Gangguan gerak pada manusia
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sering kali kita melakukan gerak , tetapi kurang menyadari adanya sistem
yang mempergerakan tubuh kita. Banyak sistem yang menggerakan tubuh kita
seperti di bantu otot ,rangka,tulang,daging,dan lain sebagainya.
Tanpa semua itu kita tidak dapat bergerak dan melakukan aktifitas layaknya
manusia lain. Otot,daging,rangka,dan tulang
sangat berperan penting dengan tubuh kita dan saling
berpengaruh.Otot,daging,tulang dan rangka adalah alat (Sistem Gerak Manusia)
seperti judul makalah sayapada tugas biologi ini.
Karena mengingat waktu yang
singkat, banyak pembahasan sistem gerak manusia yang belum tertuang dalam
makalah kami ini , jadi dalam keterbatasan
mari kita bahas panduan tentang sistem gerak pada manusia di makalah ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
OSTEOPOROSIS
Osteoporosis
adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang
yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang
yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.
Klasifikasi
Osteoporosis primer
Osteoporosis primer sering menyerang wanita
paska menopause
dan juga pada pria
usia lanjut dengan penyebab yang belum diketahui.
Osteoporosis sekunder
Sedangkan osteoporosis sekunder
disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan:
·
Cushing's disease
·
Hyperthyroidism
·
Hyperparathyroidism
·
Hypogonadism
·
Kurang gerak
·
Pemakai
obat-obatan/corticosteroid
·
Merokok
Osteoporosis anak
Osteoporosis pada anak disebut juvenile idiopathic osteoporosis.
Penyebab
Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
Osteoporosis senilis terjadi karena kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan di antara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia di atas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.
Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan.Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.
Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
Gejala
Kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis), sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Beberapa penderita tidak memiliki gejala. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk.
Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit.
Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan.
Diagnosa
Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan lainnya yang bisa di atasi, yang bisa menyebabkan osteoporosis.
Untuk mendiagnosis osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang dilakukan pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Pemeriksaan yang paling akurat adalah DXA (dual-energy x-ray absorptiometry). Pemeriksaan ini aman dan tidak menimbulkan nyeri, bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit. DXA sangat berguna untuk:
·
Wanita yang memiliki
risiko tinggi menderita osteoporosis
·
Penderita yang
diagnosisnya belum pasti
·
Penderita yang hasil
pengobatannya harus dinilai secara akurat.
Patogenesis
Mekanisme yang mendasari dalam semua kasus osteoporosis adalah ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukan tulang. Dalam tulang normal, terdapat matrik konstan remodeling tulang; hingga 10% dari seluruh massa tulang mungkin mengalami remodeling pada saat titik waktu tertentu. Proses pengambilan tempat dalam satuan-satuan multiseluler tulang (bone multicellular units (BMUs)) pertama kali dijelaskan oleh Frost tahun 1963.[1] Tulang diresorpsi oleh sel osteoklas (yang diturunkan dari sumsum tulang), setelah tulang baru disetorkan oleh sel osteoblas.
Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita paska menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis.
Alendronat berfungsi:
·
Mengurangi kecepatan
penyerapan tulang pada wanita pasca menopause
·
Meningkatakan massa
tulang di tulang belakang dan tulang panggul
·
Mengurangi angka
kejadian patah tulang.
Supaya diserap dengan baik, alendronat harus diminum dengan segelas
penuh air pada pagi hari dan dalam waktu 30 menit sesudahnya tidak boleh makan
atau minum yang lain. Alendronat bisa mengiritasi lapisan saluran pencernaan bagian atas, sehingga setelah
meminumnya tidak boleh berbaring, minimal selama 30 menit sesudahnya. Obat ini
tidak boleh diberikan kepada orang yang memiliki kesulitan menelan atau
penyakit kerongkongan dan lambung
tertentu.
Kalsitonin
dianjurkan untuk diberikan kepada orang yang menderita patah tulang belakang
yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan dalam bentuk suntikan atau semprot hidung. Tambahan
fluorida bisa meningkatkan
kepadatan tulang. Tetapi tulang bisa mengalami kelainan dan menjadi rapuh,
sehingga pemakaiannya tidak dianjurkan. Pria yang menderita osteoporosis
biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang
mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.
Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul
biasanya di atasi dengan tindakan pembedahan.
Patah tulang pergelangan biasanya digips atau diperbaiki dengan
pembedahan. Pada kolaps tulang belakang disertai
nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive
back brace dan dilakukan terapi fisik.
Pencegahan
Pencegahan osteoporosi meliputi:
·
Mempertahankan atau
meningkatkan kepadatan tulang dengan mengonsumsi kalsium yang cukup.
·
Mengkonsumsi obat
(untuk beberapa orang tertentu).
Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama
sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal. Minum 2 gelas susu dan tambahan
vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang
sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Akan tetapi tablet kalsium dan susu
yang dikonsumsi setiap hari akhir - akhir ini menjadi perdebatan sebagai pemicu
terjadi osteoporosis, berhubungan dengan teori osteoblast.
Pembentukan tulang yang maksimal terjadi sejak usia 5 tahun hingga
puncak kepadatan tulang terjadi pada usia 35 tahun, setelah itu proses
pengeroposan tulang yang cepat atau lambat tergantung dari apakah butir 1 dan 2
tersebut di atas tetap dilakukan atau tidak. Biasanya di Indonesia osteoporosis
terdeksi pada usia 40 hingga 45 tahun pada wanita dan usia 50 tahun pada pria.
Tetapi sekarang ini dijumpai penderita osteoporosis berusia 30 tahun. Hal ini
kemungkinan terjadi karena kurangnya aktifitas fisik dimana taman-taman/tempat
bermain untuk anak-anak sangat berkurang dibanding masa lalu dan anak-anak
sekarang lebih sering bermain games dan gadgets yang hanya duduk saja, walaupun
mungkin kecukupan gizi kalsium/susu anak-anak tersebut telah mencukupi. Untuk
itu perlu dilakukan edukasi pada guru dan orangtua, bahwa bergerak, berolahraga
dan bermain yang menggunakan aktifitas fisik itu perlu selain gizi dan
kalsium/susu, agar tercapai kepadatan tulang maksimum sebagai 'tabungan
tulang'.
Olahraga beban seperti berjalan dan menaiki tangga akan meningkatkan
kepadatan tulang. Berenang
tidak meningkatkan kepadatan tulang. Estrogen membantu mempertahankan kepadatan
tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif
dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari
6 tahun setelah menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan
mengurangi risiko patah tulang. Raloksifen merupakan obat
menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada estrogen
dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim. Untuk
mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan
sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.
Epidemiologi
Sementara ini diperkirakan 1 dari 3 wanita dan 1 dari 12 pria di atas
usia 50 tahun di seluruh dunia mengidap osteoporosis. Ini menambah kejadian
jutaan fraktur lainnya pertahunnya yang sebagian besar melibatkan lumbar
vertebra, panggul dan pergelangan tangan (wrist). Fragility fracture
dari tulang rusuk juga umum terjadi pada pria.
Fraktur panggul
Fraktur panggul paling sering terjadi akibat osteoporosis. Di AS, lebih
dari 250.000 fraktur panggul pertahunnya merupakan akibat dari osteoporosis. [4]
Ini diperkirakan bahwa seorang wanita kulit putih usia 50 tahun mempunyai waktu
hidup 17,5% berisiko fraktur femur
proksimal. Insidensi fraktur panggul meningkat setiap dekade dari urutan ke
6 menjadi urutan ke 9 baik untuk wanita maupun pria pada semua populasi.
Insidensi tertingi ditemukan pada pria dan wanita usia 80 tahun ke atas.
Fraktur vertebral
Antara 35-50% dari seluruh wanita usia di atas 50 tahun setidaknya satu
mengidap fraktur vertebral. Di AS, 700.000 fraktur vertebra terjadi pertahun,
tapi hanya sekitar 1/3 yang diketahui. Dalam urutan kejadian 9.704 wanita usia
68,8 tahun pada studi selama 15 tahun, didapatkan 324 wanita sudah menderita
fraktur vertebral pada saat mulai dimasukkan ke dalam penelitian; 18.2%
berkembang menjadi fraktur vertebra, tapi risiko meningkat hingga 41.4% pada
wanita yang sebelumnya telah terjadi fraktur vertebra.
Fraktur pergelangan tangan
Di AS, 250.000 fraktur pergelangan tangan setiap tahunnya merupakan
akibat dari osteoporosis.[4]
Fraktur pergelangan tangan merupakan tipe fraktur ketiga paling umum dari osteoporosis.
Resiko waktu hidup yang ditopang fraktur Colles sekitar 16%
untuk wanita kulit putih. Ketika wanita mencapai usia 70 tahun, sekitar 20%-nya
setidaknya terdapat satu fraktur pergelangan tangan[5]
Fraktur tulang rusuk
Fragility fracture dari tulang iga umumnya
terjadi pada laki-laki usia muda 25 tahun ke atas. Tanda-tanda osteoporosis
pada pria ini sering diabaikan karena sering aktif secara fisik dan menderita
fraktur pada saat berlatih aktivitas fisik. Contohnya ketika jatuh saat berski
air atau jet ski. Bagaimanapun, tes cepat dari tingkat testosteron individu
berikut diagnosis fraktur akan nampak dengan mudah apakah individu kemungkinan
berisiko.
HRT disebut juga terapi sulih/mengganti hormon. Terapi ini biasanya
diberikan kepada wanita yang sudah menopause sebagai pengganti dari estrogen
yang menurun drastis akibat menopause tersebut.
Terapi sulih hormon ini penting bagi kehidupan wanita, karena
pascamenopause, sebagian besar wanita tidak merasa percaya diri lagi lantaran
tidak bisa "melayani" lagi suaminya dengan baik.
Selain itu, keluhan akibat menopause yang disebabkan drastisnya
penurunan estrogen dalam tubuh wanita amat banyak dan hal tersebut menimbulkan
ketidaknyamanan bagi wanita.
Mereka yang Bisa Melakukan Terapi Sulih
Hormon
1. Wanita
yang masih memiliki rahim, bisa diberikan sulih hormon estrogen kombinasi
progesteron.
2. Bagi
yang sudah tidak memiliki rahim cukup diberikan hormon estrogen.
3. Perempuan
yang masih mengalami haid diberi hormon gabungan estrogen dan progesteron.
Cara
Pemberian Terapi Sulih Hormon
Cara pemberian terapi sulih hormon bisa
melalui tablet oral, krim yang dioles di paha atau perut, plester/koyo di
punggung, semprotan hidung, krim yang dimasukkan ke vagina, susuk, dan
suntikan.
Efek
Samping
Terapi sulih hormon ini bukannya tanpa
risiko dan aman. Ada beberapa efek samping yang juga harus diperhatikan seperti
terjadinya bercak (spotting), penambahan berat badan, nyeri di payudara, sakit
kepala, keputihan, dan gatal-gatal. Efek samping yang lebih berat adalah terapi
ini membuat wanita yang menggunakannya berisiko tinggi mengalami stroke, kanker
payudara, dan penyumbatan pada pembuluh darah.
C.
OSTEOSARKOMA
Osteosarkoma
adalah jenis kanker tulang yang paling umum diderita orang. Jenis kanker ini
banyak menyerang remaja dan orang dewasa pada usia produktif. Terutama pada
remaja yang sering mengonsumsi obat-obatan peninggi badan.
Pada
anak-anak dan remaja osteosarkoma terjadi pada bagian tulang lutut. Pada anak
dan remaja gejala dan pemulihan osteosarkoma akan nampak sama.
Saat seseorang mengalami gejala osteosarkoma maka akan
dilakukan tes untuk mengetuhi penyebaran sel kanker ke bagian tubuh lainnya.
Proses ini disebut dengan pementasan. Pasien akan dikelompokkan menjadi 2
bagian, yakni pasien yang sel kankernya belum menyebar ke bagian tubuh lain dan
pasien yang sel kankernya sudah menyebar ke bagian tubuh lain.
Klasifikasi osteosarkoma
Penyakit osteosarkoma memiliki klasifikasi lokal
osteosarkoma, metastatik osteosarkoma, dan osteosarkoma berulang. Pada
lokal osteosarkoma, sel kanker belum menyebar ke tulang atau bagian tubuh
lainnya. Sementara pada metastik osteosarkoma sel kanker sudah menyebar ke
bagian tubuh lainnya dan seringkali sudah sampai ke paru-paru.
Pada osteosarkoma berulang, penyakit kanker yang sudah
diobati bisa kambuh lagi. Kondisi ini terjadi pada bagian tulang sama saat
osteosarkoma muncul pertama kali atau osteosarkoma juga bisa tumbuh di bagian
yang lain. Osteosarkoma jenis ini jarang terjadi.
Gejala
Seseorang yang didiagnosis menderita osteosarkoma akan
merasakan sakit dan muncul pembengkakan pada lengan dan kaki. Kondisi ini
merupakan gejala umum yang ditunjukkan penderita osteosarkoma.
Penderita biasanya juga mengalami pembengkakan atau
benjolan di lengan atas dekat bahu dan di bawah lutut. Benjolan ini dapat
menimbulkan sakit. Jika sakit makin parah maka bisa sampai membangun penderita
saat tidur di malam hari. Beberapa kasus menunjukkan bahwa osteosarkoma dapat
membuat tulang makin lemah sehingga penderita akan merasa kesakitan saat istirahan
di malam hari.
Penyebab
Belum diketahui pasti apa penyebab terjadinya
osteosarkoma. Namun, beberapa ahli menduga adanya faktor radiasi dan virus
onkogenik bisa menyebabkan osteosarkoma. Biasanya anak yang tinggi
badannya di atas rata-rata paling sering menderita kanker tulang ini. Tapi,
sebenarnya ada banyak faktor yang bisa mengakibatkan seseorang terkena
osteosarkoma. Obat-obatan untuk meninggikan badan dan faktor genetik juga bisa
menjadi pemicu munculnya osteosarkoma.
Pada anak-anak yang mederita osteosarkoma kemungkinan
dipengaruhi oleh riwayat genetik dari keluarga seperti ibu atau ayah. Meski
begitu belum ada penelitian yang bisa membuktikannya.
Pengobatan
Umumnya pengobatan dilakukan dengan proses pembedahan
untuk mengangkat tumor secara keseluruhan. Pembedahan atau operasi dibagi
menjadi dua jenis, yaitu:
1.
Limb salvage, yaitu teknik
penyambungan tulang yang terkena tumor dengan tulang yang diambil dari pasien
yang telah meninggal dunia. Teknik ini juga bisa dilakukan dengan mengangkat
seluruh tulang dan membunuh sel-sel kanker dengan radiasi, lalu tulang tersebut
dikembalikan ke tempatnya semula.
2.
Limb ablation, yaitu mengamputasi
tulang yang telah terkena tumor dan tidak bisa lagi diselamatkan.
Sebelum dilakukan pembedahan, biasanya pasien diharuskan
untuk menjalani kemoterapi yang akan membuat tumor semakin mengecil dan untuk
membunuh sel-sel yang sudah mulai menyebar.
D.
TRANSPLANTASI
Transplantasi
adalah memindahkan alat atau jaringan tubuh dari satu orang ke orang lain
(Baratawidjaja, 2006).
Transplantasi
adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat
ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan
dan kondisi tertentu. Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat
dibedakan menjadi:
1.
Autotransplantasi, yaitu pemindahan
suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri.
2.
Homotransplantasi, yaitu pemindahan
suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain.
3.
Heterotransplantasi, yaitu
pemindahan suatu jaringan atau organ dari suatu spesies ke tubuh spesies
lainnya.
Ada dua
komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu :
1.
Eksplantasi, yaitu usaha mengambil
jaringan atau organ manusia yang hidup atau yang sudah meninggal.
2.
Implantasi, yaitu usaha menempatkan
jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian tubuh sendiri atau tubuh orang
lain.
Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang
keberhasilan tindakan transplantasi, yaitu:
1.
Adaptasi donasi, yaitu usaha dan
kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang diambil jaringan atau organ
tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan kekurangan jaringan /
organ.
2.
Adaptasi resepien, yaitu usaha dan
kemampuan diri dari penerima jaringan / organ tubuh baru sehingga tubuhnya
dapat menerima atau menolak jaringan / organ tersebut, untuk berfungsi baik,
mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.
Jenis-Jenis Transplantasi
Kini telah dikenal beberapa jenis
transplantasi atau pencangkokan, baik berupa sel, jaringan maupun organ tubuh
yaitu sebagai berikut (Guyton: 2007):
1.
Transplantasi
Autologus Yaitu perpindahan dari satu tempat ketempat lain
dalam tubuh itu sendiri, yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi
2.
Transplantasi
Alogenik Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang
sama spesiesnya, baik dengan hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga
3.
Transplantasi
Singenik Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang
identik, misalnya pada gambar identik
4.
Transplantasi
Xenograft Yaitu perpindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang
tidak sama spesiesnya.
Reaksi
Penolakan
Terjadi oleh sel T helper (Saat ini
disebut CD4+) resipien yang mengenal antigen MHC allogenic. Sel T helper
merangsang sel Tc (T citotoxic atau CD8+) mengenal antigen MHC allogenic untuk
membunuh sel sasaran. Sel T helper melalui Limfokin menyebabkan Makrofag dikerahkan
akibatnya kerusakan jaringan target. Reaksi yang terjadi mirip dengan
Hipersensitivitas tipe IV (Gell dan Coombs) (Kates: 2002): Tipe Reaksi
penolakan:
1.
Tipe Reaksi
Penolakan Transplantasi Rejeksi Hiperakut : Reaksi
penolakan yang terjadi dalam 24 jam setelah transplantasi.
2.
Rejeksi Akut
: Reaksi terlihat pada resipien yang sebelumnya tidak tersensitisasi
terhadap transplan pada penolakan umum allograft dan pengobatan imunosupresif
yang kurang efektif.
3.
Rejeksi
Kronis : Hilangnya fungsi organ yang dicangkokkan secara
perlahan beberapa bulan-tahun sesudah organ berfungsi normal dan disebabkan
oleh sensitivitas yang timbul terhadap antigen transplan atau oleh sebab
intoleransi terhadap sel T.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Osteoporosis adalah penyakit
tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang
yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang
yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.
HRT disebut juga terapi sulih/mengganti hormon. Terapi ini biasanya
diberikan kepada wanita yang sudah menopause sebagai pengganti dari estrogen
yang menurun drastis akibat menopause tersebut.
Terapi sulih hormon ini penting bagi kehidupan wanita, karena
pascamenopause, sebagian besar wanita tidak merasa percaya diri lagi lantaran
tidak bisa "melayani" lagi suaminya dengan baik.
B.
SARAN
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritik
dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.belajarbagus.com/2015/02/kelainan-pada-sistem-gerak.html
Post a Comment for "Gangguan gerak pada manusia"