Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dispepsia

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Dispepsia adalah sekumpulan gejala( syndrome ) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrum, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat kenyang dan sering bersendawa. Kondisi tersebut dapat menurunkan kualitas hidup manusia. Jika tidak diatasi sejak dini dan tindakan yang tepat, maka dapat berakibat fatal bagi manusia.
Penurunan fungsi tubuh manusia akan menurun seiring bertambahnya umur seseorang. Hal tersebut dapat membuat manusia sangat identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan akan mengalami berbagai macam penyakit. Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran pencernaan akibat proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung.
Oleh karna itu, jumlah peningkatan penduduk harus diimbangi dengan peningkatan pelayanan kesehatan yang baik. Harapannya agar terjadi peningkatan kualitas hidup manusia dan memperkecil resiko dyspepsia .

B.     Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Dispepsia?

C.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Dispepsia
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui definisi Dispepsia
b.      Mengetahui etiologi Dispepsia
c.       Mengetahui patofisiologi Dispepsia
d.      Mengetahui manifestasi klinis Dispepsia
e.       Mengetahui penatalaksanaan Dispepsia
f.       Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Dispepsia



BAB II
TINJAUAN TEORI

A.     Definisi
Dispepsia berasal dari Bahasa Yunani  Dys berarti sulit dan pepsiberarti pencernaan. Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan atau gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak atau sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.
Dyspepsia adalah sekumpulan gejala yang terdiri dari nyeri rasa tidak nyaman di epigastrum, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat kenyang dan sering bersendawa. Boiasanya berhubungan dengan pola makan yang tidak teratur, makan makanan yang pedas, asam, minuman bersoda, kopi, obat-obatan tertentu, ataupun kondisi emosional tertentu misalnya stress ( Wibawa, 2006 )
Keluhan reflaks gastro esophagus klasik berupa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung, kini tidak lagi termasuk dyspepsia. (mansjoer, 2000). Pengertian dyspepsia terbagi menjadi dua yaitu :
1.      Dyspepsia organic
Bila diketahui adanya kelainan organic sebagai penyebabnya , sindroma dyspepsia organic terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh.
2.      Dyspepsia non organic ( dyspepsia fungsional).
Bila tidak jelas penyebabnya, dyspepsia fungsional tampa disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi dan endoskopi ( teropong saluran pencernaan).

B.     Etiologi
Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat penuaan dini, terutama pada katahanan mukosa lambung ( Wibawa, 2006). Kadar lambung lansia biasanya mengalami penurunan hingga 85%.
1.      Perubahan pola makan
2.      Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang lama.
3.      Stres
4.      Alcohol dan nikotin rokok
5.      Tumor atau saluran pencernaan
6.      Stres, psikologis, kecemasan, atau depresi.
7.      Iritasi lambung (gastritis)
8.      Peradangan kandung empedu (kolesisitis)

C.     Faktor
Faktor  dispepsia secara rinci adalah:
1.      Menelan udara (aerofagi),
2.      Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung,
3.      Iritasi lambung (gastritis),
4.      Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis,
5.      Kanker lambung,
6.      Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
7.      Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya,
8.      Kelainan gerakan usus
9.      Stress psikologis,kecemasan, atau depresi
10.  Infeksi Helicobacter pylory

D.     Gejala klinis
1.      Nyeri perut (abdominal discomfort)
2.      Rasa perih di ulu hati
3.      Mual kadang-kadang sampai muntah
4.      Nafsu makan berkurang
5.      Rasa cepat kenyang
6.      Rasa panas di dada dan perut
7.      Regurgitasi ( keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba ).

E.     Patofisiologis
Perubahan pola makan yang  tidak teratur, obat-obatan yang  tidak jelas, zat-zat yang seperti nikotin dan alcohol serta adanya kondisi kejiwaan stress, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong. Kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan pada dinding – dinding lambung , kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL (hydrochloric acid) yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung , sehingga rangsangan dimedula oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.

F.      Komplikasi
Penderita syndrome  dyspepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya komplikasi yang tidak ringan. Salah satu komplikasi dyspepsia yaitu luka di dinding lambung yang  dalam atau melebar  tergantung  berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung . bila keadaan dyspepsia ini terus terjadi luka akan semakin dalam dan dapat menimbulkan komplikasi perdarahan saluran cerna yang ditandai dengan terjadinya muntah darah, dimana merupakan pertanda yang  timbul belakangan . Awalnya penderita pasti akan mengalami BAB berwarna hitam sudah ada perdarahan awal. Tapi komplikasi ya g paling dikuatirkan adalah terjadinya kanker lambung yang mengharuskan penderitannya melakukan operasi.( Wibawa, 2006).

G.    Penatalaksanaan medic
a.       Penatalaksanaan non farmakologis
1.      Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2.      Menghindari factor resiko seperti alcohol, makanan yang pedas, obat-obatan yang berlebihan nikotin rokok dan stress.
3.      Atur pola makan

b.      Penatalaksanaan farmakologis
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat di mengerti karna proses patofisiologisnya pun masih belum jelas. Mansjoer Arif (2001) menerangkan pengobatan pada dyspepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu :
1.      Antacid 20/150 ml/hari
2.      Antikolenergik
3.      Antogenis reseptor H2
4.      Penghambat pompa asam
5.      Sitroprotetif
6.      Golongan prokinetik

 

H.    Diagnosis

Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.




BAB III
TINJAUAN KASUS

I.        PENGKAJIAN
A.   Data Subyektif
Anamnesa tanggal          : 9 Januari 2015                   Jam                 : 09.00 wib
Oleh                                  : Kelompok 1                        No.Reg.          : 291927

1.    Identitas
a.    Biodata klien
Nama                    :Tn. S
Umur                     :80 tahun
Jenis kelamin      :Laki-laki
Bangsa/Suku       :Indonesia/Jawa       
Agama                 :Islam
Pendidikan          :SMTA
Pekerjaan            :Swasta
Alamat                  :Krajan ,RT O4 RW 01 Jepara

2.    Keluhan utama
Klien mengeluh sakit nyeri di  ulu hati.

3.    Riwayat penyakit sekarang
Keluarga klien mengatakan mual, muntah dan sebelum klien masuk rumah sakit klien jatuh lemas kemudian di bawa ke IGD RSUD Salatiga, Pada tanggal 08 januari 2015.

4.    Riwayat penyakit lalu
Klien mengatakan dulu tahun 1988 pernah mempunyai riwayat Op. hernia dan selangkangan ada benjolan. Dan beberapa bulan lalu benjolan muncul lagi dan tidak bisa masuk  lagi.

5.    Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang mengalami hal seperti apa yang dialami klien.
b.    Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1.    Nutrisi
-   Sebelum sakit :
Frekuensi       : makan 2-3 x sehari,
Porsi               :1 piring
Jenis               :Nasi, lauk, pauk, sayuran, dan kuah.
Minum : 8-10 gelas/hari.
Jenis               : air putih


B.   Data Obyektif
1.    Pemeriksaan umum
a.    Keadaan umum               : Baik
b.    Kesadaran                       : Composmentis
c.    BB/TB                               : 6O kg/ 159 cm
d.    TTV                                   : TD     : 120/80 mmHg         N         :  82 x/menit
                                                         S      : 36.5 ˚C                     RR       : 22 x/menit
2.    Pemeriksaan Fisik
a.    Kepala      : simetris, rambut lurus, tidak ada benjolan massa
b.    Muka         : tidak bengkak, tidak pucat, tidak oedem
c.    Mata         : conjunctiva merah muda, sclera putih
d.    Telinga     : simetris, bersih, tidak ada secret
e.    Hidung      : simetris, bersih, tidak ada polip
f.      Mulut         : bersih, tidak ada sariawan,
g.    Leher        : tidak ada pembesaran kalenjar tyroid dan vena jugularis

3.    Pemeriksaan penunjang
Tanggal          : 08-01-2015
Jam                 : 12.27 WIB

PEMERIKSAAN
HASIL
NILAI RUJUKAN
SATUAN
METODA
HEMATOLOGI
Lekosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hemaktokris
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
PTT
APTT
Ratio
INK

IMUNO/SEROLAGI
HBsAg (Rapid)                        

14.36  H
4.30    L13.7    L
 40.9  
95.1    H
31.9
33.5
312
14.5
20.8    L
1.15
1.20



Negatif

4.5 - 11
4.50 – 55
14 - 18
40 – 54
86 – 108
28  - 31
30 - 35
150-450
11.5 - 15.5
24 - 36.2




Negatif

10 ̂3/uL
10 ̂6/uL
g/dL
%
fL
pg
g/dL
10 ̂3/uL
dtk
dtk

Impedance
Impedance
ColorimetricAnalyzercalculat
Analyzercalculat
Analyzercalculat
Analyzercalculat
Impedance
Nephelometri
Nephelometri
Nephelometri
Nephelometri



v  Thyrapy
-          Infuse assering 20 TPM
-          Nerodex 1x1
-          Omeprazol 2.1
-          Sucrofur 3x2 ctm                              
-          Inj. Ranitidine 2×1 ampul                             
-          Inj.keterolac 3×1 ampul                                                       
-          Inj. Ondanseton 3x1 ampul  
-          P.O : Dexamatason 3x1                                                      
-          Dilakukan tindakan EKG, pemasangan kateter dan pemberian oksigen.


     II.        DIAGNOSA MASALAH
DATA
DIAGNOSA
9 Januari 2015

     DS :
- Pasien mengatakan sakit pada      ulu hati
P = Terasa nyeri pada saat beraktifitas dan tidak beraktifitas
Q = Nyeri seperti ditusuk-tusuk pada ulu hati
R = Perut  bagian kanan nyeri   ulu hati dibawah px
S  =  Skala nyeri 8
T = Nyeri sering muncul dan hilang secara tiba-tiba

    DO :
-   Pasien tampak meringismenahan nyeri
-   Pasien tampak tegang.


10 Januari 2015

      KU   : Sedang
      DS   :
-       Pasien mengatakan nafsu   makan    berkurang, mual, muntah
      DO :
-       Pasien makan sehari hanya ¼ porsi  
-          TD : 140/80 mmHg
-          S    : 36 °C
-          N    : 90 x/menit
-          RR  : 28 x/menit



-   Nyeri akut berhubungan dengan inflansi pada mucosa lambung, peningkatan asam lambung.


















-   Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anoreksia

    III.        INTERVENSI
Tanggal : 09 Januari 2015
Jam       : 11.00 WIB
1.      Diagnose masalah    : Nyeri akut berhubungan dengan inflansi pada               mocosa lambung, peningkatan asam lambung
Tujuan                         : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 2x24       jam  diharapkan nyeri akut dapat teratasi dengan baik.
Criteria hasil             :
-  Pasien mengatakan nyeri berkurang
-  Pasien mengatakan tidak nyeri dengan skala Q-3      
Intervensi dengan rasional :
-          Monitor TTV dan KU
-          Ajarkan tehnik  relaksasi dengan nafas dalam
-          Kompres hangat
-          Kolaborasi dengan pemberian analgesic

2.    Diagnosa Masalah         :Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anoreksia

Tujuan                              : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1 x 24 jam  diharapkan  nafsu makan pasien dapat kembali normal.

Criteria Hasil                 :
-          Kebutuhan nutrisi pasien kembali normal
-          Pasien dapat menghabiskan makanannya

Intervensi dengan rasional :
-          Monitor KU dan TTV
-          Anjurkan makan sedikit tapi sering
-          Anjurkan pasien tidak konsumsi minuman kafein.


  IV.        IMPLEMENTASI
Tanggal : 09 januari 2015   
1)                                       
-  Memonitor TTV dan KU
-  Mengajarkan tehnik  relaksasi dengan nafas dalam
-  Mengkompres hangat
-  Berkolaborasi dengan pemberian analgesic

2)     
-          Memonitor KU dan TTV
-          Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering
-          Menganjurkan pasien tidak mengkosumsi minuman kafein.


   V.        EVALUASI
Tanggal          : 11 Januari 2015     
Jam                 :  11.45 WIB
                                               
1.    S                            : pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang 
                                    P : masih terasa sedikit nyeri
                                    Q : nyeri terasa perih
                                    R : Perut kanan ulu hati
                                    S : skala 4
                                    T : jarang
O         : Pasien tampak lebih tenang.
                                     Tanda vital
                                    TD       : 120/80 mmHg
                                    S         : 36,5 ˚C
                                    N         : 80 x/menit
                                    RR       : 22 x/menit               
                        A         : masalah sudah teratasi sebagian
                        P         : lanjutkan interversi dan pertahankan kondisi pasien
           
            Tanggal          : 11 Januari 2015
            Jam                 : 13.17 WIB
2.    S         : Pasien mengatakan nafsu makan sudah bertambah

O         : Pasien tampak menghabiskan makanan yang di berikan
                        Keadaan Umum : Baik
                        Kesadaran           : composmentis
Tanda vital
                                                TD       : 120/80 mmHg
                                                S         : 36,5 ˚C
                                                N         : 80 x/menit
                                    RR       : 22 x/menit

  A       : Masalah sudah teratasi sebagian

  P       : Pertahankan kondisi pasien




BAB IV
PENUTUP


A.     Kesimpulan
Dyspepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala yang terdiri dari nyeri rasa tidak nyaman di epigastrum, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat kenyang dan sering bersendawa. Boiasanya berhubungan dengan pola makan yang tidak teratur, makan makanan yang pedas, asam, minuman bersoda, kopi, obat-obatan tertentu, ataupun kondisi emosional tertentu misalnya stress.
Dengan pola makan yang  teratur dan memilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar tinggi, cabai, alcohol dan pantang merokok. Bila harus makan obat karna sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala maka minum obat secara wajar dan tidak menggangu fungsi lambung.

B.     Saran
1.      Bagi Institusi
Sebagai tempat pembelajaran atau sekolah yang bergerak dibidang kesehatan, hendaknya dapat memberi pendidikan yang lebih baik lagi kepada mahasiswa dalam paraktik pelayanan kesehatan dan menyediakan buku-buku penunjang sebagai acuan dalam melakukan asuhan keperawatan maupun kebidanan.

2.      Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik, mempertahankan serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang ada dengan baik dan tepat.

3.      Bagi Pasien
Dalam proses asuhan keperawatan, sangat diperlukan kerjasama keluarga dan pasien itu sendiri guna memperoleh data yang bermutu untuk menentukan tindaka sehingga dapt memperoleh hasil yang diharapkan.





DAFTAR PUSTAKA


1.    Uliyayah, musrifatul, dkk. 2008. Ketrampilan dasar praktik klinik untuk kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
2.    Mansjoer Arif. 2000.  Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Media Acsulapius.
3.    Wibawa, I Dewa  Nyoman. 2006. Penanganan Dyspepsia Pada Lanjut Usia.  
4.    Corwin. 2009. Buku Saku Patologis. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.


Post a Comment for "Dispepsia"