Penatalaksanaan tahap IV
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(Mochtar, 2012: 51).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal
atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan letak belakang kepala
tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan
bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2011: 36).
Jadi persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi yang
telah cukup bulan melalui jalan lahir atau jalan lainnya, dengan bantuan atau
tanpa bantuan.
Macam-macam persalinan, yaitu:
·
Persalinan
spontan
Persalinan yang berlangsung dengan
kekuatan sendiri dan melalui jalan lahir
·
Persalinan
buatan
Persalinan yang dibantu dengan
tenaga dari luar misalnya forcep
·
Persalinan
anjuran
Persalinan yang tidak dimulai
sendiri, tetapi baru berlangsung setelah pecah ketuban, pemberian pitocyn/
prostaglandin (Sumarah,
2012: 12).
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta sampai
1-2 jam setelah itu. Pemantauan pada kala IV: kelengkapan plasenta dan selaput
ketuban perkiraan pengeluaran darah, laserasi atau luka episiotomi pada
perineum dengan perdarahan aktif. Keadan umum dan tanda-tanda vital ibu.Untuk
mencegah perdarahan lebih lanjut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Kala I adalah Pembukaan Servik – 10
cm (lengkap), Kala II adalah Pengeluaran janin Kala III adalah Pengeluaran
& pelepasan plasenta, Kala IVdari lahirnya uri selama 1 – 2 jam. Dan yang
dimaksud dengan kala IV adalah 1-2 jam setelah pengeluaran uri atau plasenta
atau bisa juga disebut dengan Fase 1-2 jam post partum unuk memantau keadaan
ibu (Sulistiawati Ari, 2010:45)
B.
ETIOLOGI
Sebab – sebab mulainya persalinan belum
diketahui secara pasti. Banyak faktor yang memegang peranan dan bekerjasama
sehingga terjadi persalinan. Beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab
persalinan ialah :
1. Penurunan kadar progesterone.
Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerenggangan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan
antara kadar progesterone dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir
kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his.
2. Teori oxytocin. Pada akhir kehamilan
kadar oxytocin bertambah oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
3. Ketegangan otot-otot. Seperti halnya
dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya terenggang oleh karena
isinya.
4. Pengaruh janin/ fetal cortisol. Hypofise
dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan, oleh karena
itu pada anenchepalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
5. Teori prostaglandin. Prostaglandin
yang dihasilkan oleh desidua, disangka menjadi salah satu penyebab permulaan
persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2
yang diberikan secara intravena, intra dan ekstra amnial menimbulkan kontraksi
myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya
kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer
pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.
Kala IV adalah terjadi sejak
plasenta lahir 1-2 jam sesudahnya,hal-hal ini yang perlu diperhatikan adalah
kontraksi uterus sampai uterus kembali kebentuk normal.Hal itu dapat dilakukan
dengan melakukan rangsangan taktil (masase) untuk merangsang uterus berkontraksi
baik dan kuat.perlu juga diperhatikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan
tidak ada yang tersisa sedikitpun dalam uterus serta benar-benar dijamin tidak
terjadi perdarahan lanjut (Sumarah, 2010:23)
C. PATOFISIOLOGI
Plasenta
Lahir dan 1-2 jam sesudahnya
Fisiologi Kala
IV
a. Evaluasi uetrus; konsistensi,atonia
b. Pemeriksaan Servik, Vagina,
Periniun
c.
Lochea
d.
Kandung Kemih
e.
Perinium
f.
Perkiraan darah yg hilang
Pemantauan dan Evaluasi lanjut
a. Tanda Vital
b. Kontraksi Uterus
Keadaan ibu dan bayi
Evaluasi Uterus
Perlu
diperhatikan bahwa kontraksi uterus mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya
perdarahan dan pengembalian uterus kebentuk normal. Kontraksi uterus yang tidak
kuat dan terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri yang dapat
mengganggu keselamatan ibu.Untuk itu evaluasi terhadap uterus pasca pengeluaran
plasenta sangat penting untuk diperhatikan.
Untuk
membantu membantu uterus berkontraksi dapat dilakukan dengan dengan masase agar
uterus tidak menjadi lembek dan mampu berkontraksi dengan kuat. Setelah
kelahiran plasenta, periksa kelengkapan dari plasenta dan selaput ketuban. Jika
masih ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal dalam uterus akan
mengganggu kontraksi uterus sehingga menyebabkan perdarahan. Jika dalam waktu 15 menit uterus
tidak berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi atonia uteri. Oleh karena
itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil (massase) fundus uteri dan bila
perlu dilakukan Kompresi Bimanual. Dapat diberikan obat oksitosin dan harus
diawasi sekurang-kurangnya selama satu jam sambil mengamati terjadinya
perdarahan post partum (Dep.Kes. RI, 2015: 15).
Pemeriksaan Servik, Vagina dan
Perineum
Untuk
mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah
perineum, vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami
peregangan, oleh kemungkinan edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak
terkulai dan terbuka. Sedangkan vulva bisa berwarna merah, bengkak dan
mengalami lecet-lecet.
Segera
setelah kelahiran bayi, serviks dan vagina harus diperiksa secara menyeluruh
untuk mencari ada tidaknya laserasi dan dilakukan perbaikan lewat pembedahan
kalau diperlukan. Servik, vagina dan perineum dapat diperiksa lebih mudah
sebelum pelepasan plasenta karena tidak ada perdarahan rahim yang mengaburkan
pandangan ketika itu.
Pelepasan
plasenta biasanya terjadi dalam waktu 5-10 menit pada akhir kala II. Memijat
fundus seperti memeras untuk mempercepat pelepasan plasenta tidak anjurkan
karena dapat meningkatkan kemungkinan masuknya sel janin ke dalam sirkulasi
ibu. Setelah kelahiran plasenta, perhatian harus ditujukan pada setiap
perdarahan rahim yang dapat berasal dari tempat implantasi plasenta.
Kontraksi
uterus yang meengurangi perdarahan ini dapat dilakukan dengan pijat uterus dan
penggunaan oksitosin. Kalau pasien menghadapi perdarahan nifas (misalnya karena
anemia, pemanjangan masa augmentasi oksitosin pada persalinan, kehamilan
kembar, atau hidramnion) dapat diperlukan pembuangan plasenta secara manual.
Untuk
mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid yang keluar, maka periksa anus
dengan rectal toucher. Laserasi dapat dikategorikan dalam :
1. Derajat pertama: laserasi mengenai
mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.
2.
Derajat
kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu
dijahit).
3.
Derajat
ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter
ani.
4.
Derajat
empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter
ani yang meluas hingga ke rektum. Rujuk segera.
Prinsip Penjahitan Luka Episiotomi/ Laserasi Perineum
Indikasi Episiotomi
1. Gawat janin
2. Persalinan per vaginam dengan
penyulit (sungsang, tindakan vakum ataupun forsep).
3.
Jaringan
parut (perineum dan vagina) yang menghalangi kemajuan persalinan.
Tujuan Penjahitan
1. Untuk menyatukan kembali jaringan
yang luka.
2.
Mencegah
kehilangan darah.
Keuntungan Teknik Jelujur
Selain
teknik jahit satu-satu, dalam penjahitan digunakan teknik penjahitan dengan
model jelujur. Adapun keuntungannya adalah :
a. Mudah dipelajari.
b. Tidak nyeri.
c. Sedikit jahitan.
Hal Yang
Perlu Diperhatikan dalam melakukan penjahitan perlu diperhatikan tentang :
1. Laserasi derajat satu yang tidak
mengalami perdarahan, tidak perlu dilakukan penjahitan.
2.
Menggunakan
sedikit jahitan.
3.
Menggunakan
selalu teknik aseptik.
4.
Menggunakan
anestesi lokal, untuk memberikan kenyamanan ibu.
Penggunaan Anestesi Lokal
·
Ibu
lebih merasa nyaman (sayang ibu).
·
Bidan
lebih leluasa dalam penjahitan.
·
Lebih
cepat dalam menjahit perlukaannya (mengurangi kehilangan darah).
·
Trauma
pada jaringan lebih sedikit (mengurangi infeksi).
·
Cairan
yang digunakan: Lidocain 1 %.
Tidak Dianjurkan Penggunaan Lidocain
2 % (konsentrasinya terlalu tinggi dan menimbulkan nekrosis jaringan). Lidocain
dengan epinephrine (memperlambat penyerapan lidocain dan memperpanjang efek
kerjanya).
D.
PENATALAKSANAAN
Pemantauan Kala IV
Saat yang
paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum.
Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan.
Kematian ibu pasca persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini
disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV,
pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua
setelah persalinan. Setelah plasenta lahir, berikan asuhan yang berupa :
1. Rangsangan taktil (massase) uterus
untuk merangsang kontraksi uterus.
2.
Evaluasi
tinggi fundus uteri – Caranya : letakkan jari tangan Anda secara melintang
antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau
dibawah pusat.
3.
Perkirakan
darah yang hilang secara keseluruhan.
4.
Pemeriksaan
perineum dari perdarahan aktif (apakah dari laserasi atau luka episiotomi).
5.
Evaluasi
kondisi umum ibu dan bayi.
6.
Pendokumentasian (Nur
Muslihatun Wafi, 2010: 34)
Diagnosis
|
||||||||||||||||
Penilaian
Klinik Kala IV
1.
Fundus
dan kontraksi uterus
Rangsangan taktil uterus dilakukan untuk merangsang
terjadinya kontraksi uterus yang baik. Dalam hal ini sangat penting
diperhatikan tingginya fundus uteri dan kontraksi uterus.
2.
Pengeluaran
pervaginam
Pendarahan: Untuk mengetahui apakah jumlah pendarahan yang
terjadi normal atau tidak. Batas normal pendarahan adalah 100-300 ml.
3.
Plasenta
dan selaput ketuban
Lokhea: Jika kontraksi uterus kuat, maka lokea tidak lebih
dari saat haid. Periksa
kelengkapannya untuk memastikan ada tidaknya bagian yang tersisa dalam
uterus.
4.
Kandung
kencing
Yakinkan bahwa kandung kencing kosong. Hal ini untuk
membantu involusio uteri
5.
Perineum
Periksa ada tidaknya luka / robekan pada perineum dan
vagina.
6.
Kondisi
ibu
Periksa vital sign, asupan makan dan minum.
7.
Kondisi
bayi baru lahir
a. Apakah bernafas dengan baik?
b. Apakah bayi merasa hangat?
c. Bagaimana pemberian ASI? (Saswati, 2011:
23)
|
||||||||||||||||
Bentuk Tindakan Dalam Kala IV
Tindakan Baik:
1. Memeriksa tinggi fundus uteri;
2. Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi
dan hidrasi;
3. Membersihkan ibu dari kotoran;
4. Memberikan cukup istirahat;
5. Menyusui segera;
6. Membantu ibu ke kamar mandi;
7. Mengajari ibu dan keluarga tentang
pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik bagi
ibu maupun bayi.
Tindakan Yang Tidak Bermanfaat:
1. Tampon vagina – menyebabkan sumber
infeksi.
2. Pemakaian gurita – menyulitkan
memeriksa kontraksi.
3. Memisahkan ibu dan bayi.
4. Menduduki sesuatu yang panas –
menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, menambah perdarahan dan menyebabkan
dehidrasi.
Pemantauan Lanjut Kala IV
Hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan lanjut selama
kala IV adalah :
1. Vital sign – Tekanan darah normal
< 140/90 mmHg; Bila TD < 90/ 60 mmHg, N > 100 x/ menit (terjadi
masalah); Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam atau perdarahan.
2.
Suhu
– S > 380 C (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun
infeksi.
3.
Nadi
4.
Pernafasan
5.
Tonus
uterus dan tinggi fundus uteri – Kontraksi tidak baik maka uterus teraba
lembek; TFU normal, sejajar dengan pusat atau dibawah pusat; Uterus lembek
(lakukan massase uterus, bila perlu berikan injeksi oksitosin atau methergin).
6.
Perdarahan
– Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau seperti darah
haid yang banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab (dari jalan
lahir, kontraksi atau kandung kencing).
7.
Kandung
kencing – Bila kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik.
Tanda Bahaya Kala IV
Selama kala IV, bidan harus memberitahu ibu dan keluarga
tentang tanda bahaya :
1. Demam.
2. Perdarahan aktif.
3.
Bekuan
darah banyak.
4.
Bau
busuk dari vagina.
5.
Pusing.
6.
Lemas
luar biasa.
7.
Kesulitan
dalam menyusui.
8.
Nyeri
panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kala IV
adalah dimulai sejak plasenta lahir 1-2 jam sesudahnya,hal-hal ini yang perlu
diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali kebentuk normal.Hal
itu dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan bunyi (masase)
untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.perlu juga diperhatikan
bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa sedikitpun dalam
uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi pendarahan lanjut.
Perkiraan
pengeluaran darah, laserasi atau luka episiotomi serta pemantauan dan evaluasi
lanjut juga perlu diperhatikan.
B.
SARAN
a. Masyarakat
Bagi suami maupun keluarga
diharapkan agar lebih aktif, turut serta dalam menjaga kesehatan ibu. Dan dapat
memberikan secara psikis maupun moril terhadap ibu yang mengalami masa post
partum.Mendukung kinerja pemerintah dalam menurunkan AKI.
b. Pemerintah
Bagi pemerintah diharapkan agar
berupaya meningkatkan pemberdayaan tenaga kesehatan khususnya Bidan, agar
persalinan dapat ditangani oleh tenaga ahli secara komprehensip untuk menurunkan
angka kematian ibu dan bayi agar terlaksana dengan baik.
c. Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan, khususnya
bidan diharapakan agar meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan asuhan
kebidanan, serta lebih peka untuk mengidentifikasi tanda bahaya dalam persalinan
agar dapat dengan segera ditangani.
DAFTAR
PUSTAKA
Sulistiawati Ari. 2010. Asuhan kebidanan pada ibu
bersalin. Jakarta : Salemba Medika.
Sumarah, dkk. 2010. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta :
Fitramaya.
Nur Muslihatun Wafi, 2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.Yogyakarta.Fitramaya
Saswita,
Reni, Rohani, Marisah. 2011. Asuhan
Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika.
Post a Comment for "Penatalaksanaan tahap IV"