory, dan backorder level.
Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai Penjadwalan Agregat adalah Suatu pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer operasi untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah (biasanya antara 3 hingga 18 bulan ke depan). Perencanaan agregat dapat digunakan dalam menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, dan variabel lain yang dapat dikendalikan. Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan dan kuartalan yang mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan permintaan yang fluktuatif. Oleh karenanya perencanaan Agregat termasuk dalam rencana jangka menengah.

B.     PROSES PERENCANAAN AGREGAT
Terdapat beberapa proses dalam perencanaan agregat sebagai berikut.
a. Long Range Plans
Merupakan perencanaan lebih dari setahun yang menyangkut perencanaan produk baru, biaya perluasan dan sebagainya. Long Range Plans ditetapkan oleh manajer pucak.
b. Intermediete Range Plans
Merupakan rencana atara 3 sampai 18 bulan, menyangkut rencana penjualan, rencana produksi, rencana inventory, anggaran tenaga kerja dan sebagainya. Intermediate range plans ditetapkan oleh Manajer Operasi.
c. Short Range Plans
Merupakan rencana kurang dari tiga bulan yang menyangkut job assignment, ordering, Job scheduling. Short Range Plans ditetapkan oeh Manajer Operasi bersama dengan supervisor dan operator.

Dalam tiga tingkatan proses perencanaan tersebut, perencanaan agregat berada pada tingkatan kedua yaitu Intermediate plans yang menyangkut rencana produksi / operasi perusahaan. Perencanaan agregat membentuk keterkaitan antara perencanaan fasilitas di satu pihak dan penjadwalan dipihak lain. Perencanaan fasilitas membatasi keputusan perencanaan agregat.penjadwalan berkenaan dengan jangka waktu yang pendek (beberapa bulan atau kurang) dan dibatasi oleh keputusan perencanaan agregat. Perencanaan agregat berkaitan dengan perolehan sumber daya, sedangkan penjadwalan berkaitan denngan pengalokasian sumber daya yang tersedia terhadap pekerjaan dan pesanan tertentu. Jadi perbedaan dasar harus dilakukan antara perolehan sumber daya melalui penjadwalan.

C.    FUNGSI PERENCANAAN AGREGAT
Pada dasarnya perencanaan produksi agregat merupakan suatu proses penetapan tingkat output/kapasitas produksi secara keseluruhan guna memenuhi tingkat permintaan yang diperoleh dari peramalan dan pesanan dengan tujuan meminimalkan total biaya produksi.
Beberapa fungsi perencanaan agregat yaitu:
1.   Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana strategi perusahaan;
2.   Alat ukur performansi proses perencanaan produksi;
3.   Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi;
4.   Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat penyesuaian;
5.   Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target dan membuat penyesuaian;
6.   Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadwal induk produksi;
7.   Alat  komunikasi antara managemen teras (top management) dan manufaktur.

D.    TUJUAN PERENCANAAN AGREGAT
Tujuan dari perencanaan agregat adalah menetapkan tingkat output untuk jangka menengah dan sedang dalam menghadapi fluktuasi dan ketidakpastian permintaan. perencanaan agragat merupakan suatu perencanaan yang meliputi tidak hanya output produksi tetapi juga sumber dayadan persediaan yang akan memepengaruhi tingkat permintaan pelanggan. sehingga perencanaan agregat menyangkut semua fungsi yang ada didalam perushaan(Sumayang, Lalu. 2003. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Salemba Empat. Jakarta).
Perencanaan agregat memperhatikan penentuan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah, biasanya antara 3 hingga 18 bulan ke depan. Para manajer produksi berusaha untuk menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang diramalkan dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, dan variabel lain yang dapat dikendalikan. Pada umumnya, tujuan perencanaan agregat adalah memperkecil biaya pada perioda perencanaan. Bagaimanapun, terdapat isu strategis lain yang mungkin lebih penting daripada biaya rendah. Strategi tersebut mungkin untuk memperlancar tingkat ketenagakerjaan, menekan tingkat persediaan, atau memenuhi tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa tujuan perecanaan agregate antara lain:
1)   Sebagai langkah awal untuk menentukan aktifitas produksi;
2)   Sebagai masukan perencanaan sumber daya;
3)   Stabilisasi produksi dan tenaga kerja terhadap fluktuasi permintaan.
Ada empat hal yang diperlukan dalam perencanaan agregat antara lain:
1.   Keseluruhan unit yang logis untuk mengukur penjualan dan output;
2.   Prediksi permintaan untuk suatu periode perencanaan jangka menengah yang layak pada waktu agregat;
3.   Metode untuk menentukan biaya;
4.   Model yang mengombinasikan prediksi dan biaya sehingga keputusan penjadwalan dapat dibuat untuk periode perencanaan.

E.     STRATEGI – STRATEGI PERENCANAAN AGREGAT
Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh manajer operasi dalam merumuskan rencana agregat yaitu:
1)      Apakah persediaan digunakan untuk menyerap perubahan selama periode permintaan ?
2)      Apakah perubahan akan diakomodasikan dengan cara mengubah jumlah tenaga kerja?
3)      Apakah perlu penggunaan tenaga kerja paruh waktu atau waktu lembur dan waktu kosong untuk menghadapi fluktuasi ?
4)      Apakah perlu menggunakan subkontraktor untuk antisipasi pesanan yang fluktuatif sehingga dapat mempertahankan jumlah tenaga kerja yang stabil?
5)      Apakah perlu mengubah harga atau faktor lain untuk mempengaruhi permintaan?
Semua ini adalah stategi perencanaan yang benar. Strategi-strategi ini melibatkan manipulasi persediaan, nilai produksi, tingkat tenaga kerja, kapasitas, dan variabel lain yang dapat dikendalikan.  Terdapat delapan pilihan secara lebih terinci. Lima pilihan pertama disebut pilihan kapasitas (capacity option) sebab pilihan ini tidak berusaha untuk mengubah permintaan tetapi untuk menyerap fluktuasi dalam permintaan.  Tiga pilihan yang terakhir adalah pilihan permintaan (demand option) dimana perusahaan berusaha untuk mengurangi perubahan pola permintaan selama periode perencanaan.

1.      Pilihan Kapasitas
Sebuah perusahaan dapat memilih pilihan kapasitas dasar (produksi) berikut:
a)      Mengubah tingkat persediaan
Para manajer dapat meningkatkan persediaan selama periode permintaan rendah untuk memenuhi permintaan yang tinggi di masa mendatang. Jika strategi ini dipilih, maka biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan, asuransi, penanganan, keusangan, pencurian, dan modal yang diinvestasikan akan meningkat. (Biaya-biaya ini pada umumnya berkisar 15% hingga 40% dari nilai sebuah barang setiap tahunnya). Pada sisi lain, ketika perusahaan memasuki masa dimana permintaan meningkat, maka kekurangan yang terjadi dapat mengakibatkan tidak terjadinya penjualan yang disebabkan waktu tunggu yang lebih panjang dan pelayanan pelanggan yang lebih buruk.
b)      Meragamkan jumlah tenaga kerja
Dilakukan dengan cara mengkaryakan atau memberhentikan. Salah satu cara untuk memenuhi permintaan adalah dengan mengkaryakan atau memberhentikan para pekerja produksi untuk menyesuaikan tingkat produksi. Bagaimanapun, sering karyawan baru memerlukan pelatihan, dan produktivitas rata-rata menurun untuk sementara karena mereka menjadi terbiasa. Pemberhentian atau PHK, tentu saja, menurunkan moral semua pekerja dan dapat mendorong ke arah produktivitas yang lebih rendah.

c)      Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong
Terkadang tenaga kerja dapat dijaga tetap konstan dengan meragamkan waktu kerja, mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah dan menambah jam kerja pada saat permintaan naik. Sekalipun begitu, ketika permintaan sedang tinggi, terdapat keterbatasan seberapa banyak lembur yang dapat dilakukan. Upah lembur membutuhkan lebih banyak uang, dan terlalu banyak lembur dapat membuat titik produktivitas pekerja secara keseluruhan merosot. Lembur juga dapat menyiratkan naiknya biaya overhead yang diperlukan untuk menjaga agar fasilitas dapat tetap berjalan. Pada sisi lain, disaat permintaan menurun, perusahaan harus mengurangi waktu kosong pekerja-yang biasanya merupakan proses yang sulit.

d)      Subkontrak
      Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara dengan melakukan subkontrak selama periode permintaan tinggi. Bagaimana pun, subkontrak, memiliki beberapa kekurangan antara lain:
§  Mahal;
§  Membawa resiko dengan membuka pintu klien bagi pesaing;
§  Seringkali susah mendapatkan pemasok subkontrak yang sempurna, yang selalu dapat mengirimkan produk bermutu tepat waktu.

e)      Penggunaan karyawan paruh waktu
Terutama di sector jasa, karyawan paruh waktu dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja tidak terampil. Praktik ini umum dilakukan di restoran, toko eceran, dan supermarket.

2.      Pilihan Permintaan
Pilihan permintaan dasar adalah sebagai berikut:
a)      Mempengaruhi permintaan
Ketika permintaan rendah, sebuah perusahaan dapat mencoba untuk meningkatkan permintaan melalui iklan, promosi, kewiraniagaan, dan diskon. Perusahaan penerbangan dan hotel telah lama menawarkan diskon akhir pekan dan tarif musim sepi; perusahaan telepon membebankan biaya yang lebih murah pada malam hari; beberapa perguruan tinggi member diskon bagi warga senior; dan pendingin udara dijual lebih murah pada waktu musim dingin. Bagaimana pun, bahkan iklan khusus, promosi, penjualan, dan penetapan harga tidak selalu mampu menyeimbangkan permintaan dengan kapasitas produksi.

b)      Tunggakan pesanan selama periode permintaan tinggi
Tunggakan pesanan adalah pesanan barang atau jasa yang diterima perusahaan tetapi tidak mampu (secara sengaja atau kebetulan) untuk dipenuhi pada saat itu. Jika pelanggan mau menunggu tanpa kehilangan kehendak baik mereka maupun pesanannya, tunggakan pesanan adalah strategi yang mungkin dijalankan. Banyak perusahaan menggunakan tunggakan pesanan, tetapi pendekatan ini sering mengakibatkan hilangnya penjualan.
c)      Perpaduan produk dan jasa yang counterseasonal (dengan musim yang berbeda)
Sebuah teknik pelancar masalah aktif yang secara luas digunakan para pengusaha manufaktur adalah mengembangkan sebuah produk yang merupakan perpaduan dari barang counterseasonal. Contohnya adalah perusahaan yang membuat pemanas dan pendingin ruangan atau mesin pemotong rumput dan penyingkir salju. Bagaimanapun, perusahaan yang menerapkan pendekatan ini mungkin mendapati diri mereka terlibat dengan produk atau jasa di luar area keahlian atau target pasar mereka.

3.      Pilihan Campuran
Walaupun setiap lima pilihan kapasitas dan tiga pilihan permintaan dapat menghasilkan sebuah jadwal agregat yang efektif, beberapa kombinasi diantara pilihan kapasitas dan pilihan permintaan mungkin akan lebih baik.  Kebanyakan pengusaha manufaktur berasumsi bahwa penggunaan pilihan permintaan telah diteliti secara menyeluruh oleh bagian pemasaran dan pilihan-pilihan yang layak itu digabungkan dengan prediksi permintaan. Manajer operasi lalu membuat rencana agregat berdasarkan pada prediksi itu. Bagaimanapun, dengan menggunakan lima pilihan kapasitas dalam otoritasnya, manager operasi masih memiliki banyak kemungkinan rencana. Rencana ini dapat terdiri dari :
a)      Strategi perburuan (chase strategy)
Sebuah strategi perburuan mencoba untuk mencapai tingkat output bagi setiap periode yang memenuhi prediksi permintaan untuk periode tersebut. Strategi ini dapat terpenuhi dengan berbagai jalan. Sebagai contoh, manager operasi dapat memvariasikan tingkat tenaga kerja dengan merekrut atau menghentikan karyawan , atau dapat memvariasikan produksi dengan waktu lembur, waktu kosong, karyawan paruh waktu, atau subkontrak.

b)      Strategi penjadwalan bertingkat (level-scheduling strategy)
            Sebuah rencana agregat di mana produksi harian tetap sama dari periode ke periode. Perusahaan seperti Toyota dan Nissan mempertahankan tingkat produksi pada tingkatan yang seragam dan mungkin membiarkan persediaan barang jadi naik atau turun untuk menopang perbedaan permintaan dan produksi atau menemukan pekerjaan alternatif bagi karyawan. Penjadwalan bertingkat akan bekerja dengan baik ketika permintaan stabil.

F.     METODE PERENCANAAN AGREGAT
Ada beberapa tehnik yang digunakan manajer operasi untuk mengembangkan rencana agregat yang lebih bermanfaat dan lebih tepat, diantaranya:
1.      Metode Pembuatan Grafis Dan Diagram
Metode ini sangat sering dipakai karena mudah dipahami. Pada dasarnya, rencana rencana dengan grafis dan diagram ini menangani variabel sedikit demi sedikit agar perencana dapat membandingkan proyeksi permintaan dengan kapasitas yang ada. Pendekatan yang digunakan adalah trial and error yang tidak menjamin terciptanya rencana produksi yang optimal, tatapi penghitungan yang dibutuhkan hanya sedikit dan dapat dilakukan oleh staf yang paling dasar pekerjaannya. Tahapan dalam metode ini adalah:
1.         Tentukan permintaan pada tiap periode;
2.         Tentukan berapa kapasitas pada waktu biasa, waktu lembur, dan tindakan subkontrak untuk tiap periode;
3.         Tentukan biaya tenaga kerja, biaya rekrutmen dan biaya pemberhentian karyawan serta biaya penahanan persediaan;
4.         Pertimbangkan kebijakan perusahaan yang dapat diterapkan pada para pekerja dan tingkatan persediaan;
5.         Kembangkan rencana alternatif dan amati biaya totalnya.

2.      Pendekatan Matematis Dalam Perencanaan
Beberapa pendekatan matematis terhadap perencanaan agregat telah banyak dikembangkan diantaranya:
a)      Metode Transportasi Dalam Program Linear
Jika masalah perencanaan agregat dipandang sebagai masalah alokasi kapasitas operasi untuk memenuhi permintaan yang diperkirakan, maka rencana agregat dapat dirumuskan dalam format program linear.
b)      Linear Decision Rule
Merupakan model perenxcanaan agregat yang berupaya untuk mengoptimalkan tingkat produksi dan tingkat jumlah tenaga kerja sepanjang periode tertentu.Model ini meminimisasi biaya total dari biaya gaji, rekrutmen, PHK, lembur, dan persediaan melalui serangkaian kurva biaya kuadrat.
c)      Management Coefficient Model
Dikembangkan oleh E.H Bowman yang membangun suatu model keputusan formal di seputar pengalaman dan kinerja manajer. Teori yang mendasari adalah pengalaman masa lalu manajer cukup baik, sehingga dapat digunakan sebagai dasar menetapkan keputusan di masa depan. Teknik ini menggunakan analisa regresi terhadap keputusan produksi yang diambil manajer di masa lalu.
d)     Simulasi
Suatu model computer yang dinamakan “ Penjadwalan lewat simulasi” yang dikembangakan tahun 1966 di R.C Vergin. Pendekatan simulasi ini menggunakan prosedur pencarian kombinasi nilai yang biayanya minimal untuk ukuran jumlah tenaga kerja dan tingkat produksi.
G.    BIAYA PERENCANAAN AGREGAT
Biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat antara lain :
v Hiring Cost (biaya penambahan tenaga kerja)
Penambahan tenaga kerja menimbulkan biaya-biaya untuk iklan, proses seleksi dan training. Biaya training merupakan biaya yang besar apabila tenaga kerja yang direkrut adalah tenaga kerja yang belum berpengalaman.
v Firing Cost (Biaya pemberhentian tenaga kerja)
Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan akan produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun dengan drastic. Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang pesangon bagi karyawan yang di-PHK, menurunnya moral kerja dan produktivitas karyawan yang masih bekerja, dan tekanan yang bersifat social. Semua akibat ini dianggap sebagai biaya pemberhentian tenaga kerja yang akan ditanggung perusahaan.
v  Overtime Cost dan Undertime Cost (biaya lembur dan biaya menganggur)
Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi, tetapi konsekwensinya perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan lembur yang biasanya 150% dari biaya kerja regular. Disamping biaya tersebut, adanya lembur akan memperbesar tingkat absen karyawan karena capek. Kebalikan dari kondisi diatas adalah bila perusahaan mempunyai kelebihan tenaga kerja dibandingkan dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi. Tenaga kerja berlebih ini kadang-kadang bisa dialokasikan untuk kegiatan lain yang produktif meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak dapat dilakukan alokasi yang efektif, maka perusahaan dianggap menanggung biaya menganggur yang besarnya merupakan perkalian antara jumlah jam kerja yang tidak terpakai dengan tingkat upah dan tunjangan lainnya.
v  Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya kehabisan persediaan)
        Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan pada saat-saat tertentu. Konsekwensi dari kebijaksanaan persediaan bagi perusahaan adalah timbulnya biaya penyimpanan (inventory cost/holding cost) yang berupa biaya tertahannya modal, pajak, asuransi, kerusakan bahan, dan biaya sewa gudang. Kebalikan dari kondisi diatas, kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan seolah-olah menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat menimbulkan kerugian dalam bentuk biaya kehabisan persediaan. biaya kehabisan persediaan ini dihitung berdasarkan berapa barang diminta yang tidak tersedia. Kondisi ini pada system MTO (Make to order = Memproduksi berdasarkan pesanan) akan mengakibatkan jadwal jadwal penterahan order terlambat, sedangkan pada system MTS (make to stock =Memproduksi untuk memenuhi persediaan) akan mengakibatkan beralihnya pelanggan pada produk lain. Kekecewaan pelanggan karena tidak tersedianya barang yang diinginkan akan diperhitungkan sebagai kerugian bagi perusahaan, dimana kerugian tersebut akan dikelompokkan sebagai biaya kehabisan persediaan. Biaya kehabisan persediaan ini sama nilainya dengan biaya pemesanan kembali bila konsumen masih bersedia menunggu.
v  Subcontract Cost (biaya subkontrak)
Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas regular, biasanya perusahaan mensubkontrakan kelebihan permintaan yang tidak bisa ditanganinya sendiri kepada perusahaan lain. Konsekuensi dari kebijaksanaan ini adalah timbulnya biaya subkontrak, dimana biasanya biaya mensubkontrakan ini lebih mahal dibandingkan memproduksi sendiri dan adanya resiko terjadinya kelambatan penyerahan dari kontraktor.


H.    PERENCANAAN AGREGAT DI SEKTOR JASA
Pada kenyataan sektor jas seperti bank, usaha angkutan, restoran cepat saji, penerapannya lebih mudah daripada di perusahaan manufaktur. Pengendalian biaya tenaga kerja di perusahaan jasa merupakan sesuatu yang penting. Pengendalian Biayanya meliputi:
1.      Pengendalian yang ketat atas jam kerja di perusahaan jasa dapat dipastikan menghasilkan  tanggapan cepat terhadap respon konsumen.
2.      Beberapa bentuk sumber tenaga kerja panggilan yang dapat ditambahkan atau dihilangkan untuk memenuhi permintaan yang tak terduga.
3.      Fleksibilitas keahlianpekerja kerorangan yang memungkinkan relokasi tenaga kerja yang ada
4.      Fleksibilitas keahlian pekerja peerorangan pada tingkat output atau jam kerja untuk memenuhi permintaan yang sudah diperkirakan.

Penerapan Perencanaan Agregat disektor jasa diantaranya pada:
a)      Restoran
Pada jasa ini volume produknya tinggi maka diarahakan pada:
§  Pemulusan tingkat produksi;
§  Penentuan ukuran jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan;
§  Usaha mengelola permintaan untuk menjaga agar peralatan dan pekerja tetap bekerja.
b)      Industri Penerbangan
Perencanaan agregat mancakup jadwal atau table atas:
§  Jumlah penerbangan masuk dan keluar di setiap pusat;
§  Jumlah penerbangan di setiap rute;
§  Jumlah penumpang yang harus dilayani di setiap penerbangan;
§  Jumlah awak pesawat dan awak di darat yang dibutuhkan pada setiap pusat dan bandara.


c)      Rumah sakit
Masalah yang dihadapi adalah alokasi uang, staff, perlengkapan untuk memenuhi permintaan pasien atas pelayanan jasa rumah sakit yang bersangkutan.

d)     Rantai Perusahaan Kecil Nasional
Contohnya adalah jasa foto copy, percetakan, pusat computer, yang mana pertanyaan atas perencanaan agregat vs perencanaan independent di setiap badan usaha menjadi sebuah perhatian. Output dan pembelian dapat direncanakan secara terpusat apabila permintaan dapat dipengaruhi melalui promosi khusus. Pendekatan ini menguntungkan karena mengurangi biaya pembelian dan periklanan dan membantu arus kas di lokasi yang independent.

e)      Jasa lain-lain
Seperti jasa keuangan, transportasi, komunikasi, rekreasi, memeberikan output yang volumenya tinggi namun tidak berwujud. Untuk jasa semacam ini lebih utama pada perencanaan persyaratan sumber daya manusia (lihat bab tentang sumber daya manusia) dan pengelolaan permintaan.

I.       KHARAKTERISTIK PERENCANAAN AGREGAT
Berikut ini beberapa karakteristik yang menjadi cirri dari perencanaan agregat, yakni:
1.      Dinyatakan dalam kelompok produk atau famili (aggregate);
2.      Satuan unit tergantung jenis produk (ton, liter, kubik, jam mesin atau jam orang);
3.      Satuan unit dikonversikan ke bentuk satuan rupiah;
4.      Setelah satuan unit ditetapkan maka factor konversi juga harus ditetapkan;
5.      Horizon perencanaan cukup panjang  (5 tahun).

J.      HUBUNGAN TUGAS PERENCANAAN AGREGAT DAN TUGAS TANGGUNG JAWAB
Eksekutif puncak memiliki tugas dan tanggung jawab dalam hal:
1.   Perencanaan jangka panjang (lebih dari satu tahun);
2.   Penelitian & Pengembangan;
3.   Rencana produk baru;
4.   Penanaman modal;
5.   Lokasi/perluasan fasilitas.
Manajer produksi memiliki tugas dan tanggung jawab dalam hal:
1.   Perencanaan Jangka Menengah (3 hingga 18 bulan);
2.   Perencanaan penjualan;
3.   Perencanaan produksi dan anggaran;
4.   Menentukan tingkat ketenagakerjaan, persediaan, level subkontrak;
5.   Menganalisis rencana produksi.
    
     Lain dari itu Manajer produksi juga bertugas dan bertanggung jawab layaknya para penyelia dan mandor. Tugas dan tanggung jawab dari para penyelia, mandor antara lain adalah sebagai berikut:
1.   Rencana jangka pendek (hingga 3 bulan);
2.   Penugasan pekerjaan;
3.   Pemesanan;
4.   Penjadwalan kerja;
5.   Pengiriman;
6.   Lembur;
7.   Bantuan paruh waktu;
8.   Tanggung jawab;
9.   Perencanaan tugas dan horizon.

Gambar perencanaan agregat

 


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Perencanaan agregat merupakan suatu elemen yang penting dalam proses produksi, yang juga berkaitan strategi operasi yang digunakan oleh banyak perusahaan. Perusahaan harus berhati-hati dalam menerapkan perencanaan agregat ini, karena jika tidak maka perusahaan merugi, hal ini desebabkan kapasitas barang yang di produksi ternyata berlebih, hal itu biasanya menyebabkan banyak biaya-biaya tambahan yang harus dikeluarkan perusahaan yang seharusnya dapat dinetralisir tau dihindari sebelumnya.
Aggregate Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional untuk menentukan jumlah dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan datang.AP juga didefinisikan sebagai usaha untuk menyamakan antara supply dan demand dari suatu produk atau jasa dengan jalan menentukan jumlah dan waktu input, transformasi, dan output yang tepat. Dimana keputusan AP dibuat untuk produksi, staffing, inventory, dan backorder level.
Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai Penjadwalan Agregat adalah Suatu pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer operasi untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah (biasanya antara 3 hingga 18 bulan ke depan). Perencanaan agregat dapat digunakan dalam menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, dan variabel lain yang dapat dikendalikan. Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan dan kuartalan yang mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan permintaan yang fluktuatif. Oleh karenanya perencanaan Agregat termasuk dalam rencana jangka menengah.

B.     SARAN
Setiap perusahaan diharapkan dapat membuat perencanaan agregat dengan strategi yang paling baik dan memungkinkan untuk setiap perusahaan sesuai dengan strategi operasi perusahaan. Perusahaan harus jeli untuk melihat peluang kapan perusahaan harus memproduksi lebih dan kapan perusahaan harus memproduksi cukup suatu barang agar tidak ada barang-barang yang berlebih dan tidak menimbulkan biaya-biaya lain yang tidak dibutuhkan.










DAFTAR PUSTAKA
Dwiningsih. 2008. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Gunawidya: Jakarta
Handoko, H. 1984. Dasar – Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
Heizer, J. 2010. Manjemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat


















Post a Comment for "Perencanaan Agregat"