Menghindari akhlak tercela
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Akhlak
tercela adalah suatu perbuatan yang keluar dari norma-norma atau budi pekerti
yang ada,sehingga menimbulkan perilaku yang kurang baik dan mengganggu
ketenangan dan kenyamanan orang lain ,sedangkan “Akhlak” berasal dari bahasa
Arab, jamak dari khuluqun (خُلُقٌ) yang menurut bahasa berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Setiap manusia yang lahir di dunia
ini, pasti membawa naluri yang mirip dengan hewan, letak perbedaannya karena
naluri manusia disertai dengan akal. Sedangkan naluri hewan tidak demikian
halnya.
Oleh
karena itu naluri manusia dapat menentukan tujuan yang dikehendakinya. Segala
sesuatu itu dinilai baik atau buruknya, terpuji atau tercela, semata-mata
karena syara’ (al-Qur’an dan Sunnah) hati nurani atau fitrah dalam bahasa al
Qur’an memang dapat menjadi ukuran baik dan buruk karena manusia di ciptakan
oleh Allah Swt memiliki fitrah bertauhid, mengakui keesaannya (QS. Ar-Rum:
30-30). Hati nurani manusia selalu mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin
mengikuti ajaran-ajaran Allah Swt.
Namun
fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena
pengaruh dari luar misalnya pengaruh pendidikan, lingkungan, pakaian dan juga
pergaulan. Masyarakat yang hati nuraninya sudah tertutup dan akal fikiran sudah
di kotori oleh sikap dan perilaku yang tidak terpuji. Namun bukan Cuma perilaku
yang harus diperbaiki asupan dalam tubuhpun harus dijaga agar tetap halal.
Karena itulah diperlukan adanya suatu jaminan dan kepastian akan kehalalan
produk pangan yang dikonsumsi umat Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian israf dan tabzir?
2. Bagaimana
bentuk orang yang berprilaku israf dan tabzir?
3. Apakah
bahaya perilaku israf dan tabzir?
4. Bagaimana
menghindari perilaku israf dan tabzir?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Isyraf
1.
Pengertian
Israf
Secara Bahasa israf berasal dari kata sarafa, yasrafu,
israfa yg artinya memboroskan, membuang-buang, melampaui batas atau
berlebih-lebihan. Dan secara istilah adalah melakukan suatu perbuatan yg
melampaui batas atau ukuran yang sebenarnya. Sikap ini biasanya
terjadi pada orang-orang yang rakus dan tidak puas atas nikmat yang telah
di beri oleh Allah Ta'la.
Israf adalah perbuatan yg tidak di senangi oleh Allah karena
perbuatan ini merupakan bagian dari bentuk tidak mensyukuri nikmat yang telah
di berikan oleh allah Ta'ala.
2.
Dalil
tentang Larangan Bersifat Israf
"wahai anak cucu adam, pakailah pakaianmu yang indah di
setiap ( memasuki ) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan." (Q.S
Al-a'raf:31)
3. Bentuk-Bentuk Sikap Isyraf
Sikap melampaui batas (berlebihan)
menjelma dalam bentuk :
1)
Pamer
kekayaan, berlebihan dalam memakai atau menggunakan kekayaan, baik berupa
pakaian ataupun makanan, sehingga menimbulkan sikap ria.
2)
Berjiwa
Sombong, lepas kontrol terhadap diri sendiri dan sosial, sehingga melakukan
hal-hal yang diluar kewajaran.
3)
Mendambakan
kemewahan dunia semata, sehingga melupakan akhirat.
4)
kufur
nikmat, seperti melupakan pemberi rezki (Allah) dan menganggap rezeki yang
diperoleh hanya semata karena usaha sendiri.
5)
Melakukan
ibadah secara berlebihan, seperti shalat malam semalam suntuk, sehingga
ketiduran ketika menjelang pagi dan meninggalkan shalat shubuh
Menurut syaekh Nashir As Sa'di, hal
yg bisa dikatagorikan berlebihan, yaitu :
1)
Menambah-nambah
di atas kadar kemampuan, dan berlebihan dalam hal makan, karena makan yang
terlalu kenyang dapat menimbulkan hal yang negatif pada struktur tubuh manusia.
2)
Bermewah-mewah
dalam makan, minum dan lain-lain artinya dalam memakan atau meminum sesuatu
tidak boleh memperturutkan hawa nafsu, sehingga semua yang di inginkan
tersedia.
3)
Melanggar
batasan-batasan yang telah di tentukan Allah Ta'ala.
4)
Menumpuk-numpuk
harta atau sesuatu hal yang tidak telalu dibutuhkan oleh kita maupun oleh
masyarakat.
5)
Melakukan
segala sesuatu yang berlebihan, contohnya terlalu banyak tidur bisa menyebabkan
berbagai penyakit terutama malas, dari penyakit malas inilah timbul berbagai
dampak yang tidak baik seperti tidak mau bekerja, kalaupun bekerja hasilnya pun
tidak akan optimal
6)
Melakukan
pekerjaan yang sia-sia, terkadang kita sebagai manusia suka denga hal-hal yang
bersifat hura-hura
7)
Memperturutkan
hawa nafsunya, manusia dalam menghadapi hidup biasanya dihadapakan pada dua
permasalahan yaitu antara keperluan dan kebutuhan dengan keinginan.
4.
Akibat
dari Perbuatan Israf
Melampaui batas merupakan penyakit yang mematikan,
merusak banyak orang, dan mengancam masa depan umat manusia,
terutama generasi muda Islam sejak zaman dahulu hingga sekarang. Selain itu,
sikap Israf juga merupakan bentuk pengingkaran akan nikmat Allah SWT, sedangkan
pengingkaran akan nikmat Allah SWT tidak akan memperoleh keuntungan sedikitpun.
Nabi Muhammad SAW bersabda : Binasalah orang-orang yang
melampaui batas. (HR. Muslim).
Di antara akibat sikap melampaui
batas (berlebihan) adalah sebagai berikut :
1) Mengakibatkan terhentinya melakukan
amal ibadah dan tidak sabar, karena manusia memmiliki tabiat cepat bosan dan
memiliki kemampuan yang terbatas.
2) Manusia biasanya akan sabar mengerjakan
pekerjaan yang berat dan sulit dalam waktu beberapa hari atau beberapa bulan,
lebih dari itu akan manusia akan bosan.
3) Sikap "berlebihan"
terkadang akan berubah menjadi sebuah "keteledoran", suatu hal yang
sebelumnya bersifat ketat, berubah menjadi kebebasan. Pada akhirnya dia akan
meninggalkan sedikit atau banyak dari apa yang seharusnya dilakukan.
4) Dibenci oleh Allah Ta'ala
5) Menjadi sahabat setan
6) Menjadi orang yang akan tercela dan
menyesal
7) Akan Allah binasakan
8) Menjadi orang yang tersesat.
5.
Upaya
Menghindari Sikap Isyraf
Diantara upaya dalam mengindari
sikap Israf yaitu
1) melakukan amal ibadah secara
istiqamah ataupun terus-menerus meskipun sedikit. Amal tersebut merupakan amal
yang paling di sukai oleh Allah SWT.
2) hidup secara bersahaja dan tidak selalu
mengikuti hawa nafsu. Sederhanakanlah dan tundukkanlah hawa nafsu dengan
menggunakan akal sehat. Seseorang yang hidup bersahaja, tidak akan suka
melakukan sesuatu yang di luar kewajaran, karena perbuatan tersebut akan
merendahkan dirinya di hadapan Allah SWT dan juga manusia yang lain karena
sebagian besar kejelekan yang menimpa manusia bersumber dari hawa nafsu yang
lepas kontrol.
Selain itu, Islam telah memberikan tuntunan dalam berbuat
dan beribadah, antara lain:
1) Rasulullah Saw. melarangan umatnya
berpuasa terus-menerus.
2) Rasulullah Saw. melarang shalat
disebagian besar waktu malam, kecuali pada sepuluh akhir Ramadhan.
3) Rasulullah Saw. melarang membujang
jika telah mampu menikah.
4) Rasulullah Saw. melarang
meninggalkan makan daging.
Bagi orang yang beramal tanpa
mengetahui ketentuan di atas, maka dia beroleh pahala, tetapi bagi orang yang
mengetahui ketentuan tersebut, tetapi tidak mengindahkannya dan melampauinya,
maka dia berarti dikalahkan dan tertipu oleh nafsunya.
6. hikmah menghindari prilaku isyraf
1) Sikap israf adalah
salah satu sikap tercela yang sangat merusak bagi pelaku sendiri maupun orang
lain yang yang terkena dampak tingkah lakunya
2) Setiap muslim dilarang mengikuti
syahwat
3) Perbuatan berlebihan atau melampaui
batas ini adalah sebagai wujud pengingkaran terhadap nikmat yang di berikan
Allah.
4) Sikap melampaui batas bekasnya dapat
menghilangkan keteguhan dan keseimbangan yang dituntut agama dalam melaksanakan
berbagai tanggung jawab hukum.
B.
Tabdzir
1.
Pengertian
Tabzir
Kata tabzir berasala dari kata bahasa arab yaitu
bazara,yubaziru tabzir yang artinya pemborosan. Secara istilah tabzir adalah
membelanjakan/mengeluarkan harta benda yang tidak ada manfaatnya dan bukan
dijalan Allah. Sifat tabzir ini timbul karena adanya dorongan nafsu dari setan dan
biasanya untuk halhal yang tidak disenagi oleh Allah serta ingin dipuji oleh
orang lain.
2. Dalil tentang tabdzir
إِنَّ
الْمُبَذِّرِينَ كَانُواْ إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ
كَفُوراً
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah
saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhan-nya. (al-Isra' : 27).
وَالَّذِينَ
إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ
قَوَاماً
Artinya : Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha
Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak
berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar. (surat
al-Furqan ayat 67,)
راى
رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا يتوضأ فقال لاتسرف لاتسرفُ
Artinya : Rasulullah Saw. telah melihat seorang laki-laki
berwudhu', lalu beliau bersabda "Jangan kamu berlebih-lebihan. Jangan kamu
berlebih-lebihan" (HR. Ibnu Majah dari Ibnu Umar).
3. Bentuk-Bentuk Sikap Tabzir
Adapun bentuk-bentuk perbuatan yang
menjurus ke sikap tabzir di antaranya adalah :
1)
Menganggap
kemewahan hidup di dunia sebagai suatu kesenangan dan kebahagiaan dan berusaha
meraihnya tanpa mempedulikan ketentuan agama.
2)
Mencari
kekayaan yang berlimpah dengan segala cara dengan jalan yang tidak wajar dan
dilarang agama, sehingga menimbulkan kecurangan, kejahatan dan penipuan yang
merugikan pihak lain.
3)
Membelanjakan
harta yang dimiliki secara boros tanpa memperhitungkan azas manfaat dan
mudaratnya. Sementara larangan berlaku boros bertujuan supaya setiap muslim
dapat mengatur pengeluaran sesuai keperluan.
4)
Kikir
dalam membelanjakan harta untuk berbuat kebajikan, seperti wakaf, infaq ataupun
sedekah.
4.
Nilai
Negatif Sikap Tabzir
Sebagaimana dijelaskan bahwa, sikap tabzir dipicu oleh sikap
pamer dan sikap sombong, di mana kedua sifat itu menyebabkan kehancuran pada
diri sendiri, karena tidak memiliki kontrol pribadi dan sosial. Jika diri sudah
lepas kontrol, maka akan menimbulkan sikap boros.
Sikap mendambakan kemewahan dunia semata, yang ditimbulkan
oleh sifat pamer dan sombong merupakan tabiat buruk yang harus dihindari. Allah
telah memberikan isyarat dalam al-Qur'an, bahwa akibat kesombongan dan
kecongkakkan, Qarun beserta harta kekayaannya yang menjadi kebanggaan dan
keangkuhannya dibenamkan oleh Allah ke dalam perut bumi. Hal ini memberikan
peringatan kepada umat sesudahnya bahwa, ternyata harta yang tidak diridhai
Allah tidak memperoleh manfaat.
5. Akibat dari Perbuatan Tabzir
Setiap aturan yang telah Allah buat untuk Hamba-Nya sudah
pasti mengandung hikmah/manfaat bagi hamba-Nya, begitupun larangan terhadap
perbuatan tabzir ( boros ). Berikut beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari
perbuatan tabzir, yaitu :
1)
Mendapat
murka Allah
2)
Mendapat
siksa yang teramat pedih oleh Allah
3)
Mendapat
kesengsaraan dunia dan akhirat
4)
Mendapat
cacian dari orang lain.
6.
Upaya
Menghindari Sikap Tabzir
Supaya umat manusia terhindar dari sikap tabzir, Islam
melalui risalah yang dibawa oleh Rasulullah Saw. telah memberikan batas-batasan
dan ketentuan dalam segala aspek kehidupan umatnya, termasuk dalam hal makan,
berpakaian ataupun dalam beribadah. Di antara ketentuan itu adalah :
1) Islam melarang makan dan minum,
berpakaian, berhias ataupun dalam bersedekah secara berlebihan.
2) Islam menganjurkan hidup sederhana,
yang dimaksud sederhana di sini bukan berarti harus hidup melarat, tetapi
sederhana sekedar mencukupi kebutuhan yang diperlukan tanpa berlebihan dan
sewajarnya.
3) Islam melarang bersikap sombong
dengan menzalimi diri sendiri ataupun orang lain, karena menyebabkan
kesengsaraan.
Setiap yang dilarang dalam Islam
sudah tentu mengandung mudarat yang dapat merugikan kehidupan manusia.
Sementara setiap suruhan sudah pasti juga memiliki manfaat yang akan
menguntungkan bagi keselamatan hidup. Orang yang mau menerima dan mengamalkan
secara baik nasehat yang benar hanyalah orang-orang yang sabar dan tekun,
termasuk di dalamnya orang yang patuh melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
segala larangan-Nya, akan menerima dengan baik dan ikhlas apa yang telah
ditentukan Allah terhadapnya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Akhlak
tercela adalah suatu perbuatan yang keluar dari norma-norma atau budi pekerti
yang ada,sehingga menimbulkan perilaku yang kurang baik dan mengganggu
ketenangan dan kenyamanan orang lain ,sedangkan “Akhlak” berasal dari bahasa
Arab, jamak dari khuluqun (خُلُقٌ) yang menurut bahasa berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Setiap manusia yang lahir di dunia
ini, pasti membawa naluri yang mirip dengan hewan, letak perbedaannya karena
naluri manusia disertai dengan akal. Sedangkan naluri hewan tidak demikian
halnya.
Oleh
karena itu naluri manusia dapat menentukan tujuan yang dikehendakinya. Segala
sesuatu itu dinilai baik atau buruknya, terpuji atau tercela, semata-mata
karena syara’ (al-Qur’an dan Sunnah) hati nurani atau fitrah dalam bahasa al
Qur’an memang dapat menjadi ukuran baik dan buruk karena manusia di ciptakan
oleh Allah Swt memiliki fitrah bertauhid, mengakui keesaannya (QS. Ar-Rum:
30-30). Hati nurani manusia selalu mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin
mengikuti ajaran-ajaran Allah Swt.
B.
Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang
akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
http://farid-bani.blogspot.com/2012/02/perilaku-tercela-isyraftabzir-dan.html
Post a Comment for "Menghindari akhlak tercela"