Gizi
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
ILMU GIZI
(NUTRITION SCIENCE)
Ilmu gizi
adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya
dengan kesehatan optimal. Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab ghizda, yang
berarti makanan. Di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan di sisi
lain dengan tubuh manusia.
Ilmu gizi
merupakan ilmu yang relatif baru. Pengakuan pertama ilmu gizi sebagai cabang
ilmu yang berdiri sendiri terjadi pada tahun 1926, ketika mary Swartz
Rose dikukuhkan sebagai profesor Ilmu Gizi pertama di Universitas Columbia, new
York, Amerika Serikat. namun, perhatian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
makanan sesungguhnya sudah terjadi sejak lama.
Ilmu gizi
merupakan ilmu terapan yang mempengaruhi berbagai disiplin ilmu dasar, seperti
Biokimia, Biologi, Ilmu Hayati (Fisiologi), Ilmu Penyakit (Pathologi) dan
beberapa lagi. Jadi untuk menguasai ilmu gizi secara ahli, harus menguasai
bagian-bagian ilmu dasar tersebut yang relevan dengan kebutuhan ilmu gizi. Pada
mulanya ilmu gizi merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat, tetapi
kemudian mengalami pengembangan yang sangat pesat, sehingga memisahkan diri dan
menjadi disiplin ilmu sendiri. Namun demikian, ilmu gizi masih dianggap tetap
sebagai bagian dari rumpunan ilmu kesehatan masyarakat.
Ilmu gizi
mula-mula hanya mencakup ruang lingkup yang sangat sempit, tetapi dalam
perkembangannya melebar meliputi suatu kawasan studi yang luas. Definisi ilmu
gizi mula-mula sebagai berikut: ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak
ditelan sampai diubah menjadi bagian tubuh dan energi atau diekskresikan
sebagai zat sisa.
Dari
definisi ini dapat diperkirakan bahwa ilmu gizi berstandar kuat sekali pada
biokimia dan ilmu hayati (fisiologi). Tujuan akhir ilmu ini ialah mencapai,
memperbaiki dan mempertahankan kesehatan tubuh melalui konsumsi makanan. Dalam
pelaksanaan untuk mencapai tujuan ini, dirasakan bahwa ruang lingkup studi
terlalu sempit, dan dengan perhatian yang sempit itu, sukar untuk mencapai tujuan
akhir tersebut.
Maka ruang
lingkup studi ilmu gizi diperlebar dan diberi definisi yang lebih luas, tetapi
definisi ini menjadi makin kabur. Definisi sekarang menjadi: ilmu yang
mempelajari hal ikhwal makanan, dikaitkan dengan kesehatan tubuh. Definisi
inilah yang sekarang dipergunakan di Indonesia. Definisi ini memungkinkan
bergerak lebih luas di dalam mencapai tujuan ilmu gizi yang tersebut diatas. Didalam
ruang lingkup studi ilmu gizi terdapat dua komponen penting yang menjadi pusat
perhatian, ialah makanan dan kesehatan tubuh. Ahli gizi harus mendalami
persoalan pangan dan soal kesehatan yang berkaitan dengan keadaan makanan
tersebut, tanpa harus menjadi ahli pertanian maupun ahli kesehatan (dokter).
Namun demikian, banyak ahli gizi yang berasal dari profesi dokter, dan sekarang
semakin bertambah jumlah ahli gizi yang berasal dari sarjana pertanian.
B.
SEJARAH
ILMU GIZI DI DUNIA DAN DI INDONESIA
1. Sejarah Perkembangan Ilmu Gizi di
Dunia
Perkembangan ilmu gizi bermula dari
masa manusia purba di abad pertengahan, yakni ilmu gizi yang dinyatakan sebagai
sebuah evolusi. Pada masa tersebut, para peneliti menggambarkan manusia sebagai
pemburu makanan yang dikenal dengan istilah “Todhunter”. Hal ini merupakan
titik tolak dari perkembangan ilmu gizi itu sendiri yang muncul pada abad ke-19
dan abad ke-20. Aktivitas utama para manusia purba adalah mencari makanan
dengan berburu karena itu merupakan fungsi utama. Dan bagi mereka,
mungkin sebagai satu-satunya fungsi dari makanan untuk mempertahankan hidup.
Hal tersebut berlaku juga bagi sebagian penduduk modern di jaman sekarang.
Salah satu karya filosof Yunani yang
bernama Hippocrates (460-377 SM) berspekulasi tentang peran makanan dalam
“pemeliharaan kesehatan dan penyembuhan penyakit” yang kemudian menjadi dasar
perkembangan ilmu dietetika baru-baru ini dikenal dengan “Terapi Diit”.
Hipocrates yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Kedokteran, juga mengemukakan bahwa
penderita rabun senja dapat diobati dengan ekstrak hati binatang buruan.
Beberapa ratus tahun kemudian ditemukan bahwa rabun senja adalah penyakit yang
disebabkan oleh KVA.
Perkembangan doktrin di abad ke-16
mengenai pemeliharaan kesehatan yakni dengan mengatur makanan. Bukan hanya itu
saja, tetapi hubungan antara makanan dan umur juga mulai berkembang. Contoh
saja Cornaro, hidupnya lebih dari 100 tahun (1366-1464) dan Francis Bacon
(1561-1626) berpendapat bahwa “mengatur pola makan dengan baik dapat
memperpanjang umur”. Selanjutnya berbagai penemuan yang tercatat yaitu mengenai
makanan yang dimakan berkaitan dengan kesehatan semakin meningkat baik dari
yang sifatnya hanya kebetulan maupun yang sengaja dirancang. Dan beberapa ahli
kesehatan terdorong untuk melakukan berbagai percobaan.
Penemuan ilmiah dan ilmu-ilmu yang
mendasari ilmu gizi mulai bermunculan pada abad ke-18. Kemudian yang
berhubungan dengan proses pernapasan adalah bagaimana O2 masuk ke dalam tubuh
dan CO2 keluar dari dalam tubuh. Penemuan proses tentang makanan yang diolah
dalam tubuh ditemukan oleh Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794).
Untuk kali pertama Lavoisier bersama
Leplace, seorang ahli fisika merintis mengenai pernafasan dengan menggunakan
binatang (kelinci) sebagai bahan percobaan. Dari peristiwa itulah kemudian
beliau dikenal sebagai Bapak Ilmu Gizi Dunia dan njuga sebagai Bapak Ilmu Kimia
di kalangan para ilmuwan gizi.
Berikut beberapa penelitian yang
menegaskan bahwa ilmu gizi sudah ada sejak dulu, antara lain:
a.
Penelitian tentang Pernafasan dan
Kalorimetri
Yang kali
pertama mempelajarai penelitian yang berkaitan dengan penggunaan energi
makanan yang meliputi proses pernafasan, oksidasi dan kalorimetri adalah
Antoine Lavoisier (1743-1794). Dengan adanya penelitian tentang
pertukaran energi dan sifat-sifat bahan makanan pokok, selanjutnya hingga awal
abad 20 mulai berkembang pesat.
b.
Penemuan Vitamin
Penemuan
Scurvy dan Rickets yang berfungsi sebagai pencegah penyakit yakni suatu zat
aktif dalam makanan dan memang bukan dari golongan zat gizi utama. Penelitian
mengenai makanan yang dimurnikan dan makanan utuh mulai bermunculan sekitar
tahun 1887-1905. Sejak itulah mulai dikenal dengan nama “vitamin”. Kemudian
atas usulan Funk sekitar tahun 1912 dan diakui sebagai zat esensial, nama
“vitamin” diubah menjadi “vitamine”.
c.
Penemuan Mineral
Adanya
kandungan mineral dalam tulang dan gigi memang sudah diketahui sejak lama.
Kemudian penemuan kalsium pada tahun 1808. Dan di tahun yang sama ditemukan
pula zat besi sebagai zat esensial oleh Boussingault. Beberapa tahun kemudian,
ditemukan cairan dalam tubuh yang memerlukan konsentrasi elektrolit tertentu
oleh Ringer (1885) dan Locke (1990). Dan selanjutnya adanya penelitian mengenai
konsentrasi garam natrium, kalium dan kalsium klorida yang mempengaruhi
jaringan hidup dilakukan oleh Loeb di awal abad 20.
2. Sejarah Perkembangan Ilmu Gizi di
Indonesia.
Kegiatan penelitian gizi di Indonesia mulai dikembangkan sejak pertengahan
abad ke-19. Tetapi baru dilembagakan pada tahun 1934 dengan nama Instituut voor
Onderzoek der Volksvoeding (IOVV) yang berlokasi di Bogor dan pada tahun 1939
berganti nama menjadi Institut voor Volksvoeding (IVV).
Selama masa penjajahan, arah penelitian gizi lebih ditujukan pada
kepentingan pemerintah Hindia Belanda. Dan penelitian gizi yang mengarah pada
kepentingan Nasional baru dikembangkan sejak tahun 1950, setelah pengelolaan
IVV diambil alih pemerintah Republik Indonesia. IVV kemudian berganti nama
menjadi Lembaga Makanan Rakyat (LMR) dan pimpinan dipercayakan kepada Prof. Dr.
Poorwo Soedarmo (Pada Kongres I Persatuan Ahli Gizi Indonesia tahun 1967,
ditetapkan sebagai Bapak Gizi Indonesia).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.114/Men.Kes.RI/75 nama
Lembaga Makanan Rakyat berubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi
(Puslitbang Gizi) Departemen Kesehatan R.I. Kemudian berubah menjadi Pusat
Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1277/ Menkes/SK/XI/2001. Selanjutnya nama Puslitbang Gizi
dan Makanan dikukuhkan kembali sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
1575/ Menkes/ PER/XI/2005.
Mulanya Belanda mendirikan “Laboratorium Kesehatan (15-1-1888) di Jakarta.
Yang tujauannya adalah untuk Menanggulangi Penyakit Beri-Beri di Indonesia dan
Asia. Tahun 1930, De Hass dan kawan-kawan menemukan defisiensi Vitamin A,
(1935) meneliti tentang KEP (Kurang Energi Protein). Selanjutnya pada tahun
1934 berdirilah Lembaga Makanan Rakyat. Tahun 1938, bermula dari tahun 1919,
Jansen dan Donath meneliti tentang penyakit Gondok di Wonosobo, kemudian
oleh pemerintah Hindia Belanda diberika fasilitas pembentukan Lembaga Eijkman.
Beberapa Kegiatannya berupa survei gizi di tahun 1927-1942, oleh Jansen dan
Kawan-kawan di 7 lokasi yang bertempat di Jawa, Seram dan Lampung yang
bertujuan Mengamati Pola Makan, Keadaan Gizi, Pertanian dan Perekonomian.
Lembaga ini juga berhasil melakukan Analisis Bahan Makanan yang sekarang
dikenal sebagai Daftar Komposisi Bahan Makanan disingkat atau dikenal
dengan DKBM.
Tahun 1950, Lembaga Makanan Rakyat berada dibawah Kementerian Kesehatan RI
( diketuai Prof. Poerwo Soedarmo Pendiri PERSAGI atau dikenal juga
sebagai Bapak Gizi Indonesia. Bapak Poerwo Soedarmo juga berhasil
memperkenalkan promosi gizi yang baik dengan istilah “Empat Sehat Lima
Sempurna” yang begitu populer pada waktu itu sampai pada pemerintahan Orde
Baru.
Penelitian-Penelitian di Indonesia ini yang kemudian menarik
perhatian WHO dan dijadikan sebagai rekomendasinya adalah:
a.
Domen (1952-1955) penelitian
tentang kwashiorkor (istilah gizi buruk karena kekurangan protein) dan
Xeropthalmia (Istilah Kebutaan Akibat kekurangan Vitamin A).
b.
Klerk (1956) penelitian
tentang Tinggi Badan (TB) dan Berat Badan (BB) anak Sekolah yang dapat
memberikan gambaran Status Gizi Anak SD pada masa balitanya.
c.
Gailey ( 1957 – 1958 ) tentang
Kelaparan di Gunung Kidul menghasilkan teori Kelaparan.
d.
Kelaparan atau Hunger menurut
E.Kennedy (2002) sebagai kutipan dari penelitian Prof. Soekirman Ph.D. Guru
Besar Ilmu Gizi IPB Bogor tentang kelaparan adalah Rasa “tidak enak” dan
sakit, akibat kurang/ tidak makan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja
diluar kehendak dan terjadi berulang-ulang, serta dalam jangka waktu tertentu
hingga menyebabkan penurunan berat badan dan gangguan kesehatan.
e.
Prof. Poerwo Soedarmao Mencetak
Tenaga Ahli Gizi ( AKZI dan FKUI). Dan pada tahun 1950-2010 perkembangan ilmu
gizi di Indonesia sangat pesat, sampai-sampai teori-teori gizi yang baru
ditemukan dan belum sampai diterapkan muncul lagi ilmu yang terbaru dari hasil
penelitian terbaru dari ilmu gizi.
Dari
Perkembangan Ilmu Gizi tersebut diatas baik di Indonesia maupun di Luar Negeri,
penjelasan mengenai makanan dan hubungannya dengan kesehatan semakin jelas
yaitu makanan atau unsur-unsur (zat-zat) gizi essensial yang tidak
dapat disintesis oleh tubuh sehingga harus dikonsumsi dari makanan
meliputi Vitamin, Mineral, Asam amino, Asam lemak Dan sejumlah
Karbohidart sebagai energy. Dan unsur-unsur (zat-zat) gizi non essensial
dapat disistesis oleh tubuh dari senyawa atau zat gizi tertentu. Unsur-unsur
gizi ini dikelompokkan atau digolongkan dalam 6 golongan besar yaitu (1) Karbohidrat,
(2) Protein, (3) Lemak, (4) Vitamin, (5) Mineral dan (6) air.
Zat gizi
dikelompokkan berdasarkan beberapa hal, yaitu berdasarkan fungsi, berdasarkan
jumlah yang dibutuhkan tubuh dan berdasarkan sumbernya.
1.
Berdasarkan Fungsi
Setiap zat gizi memiliki fungsi yang spesifik. Masing-masing zat gizi tidak
dapat berdiri sendiri dalam membangun tubuh dan menjalankan proses metabolisme.
Namun zat gizi tersebut memiliki berbagai fungsi yang berbeda.
a.
Zat gizi sebagai sumber energi
Sebagai sumber energi zat gizi bermanfaat untuk menggerakkan tubuh dan
proses metabolisme di dalam tubuh. Zat gizi yang tergolong kepada zat yang
berfungsi memberikan energi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Bahan pangan
yang berfungsi sebagai sumber energi antara lain: nasi, jagung, talas merupakan
sumber karbohidrat; margarine dan mentega merupakan sumber lemak; ikan, daging,
telur dan sebagainya merupakan sumber protein.
Ketiga zat gizi ini memberikan sumbangan energi bagi tubuh. Zat-zat gizi
tersebut merupakan penghasil energi yang dapat dimanfaatkan untuk gerak dan
aktifitas fisik serta aktifitas metabolisme di dalam tubuh. Namun penyumbang
energi terbesar dari ketiga unsur zat gizi tersebut adalah lemak
b.
Zat gizi untuk pertumbuhan dan
mempertahankan jaringan tubuh
Zat gizi ini memiliki fungsi sebgai pembentuk sel-sel pada jaringan tubuh
manusia. Jika kekurangan mengkonsumsi zat gizi ini maka pertumbuhan dan
perkembangan manusia akan terhambat. Selain itu zat gizi ini juga berfungsi
untuk menggantikan sel-sel tubuh yang rusak dan mempertahankan fungsi organ
tubuh.
Zat gizi yang termasuk dalam kelompok ini adalah protein, lemak, mineral
dan vitamin. Namun zat gizi yang memiliki sumber dominan dalam proses
pertumbuhan adalah protein.
c.
Zat gizi sebagai pengatur/ regulasi
proses di dalam tubuh
Proses metabolisme di dalam tubuh perlu pengaturan agar terjadi
keseimbangan. Untuk itu diperlukan sejumlah zat gizi untuk mengatur
berlangsungnya metabolisme di dalam tubuh.
Tubuh perlu keseimbangan, untuk itu proses metabolisme yang terjadi di
dalam tubuh perlu di atur dengan baik. Zat gizi yang berfungsi untuk mengatur
proses metabolisme di dalam tubuh adalah mineral, vitamin air dan protein.
Namun yang memiliki fungsi utama sebagai zat pengatur adalah mineral dan
vitamin.
2.
Berdasarkan Jumlah
Berdasarkan
jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh zat gizi terbagai atas dua, yaitu:
a.
Zat gizi makro
Zat gizi
Makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan gram.
Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi makro adalah karbohidrat, lemak dan
protein.
b.
Zat gizi mikro
Zat gizi
mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit
tapi ada dalam makanan. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi mikro adalah
mineral dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan mg untuk sebagian besar
mineral dan vitamin.
3.
Berdasarkan Sumber
Berdasarkan sumbernya zat gizi terbagi dua, yaitu nabati dan hewani. Bisa
disimpulkan bahwa ilmu gizi memiliki berbagai fungsi terhadap kesehatan tubuh
kita,baik sebagai energi, pembangun, dan lain sebagainya. Oleh karena itu kita
harus menjaga keseimbangan gizi tubuh agar tetap sehat. Jika gizi dalam tubuh
kita sudah tidak seimbang, baik kekurangan maupun kelebihan maka fungsi tubuh
kita akan terganggu.
Jadi, kita sebaiknya selalu memperhatikan setiap makanan yang kita makan.
Apakah sudah memiliki gizi yang seimbang atau belum. Dan masyarakat seharusnya
mengetahui dan memahami konsep dasar ilmu gizi agar dapat mempertahankan
kesehatan tubuhnya. Hal ini sangat dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan
masyarakat itu sendiri.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. SEMBOYAN GIZI DAN
FUNGSI
Siapa
sih yang tidak tahu slogan 4 sehat 5 sempurna, yup, slogan ini memang mudah
diingat dan cukup mudah diaplikasikan. Namun slogan yang mulai digunakan
ditahun 50an ini dianggap sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. Hal
ini dikarenakan banyak hal, diantaranya karena susu bukan sesuatu yang
sempurna, susu sama saja dengan sumber protein lain seperti telur dan ikan.
Selain itu, makan 4 jenis makanan saja tidak cukup jika tidak diperhatikan
kebutuhan tubuh berdasarkan usia, aktivitas fisik, maupun kondisi biologis
(misalnya kehamilan).
Saat
ini negara kita juga mengalami masalah gizi ganda, yaitu gizi kurang yang belum
sepenuhnya terselesaikan, ditambah pula dengan semakin banyaknya gizi lebih.
Masalah gizi yang semakin komplek memerlukan pedoman yang diharapkan bisa
mengatasi masalah2 tersebut. Inilah mengapa dibuat Pedoman Gizi Seimbang.
Pedoman ini memiliki visualisasi berupa Tumpeng Gizi Seimbang (TGS).
Gizi
seimbang artinya menu makanan yang kita makan setiap hari mengandung zat gizi
dengan macam dan jumlah sesuai kebutuhan , tentunya dengan memperhatikan
keanekaragaman jenis makanan, aktivitas fisik, kebersihan dan dengan
memperhatikan berat badan ideal.
Semboyan
gizi yaitu:
5) Gunakan
garam beryodium.
8) Biasakan
makan pagi.
11) Hindari
minuman yang beralkohol.
Pesan No. 1: Makanlah Aneka Ragam
Makanan
Makanlah
makanan yang mengandung nutrisi yang beragam, karena tidak ada bahan makanan
yang mengandung semua nutrisi yang diperlukan tubuh.
Pesan No. 2: Makanlah Makanan untuk
Memenuhi Kecukupan Energi
Konsumsi
makanan harus dapat memenuhi kebutuhan energi harian. Kecukupan kebutuhan
energi ditunjukkan dengan berat badan yang normal.
Pesan No. 3: Makanlah Makanan Sumber
Karbohidrat, Setengah dari Kebutuhan Energi
Makanan
pokok sebaiknya memberikan setengah kebutuhan energi, sisanya dari makanan lain
yang mengandung protein dan lemak seperti daging, telor, susu, dsb.
Pesan No. 4: Batasi Konsumsi Lemak
dan Minyak sampai Seperempat dari Kecukupan Energi
Konsumsi
lemak dan minyak sebaiknya tidak lebih dari seperempat dari kebutuhan energi.
Kelebihan lemak dan minyak cenderung disimpan sebagai lemak tubuh.
Pesan No. 5: Gunakan Garam Beryodium
Yodium
adalah nutrisi penting bagi tubuh terutama untuk proses metabolisma dan
pertumbuhan tubuh. Garam dapur dapat menjadi salah satu sumber utama mineral
yodium.
Pesan No. 6: Makanlah Makanan Sumber
Zat Besi
Zat
besi sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentukan sel-sel darah.
Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia. Zat besi banyak terdapat dalam
sayuran hijau.
Pesan No. 7: Berikan ASI Saja pada
Bayi sampai Berumur 4 Bulan
ASI
adalah makanan terbaik bagi bayi selama empat bulan pertama usia bayi. ASI juga
menyediakan imunisasi alami bagi bayi.
Pesan No. 8: Biasakan Makan Pagi
Sarapan
sangat penting bagi metabolisma tubuh karena membatasi waktu puasa saat tidur
semalaman. Sarapan dapat meningkatkan laju metabolisma sehingga tubuh lebih
efektif mengubah makanan menjadi energi dan memberi nutrisi tubuh.
Pesan No. 9: Minum Air Bersih, Aman,
dan Cukup Jumlahnya
Air
berperan penting dalam tubuh seperti menghidrasi tubuh, membantu fungsi organ,
membantu pencernaan, membuang racun, dsb. Oleh karena itu tubuh harus selalu
mendapatkan air secara memadai. Air yang diminum harus bersih dan aman dari
potensi berbahaya seperti kuman penyakit dan bahan kimia berbahaya.
Pesan No. 10: Lakukan Kegiatan Fisik
dan Olahraga Secara Teratur
Aktivitas
fisik dan olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan karena dapat melancarkan
aliran darah, mengendalikan tekanan darah, mengendalikan glukosa darah,
mengendalikan berat badan, mengurangi kolesterol, dan lain sebagainya.
Pesan No. 11: Hindari Minuman
Beralkohol
Hindari
minum minuman beralkohol. Minuman beralkohol meningkatkan resiko penyakit.
Minum alkohol juga dapat merusak mental, sehingga membuat seseorang tidak
produktif.
Pesan No 12: Makanlah Makanan yang
Aman bagi Kesehatan
Makanan
yang dikonsumsi harus cukup gizi dan aman bagi kesehatan. Makanan bisa menjadi
tidak aman dikonsumsi jika mengandung bahan berbahaya yang bisa berasal dari
bahan baku, kontaminan, pengawet, pewarna, penyedap rasa, dsb.
Pesan No. 13: Bacalah Label pada
Makanan yang Dikemas
Makanan
kemasan yang baik mencantumkan label nutrisi yang berisi bahan-bahan dan
kandungan nutrisi. Makanan kemasan yang baik juga menetapkan batas kadaluarsa
pada kemasan. Memperhatikan label nutrisi makanan kemasan membantu konsumen
secara seksama memilih makanan yang sehat dan aman.
Fungsi
gizi seimbang yaitu:
1.
Meningkatkan ketersediaan komoditas
pangan pokok dengan jumlah yang cukup, kualitas memadai dan
tersedia sepanjang waktu melalui peningkatan produksi dan penganekaragaman
serta pengembangan produksi olahan.
2. Meningkatkan
penganekaragaman konsumsi pangan untuk memantapkan ketahanan pangan tingkat
rumah tangga.
3. Meningkatkan
pelayanan gizi untuk
mencapai keadaan gizi yg baik dengan menurunkan
prevalensi gizi kurang dan gizi lebih.
B. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Status Gizi
1. Faktor External
Faktor
eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:
a. Pendapatan
Masalah gizi
karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya
dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut
b. Pendidikan
Pendidikan
gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua
atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik.
c. Pekerjaan
Pekerjaan
adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.
Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
d. Budaya
Budaya
adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan.
2. Faktor Internal
Faktor Internal
yang mempengaruhi status gizi antara lain :
a. Usia
Usia akan
mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian
nutrisi anak balita
b. Kondisi
Fisik
Mereka yang
sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan
pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak
yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini
kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat
c. Infeksi
Infeksi dan
demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan
menelan dan mencerna makanan.
BAB III
TAHAP PENILAIAN GIZI
Penilaian
status gizi secara langsung menurut Supariasa (2001) dapat
dilakukan dengan:
1.
Antropometri
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan antropometri gizi
adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dan tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum
digunakan untuk melihat keseimbangan asupan protein dan energi.
2.
Klinis
Pemeriksaan klinis adalah
metode untuk menilai status gizi berdasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi, seperti kulit, mata,
rambut, dan mukosa oral atau organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid.
3.
Biokimia
Penilaian status gizi
dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang
dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan tubuh yang digunakan antara
lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan
otot.
4.
Biofisik
Penilaian status gizi
secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melibat
kemamapuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
Penilaian status gizi secara tidak Iangsung menurut Supariasa,
IDN (2001) dapat dilakukan dengan:
1.
Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat dan gizi yang dikonsumsi. Kesalahan
dalam survey makanan bisa disebabkan oleh perkiraan yang tidak tepat
dalam menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi balita, kecenderungan untuk
mengurangi makanan yang banyak dikonsumsi dan menambah makanan yang sedikit
dikonsumsi ( The Flat Slope Syndrome ), membesar-besarkan konsumsi
makanan yang bernilai sosial tinggi, keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan
mineral tambahan kesalahan dalam mencatat (food record).
2.
Statistik Vital
Yaitu dengan menganalisis
data beberapa statistik kesebatan seperti angka kematian berdasarkan umur,
angka kesakitan dan kematian karena penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan
dengan gizi.
3.
Faktor Ekologi
Malnutrisi
merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara beberapa faktor fisik,
biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat
tergantung dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Ilmu gizi
adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya
dengan kesehatan optimal. Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab ghizda, yang
berarti makanan. Di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan di sisi
lain dengan tubuh manusia.
Ilmu gizi
merupakan ilmu yang relatif baru. Pengakuan pertama ilmu gizi sebagai cabang
ilmu yang berdiri sendiri terjadi pada tahun 1926, ketika mary Swartz
Rose dikukuhkan sebagai profesor Ilmu Gizi pertama di Universitas Columbia, new
York, Amerika Serikat. namun, perhatian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
makanan sesungguhnya sudah terjadi sejak lama.
Ilmu gizi
merupakan ilmu terapan yang mempengaruhi berbagai disiplin ilmu dasar, seperti
Biokimia, Biologi, Ilmu Hayati (Fisiologi), Ilmu Penyakit (Pathologi) dan
beberapa lagi. Jadi untuk menguasai ilmu gizi secara ahli, harus menguasai
bagian-bagian ilmu dasar tersebut yang relevan dengan kebutuhan ilmu gizi. Pada
mulanya ilmu gizi merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat, tetapi
kemudian mengalami pengembangan yang sangat pesat, sehingga memisahkan diri dan
menjadi disiplin ilmu sendiri. Namun demikian, ilmu gizi masih dianggap tetap
sebagai bagian dari rumpunan ilmu kesehatan masyarakat.
B.
SARAN
1.
Diharapkan kepada seluruh masyarakat
untuk dapat memenuhi asupan protein, agar dapat tumbuh dengn sehat.
2.
Agar seluruh ibu-ibu memperhatikan
gizi anak, terutama asupan proteinnya, agar tidak ada lagi penderita gizi
buruk.
DAFTAR
PUSTAKA
Almatsier,
Sunita (2001), Prinsip Dasar Ilmu Gizi,
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Sediaoetama,
Prof. Dr. Achmad Djaeni, M. Sc., (2010), Ilmu
gizi untuk mahasiswa dan profesi, Jilid 1, Jakarta : Dian Rakya
Moehdi,
S. (2002). ” Ilmu Gizi”. Penerbit :
Papasinar Sinanti. Jakarta
Kartasapoetra,
Drs.G. (2003). ”Ilmu Gizi”. Penerbit
: Rineka Cipta. Jakarta
Soekirman. Perlu
Paradigma Baru Untuk Menanggulangi Masalah Gizi Makro
Di Indonesia. Pusat Studi Kebijakan Pangan
dan Gizi Institut
Pertanian Bogor (IPB), 2000.
Post a Comment for "Gizi"