Komponen BBL
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bayi Baru Lahir memerlukan asuhan yang segera yang cepat, tepat, aman
dan bersih. Hal tersebut merupakan bagian esensial bayi baru lahir. Sebagian
besar proses persalinan terfokus pada ibu, tetapi sehubungan dengan proses
pengeluaran hasil kehamilan (bayi) maka penatalaksanaan persalinan baru
dikatakan berhasil jikalau ibu dan bayinya dalam kondisi yang optimal, sehingga
selain ibunya bayi yang dilahirkanjuga harus dalam keadaan sehat.
Bayi Baru Lahir kecil atau yang mempunyai masalah berat yang mengancam kehidupannya
(dalam keadaan emergency) memerlukan diagnosa dan pengelolaan segera. Terlambat
dalam pengenalan masalah atau managemen yang tidak tepat akan mengakibatkan
kematian.
Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada bulan pertama
kehidupannya, 2/3nya meninggal pada minggu pertama. Penyebab utama kematian
pada minggu pertama adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti :
asfiksia, sepsis neonatorum, dan komplikasi BBLR.
Kurang lebih 98% kematian ini terjadi di negara berkembang dan sebagian
besar kematian dapat dicegah dengan pengenalan dini dan pengobatan yang tepat.
Sebenarnya penggunaan peralatan canggih tidak diperlukan untuk menolong
sebagian besar bayi ini, melainkan pelayanan dan penanganan yang cepat, tepat,
dan aman.
B.
Rumusan Masalah
Dalam
makalah ini penulis akan membahas mengenai :
1.
Menjelaskan komponen asuhan bayi
bayi lahir?
2.
Menjelaskan tindakan pencegahan
infeksi yang berkaitan dengan asuhan bayi baru lahir?
3.
Menjelaskan penilaian bayi baru
lahir?
4.
Menjelaskan mekanisme dan cara
pencegahan menghilangkan panas?
5.
Menjelaskan perawatan tali pusat?
6.
Menjelaskan inisiasi menyusui dini?
7.
Menjelaskan manajemen laktasi?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Komponen Asuhan Bayi Baru Lahir
Komponen
asuhan BBL meliputi :
§ Pencegahan
Infeksi
§ Penilaian
segera setelah lahir
§ Pencegahan
Kehilangan Panas Tubuh Bayi
§ Perawatan
Tali Pusat
§ Inisiasi
Menyusui Dini
§ Manajemen
Laktasi
§ Pencegahan
Infeksi Mata
§ Pemberian
Vitamin K
§ Pemberian
Imunisasi BBL
§ Pemeriksaan
BBL
B.
Tindakan pencegahan
infeksi
Tindakan
pencegahan pada bayi baru lahir, adalah sebagai berikut :
1.
Mencuci tangan secara seksama
sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.
2.
Memakai sarung tangan bersih pada
saat menangani bayi yang belum dimandikan.
3.
Memastikan semua peralatan,
termasuk klem gunting dan benang talipusat telah didisinfksi tingkat tinggi
atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.
Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.
4.
Memastikan bahwa semua pakaian,
handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan
bersih.
5.
Memastikan bahwa timbangan, pita
pengukur, termometer, stetoskop, danbenda-bendalainnya yang akan bersentuhan
dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali setelah
digunakan).
6.
Menganjurkan ibu menjaga
kebersihan diri, terutama payudaranya dengan mandi setiap hari (putting susu
tidak boleh disabun).
7.
Membersihkan muka, pantat dan tali
pusat bayi baru lahir dengan air bersih, hangat dan sabun setiap hari.
8.
Menjaga bayi dari orang-orang yang
menderita infeksi dan memastikan orang yang memegang bayi sudah cuci tangan
sebelumnya.
Pencegahan infeksi adalah bagian penting setiap komponen perawatan pada
bayi baru lahir. Bayi baru lahir lebih rentan terhadap infeksi karena sistem
imun mereka imatur, oleh karena itu, akibat kegagalan mengikuti prinsip
pencegahan infeksi terutama sangat membahayakan.
C.
Penilaian
Bayi Baru Lahir
Segera
setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan pada
perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan
berikut:
§ Apakah
bayi cukup bulan?
§ Apakah
air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
§ Apakah
bayi menangis atau bernafas?
§ Apakah
tonus otot bayi baik?
Jika bayi tidak cukup
bulan dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau tidan menangis atau
tidak bernafas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan langkah
resusitasi. Untuk BBL yang langsung menangis atau bernafas spontan dan teratur
dilakukan asuhan BBL normal.
D.
Pencegahan Kehilangan Panas
Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum berfungsi
sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan
hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang
tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti
walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi
prematur atau berat lahir rendah juga sangat rentan untuk mengalami hipotermia.
Walaupun demikian, bayi tidak boleh menjadi hipertermia (temperatur tubuh lebih
dari 37,5°C)
1.
Mekanisme
Kehilangan Panas
BBL dapat kehilangan panas tubuhnya melalui
cara-cara berikut:
·
Evaporasi adalah
kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh
panas tubuh bayi sendiri. Hal ini merupakan jalan utama bayi kehilangan panas.
Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak segera
dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan
dan diselimuti.
·
Konduksi adalah
kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya
lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme
konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
·
Konveksi adalah
kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih
dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan
cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran
udara dingin dari kipas angin, hembusan udara dingin melalui
ventilasi/pendingin ruangan.
·
Radiasi adalah
kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang
mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas
dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
2.
Mencegah
Kehilangan Panas
Cegah
terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut:
·
Ruang
bersalin yang hangat
Suhu ruangan
minimal 25°C. Tutup semua pintu dan jendela.
·
Keringkan
tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan
bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi.
Segera ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering.
·
Letakkan
bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu.
Letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu.
·
Inisiasi
Menyusui Dini
Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas. Selimuti
tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasang topi di
kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
·
Jangan
segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan
penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi selesai
menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika
tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih
dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau selimut.
dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau selimut.
Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari
enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan
bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang
sangat membahayakan kesehatan BBL.
·
Rawat
Gabung
Ibu dan bayi
harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam. Idealnya BBL ditempatkan di
tempat tidur yang sama dengan ibunya. Ini adalah cara yang paling mudah untuk
menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera menyusui bayinya dan
mencegah paparan infeksi pada bayi.
·
Resusitasi
dalam lingkungan yang hangat
Apabila bayi
baru lahir memerlukan resusitasi harus dilakukan dalam lingkungan yang hangat.
·
Transportasi
hangat
Bayi yang
perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap hangat selama dalam perjalanan.
·
Pelatihan
untuk petugas kesehatan dan Konseling untuk keluarga
Meningkatkan
pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga tentang hipotermia meliputi
tanda-tanda dan bahayanya.
E.
PERAWATAN TALI PUSAT
1. Memotong dan
Mengikat Tali Pusat
·
Klem, potong
dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Penyuntikan
oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat dipotong.
·
Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat
dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik
jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke
arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali
pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke
arah ibu.
·
Pegang tali pusat di antara kedua klem
tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi,
tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting DTT atau steril.
·
Ikat tali pusat dengan benang DTT
atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
·
Lepaskan klem logam penjepit tali
pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin 0,5%.
·
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu
untuk upaya Inisiasi Menyusu Dini.
2. Nasihat Untuk
Merawat Tali Pusat
·
Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan perawatan tali pusat.
·
Jangan membungkus
puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau bahan apapun ke puntung tali
pusat. Nasihatkan hal ini juga kepada ibu dan keluarganya.
·
Mengoleskan
alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan apabila terdapat tanda infeksi, tetapi
tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
·
Berikan nasihat pada ibu dan
keluarga sebelum meninggalkan bayi:
o
Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
o
Luka tali pusat harus dijaga tetap
kering dan bersih, sampai sisa tali pusat mengering dan terlepas sendiri.
o
Jika puntung tali pusat kotor,
bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan secara
seksama dengan menggunakan kain bersih.
o
Perhatikan tanda-tanda infeksi tali
pusat: kemerahan pada kulit sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika
terdapat tanda infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas
kesehatan.
F.
Inisiasi
Menyusui Dini dan Pemberian ASI
Langkah
IMD
§ Bayi
harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama
paling sedikit 1 jam.
§ Bayi
harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan IMD.
§ Menunda
semua prosedur lainnya (seperti: menimbang,pemberian salep mata dan vitamin K) yang
harus dilakukan pada BBL hingga IMD selesai dilakukan.
§ Prinsip
pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif
G.
Manajemen
Laktasi
Menurut
Sarwono Prawirohardjo (2007: 265) mengemukakan bahwa manajemen laktasi adalah
suatu tata laksana menyeluruh yang menyangkut laktasi dan penggunaan ASI, yang
menuju suatu keberhasilan menyusui untuk pemeliharaan kesehatan ibu dan
bayinya. Manajemen laktasi ini harus dipahami oleh tenaga kesehatan agar dapat
melaksanakan tugas sebagai promotor penggunaan ASI.
Menurut
JNPK-KR/POGI (2007: 104) juga mengemukakan setiap fasilitas kesehatan yang
bersentuhan dengan kesehatan ibu dan anak harus melakukan Sepuluh Langkah
Menuju Keberhasilan Menyusui (LKKM) yang terdiri dari :
1.
Adanya kebijakan tertulis tentang
menyusui.
2.
Setiap petugas memiliki keterampilan
yang terkait dengan manajemen laktasi.
3.
Menjelaskan manfaat menyusui kepada
ibu hamil.
4.
Membantu ibu untuk mulai menyusukan
bayinya dalam waktu 30 menit setelah melahirkan.
5.
Memperagakan cara menyusui serta
menerapkan ASI dini dan ekslusif.
6.
Tidak memberi makanan atau asupan
apapun selain ASI pada bayi baru lahir.
7.
Melakukan rawat gabung
8.
Memberikan ASI sesuai kebutuhan bayi (on demand).
9.
Tidak memberikan dot atau kempeng
pada bayi.
10. Membentuk
dan membentu pengembangan kelompok pendukung ASI.
Menurut
JNPK-KR/POGI (2007: 105) manajemen laktasi dijabarkan sebagai berikut:
1.
Periode antenatal
a.
KIE manfaat dan keunggulan ASI
b.
Meyakinkan ibu untuk menyusukan
anaknya.
c.
Melakukan pemeriksaan kesehatan,
kehamilan, dan payudara.
d.
Memantau kecukupan gizi ibu hamil.
e.
Menciptakan suasana bahagia bagi
keluarga terkait dengankehamilan ibu.
2.
Segera setelah lahir
a.
Memberikan ASI dini (dalam 1 jam
pertama setelah bayi lahir) dan persentuhan ibu dan bayi.
b.
Membina ikatan emosional dan
kehangatan ibu dan bayi.
3.
Periode neonatal
a.
Menjamin pelaksanaan ASI eksklusif.
b.
Rawat gabung ibu dan bayi.
c.
Jaminan asupan ASI setiap bayi
membutuhkan (on demand).
d.
Melaksanakan cara menyusui yang
benar.
e.
Upaya tetap mendapat ASI jika ibu
dan bayi tidak selalu bersama.
f.
Vitamin A dosis tinggi (20.000 SI)
bagi ibu nifas.
4.
Masa menyusui selanjutnya
a.
Pemenuhan ASI eksklusif dalam 6
bulan pertama dan MP-ASI (makanan pendamping ASI) untuk 6 bulan kedua.
b.
Memantau kecukupan gizi dan memberi
cukup waktu istirahat bagi ibu menyusui.
c.
Memperoleh dukungan suami untuk
menunjang keberhasilan ASI eksklusif.
d.
Mengatasi masalah menyusui.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bayi Baru Lahir memerlukan asuhan yang segera yang cepat, tepat, aman
dan bersih. Hal tersebut merupakan bagian esensial bayi baru lahir. Sebagian
besar proses persalinan terfokus pada ibu, tetapi sehubungan dengan proses
pengeluaran hasil kehamilan (bayi) maka penatalaksanaan persalinan baru
dikatakan berhasil jikalau ibu dan bayinya dalam kondisi yang optimal, sehingga
selain ibunya bayi yang dilahirkanjuga harus dalam keadaan sehat.
Bayi Baru Lahir kecil atau yang mempunyai masalah berat yang mengancam kehidupannya
(dalam keadaan emergency) memerlukan diagnosa dan pengelolaan segera. Terlambat
dalam pengenalan masalah atau managemen yang tidak tepat akan mengakibatkan
kematian.
Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada bulan pertama
kehidupannya, 2/3nya meninggal pada minggu pertama. Penyebab utama kematian
pada minggu pertama adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti :
asfiksia, sepsis neonatorum, dan komplikasi BBLR.
B.
Saran
Jika dalam
penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, kami mohon
maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Nugraheny,
Ari Sulistyawati. 2010. Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Bersalin. Salemba Medika: Jakarta.
JNPK-KR. 2007. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi
Menyusui Dini. Jakarta.
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan KB
untuk pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Kristiyansari, Weni.2009.ASI,
Menyusui & Sadari.Yogyakarta: Nuha Medika.
Maryuani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan
Anak dalam Kebidanan. Jakarta: TIM.
Prawirohardjo, Sarwono.2002.Ilmu
Kebidanan.Jakarta: YBP-SP.
Saleha, Sitti.2009.Asuhan Kebidanan
Pada Masa Nifas.Jakarta: Salemba Medika.
Post a Comment for "Komponen BBL"