Kolonialisme dan imperalisme Inggris ke Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kolonialisme
dan Imperialisme terjadi di Indonesia karena ambisi bangsa – bangsa di Eropa
yang kuat untuk menjelajah dunia. Faktor pendorong bangsa Eropa untuk
menjelajah dunia itu antara lain :
1.
Semangat reconguesta, yaitu
semangat pembalasan terhadap kekuasaan Islam di mana pun yang dijumpainya
sebagai tindak lanjut dari Perang Salib.
2.
Semangat gospel, yaitu
semangat untuk menyebarkan agama Nasrani.
3.
Semangat glory, yaitu
semangat memperoleh kejayaan atau daerah jajahan.
4.
Semangat gold, yaitu
semangat untuk mencari kekayaan/emas.
5.
Perkembangan teknologi kemaritiman
yang memungkinkan pelayaran dan perdagangan yang lebih luas, termasuk
menyeberangi Samudra Atlantik.
6.
Adanya sarana pendukung seperti
kompas, teropong, mesiu, dan peta yang menggambarkan secara lengkap dan akurat
garis pantai, terusan, dan pelabuhan.
7.
Adanya buku Imago Mundi yang
menceritakan perjalanan Marco Polo (1271-1292).
8.
Penemuan Copernicus yang didukung
oleh Galileo yang menyatakan bahwa bumi itu bulat seperti bola, matahari
merupakan pusat dari seluruh benda-benda antariksa. Bumi dan benda-benda
antariksa lainnya beredar mengelilingi matahari (teori Heliosentris).
Seiring dengan berjalannya waktu dan
didorong dengan usaha, bangsa Eropa berhasil masuk ke Indonesia. Awalnya hanya
ingin melakukan beberapa tujuan, tetapi saat dilihat terbuka banyak kesempatan
di Indonesia, bangsa – bangsa Eropa mulai mempergunakan kesempatan tersebut
semaksimal mungkin, hingga terjadinya Kolonialisme dan Imperialisme.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang ada, penulis mengemukakan beberapa masalah antara lain :
1.
Bagaimana kehidupan bangsa Indonesia
selama masa Kolonialisme dan Imperialisme bangsa Inggris ?
2.
Apa saja pengaruh Kolonialisme dan
Imperialisme bangsa Inggris terhadap kehidupan bangsa Indonesia di masa kini ?
3.
Apa saja pelajaran berharga yang
didapat rakyat Indonesia dari peristiwa Kolonialisme dan Imperialisme bangsa
Inggris bagi masa depan bangsa Indonesia?
C.
Tujuan
Terdapat
beberapa tujuan yang didapatkan melalui karya tulis ini, yaitu :
1.
Mengetahui kehidupan bangsa
Indonesia selama masa Kolonialisme dan Imperialisme bangsa Inggris.
2.
Mengetahui pengaruh Kolonialisme dan
Imperialisme bangsa Inggris terhadap kehidupan bangsa Indonesia di masa kini.
3.
Mengetahui pelajaran berharga yang
didapat rakyat Indonesia dari peristiwa Kolonialisme dan Imperialisme bangsa
Inggris bagi masa depan bangsa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A.
Kolonialisme
Asal kata
Kolonialisme:
Colonia:
tanah permukiman/jajahan.
Coloni: negara
yang dikuasainya.
Pengertian : Suatu sistem di mana
suatu negara menguasai rakyat dan sumber daya negara lain. Kolinialisme berasal
dari bahasa latin (colonial) yang berarti tanah, tanah pemukiman, atau
tanah jajahan. Kolonialisme muncul pada zaman Yunani karena petani Yunani
pindah dari negaranya yang tandus ke negara yang lebih subur. Tujuan mereka
pindah untuk mengolah tanah di daerah yang baru sehingga dapat meningkatkan
kehidupan mereka.
Awalnya mereka sendiri, lalu setelah
sukses membawa keluarganya. Mereka menganggap negara tersebut menjadi bagian
Yunani sehingga penduduk Yunani yang di sana membayar upeti kepada pemerintah
Yunani. Pada perkembangannya, kolonialisme sering diartikan sebagai sistem
penjajahan yang dilakukan suatu negara terhadap negara lain.
Bentuk-bentuk
kolonialisme, antara lain:
1.
Kolonia penduduk ditandai
dengan menetapnya sejumlah penduduk negara asal di negara koloni sehingga
mendesak pribumi. Contoh suku Indian.
2.
Koloni kelebihan
penduduk dilakukan untuk mengatasi kepadatan penduduk asal. Contoh negara
Jepang pada abad ke-20.
3.
Koloni deportasi ditandai
dengan menetapnya orang buangan (narapidana) untuk bekerja di wilayah tersebut.
Contoh penjara-penjara Prancis di Kepulauan Pasifik.
4.
Koloni eksploitasi ditandai
dengan pengeksploitasian di tanah tersebut. Contohnya bangsa Indonesia dikuras
Belanda 3,5 abad.
5.
Koloni sekunder merupakan tanah
koloni yang tidak menguntungkan kolonialis, tapi tetap dipertahankan karena
memiliki kepentingan strategis.
6.
Koloni penunjang meliputi kota pelabuhan
atau pulau kecil untuk pembangunan pangkalan militer.
Kolonial modern berkembang pada abad
ke-16 ditandai dengan penemuan besar bangsa Eropa (portugis dan Spanyol). Abad
ke-17 Inggris, Prancis, Belnada menguasai Amerika Utara, hindia Barat, Hindia
Muka (Asia Selatan), dan Hindia Belanda. Abad ke-19 hampir seluruh Afrika
dikuasai Eropa dan mucul kolonialisator baru (Jerman, Italia, Belgia). Abad
ke-20 muncul Jepang. Perkembangan itu bertujuan menguras sumber kekayaan daerah
koloni demi pengolahan industri mereka.
B.
Imperialisme
Asal kata
Imperialisme:
Imperator:
memerintah.
Imperium:
sebuah kerajaan besar dengan daerah jajahan yang luas.
Pengertian: Sistem penjajahan
langsung dari suatu negara terhadap negara lainnya. Caranya dengan membentuk pemerintah
jajahan/menanamkan pengaruh pada semua bidang kehidupan.
Imperialisme
dibedakan menjadi:
1.
Imperialisme kuno: berlangsung
sebelum terjadinya Revolusi Industri. Negara pelopor adalah Portugis
dan Spanyol.
2.
Imperialisme modern: berlangsung
setelah Revolusi Industri. Negara pelopor adalah Inggris.
Revolusi Industri terjadi di Inggris
pada pertengahan abad ke-18 sampai abad ke-19 (1750-1850). Revolusi industri
adalah perubahan cara kerja manusia dari menggunakan tenaga manusia menjadi
menggunakan tenaga mesin. Imperialisme pertama kali dilakukan oleh Raja Romawi
(Julius Caesar) dengan mengadakan imperialisme di wilayah Asia Barat, Eropa
Selatan, dan Afrika Utara. Pada perkembangan selanjutnya, imperialisme sering
diartikan sebagai penjajahan oleh suatu bangsa terhadap bangsa dan daerah
lainnya.
Bentuk-bentuk
imperialisme, antara lain:
Berdasarkan
waktu munculnya:
1.
Imperialisme kuno berlangsung
sebelum revolusi indursti. Tujuannya 3G (glory, gold, gospel). Negara yang
menganut Spanyol dan Portugis.
2.
Imperialisme modern berlangsung
setelah muncul dan berkembangnya revolusi industry. Tujuannya ingin
mengembangkan perekonomian (butuh bahan baku mentah yang dimiliki di Negara
atau wilayah lain).
Berdasarkan
tujuan penguasaan:
1.
Imperialisme politik betujuan
menguasai kehidupan polotik suatu negara yang tersembunyi memalui bentuk
protektorat dan mandotorium.
2.
Imperialisme ekonomi bertujuan
menguasai perekonomian suatu negara terhadap negara lain.
3.
Imperialisme
kebudayaan bertujuan menguasai mentalitas dan jiwa dari suatu bangsa.
Imperialisme ini sulit diketahui dan dirasakan.
4.
Imperialisme militer bertujuan
menguasai daerah negara lain yang dianggap strategis dengan menggunakan
kekuatan angkatan bersenjata.
C.
Kolonialisme dan Imperialisme Bangsa
Inggris di Indonesia
Pada
pertengahan tahun 1811 armada Inggris dibawah Jendral Auchmuty mendarat dengan
kekuatan 100 kapal dan 12.000 tentara di Pulau Jawa yaitu di Pantai Cilincing,
Batavia. Tentara Belanda tidak mampu menghadapi tentara Inggris sehingga mereka
mundur ke Semarang. Tetapi akhirnya Belanda menyerah di sebuah Desa di wilayah
Semarang yaitu di Desa Tuntang. Setelah Belanda menyerah kepada Inggris maka
Belanda harus menandatangani Kapitulasi Tuntang artinya penyerahan Tuntang pada
tahun 1811.
Namun sebelum perjanjian Tuntang
ini, sebenarnya Inggris telah datang ke Indonesia jauh sebelumnya. Perhatian
terhadap Indonesia dimulai sewaktu penjelajah F. Drake singgah di Ternate pada
tahun 1579. Selanjutnya ekspedisi lainnya dikirim pada akhir abad ke-16 melalui
kongsi dagang yang diberi nama East Indies Company (EIC). EIC mengemban misi
untuk hubungan dagang dengan Indonesia. Pada tahun 1602, armada Inggris sampai
di Banten dan berhasil mendirikan Loji disana. Pada tahun 1604, Inggris
mengadakan perdagangan dengan Ambon dan Banda, tahun 1609 mendirikan pos di
Sukadana Kalimantan, tahun 1613 berdagang dengan Makassar (kerajaan Gowa), dan
pada tahun 1614 mendirikan loji di Batavia (Jakarta). Dalam usaha perdagangan
itu, Inggris mendapat perlawanan kuat dari Belanda. Belanda tidak segan-segan
menggunakan kekerasan untuk mengusir orang Inggris dari Indonesia. Setelah
terjadi tragedi Ambon Massacre, EIC mengundurkan diri dari Indonesia dan
mengarahkan perhatiannya ke daerah lainnya di Asia tenggara, seperti
Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam sampai memperoleh kesuksesan.
Inggris kembali memperoleh kekuasaan di Indonesia melalui keberhasilannya
memenangkan perjanjian Tuntang pada tahun 1811. Selama lima tahun (1811 –
1816), Inggris memegang kendali pemerintahan dan kekuasaanya di Indonesia.
Isi dari
Kapitulasi Tuntang, antara lain:
1.
Pulau Jawa dan daerah sekitarnya
yang dikuasai Belanda diserahkan kepada Inggris
2.
semua Tentara Belanda menjadi
tawanan Inggris
3.
orang-orang Belanda dapat
dipekerjakan dalam pemerintahan Inggris.
Sejak itu Indonesia dikuasai oleh
Inggris. Berdasarkan kapitulasi Tuntang ini, Indonesia diperintah oleh Inggris.
Gubernur Jenderal EIC (East Indian Company) Lord Minto yang berkedudukan di
Calcuta, India, mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai Letnan Gubernur
untuk Jawa dan sekitarnya. Tugas yang dibebankan kepadanya adalah mengatur
pemerintahan dan meningkatkan perdagangan dan keuangan.
Pemerintahan Raffles didasarkan atas
prinsip-prinsip liberal, jadi politik kolonial yang ingin diwujudkannya adalah
kebebasan dan kepastian hukum. Prinsip kebebasan menanam dan perdagangan yang
menjamin produksi dan ekspor. Raffles bermaksud menerapkan politik kolonial
seperti yang dijalankan Inggris di India yaitu sistem pajak tanah.
Pada tahun 1813, terjadi perang
Lipzig antar Inggris melawan Prancis. Perang itu dimenangkan oleh Inggris dan
kekaisaran Napoleon di Prancis jatuh pada tahun 1814. Kekalahan Prancis itu
membawa dampak pada pemerintahan di negeri Belanda yaitu dengan berakhirnya
pemerintahan Louis Napoleon di negeri Belanda. Pada tahun itu juga terjadi
perundingan perdamaian antara Inggris dan Belanda. Perundingan itu
menghasilkan Konvensi London atau Perjanjian London (1814), yang isinya antara
lain menyepakati bahwa semua daerah di Indonesia yang pernah dikuasai Belanda
harus dikembalikan lagi oleh Inggris kepada Belanda, kecuali daerah Bangka,
Belitung dan Bengkulu yang diterima Inggris dari Sultan Najamuddin. Penyerahan
daerah kekuasaan di antara kedua negeri itu dilaksanakan pada tahun 1816.
Dengan demikian mulai tahun 1816, Pemerintah Hindia-Belanda dapat kembali
berkuasa di Indonesia.
Langkah-langkah
yang diambil oleh Raffles antara lain :
a. Bidang
pemerintahan
1)
Membagi Pulau Jawa menjadi 16
karesidenan. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mempermudah pemerintah
melakukan pengawasan terhadap daerah-daerah yang dikuasai. Setiap
karesidenan dikepalai oleh seorang residen dan dibantu oleh asisten residen.
2)
Bupati dijadikan sebagai pegawai
negeri sehingga mereka mendapat gaji bukan memiliki tanah dan hasilnya
3)
Melarang adanya perbudakan
b. Dalam bidang ekonomi
1)
Dilakukan perdagangan bebas
2)
Melakukan monopoli garam
3)
Melakukan penjualan tanah kepada
swasta dan melanjutkan penanaman kopi yang sudah dilakukan oleh Belanda
c. Dalam bidang pengadilan
Melaksanakan
Landrente atau sistem sewa tanah Politik kolonial Raffles bertolak dari
ideologi liberal dan bertujuan meningkatkan kesejahteraan dengan memberikan
kebebasan kepada rakyat. Untuk melaksanakan gagasannya itu maka penguasa tradisinal
akan dikurangi hak-haknya. Usaha mengesampingkan bupati dan kepala desa tidak
berhasil. Akibatnya gagasan Raffles terutama tentang sistem sewa tanah dan
pajak tanah tidak berhasil. Hal lain yang mengakibatkan gagalnya gagasan
Raffles adalah perbedaan antara India dengan Jawa, dimana tingkat perkembangan
ekonomi India lebih tinggi dari Jawa. Ekonomi uang sudah dikenal di India sejak
abad ke-16 sedangkan di Indonesia sejak abad ke-19. Hal inilah nantinya yang
mengakibatkan kegagalan penjajahan Inggris di Indonesia.Kegiatan Raffles lebih
menonjol dalam bidang ilmu pengetahuan.Jasa Raffles dalam pengembangan ilmu
pengetahuan : Kegiatan Raffles di bidang lmu pengetahuan diantaranya sebagai
berikut.
1)
Pada tahun 1778 mendirikan Lembaga
Ilmu Pengetahuan yang bernama Bataviasch Genootschap.
2)
Menulis kitab sejarah berjudul
"History of Java" yang terdiri dari dua jilid pada tahun 1817.
3)
Dalam bidang Botani, Raffles bersama
istrinya merintis berdirinya Kebun Raya Bogor dan namanya diabadikan untuk nama
bunga bangkai yang ada di Kebun Raya Bogor yaitu Rafflesia Arnoldi, karena
bunga itu ditemukan oleh seorang ahli botani yang bernama Arnoldi.
Raffles memang orang yang
berpandangan maju. Ia ingin memperbaiki tanah jajahan, termasuk ingin
meningkatkan kemakmuran rakyat. Tetapi dalam pelaksanaan di lapangan menghadapi
berbagai kendala. Budaya dan kebiasaan petani sulit diubah, pengawasan
pemerintah kurang, dalam mengatur rakyat peran kepala desa dan bupati lebih
kuat dari pada asisten residen yang berasal dari orang-orang Eropa. Raffles
juga sulit melepaskan kultur sebagai penjajah. Kerja rodi, perbudakan dan juga
monopoli masih juga dilaksanakan. Misalnya kerja rodi untuk pembuatan dan
perbaikan jalan ataupun jembatan, dan melakukan monopoli garam.
Perubahan politik yang terjadi di
Eropa mengakhiri pemerintahan Raffles di Indonesia. Pada tahun 1814, Napoleon
Bonaparte akhirnya menyerah kepada Inggris. Belanda lepas dari kendali Prancis.
Hubungan antara Belanda dan Inggris sebenarnya akur, dan mereka mengadakan
pertemuan di London, Inggris. Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan yang
tertuang dalam Convention of London 1814. Isinya Belanda memperoleh kembali
daerah jajahannya yang dulu direbut Inggris. Status Indonesia
dikembalikan sebagaimana dulu sebelum perang, yaitu di bawah
kekuasaan Belanda. Penyerahan wilayah Hindia Belanda dari
Inggris kepada Belanda berlangsung di Batavia pada tanggal 19 Agustus 1816.
Inggris diwakili oleh John Fendall dan Belanda diwakili oleh Mr. Ellout, van
der Capellen, dan Buyskes.
D.
Dampak Kolonialisme dan Imperialisme
bangsa Inggris di Indonesia
Dalam
pelaksanaannya, sistem Landrent di Indonesia mengalami kegagalan, karena:
1.
Sulit menentukan besar kecilnya
pajak untuk pemilik tanah yang luasnya berbeda
2.
Sulit menentukan luas sempit dan
tingkat kesuburan tanah
3.
Terbatasnya jumlah pegawai
4.
Masyarakat pedesaan belum terbiasa
dengan sistem uang
Dampak
Positif Kolonialisme dan Imperialisme, adalah sebagai berikut.
1.
Indonesia terbantu dengan
dirintisnya Kebun Raya Bogor oleh Raffles dan Istrinya
2.
Indonesia tidak terlalu tertekan
bila dibandingkan dengan Kolonialisme Belanda yang lebih kejam
3.
Rakyat diberi kebebasan dalam hal
memilih tanaman yang ingin ditanam, tetapi tentunya yang harus laku di pasar
dunia, misalnya tebu, kopi, dan nila
4.
Indonesia terbantu dengan dibantunya
penemuan bunga bangkai Rafflessia Arnoldi yang masih diakui sampai sekarang
Dampak
negatif Kolonialisme dan Imperialisme adalah sebagai berikut.
1.
Meskipun Raffless tidak terlalu
menekan rakyat Indonesia, tetapi tetap saja rakyat menderita di bawah kekuasaan
Raffles
2.
Secara umum Raffles boleh dikatakan
kurang berhasil untuk mengendalikan tanah jajahan sesuai dengan idenya.
Pemerintah Inggris tidak memperoleh keuntungan yang berarti. Sementara rakyat
juga tetap menderita
3.
Penjajahan yang sambung menyambung
terjadi membuat rakyat Indonesia menderita
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Melalui
karya tulis yang telah disusun, kita dapat mengetahui bagaimana kehidupan
bangsa Indonesia selama masa Kolonialisme dan Imperialisme bangsa Inggris
selama lima tahun (1811-1816). Rakyat Indonesia mengalami penderitaan tetapi
tidak separah saat masa Belanda berkuasa, karena rakyat masih diperkenankan
bebas memilih tanaman yang ingin ditanam, tetapi yang laku di pasar
internasional.
Meskipun Indonesia dijajah dalam
waktu yang cukup singkat bila dibandingkan dengan bangsa Eropa yang lain,
tetapi Indonesia terbantu dalam beberapa hal, antara lain di bidang
pengetahuan, yaitu penemuan bunga bangkai Rafflesia Arnoldii dan dirintisnya
Kebun Raya Bogor.
Kolonialisme dan Imperialisme bangsa
Inggris di Indonesia tidak hanya berdampak negatif, yaitu sengsara yang
diderita rakyatnya, tetapi juga memberi dampak positif yaitu dalam bidang
pengetahuan.
B.
Saran
Kolonialisme
dan Imperialisme bangsa Inggris memang sudah lama berlalu, namun melalui karya
tulis ini kita harus banyak belajar dari pengalaman bangsa Indonesia pada masa
lalu, antara lain:
1.
Saat menjalin hubungan dengan negara
lain, haruslah diperhatikan agar setiap kesepakatan yang diambil tidak
merugikan kedua belah pihak.
2.
Pemerintah diharapkan jangan cepat
tergiur dengan tawaran bangsa lain dalam hubungan bilateral atau multilateral,
tetapi harus ada negosiasi.
3.
Hubungan yang terjalin dengan bangsa
lain haruslah memberi manfaat bagi semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah untuk SMA/MA
Jilid 2 Kelas XI Program Bahasa.Jakarta: Penerbit Erlangga.
Fauziah, Wiwik. 2010. ATLAS SEJARAH INDONESIA
& DUNIA. Sidoharjo: CV. Orion.
Referensi dari Internet:
Post a Comment for "Kolonialisme dan imperalisme Inggris ke Indonesia"