Mengenal tarekat dan tokoh serta ajarannya
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akhlak
adalah sesuatu hal yang menentukan bagaimana seseorang bias disegani dan
dijauhi itu semua tergantung kepada akhlaknya. Akhlak yang baik ataupun yang
buruk tentunya semua itu ada hal yang menyebabkan itu semua,seseorang yang
berakhlak baik tentunya mempunyai factor yang membuat ia mempunyai akhlak yang
baik baik itu karena factor internal ataupun eksternal,maka dari itu semua kita
harus mengetahui agar pada saatnya kita bias membedakan factor yang akan membawa
kebaikan dan keburukan dan tentunya kita akan berusaha untuk mempunyai akhlak
yang baik yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Akhlak
yang buruk yang terdapat pada diri seseorang yang tentunya semua itu juga
memiliki faktor yang menyebabkan itu semua terjadi pada diri orang itu,maka
dengan setelah kita mengetahui tentang akhlak buruk ataupun factor-faktor
penyebabnya kita akan berusaha untuk berusaha menjauhi factor-faktor tersebut
ataupun mencari bagaimana pencegahannya ataupun yang menjadi sosialisasinya. Rasulullah
memiliki akhlak yang begitu mulyanya yang tentunya harus kita ikuti dan
amalakan dalam kehidupan sehari-hari kita begitupun akhlak kita yang menawan
akan kelihatan sungguh indah apabila dibandingkan dengan akhlak yang buruk yang
tentunya kita harus menjauhinya.
Allah
mencintai bahkan memuliakan orang-orang yang memiliki akhlak yang baik yang
sesuai dengan yang diperintahkan-Nya,maka diutuslah Rasullah untuk
menyempurnakan akhlak kita agar akhlak kita baik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
TAREKAT
Pengertian
secara Bahasa
Tarekat (bahasa Arab : Ṭarīqah طريقة; jamak طرق; ṭuruq) berarti
“jalan” atau “metode”, dan mengacu pada aliran kegamaan tasawuf atau
sufisme dalam Islam. Ia secara konseptual terkait dengan ḥaqīqah atau
“kebenaran sejati”, yaitu cita-cita ideal yang ingin dicapai oleh para pelaku
aliran tersebut. Seorang penuntut ilmu agama akan memulai pendekatannya dengan
mempelajari hukum
Islam , yaitu praktek eksoteris atau duniawi
Islam, dan kemudian berlanjut pada jalan pendekatan mistis keagamaan yang
berbentuk ṭarīqah. Melalui
praktek spiritual dan bimbingan seorang pemimpin tarekat, calon penghayat
tarekat akan berupaya untuk mencapai ḥaqīqah (hakikat,
atau kebenaran hakiki).
Kata tarekat
berasal dari bahasa
Arab thariqah, jamaknya tharaiq,
yang berarti: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) Metode, system
(al-uslub), (3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab), (4) keadaan (al-halah), (5)
tiang tempat berteduh, tongkat, payung (‘amud al-mizalah).
Menurut
Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M), tarekat ialahmetode
khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala
melalui tahapan-tahapan/maqamat.
Dengan demikian
tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian bimbingan
spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri
dengan Tuhan . Kedua,
tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi
brotherhood) yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah,
ribath, atau khanaqah.
Pengertian secara istilah
Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga
sistem, yaitu: sistem kerahasiaan, sistem kekerabatan (persaudaraan) dan sistem
hirarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali
atau qutub.
Istilah Tarekat berasal dari kata Ath-Thariq (jalan)
menuju kepada Hakikat atau dengan kata lain pengalaman Syari’at, yang disebut
“Al-Jaraa” atau “Al-Amal”, sehingga Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy
mengemukakan tiga macam definisi, yang berturut-turut disebutkan:
1. Tarekat adalah
pengamalan syari’at, melaksanakan beban ibadah (dengan tekun) dan menjauhkan
(diri) dari (sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya memang tidak boleh
dipermudah.
2. Tarekat adalah
menjauhi larangan dan melakukan perintah Tuhan sesuai dengan kesanggupannya;
baik larangan dan perintah yang nyata, maupun yang tidak (batin).
3. Tarekat adalah
meninggalkan yang haram dan makruh, memperhatikan hal-hal mubah (yang sifatnya
mengandung) fadhilat, menunaikan hal-hal yang diwajibkan dan yang disunatkan,
sesuai dengan kesanggupan (pelaksanaan) di bawah bimbingan seorang Arif (Syekh)
dari (Shufi) yang mencita-citakan suatu tujuan.
B.
TUJUAN DAN DASAR UTAMA TAREKAT
Tujuan
utama pendirian berbagai tarekat oleh para sufi, termasuk Tarekat
Qadiriyah-Naqsyabandiyah adalah untuk membina dan mengarahkan seseorang agar
bias merasakan hakikat Tuhannya dalam kehidupan sehari-hari melalui perjalanan
ibadah yang terarah dan sempurna.
Ada tiga tujuan bagi seseorang yang
memasuki dunia tarekat untuk menyempurnakan ibadah. Pertama, supaya ”terbuka” terhadap sesuatu yang
diimaninya, yakni Zat Allah AWT, baik mengenai sifat-sifat, keagungan maupun
kesempurnaan-Nya, sehingga ia dapat mendekatkan diri kepada-Nya secara dekat
lagi, serta untuk mencapai hakikat dan kesempurnaan kenabian dan para
sahabatnya. Kedua,
untuk membersihkan jiwa dari sifat-sifat dan akhlak yang keji, kemudian
menghiasinya dengan akhlak yang terpuji dan sifat-sifat yang diridhai (Allah)
dengan berpegangan pada para pendahulu (shalihin) yang telah memiliki
sifat-sifat itu. Ketiga,
untuk menyempurnakan amal-amal syariat, yakni memudahkan beramal salih dan
berbuat kebajikan tanpa menemukan kesulitan dan kesusahan dalam
melaksanakannya.
C.
MACAM-MACAM TAREKAT, TOKOH DAN AJARANNYA
1.
Thoriqoh
Naqsabandiyah
Pendiri Thoriqoh Naqsabandiyah ialah Muhammad bin
Baha’uddin Al-Huwaisi Al Bukhari (717-791 H). Ulama sufi yang lahir di desa
Hinduwan – kemudian terkenal dengan Arifan. Pendiri Thorikoh Naqsabandiyah ini
juga dikenal dengan nama Naksyabandi yang berarti lukisan, karena ia ahli dalam
memberikan gambaran kehidupan yang ghaib-ghaib. Kata ‘Uwais’ ada pada namanya,
karena ia ada hubungan nenek dengan Uwais Al-Qarni, lalu mendapat pendidikan
kerohanian dari wali besar Abdul Khalik Al-Khujdawani yang juga murid Uwais dan
menimba ilmu Tasawuf kepada ulama yang ternama kala itu, Muhammad Baba
Al-Sammasi.
Thoriqoh Naqsabandiyah mengajarkan zikir-zikir yang sangat
sederhana, namun lebih mengutamakan zikir dalam hati daripada zikir dengan
lisan.
Pokok-pokok ajaran Thoriqoh Naqsabandiyah:
§ Berpegang teguh dengan akidah ahli Sunnah
§ Meninggalkan Rukhshah
§ Memilih hukum yang azimah
§ Senantiasa dalam muraqabah
§ Tetap berhadapan dengan Tuhan
§ Senantiasa berpaling dari kemegahan dunia.
§ Menghasilkan makalah hudur (kemampuan menghadirkan Tuhan
dalam hati)
§ Menyendiri di tengah-tengah ramai serta menghiasi diri
dengan hal-hal yang memberi faedah
§ Berpakaian dengan pakaian orang mukmin biasa.
§ Zikir tanpa suara
§ Mengatur nafas tanpa lali dari Allah
§ Berakhlak dengan akhlak Nabi Muhammad SAW
Ada
enam dasar yang dipakai sebagai pegangan untuk mencapai tujuan dalam Thorikoh
ini, yaitu:
1)
Tobat
2)
Uzla (Mengasingkan
diri dari masyarakat ramai yang dianggapnya telah mengingkari ajaran-ajaran
Allah dan beragam kemaksiatan, sebab ia tidak mampu memperbaikinya)
3)
Zuhud (Memanfaatkan
dunia untuk keperluan hidup seperlunya saja)
4)
Taqwa
5)
Qanaah (Menerima
dengan senang hati segala sesuatu yang dianugerahkan oleh Allah SWT)
6)
Taslim (Kepatuhan
batiniah akan keyakinan qalbu hanya pada Allah)
Hukum
yang dijadikan pegangan dalam Thoriqoh Naqsabandiyah ini juga ada enam, yaitu:
1)
Zikir
2)
Meninggalkan hawa
nafsu
3)
Meninggalkan
kesenangan duniawi
4)
Melaksanakan segenap
ajaran agama dengan sungguh-sungguh
5)
Senantiasa berbuat
baik (ihsan) kepada makhluk Allah SWT
6)
Mengerjakan amal
kebaikan
Syarat-syarat
untuk menjadi pengikutnya :
1)
I’tiqad yang benar
2)
Menjalankan sunnah
Rasulullah
3)
Menjauhkan diri dari
nafsu dan sifat-sifat yang tercela
4)
Taubat yang benar
5)
Menolak kezaliman
6)
Menunaikan segala hak
orang
7)
Mengerjakan amal
dengan syariat yang benar
2.
Thoriqoh Qadariyah
Pendiri Tarekat Qadiriyah adalah Syeikh Abduk Qadir
Jailani, seorang ulama yang zahid, pengikut mazhab Hambali. Ia mempunyai sebuah
sekolah untuk melakukan suluk dan latihan-latihan kesufian di Baghdad.
Pengembangan dan penyebaran Tarekat ini didukung oleh anak-anaknya antara lain
Ibrahim dan Abdul Salam. Thoriqoh Qodariyah berpengaruh luas di dunia timur.
Pengaruh pendirinya ini sangat banyak meresap di hati masyarakat yang
dituturkan lewat bacaan manaqib. Tujuan dari bacaan manaqib adalah untuk
mendapatkan barkah, karena abdul Qadir jailani terkwenal dengan keramatnya. Dasar pokok ajaran Thariqoh Qadariyah
yaitu:
§ Tinggi cita-cita
§ Menjaga kehormatan
§ Baik pelayanan
§ Kuat pendirian
§ Membesarkan nikmat Tuhan
3.
Thoriqoh Sadziliyah
Pendiri Tarekat Sadziliyah adalah Abdul Hasan Ali
Asy-Syazili, seorang ulama dan sufi besar. Menurut silsilahnya, ia masih
keturunan Hasan, putra Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti Rasulullah SAW. Ia
dilahirkan pada 573 H di suatu desa kecil di kawasan Maghribi. Ali Syazili
terkenal sangat saleh dan alim, tutur katanya enak didengar dan mengandung
kedalaman makna. Bahkan bentuk tubuh dan wajahnya, menurut orang-orang yang
mengenalnya, konon mencerminkan keimanan dan keikhlasan. Sifat-sifat salehnya
telah tampak sejak ia masih kecil.
Pokok ajaran Thoriqoh Sadziliyah yaitu:
§ Bertaqwa kepada Allah ditempat sunyi dan ramai
§ Mengikutu sunnah dalam segala perbuatan dan perkataan
§ Berpaling hati dari makhluk waktu berhadapan dan
membelakang
§ Ridho dengan pemberian Allah sedikit atau banyak
§ Kembali kepada Allah baik senang maupun sedih.
Tarekat
Syaziliyah merupakan Tarekat yang paling mudah pengamalannya. Dengan kata lain
tidak membebani syarat-syarat yang berat kepada Syeikh Tarekat. Kepada mereka
diharuskan:
1)
Meninggalkan segala
perbuatan maksiat.
2)
Memelihara segala
ibadah wajib, seperti shalat lima waktu, puasa Ramadhan dan lain-lain.
3)
Menunaikan
ibadah-ibadah sunnah semampunya.
4)
Zikir kepada Allah
SWT sebanyak mungkin atau minimal seribu kali dalam sehari semalam dan
beristighfar sebanyak seratus kali sehari-semalam dan zikir-zikir yang lain.
5)
Membaca shalawat
minimal seratus kali sehari-semalam dan zikir-zikir yang lain.
4.
Tarikat Rifaiyah
Pendirinya Tarikat Rifaiyah adalah Abul Abbas Ahmad bin Ali
Ar-Rifai. Ia lahir di Qaryah Hasan, dekat Basrah pada tahun 500 H (1106 M),
sedangkan sumber lain mengatakan ia lahir pada tahun 512 H (1118 M). Sewaktu
Ahmad berusia tujuh tahun, ayahnya meninggal dunia. Ia lalu diasuh pamannya,
Mansur Al-Batha’ihi, seorang syeikh Trarekat. Selain menuntut ilmu pada
pamannya tersebut ia juga berguru pada pamannya yang lain, Abu Al-Fadl Ali Al
Wasiti, terutama tentang Mazhab Fiqh Imam Syafi’i. Dalam usia 21 tahun, ia
telah berhasil memperoleh ijazah dari pamannya dan khirqah 9 sebagai pertanda
sudah mendapat wewenang untuk mengajar.
Ciri khas Tarekat Rifaiyah ini adalah pelaksanaan zikirnya
yang dilakukan bersama-sama diiringi oleh suara gendang yang bertalu-talu.
Zikir tersebut dilakukannya sampai mencapai suatu keadaan dimana mereka dapat
melakukan perbuatan-perbuatan yang menakjubkan, antara lain berguling-guling
dalam bara api, namun tidak terbakar sedikit pun dan tidak mempan oleh senjata
tajam.
5.
Tarikat Khalawatiyah
Tarikat Khalawatiyah ialah suatu cabang dari tarikat
Suhrawadiyah yang didirikan di Bagdad oleh Abdul Qadir Suhrawardi dan Umar
Suhrawardi, yang tiap kali menamakan dirinya golongan Siddiqiyah, karena mereka
menganggap dirinya berasal dari keturunan Khalifah Abu Bakar. Bidang usahanya
yang terbesar terdapat di Afghanistan dan India. Memang keluarga Suhrawardi ini
termasuk keluarga Sufi yang ternama. Abdul Futuh Suhrawardi terkenal dengan
nama Syeikh Maqtul atau seorang tokoh sufi yang oelh kawan-kawannya diberi
gelar ulama, dilahirkan di Zinjan, dekat Irak pada tahun 549 H.
Suhrawardi yang lain bernama Abu Hafas Umar Suhrawardi,
juga seorang tokoh sufi terbesar di Bagdad, pengarang kitab “Awariful Ma’arif”,
sebuah karangan yang sangat mengagumkan dan sangat menarik perhatian Imam
Ghazali, sehingga seluruh kitab itu di muat pada akhir karya “Ihya Ulumuddin”
yang oleh tarikat Suhrawardiyah serta cabang-cabangnya dijadikan pokok pegangan
dalam suluknya, dan Suhrawardani ini meninggal pada tahun 638 H .
6.
Tarikat Khalidiyah
Cabang Naqsabandiyah di Turkestan mengaku berasal dari
tarekat Thaifuriyah dan cabang-cabang yang lain terdapat di Cina, Kazan, Turki,
India, dan Jawa. Disebutkan dalam sejarah, bahwa tarekat itu didirikan oleh
Bahauddin 1334 M. Dalam pada itu ada suatu cabang Naqsabandiyah di Turki, yang
berdiri dalam abad ke XIX, bernama Khalidiyah.
Menurut sebuah kitab dari Baharmawi Umar, dikatakan, bahwa
pokok-pokok tarekat Khalidiyah Dhiya’iyah Majjiyah, diletakkan oleh Syeikh
Sulaiman Zuhdi Al-Khalidi, yang lama bertempat tinggal di Mekkah. Kitab ini
berisi silsilah dan beberapa pengertian yang digunakan dalam tarekat ini,
setengahnya tertulis dalam bentuk sajak dan setengahnya tertulis dalam bentuk
biasa. Dalam silsilah dapat dibaca, bahwa tawassul tarekat inidimulai dengan
Dhiyauddin Khalid.
7.
Tarikat Sammaniyah
Nama tarikat ini diambil daripada nama seorang guru
tasawwuf yang masyhur, disebut Muhammad Samman, seorang guru terikat yang
ternama di Madinah, pengajarannya banyak dikunjungi orang-orang Indonesia di
antaranya berasal dari Aceh, dan oleh karena itu terikatnya itu banyak tersiar
di Aceh, bisa disebut terekat sammaniyah. Ia meninggal di Madinah pada tahun
1720 M. Sejarah hidupnya dibukukan orang dengan nama Manaqib Tuan Syeikh Muhammad
Samman, ditulis bersama kisah Mi’raj Nabi Muhammad, dalam huruf arab, disiarkan
dan dibaca dalam kalangan yang sangat luas di Indonesia sebagai bacaan amalan
dalam kalangan rakyat.
8.
Tarikat Rifa’iyah
Tidak banyak kita mengetahui tentang tarekat ini, meskipun
namanya terkenal di Indonesia karena tabuhan rebana, yang namanya di Aceh
rapa’i, perkataan yang terambil dari Rifa’i, pendiri dan penyiar terekat ini,
begitu juga dikenal orang Sumatera permainan debus, menikam diri dengan
sepotong senjata tajam, yang diiringi zikir-zikir tertentu.
Akhmad ibn Ali Abul Abbas, yang dianggap pencipta daripada
terekat Rifa’iyah itu. Ia meninggal di Umm Abidah pada 22 Jumadil Awal 578 H,
sedang tanggal lahirnya diperselisihkan orang. Dalam kitab-kitab tua tulisan
tangan, yang masih terdapat di sana sini di seluruh Indonesia, kita masih
mendapati ajaran-ajaran Ahmad Rifa’i ini, meskipun gerakan ini tidak begitu
kelihatan lagi hidup dalam masyarakat. Tarekat Rifa’iyah ini, yang mula-mula
berdiri di Irak kemudian tersiar luas ke Basrah, sampai ke Damaskus dan
Istanbul di Turki. Cabang-cabangnya yang terdapat di Syiria ialah Hariyah,
Sa’diyah dan Sayyadiyah, dll. Terutama dalam abad yangke XIX Masehi. Cabang
Sa’diyah di syiria didirikan oleh Sa’duddin Jibawi, yang bercabang pula,
masing-masing didirikan oleh dan bernama Abdus Salamiyah dan Abdul wafaiyah.
9.
Tarikat ‘Aidrusiyah
Salah satu daripada tarekat yang masyhur dalam kalangan
Ba’alawi ialah Al’aidurusiyah, terutama dalam tasawuf aqidah. Hampir tiap-tiap
buku tasawuf menyebut nama Al- aidrus sebagai salah seorang sufi yang ternama.
Keluarga Al’Ahidus banyak sekali melahirkan tokoh-tokoh Sufi yang terkemuka,
diantaranya, di antaranya S. Abdur Rahman Bin Mustafa Al’Aidus, yang pernah
menjadi pembicaraan Al-Jabarti dalam sejarahnya. Al-Jabarti menerangkan, bahwa
S.Abdur Rahman berlimpah-limpah ilmunya, ahli yang mempertemukan hakekat dan
syariat sejak kecil ia telah menghafal Al’Quran 30 jus.
10.
Tarikat Al-Haddad
Sayyid Abdullah bin Alwi Muhammad Al-Haddad dianggap salah
seorang qutub dan arifin dalam ilmu Tasawuf. Banyak ia mengarang kitab-kitab
mengenai ilmu tasawuf dalam segala bidang, dalam aqidah, tarekat, dsb. Bukan
saja dalam ilmu tasawuf, tetapi juga dalam ilmu-ilmu yang lain banyak ia
mengarang kitab. Kitabnya yang bernama : “Nasa’ihud Diniyah”, sampai sekarang
merupakan kitab-kitab yang dianggap penting. Muraqabah termasuk wasiat
Al-Haddad yang penting. Muraqabah artinya selalu diawasi Tuhan, dan orang yang
sedang melakukan suluk hendaknya selalu Muraqabah dalam gerak dan diamnya,
dalam segala masa dan zaman, dalam segala perbuatan dan kehendak, dalam keadaan
aman dan bahaya, di kala lahir dan di kala tersembunyi, selalu menganggap
dirinya berdampingan dengan Tuhan dan diawasi oleh Tuhan. Jika beribadah itu
seakan-akan dilihat Tuhan, jika ia tidak melihat Tuhan pun, niscaya Tuhan dapat
melihat dia dan memperhatikan segala amal ibadahnya. Ak-Hadad mengatakan bahwa
Muraqabah itu termasuk maqam dan manzal, ia termasuk maqam ihsan yang selalu
dipuji-puji oleh nabi Muhammad.
11.
Tarikat Tijaniyah
Salah satu terekat yang terdapat di Indonesia di samping
tarekat-tarekat yang lain ialah tarekat Tijaniyah. Dalam tahun beberapa rekat
ini masuk ke Indonesia tidak diketahui orang-orang secara pasti, tetapi sejak
tahun 1928 mulai terdengar adanya gerakan ini di Cirebon. Seorang Arab yang
tinggal di Tasikmalaya, bernama Ali bin Abdullah At-Tayib Al-Azhari, berasal
dari Madinah, menulis sebuah kitab yang berjudul “Kitab Munayatul Murid”
(Tasikmalaya, 1928 M), berisi beberapa petunujk mengenai hakikat ini, dan kitab itu terdapat tersebar luas di Cirebon khususnya, dan di Jawa barat umumnya.
Pendirinya seorang ulama dari Algeria, bernama Abdul Abbas bin Muhammad bin Mukhtar At-Tijani, lahir di ‘Ain Mahdi pada tahun 1150 H, (1737-1738 M).
(Tasikmalaya, 1928 M), berisi beberapa petunujk mengenai hakikat ini, dan kitab itu terdapat tersebar luas di Cirebon khususnya, dan di Jawa barat umumnya.
Pendirinya seorang ulama dari Algeria, bernama Abdul Abbas bin Muhammad bin Mukhtar At-Tijani, lahir di ‘Ain Mahdi pada tahun 1150 H, (1737-1738 M).
Diceritakan bahwa dari bapaknya ia keturunan Hasan bin Ali
bin Abi Thalib, sedang nama Tijani adalah dari Tijanah dari keluarga ibunya.
Terekat ini mempunyai wirid yang sangat sederhana, dan wazifah yang sangat
mudah. Wiridnya terdiri dari istighfar seratus kali, shalawat seratus kali, dan
tahlil seratus kali. Boleh dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Di
Cirebon tarekat Tijani ini pernah tersiar dengan suburnya di bawah pimpinan
Kiyai Buntet dan saudaranya Kiyai Anas di desa Martapada, dekat kota Cirebon.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kata tarekat
berasal dari bahasa
Arab thariqah, jamaknya tharaiq,
yang berarti: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) Metode, system
(al-uslub), (3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab), (4) keadaan (al-halah), (5)
tiang tempat berteduh, tongkat, payung (‘amud al-mizalah).
Tujuan
utama pendirian berbagai tarekat oleh para sufi, termasuk Tarekat
Qadiriyah-Naqsyabandiyah adalah untuk membina dan mengarahkan seseorang agar
bias merasakan hakikat Tuhannya dalam kehidupan sehari-hari melalui perjalanan
ibadah yang terarah dan sempurna.
Ada tiga tujuan bagi seseorang yang
memasuki dunia tarekat untuk menyempurnakan ibadah. Pertama, supaya ”terbuka” terhadap sesuatu yang
diimaninya, yakni Zat Allah AWT, baik mengenai sifat-sifat, keagungan maupun
kesempurnaan-Nya, sehingga ia dapat mendekatkan diri kepada-Nya secara dekat
lagi, serta untuk mencapai hakikat dan kesempurnaan kenabian dan para
sahabatnya. Kedua,
untuk membersihkan jiwa dari sifat-sifat dan akhlak yang keji, kemudian
menghiasinya dengan akhlak yang terpuji dan sifat-sifat yang diridhai (Allah)
dengan berpegangan pada para pendahulu (shalihin) yang telah memiliki
sifat-sifat itu. Ketiga,
untuk menyempurnakan amal-amal syariat, yakni memudahkan beramal salih dan
berbuat kebajikan tanpa menemukan kesulitan dan kesusahan dalam
melaksanakannya.
B.
SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
http://hasywafa.wordpress.com/2010/08/29/materi-akhlaq-kelas-xii-agama-semester-1/
Post a Comment for "Mengenal tarekat dan tokoh serta ajarannya"