Komplikasi pada masa nifas
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Masa nifas adalah masa setelah ibu
melahirkan. Dalam kalangan medis, masa nifas dimulai setelah plasenta (bahasa
jawa : ari-ari) lahir, sampai 6 minggu (42 hari) pasca kelahiran. Pada masa
ini, seorang wanita yang telah melahirkan merasakan kelegaan karena
keberhasilannya dalam bersalin, sekaligus perasaan was-was akan perubahan pada
tubuh atau bayinya. Namun demikian, secara umum masyarakat tidak terlalu
memerhatikan keadaan ibu.Karena perhatian penuh biasanya di curahkan kepada
bayi yang baru lahir.Sebagai anggota keluarga terbaru yang membutuhkan banyak
penyesuaian dan perhatian. Padahal baik ibu atau bayi memerlukan perhatian yang
sama dalam perawatan pasca kelahiran (masa nifas) agar tidak terjadi infeksi
(sepsis puerperalis)
Pada masa nifas dapat terjadi rasa
sakit yang disebut after pain, (meriang atau mules-mules) disebabkan kontraksi
rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.Perlu diberikan
pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat
diberikan obat-obat anti sakit.Kaki bengkak (ankle edema) adalah pembengkakan
pada tungkai bawah yang disebabkan oleh penumpukan cairan pada kaki tersebut.
B. TUJUAN
1. Untuk
mengetahui pengertian mastitis
2. Untuk
mengetahui patofisiologis
3. Untuk
mengetahui penanganan
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
DEFINISI
Infeksi nifas mencakup
semua peradangan yg disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-genital
genital pd wktu persalinan dan nifas. Demam dalam
nifas sering disebabkan infeksi nifas, ditandai dengan suhu 38 ºC yg terjadi
selama 2 hari berturut-turut. Kuman-kuman penyebab infeksi dapat berasal
dari eksogen atau endogen, kuman-kumannyanya seperti streptococcus, bacil coli,
staphylococcus.
B. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Perdarahan
2. Trauma persalinan
3. Partus lama
4. Retensio
plasenta
5. KU ibu
(anemia dan malnutrition)
C. PATOLOGI
Patologi
infeksi nifas sama dgn infeksi luka. Infeksi itu dapat:
1. Terbatas
pada lukanya (infeksi luka perineum, vagina, serviks atau endometrium)
2. Infeksi itu
menjalar dari luka ke jaringan sekitarnya (thrombophlebitis, parametritis,
salpingitis, peritonitis)
D. MACAM-MACAM
INFEKSI NIFAS :
1)
Mastitis
1.
Definisi
Dalam masa nifas dapat terjadi
infeksi dan peradangan pada mammae terutama pada primipara. Tanda-tanda adanya
infeksi adalah rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu, penderita
merasa lesu dan tidak ada nafsu makan. Penyebab infeksi adalah staphilococcus
aureus. Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah, membengkak
sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan bisa terjadi abses.
2.
Penyebab
Infeksi
payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit yang
normal (Staphylococcus aureus).Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan
masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya
pada puting susu).Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan
paling sering terjadidalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.Sekitar 1-3%
wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah
melahirkan. Pada wanita pasca menopause, infeksi payudaraberhubungan
dengan peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting
susu.Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatansaluran
air susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat inimenyebabkan
payudara lebih mudah mengalami infeksi.
a.
Payudara bengkak yang tidak
disusukan secara adekuat.
b.
Bra yang terlalu ketat.
c.
Puting susu lecet yang menyebabkan
infeksi.
d.
Asupan gizi kurang, istirahat tidak cukup
dan terjadi anemia.
3.
Gejala
a.
Bengkak dan nyeri.
b.
Payudara tampak merah pada
keseluruhan atau di tempat tertentu.
c.
Payudara terasa keras dan
berbenjol-benjol.
d.
Ada demam dan rasa sakit umum.
4.
Berdasarkan tempatnya infeksi
dibedakan menjadi :
a.
Mastitis yang menyebabkan abses
dibawah areola mamae.
b.
Mastitis ditengah-tengah mammae yang
menyebabkan abses ditempat itu.
c.
Mastitis pada jaringan dibawah
dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses antara mammae dan
otot-otot dibawahnya.
5.
Pencegahan
Perawatan
putting susu pada laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis.
Perawatan terdiri atas membersihkan putting susu dengan minyak baby oil sebelum
dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering.
Selain itu juga memberi pertolongan kepada ibu menyusui bayinya harus bebas
infeksi dengan stafilococus. Bila ada luka atau retak pada putting sebaiknya
bayi jangan menyusu pada mammae yang bersangkutan, dan air susu dapat
dikeluarkan dengan pijitan.
6.
Pengobatan
Segera setelah mastitis ditemukan
pemberian susu pada bayi dihentikan dan diberikan pengobatan sebagai berikut :
§
Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6
jam selama 10 hari.
§
Sangga payudara
§
Kompres dingin
§
Bila diperlukan berikan parasetamol
500 mg per oral setiap 4 jam.
§
Ikuti perkembangan 3 hari setelah
pemberian pengobatan
Bila ada abses, nanah perlu dikeluarkan dengan sayatan
sedikit mungkin pada abses, dan nanah dikeluarkan sesudah itu dipasang pipa
ketengah abses, agar nanah bisa keluar. Untuk mencegah kerusakan pada duktus
laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-duktus. Atau jika
terdapat masa padat, mengeras dibawah kulit yang kemerahan :
§
Berikan antibiotik kloksasilin 500
mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3
kali sehari selama 10 hari
§
Drain abses :
a)
Anestesi umum dianjurkan
b)
Lakukan insisi radial dari batas
puting ke lateral untuk menghindari cidera atau duktus
c)
Gunakan sarung tangan steril
d)
Tampon longgar dengan kasa
e)
Lepaskan tampon 24 jam ganti dengan
tampon kecil
§
Jika masih banyak pus tetap berikan
tampon dalam lubang dan buka tepinya
§
Yakinkan ibu tetap menggunakan
kutang
§
Berikan paracetamol 500 mg bila
perlu
§
Evaluasi 3 hari
7.
Penangan Dan Peran Bidan
§
Payudara dikompres dengan air
hangat.
§
Untuk mengurangi rasa sakit dapat
diberikan pengobatan analgetika.
§
Untuk mengatasi infeksi diberikan
antibiotika.
§
Bayi mulai menyusu dari payudara
yang mengalami peradangan.
§
Anjurkan ibu selalu menyusui
bayinya. fadlie.web.id
§
Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi
makanan yang bergizi dan istirahat cukup.
8.
Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang
sangat nyeri dan membuat frustrasi, dan membuat banyak wanita merasa sangat
sakit. Selain dengan penanganan yang efektif dan pengendalian nyeri, wanita
membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus diyakinkan kembali tentang nilai
menyusui; yang aman untuk diteruskan; bahwa ASI dari payudara yang terkena
tidak akan membahayakan bayinya; dan bahwa payudaranya akan pulih baik bentuk
maupun fungsinya.
9.
Pengeluaran Asi Dengan Efektif
Dengan membantu ibu memperbaiki
kenyutan bayi pada payudara, mendorong untuk sering menyusui, sesering dan
selama bayi menghendaki, tanpa pembatasan, bila perlu peras ASI dengan tangan
atau dengan pompa atau botol panas, sampai menyusui dapat dimulai lagi.
2) Bendungan
ASI
a.
Definisi
Bendungan
ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh
kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada
putting susu (Mochtar, 1996).
Menurut
Huliana (2003) payudara bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau
saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini
timbul karena produksi yang berlebihan, sementara kebutuhan bayi pada hari
pertama lahir masih sedikit.
b.
Patologi
Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara
lain :
§
Faktor hormon
§
Hisapan bayi
§
Pengosongan payudara
§
Cara menyusui
§
Faktor gizi
§
Kelainan pada puting susu
c.
Patofisiologi
§
Gejala yang biasa terjadi pada
bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan keras,
terlihat mengkilat meski tidak kemerahan.
§
ASI biasanya mengalir tidak lancar,
namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri,
puting susu teregang menjadi rata.
§
ASI tidak mengalir dengan mudah dan
bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi
biasanya akan hilang dalam 24 jam (Mochtar, 1998).
d.
Penatalaksanaan dan Peran Bidan
Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :
§
Menyusui dini, susui bayi sesegera
mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan
§
Susui bayi tanpa jadwal atau
ondemand
§
Keluarkan ASI dengan tangan atau
pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi
§
Perawatan payudara pasca persalinan
Upaya
pengobatan untuk bendungan ASI adalah :
§
Kompres hangat payudara
agar menjadi lebih lembek
§
Keluarkan sedikit ASI
sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi.
§
Sesudah bayi kenyang
keluarkan sisa ASI
§
Untuk mengurangi rasa
sakit pada payudara, berikan kompres dingin
§
Untuk mengurangi statis
di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase) payudara yang
dimulai dari putin kearah korpus.
3) Abses
Payudara
a.
Definisi
Abses payudara berbeda
dengan mastitis. Abses payudara terjadi
apabila mastitis tidak
tertangani dengan baik, sehingga memperberatinfeksi.
4.
Payudara yang tegang dan padat
kemerahan.
5.
Pembengkakan dengan adanya
fluktuasi.
6.
Adanya pus/nanah.
7.
Rujuk apabila keadaan tidak membaik.
4) Saluran tersumbat
Saluran
tersumbat hampir selalu dapat terselesaikan tanpa pengobatan khusus antara 24
hingga 48 jam setelah terjadi. Selama sumbatan itu masih ada, bayi mungkin saja
rewel ketika menyusu di payudara tersebut karena aliran ASI akan lebih lambat
dari biasanya. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya tekanan dari benjolan
yang menekan saluran lain. Saluran tersumbat dapat diatasi lebih cepat jika :
a.
Teruskan menyusui pada payudara yang
sakit, dan kosongkan payudara dengan lebih baik. Hal
ini dapat dilakukan dengan :
b.
Sedapat mungkin melakukan pelekatan
yang baik (lihat lembar informasi “Ketika Melekat/When
Lacthing” juga video klip bagaimana melekatkan bayi pada situs nbci.ca)
c.
Menggunakan tekanan pada payudara
untuk menjaga ASI tetap mengalir (lihat lampiran informasi
“Penekanan Payudara/Breast Compression” dan video klip bagaimana
melekatkan bayi pada situs nbci.ca). Letakkan tangan di sekitar saluran yang
tersumbat dan jika tidak terlalu sakit, tekan saat bayi sedang menyusui.
d.
Susui bayi dengan posisi sedemikian
rupa sehingga dagu bayi ”mengarah” pada saluran yang tersumbat. Jadi,
bila saluran tersumbat ada pada bagian luar bawah payudara (arah jam 7), maka
menyusui bayi dengan posisi football dapat sangat membantu.
e.
Hangatkan area yang terinfeksi. Anda
bisa melakukan ini dengan bantalan penghangat atau botol berisi air panas,
tetapi hati-hati untuk tidak membakar kulit dengan menempelkan yang terlalu
panas untuk waktu yang terlalu lama.
f.
Coba untuk beristrirahat. Tentu saja,
dengan kehadiran seorang bayi baru tidaklah mudah untuk beristirahat. Cobalah
untuk tidur. Bawa bayi bersama Anda ke tempat tidur dan susui dia di sana.
5) Putting Susu
Lecet
Sebanyak 57% ibu menyusui dilaporkan
pernah menderita kelecetan pada putting.
a.
Penyebab
§
Kesalahan dalam teknik menyusui,
bayi tidak menyusui sampai areola tertutup oleh mulut bayi. Bila bayi hanya
menyusui pada putting susu, maka bayi akan mendapatkan ASI sedikit, karena gusi
bayi tidak menekan pada sinus latiferus, sedangkan pada ibunya akan menjadi
nyeri/kelecetan pada putting susu.
§
Monoliasis pada mulut bayi yang
menular pada putting susu ibu.
§
Akibat dari pemakaian sabun,
alcohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci putting susu.
§
Bayi dengan tali lidah yang pendek
(frenulum lingual), sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sampai ke kalang
payudara dan isapan hanya pada putting susu saja.
§
Rasa nyeri juga dapat timbul apabila
ibu menghentikan menyusui dengan kurang berhati – hati.
b.
Penatalaksanaan
§
Bayi harus disusuikan terlebih
dahulu pada puting yang normal yang lecetnya lebih sedikit. Untuk menmghindari
tekanan local pad puting maka posisi menyusu harus sering diubah, untuk puting
yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui. Di samping
itu, kita harus yakin bahwa teknik menyusui yang diguanakan bayi benar, yaitu
harus menyusu sampai ke kalang payudara. Untuk menghindari payudara yang
bengkak, ASI dikeluarkan dengan tangan pompa, kemudian diberikan dengan sendok,
gelas, dan pipet.
§
Setiap kali selesai menyusui bekas
ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi diangin-anginkan sebentar agar melembutkan
puting sekaligus sebagai anti-infeksi.
§
Jangan menggunakan sabun, alkohol,
atau zat iritan lainnya untuk membersihkan payudara.
§
Pada puting suus bisa dibubuhkan
minyak lanolin atau minyak kelapa yang telah dimasak terlebih dahulu.
§
Menyusui lebih sering (8-12 kali
dalam 24 jam), sehingga payudara tidak sampai terlalu penuh dan bayi tidak
begitu lapar juga tidak menyusu terlalu rakus.
§
Periksakanlah apakah bayi tidak
menderita moniliasis yang dapat menyebabkan lecet pada puting susu ibu. Jika
ditemukan gejala moniliasis dapat diberikan nistatin.
c.
Pencegahan
§
Tidak membersihkan puting susu
dengan sabun, alcohol, krim, atau zat-zat iritan lainnya.
§
Sebainya untuk melepaskan puting
dari isapan bayi pada saat bayi selesai menyusu, tidak dengan memaksa menarik
puting tetapi dengan menekan dagu atau dengan memasukkan jari kelingking yang
bersih ke mulut bayi
§
Posisi menyusu harus benar, yaitu
bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara dan menggunakan kedua payudara.
6) Payudara
bengkak
a.
Penyebab
Pembengkakan
payudara adalah karena ASI tidak disusui dengan adekuat, sehingga sisa ASI
terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.
Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah
melahirkan. Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan
meningkatnya tekanan intrakaudal, yang akan memengaruhi segmen pada payudara,
sehingga tekanan seluruh payudara meningkat. Akibatnya, payudara serign terasa
penuh, tegang, serta nyeri. Kemudian diikuti oleh penurunan produksi ASI dan
penuruna let down. Penggunaan bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental
engorgement, demikian pula puting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan
pada duktus.
b.
Gejala
Payudara
yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit disusui oleh bayi, karena
kalang payudara lebih menonjol, putting lebih datar dan sulit diisap oleh bayi,
kulit pada payudara nampak lebih mengkilap, ibu merasa demam, dan payudara
terasa nyeri. Oleh karena itu, sebelum disusukan pada bayi, ASI harus diperas
dengan tangan atau pompa terlebih dahulu agar payudara lebih lunak, sehingga
bayi lebih mudah menyusui.
c.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada
ibu yang payudaranya bengkak adalah sebagai berikut:
§
Masase payudara dan ASI diperas
dengan tangan sebelum menyusui.
§
Kompres dingin untuk mengurangi
statis pembuluh darah vena dan mengurangi rasa nyeri. Bila dilakukan
selang-seling dengan kompres panas untuk melancarkan pembuluh darah.
§
Menyusui lebih sering dan lebih lama
pada payudara yang terkena untuk melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan
payudara.
d.
Pencegahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya pembengkakan pada payudara adalah sebagai berikut:
§
Apabila memungkinkan, susukan bayi
segera setelah lahir.
§
Susukan bayi tanpa jadwal.
§
Keluarkan ASI dengan tangan atau
pompa, bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi.
§
Melakukan perawatan pascapersalinan
secara teratur.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Periode
pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya
secara fisiologis, emosional, dan sosial. Macam-macam komplikasi pada masa
nifas antara lain Perdarahan pervagina; Infeksi pada masa nifas; Sakit kepala,
nyeriepigastrik, penglihatan kabur; Pembengkakan di wajah dan ekstremitas;
Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih; Payudara yang berubah menjadi merah,
panas, dan terasa sakit; Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama; Rasa
sakit, merah, lunak dan/atau pembengkakan di kaki; Merasa sedih atau tidak
mampu mengasuh sendiri bayinya dan diri sendiri.
Cara
penanganan untuk masing-masing komplikasi disesuaikan dengan kondisi ibu dan
tingkat kegawatan dari maisng-masing komplikasi yang terjadi. Petugas kesehatan
wajib berperan dalam upaya pencegahan komplikasi yang terjadi pada masa nifas,
karena masa nifas merupakan fase yang sangat rawan terjadi komplikasi yang
berakibat pada kematian.
Dalam
penatalaksanaan dari terjadinya komplikasi pun petugas kesehatan harus
melakukannya dengan cepat dan akurat, karena ini menyangkut dengan
kesejahteraan maternal dan neonatal yang menjadi kewajiban bidan untuk
mewujudkan program MDGs dalam bidang yang sesuai dengan profesinya sebagai
tenaga kesehatan.
B.
SARAN
Mahasiswa kebidanan diharapkan mengetahui dan memahami masalah
komplikasi-komplikasi yang terjadi pada masa nifas karena merupakan salah satu
masalah yang harus dikuasai karena berkaitan dengan profesinya nanti. Dengan
memahaminya tentu akan lebih mudah dalam menerapkannya dalam kehidupan secara
nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta:
PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas.
Jakarta : Salemba Medika.
Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati. 2008. Perawatan Masa
Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.
Post a Comment for "Komplikasi pada masa nifas"