Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Metode discovery 2

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Proses pembelajaran tidak hanya menekankan pada hafalan dan latihan penguasaan soal-soal ujian. Namun proses pembelajaran, diarahkan pada pembentukan semangat, motivasi, kreativitas, keuletan, kepercayaan diri, dan yang paling penting adalah pembentukan kesadaran, disiplin, tanggung jawab, dan budaya belajar yang baik. Proses pembelajaran yang demikian dikembangkan sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, kebutuhan, karakteristik, dan gaya belajar peserta didik.
Dalam realitas yang ada, mata pelajaran sejarah dikenal dengan peembelajaran yang sangat membosankan. Ditambah lagi materi yang di pelajari adalah tentang peristiwa – peristiwa yang telah lampau atau masa lalu. Dan pada akhirnya membuat para siswa tidak akan menyukai pelajaran tersebut. Oleh karena itu dengan menggunakan metode discovery learning siswa tidak akan merasa jenuh atau bosan karena dengan metode pembelajaran discovery learning siswa dapat menemukan sendiri apa yang dicarinya. Dan seorang guru hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Misalnya guru memberikan materi tentang peristiwa proklamasi kemerdekaan RI. Guru hanya memberikan materi tesebut dan hanya mengarahkan literature yang harus dipakai dalam materi tersebut. Jadi siswanya yang menemukan sendiri materi tersebut. 
Metode pembelajaran discovery learning (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Metode pembelajaran discovery learning merupakan suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan metode discovery ?
2.      Bagaimana Langkah proses pembelajaran – langkah metode discovery ?
3.      Apakah Kekurangan dan kelebihan dari metode pembelajaran discovery?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Metode Discovery
Metode discovery adalah suatu metode di mana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang selama ini secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja (Suryosubroto, 2008: 192).
Menurut Sagala (2005: 196), metode ini bertolak dari padangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai kemampuan yang dimilikinya. Peranan guru lebih banyak menetapkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Metode discovery merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah, metode ini menempatan siswa belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam memecahan masalah.

B.     Tujuan Pembelajaran Discovery Learning
Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
1.      Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
2.      Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan
3.      Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
4.      Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
5.      Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
6.      Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.

C.    Macam-macam (discovery)
Model penemuan atau pengajaran penemuan dibagi 3 jenis :
1.      Penemuan Murni
Pada pembelajaran dengan penemuan murni pembelajaran terpusat pada siswa dan tidak terpusat pada guru. Siswalah yang menentukan tujuan dan pengalaman belajar yang diinginkan, guru hanya memberi masalah dan situasi belajar kepada siswa. Siswa mengkaji fakta atau relasi yang terdapat pada masalah itu dan menarik kesimpulan (generalisasi) dari apa yang siswa temukan.
Kegiatan penemuan ini hampir tidak mendapatkan bimbingan guru. Penemuan murni biasanya dilakukan pada kelas yang pandai.

2.      Penemuan Terbimbing
Pada pengajaran dengan penemuan terbimbing guru mengarahkan tentang materi pelajaran. Bentuk bimbingan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, arahan, pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan siswa dapat menyimpulkan (menggeneralisasikan) sesuai dengan rancangan guru.
Generalisasi atau kesimpulan yang harus ditemukan oleh siswa harus dirancang secara jelas oleh guru. Pada pengajaran dengan metode penemuan, siswa harus benar-benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya.




3.      Penemuan Laboratory
Penemuan laboratory adalah penemuan yang menggunakan objek langsung (media konkrit) dengan cara mengkaji, menganalisis, dan menemukan secara induktif, merumuskan dan membuat kesimpulan.
Penemuan laboratory dapat diberikan kepada siswa secara individual atau kelompok.Penemuan laboratory dapat meningkatkan keinginan belajar siswa, karena belajar melalui berbuat menyenangkan bagi siswa yang masih berada pada usia senang bermain.

D.    Langkah-langkah Metode Pembelajaran Discovery
Menurut Gilstrap (dalam Suryosubruto, 2008: 197) mengemukakan langkah-langkah yang harus ditempuh kalau seorang guru melaksanakan metode discovery. Langkah-langkah yang harus dikerjakan itu ialah :
1.      Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realistis untuk mengajar dengan penemuan.
2.      Seleksi pendahuluan, atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubunganya dengan apa yang akan dipelajari.
3.      Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan
4.      Bercakap-cakap dengan siswa untuk membantu menjelaskan peranan.
5.      Menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan.
6.      Mengecek pengertian siswa tentang masalah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan.
7.      Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan.
8.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai sebuah tabung yang diamatinya dan dicatatnya.
9.      Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatanya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum.
10.  Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajar, walaupun sebagai atas tanggung jawabnya sendiri.
11.  Memberi jawaban dengan tepat dan cepat dengan data dan informasi kalau ditanya dan kalau ternyata diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya.
12.  Memimpin anlisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengindentifikasi proses.
13.  Mengajarkan keterampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan.
14.  Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul.
15.  Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana.
16.  Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandangan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar.
17.  Membesarkan siswa untuk memperkuat pertanyaannya dengan alasan dan fakta.
18.  Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau kepada guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa yang mengindentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri.
19.  Membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan, ide, generalisasi  atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan.
20.  Mencek  apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya pengertian atau teori atau teknik, dalam situasi berikutnya; situasi dimana siswa bekas menentukan pendekatannya (Suryosubruto, 2008: 200).

E.     Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Discovery
Memperhatikan Model Penemuan Terbimbing tersebut diatas dapat disampaikan kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Kelebihan dari Model Penemuan Terbimbing adalah sebagai berikut (Marzano; 1992):
1.      Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
2.      Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan).
3.      Mendukung kemampuan problem solving siswa.
4.      Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
5.      Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukanya.
6.      Siswa belajar bagaimana belajar (learn how to learn).
7.      Belajar menghargai diri sendiri.
8.      Memotivasi diri dan lebih mudah untuk mentransfer.
9.      Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat.
10.  Hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya
11.  Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas.
12.  Melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.

Sementara itu kekurangannya adalah sebagai berikut :
1.      Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
2.      Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah.
3.      Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan Model Penemuan Terbimbing.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Metode discovery adalah suatu metode di mana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang selama ini secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja (Suryosubroto, 2008: 192).
Menurut Sagala (2005: 196), metode ini bertolak dari padangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai kemampuan yang dimilikinya. Peranan guru lebih banyak menetapkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Metode discovery merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah, metode ini menempatan siswa belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam memecahan masalah.

B.     Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.



DAFTAR PUSTAKA
Suherman, dkk. (2001). Common Text Book Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung.
http://riensuciati99.blogspot.com/2013/04/model-pembelajaran-discovery-penemuan.html


Post a Comment for "Metode discovery 2"