Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan pada ibu

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang 
Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar dapat kemampuan yang melekat dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai bila masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk meningkatkan kemampuan hidup  sehatnya. Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Kesehatan ibu dan anak yang selanjutnya disingkat KIA adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan bayi, anak balita dan anak prasekolah sehat. Kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan menjalankan upaya peecahannya sendiri adalah kelangsungan pembangunan. GBHN  mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat.
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam,telpon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB.Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayiserta pembinaan kesehatan akan di taman kanak-kanak
Angka Kematian Ibu (AKI) sampai saat ini masih menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk melihat besarnya derajat kesehatan. Angka kematian itu juga telah masuk menjadi target Millenium Development Goals (MDGs) nomor 5. Yaitu, meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan angka kematian ibu hingga 3/4 sampai tahun 2015. Selain itu, target dari MDGs 5 ini mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015.

B.     Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan pada ibu yaitu:
1.      Perkawinan yang sehat
2.      Keluarga sehat
3.      Sistem reproduksi dan masalahnya
4.      Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan
5.      Sikap dan perilaku pada masa kehamilan dan persalinan
6.      Pemeliharaan kesehatan ibu hamil
7.      Pertolongan persalinan di rumah
8.      Asuhan masa nifas dan pasca salin
9.      Rujukan





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pencegahan Penyakit
Secara umum pencegahan atau prevention dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan sebelum peristiwa yang diharapkan akan terjadi, sehingga peristiwa tadi tidak terjadi atau dapat dihindari.
Mencegah penyakit berarti menggunakan pengetahuan kita yang mutakhir sebaik sebaik mungkin untuk membina (promote), mencegah penyakit dan ketidakmampuan, dan memperpanjang umur (mengikuti asal mulanya sebagaimana dimaksud dalam definisi Public Health menurut Wnslow, 1920). Semua upaya tersebut dapat dicapai dengan mengorganisir dan menyediakan pelayanan kedokteran dan kesehatan masyarakat kepada perorangan maupun keluarga atau masyarakat yang membutuhkan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan baik pada fase prepatogenesis yaitu sebelum mulainya proses penyakit, maupun fase pathogenesis yaitu sesudah memasuki proses penyakit mengikuti konsep proses Riwayat Alamiah Penyakit.
Tindakan pencegahan dibagi menjadi 3 tahap utama, yaitu:
1.      Yang pertama adalah pencegahan  primer yang dilakukan dalam fase pre-patogenesis sebelum proses penyakit terjadi.
2.      Yang kedua adalah pencegahan sekunder dimana proses penyakit sudah mulai memasuki fase pathogenesis tapi masih dalam tahap ringan dan belum nyata.
3.      Yang ketiga adalah pencegahan tersier dimana dalam fase pathogenesis tersebut proses penyakit sudah nyata dan berlanjut dan mungkin dalam taraf dan akan Berakhir.
B.     Pemeliharaan Kesehatan Pada Ibu
Masa remaja ditinjau dari rentang kehidupan individu merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Sifat-sifat remaja sebagian besar sudah tidak menunjukkan sifat-sifat nasa kanak-kanaknya, tetapi belum juga menunjukkan sifat orang dewasa. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara  11 hingga 20 tahun.
Masa remaja pada usia 18 tahun merupakan masa yang matang, sebagai peralihan masa kanak-kanak ke masa dewasa.  Masa remaja mempunyai ciri sebagai berikut :
1.      Sebagai periode penting perubahan sikap perilaku
2.      Periode peralihan
3.      Periode perubahan
4.      Masa mencari identitas
5.      Usia bermasalah
6.      Usia yang menimbulkan kesulitan
7.      Masa yang tidak realistic
8.      Ambang masa dewasa

Untuk mengatasi masalah kesehatan remaja diperlukan pendekatan yang adolescent friendly, baik dalam menyampaikan informasi pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR), yang diharapkan menyediakan pelayanan kesehatan sesuai dengan masalah dan memenuhi kebutuhan remaja. Penyebaran informasi mengenai kesehatan remaja sangat diperlukan karena masalah kesehatan remaja belum cukup dipahami oleh berbagai pihak, maupun oleh remaja sendiri.
Rekomendasi ICPD untuk Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja International Conference on Population and Development (ICPD) atau yang disebut Konfrensi Internasional mengenai Kependudukan dan Pembangunan mendorong Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mengembangkan program yang tanggap terhadap masalah seksual dan reproduksi remaja. Berbagai negara juga direkomendasikan agar berupaya menghilangkan hambatan hukum, hambatan peraturan dan hambatan sosial atas informasi dan pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja. Pelayanan dan kegiatan penting yang digaris bawahi, termasuk
1.      Informasi dan konseling KB;
2.      Pelayanan klinis bagi remaja yang aktif secara seksual
3.      Pelayanan bagi remaja yang melahirkan dan remaja dengan anaknya;
4.      Konseling yang berkaitan dengan hubungan antar jender, kekerasan, perilaku seksual yang bertanggung-jawab, dan penyakit menular seksual; dan
5.      Pencegahan dan perawatan terhadap penganiayaan seksual (sexual abuse) dan hubungan seksual sedarah (incest).

C.    Perkawinan yang Sehat
Perkawinan adalah merupakan ikatan yang suci, yang dibangun dengan bertujuan untuk :
1.      Meneruskan keturunan atau melangsungkan reproduksi
2.      Membentuk generasi yang berkualitas
3.      Mencapai kebahagiaan
4.      Merupakan bagian dari ajaran agama
5.      Menjadi dasar untuk membentuk keluarga yang sehat
Perkawinan yang sehat memenuhi kriteria  umur calon pasangan suami isteri ketika akan melangsungkan perkawinan adalah memenuhi umur kurun waktu reproduksi sehat, yaitu umur 20-35 tahun, terutama untuk calon istri atau calon ibu, karena hal ini berkaitan dengan kesehatan reproduksi wanita. Secara biologis organ reproduksi sudah cukup matang apabila terjadi proses reproduksi obstetri, yaitu kehamilan, persalinan, nifas, menyusui. Secara psikologis pada kisaran umur tersebut. Wanita mempunyai kematangan mental yang cukup memadai untuk menjadi ibu dan dan membina perkawinan yang sehat, mampu menjadi interaksi dangan keluarga dan masyarakat. Secara sosial demografi pada kelompok umur tersebut, wanita karir, sehingga dapat menjadi salah satu modalitas membina perkawinan dalam aspek sosial, ekonomi. Perkawinan sehat memenuhi kaidah kesiapan pasangan suami istri dalam aspek biopsikososial, ekonomi dan spiritual. Perkawinan yang sehat juga didasari landasan agama sebagai dasar spiritual rumah tangga. Secara komprehensif perkawinan yang sehat akan membentuk kebahagiaan lahir dan batin.

D.    Keluarga Sehat
Keluarga terdiri pasangan suami isteri yang sah dan anak. Hal ini merupakan penegertian dari keluarga inti (nueclear family). Adapun cakupan pengertian keluarga secara luas adalah keluarga terdiri dari pasangan suami istri yang sah, anak serta anggota keluarga yang lain yang tinggal didalam keluarga tersebut. Hal ini disebut juga keluarga dalam arti lebih luas atau extended family. Keluarga yang sehat tentunya harus dibentuk oleh individu-individu yang sehat dalam keluarga tersebut.
Dilihat dari aspek kesehatan reproduksi ada beberapa fase dalam keluarga.
1.      Fase menunda atau mencegah kehamilan bagi pasangan suami isteri dengan usia kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda atau mencegah kehamilan adalah umur kurang dari 20  tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dahulu, karena organ reproduksi belum matang, sehingga resiko penyulit atau komplikasi terkait dengan kehamilan, persalinan dan nifas sangat tinggi.
2.      Fase menjarangkan kehamilan pada periode usia isteri antara 20-30 atau 35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk hamil, melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun
3.      Fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan adalah periode usia isteri diatas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak, karena jika terjadi kehamilan, persalinan pada periode ini, ibu mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya komplikasi seperti obstetri, misalnya perdarahan, pre-eklampsi, eklampsi, persalinan lama, atonia uteri dan lain-lain. Pada usia yang lebih tua juga mempunyai resiko untuk terjadinya penyakit yang lain, misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, keganasan dan kelainan metabolik biasanya meningkat.
Keluarga yang sehat membentuk masyarakat dan bangsa yang sehat dan generasi penerus bangsa menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

E.     Sistem Reproduksi dan Masalahnya
Masalah kesehatan reproduksi mempunyai dampak yang sangat luas dan menyangkut berbagai aspek kehidupan, dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Sehingga kesehatan sistem reproduksi sangat erat kaitannya dengan angka kematian ibu dan anakk. Indonesia mempunyai angka kematian ibu tertinggi diantara negara-negara ASEAN.
Kesehatan reproduksi di definisikan sebagai keadaan sejahtera fisik, mental dan social secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan dan semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (UNFPA,2001). Untuk kepentingan Indonesia saat ini , secara nasional telah di sepakati ada empat komponen proritas kesehatan reproduksi , yaitu :
1.      Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2.      Keluarga berencana
3.      Kesehatan reproduksi remaja
4.      Pencegahan dan penanganan penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS

F.     Penyakit yang Berpengaruh terhadap Kehamilan dan Pesalinan
Kondisi yang mempengaruhi kehamilan dibedakan menjadi 2 yaitu,
1.      Penyulit kehamilan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin, merupakan penyulit yang terjadi hanya pada peristiwa kehamilan atau berhubungan kehamilan. Penyulit ini tidak akan terjadi pada wanita diluar kehamilan. Beberapa contoh penyulit yang berpengaruh terhadap kehamilan adalah hiperemesis gravidarum, kelaianan dalam waktu tenggang umur kehamilan, abortus, kehamilan pre term, ketubahn pecah dini, kehamilan ektopik, penyakit dan kelainan pada plasenta dan tali pusat, preeklampsia, eklampsia, perdarahan antepartum dan gemeli.
2.      Penyakit atau keadaan alat kandungan yang dapat mempengaruhi kehamilan. Beberapa penyakit mempunyai hubungan timbal balik terhadap peristiwa obsetrik kehamilan. Penyakit tersebut dapat memperberat kehamilan dan persalinan, demikian pula sebaliknya kehamilan dan persalinan dapat mempengaruhi atau mmemperberat penyakit pada ibu. Penyakit-penyakit  atau kelainan yang dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya: kelainan alat reproduksi, kehamilan dengan penyakit jantung, hipertensi, penyakit paru-paru, penyakit infeksi, penyakit endokrin (DM), Malaria dan penyakit jiwa dalam kehamilan.
Penyulit yang terjadi dalam persalinan adalah kelainan yang terdapat pada masing-masing faktor yang dpat diperinci sebagai berikut :
1.      Kelainan power, merupakan kelainan kekuatan his dan tenaga mengejan. Beberapa contoh keadaan diamna his mengedan adalah  inersia uteri, his yang tidak terkoordinasi, kelelahan ibu mengedan, salah pimpinan ibu kala II.

2.      Kelainan passage, kelainan jalan lahir.
Contoh kelainan jalan lahir adalah kelainan bentuk panggul, kesempitan panggul, ketidakseimbangan sefalopelvik dan kelainan jalan lahir lunak.
3.      Kelainan passanger, kelainan isi dari kehamilan.
Contoh kelainan passanger adalah kelainan bentuk dan besar janin, misalnya anensefalus, hidrosephalus, makrosomia janin, kelainan presentasi (presentasi puncak kepala, presentasi muka, posisio oksipito posterior), dan kelainan letak janin (letak sungsang, letak melintang, letak mengolak, presentasi rangkap).
4.      Masalah psikologis ibu, terdapat lingkaran setan antara masalah psikologis ibu dengan his ibu bersalin. Ibu bersalin yang cemas, ketegangan meningkat, mempengaruhi kontraksi uterus, dapat terjadi his yang lemah atau jelek (inersia uteri), sehingga terjadi persalinan lama atau tidak maju.
5.      Tumor pada jalan lahir, dapat berupa: kelainan tulang pada jalan lahir, tumor yang berasal dari ovarium, dan tumor yang berasal dari vagina
6.      Penyulit pada kala III dan kala IV persalinan berupa perdarahan postpartum, retensio plasenta, inversio uteri dan robekan jalan lahir

G.    Sikap dan Prilaku Pada Masa Kehamilan dan Persalinan
1.      Definisi
Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu dan semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap itu dinamis /tidak statis. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia,baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar. Setiap ibu hamil pasti mengalami perubahan perilaku karena disebabkan oleh perubahan hormonal. Saat memutuskan untuk hamil pasangan harus benar-benar siap denagn segala perubahan yang akan terjadi nanti sama ibu, baik perubahan fisik maupun perilaku. Pasangan harus siap dalam berbagai hal termasuk menerima kehamilan,menjadi orang tua(ayah,ibu), dan mengalami perubahan perilaku selama kehamilan.
Sikap ibu hamil dan bersalin yang dipengaruhi oleh sosial budaya, kultur, dan lingkungan dikenal dengan mitos-mitos dalam kehamilan dan persalinan. Adakalanya mitos yang muncul bertentangan dengan konsep asuhan pada ibu hamil dan bersalin, ini merupakan mitos negatif yang merugikan atau membahayakan asuhan pada ibu hamil dan bersalin. Namun sebaliknya apabila mitos terkait denagn kehamilan dan persalinan tersebut menguntungkan dalam asuhan kebidanan ibu hamil dan bersalin, maka mitos tersebut dapat dilakukan oleh ibu. Mitos yang negatif atau membahayakan harus dihindari. Bidan harus melakukan upaya konseling pada ibu untuk memperbaiki sikap dan perilaku ibu. Beberapa mitos pada ibu hamil, contohnya: kenduri, mitoni, makan amis-amis, sawanen dan tidak boleh makan udang dll.

2.      Persiapan Sikap dan Prilaku Selama Kehamilan
1)      Persiapan menerima kehamilan
Persiapan penerimaan terhadap kehamilan dapat dibagi terjadi dalam 3 fase:
§  Fase I(fase adaptasi).
Pada fase ini ibu mencoba beradaptasi dengan menerima kehamilannya dan mengasimilasikan status hamil kedalam gaya hidup. Respon wanita dalam menyambut kehamilan bervariasi, mulai dari perasaan gembira,tidak yakin,putus asa,bahkan ada yang syok.
§  Fase II(fase penerimaan)
Pada fase ini ibu akan menerima tumbuhnya janin yang merupakan mahluk hidup lain yang berada dalam kandungan. Si ibu menyadari bahwa bayinya adalah mahluk yang terpisah dari dirinya, terlibat dalam hubungan ibu-anak yang memerlukan asuhan,serta membangun tanggung jawab dan kedekatan dengan janin.
§  Fase III
Pada fase ini ibu sudah merasa realitstis,mempersiapkan kelahiran,persiapan menjadi orang tua,berspekulasi mengenai jenis kelamin anak, dan keluarga berinteraksi dengan menempelakn telinga keperut ibu dan mengajak berbicara dengan janin.


2)      Persiapan menjadi orang tua
Persiapan menjadi ibu terdiri dari tiga fase.
§  Fase I, Menerima kenyataan biologis bahwa dirinya hamil
§  Fase II, Menerima pertumbuhan janin sebagai suatu yang jelas dari dirinya dan ia berkata saya akan memiliki bayi dengan realitas penerimaan bayi(mendengar denyut jantung janin dan pergerakan janin).
§  Fase III, Persiapan realistis untuk kelahiran atau menjadi orang tua serta mengekspresikannya lebih dulu.

3)      Persiapan menjadi ayah terdiri dari tiga fase:
§  Fase I, Pemberitahuan terjadi beberapa jam/minnggu. Pada fase ini calon ayah dapat menerima keadaan bayi sebagai factor biologis dari kehamilan,ia membutuhkan dukungan bahwa ia akan menjadi ayah
§  Fase II, Penerimaan, laki-laki meyadari bahwa ia akan mempunyai bayi, laki-laki tampak sadar akan rencana hidup dan gaya hidup.
§  Fase III, perhatian, pada saat ini karakteristik ayah aktif terlibat dalam kehamilan dan hubungan denag anak, ia membutuhkan kedudukan bahwa ia tahu perannya selama persalinan dan ia menjadi kepala keluarga.

3.      Perubahan-Perubahan perilaku selama kehamilan
Adapun beberapa perubahan-perubahan perilaku ibu selama kehamilan adlah sebagai berikut:
§  Cenderung malas atau sebaliknya rajin bekerja dan suka bersih-bersih.
§  Lebih sensitive
§  Cenderung minta perhatian lebih.
§  Mudah cemburu.
§  Hobi belanja.
§  Tidak mau dekat-dekat suami.
§  Merasa sebal dan tidak ingin bertemu orang tua.
§  Marah-marah pada pasangan.
§  Merasa cemburu atau curiga.
§  Jika suka merokok atau kebiasaan buruk lainnya.

4.      Penyebab perubahan prilaku pada ibu hamil
Perubahan perilaku pada ibu hamil merupakan hal yang wajar , karena produksi hormon estrogen nya sedang tinggi. Hal inilah yang mempengaruhi banyak hal, termasuk psikis ibu. Perubahan hormon yang terjadi pada ibu hamil sebenarnya sama persis dengan perubahan hormon pada wanita yang sedang mengalami siklus haid, perubahan hormonyang terjadi tidak selamanya akan mempengaruhi psikis ibu hamil ,ada juga yang perilakunya tidak berubah, hal ini di sebabkan kerentanan psikis setiap orang yang berbeda-beda, nah, daya tahan psikis di pengarfuhi oleh kepribadian, pola asuh sewaktu kecil, atau kemeuan ibu untuk belajar menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut

5.      Penanganan terhadap adanya perubahan prilaku pada ibu hamil
Perubahan perilaku pada ibu hamil tidak akan mengganggu proses tumbuh kembang janin jika masih dalam batas normal. Namun ketika sudah melebihi batas kewajaran dapat mempengaruhi perkembangan janin. Kriteria keterlaluan memang terkesan rancu tapi yang pasti waspadai, seperti jika ibu terlihat di landa kecemasan belebih atau stres tinggi sehingga dapat membahayakan janin. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi kemungkinan munculnya dampak psikis yang negatif .
§  Selalu menjalin komunikasi.
§  Menyimak seputar informasi kehamilan.
§  Melakukan kontrol secara teratur Menyimak seputar informasi kehamilan.
§  Suami lebih perhatian pada istri.
§  Perhatikan kesehatan.
§  Tetap melakukan aktivitas.
§  Relaksasi.

H.    Pemeliharaan Kesehatan Ibu Hamil 
Menurut SDKI tahun 1994 angka kematian ibu adalah 390/100.000 kelahiran hidup, pada SDKI tahun 2002/2003 angka kematian ibu adalah 307/100.000 kelahiran hidup, selanjutnya SDKI tahun 2007 angka kematian ibu adalah 248/100.000 kelahiran hidup. Namun penurunan AKI ini sangat lambat. Pada tahun 1990 WHO sudah meluncurkan strategi Making Pregnancy Sfer (MPS), salah satu program MPS adalah menempatkan safe motherfood sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan nasional maupun internasional. Sehingga salah satu upaya yang diselenggarakan untuk menurunkan AKI adalah melalui 4 pilar upaya safe motherfood, dengan intervesi yang dilakukan adalah:
1.      Mengurangi kemungkinan seorang perempuan menjadi hamil dengan upaya  keluarga berencana
2.      Mengrangi keungkinan seoarang perempuan hamil mengalami komplikasi obstetri dalam kehamilan dan memastikan bahwa komplikasi deteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai melalui pelayanan antenatal
3.      Persalinan yang bersih dan aman adalah memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan, keteramplian dan alat untuk memberi pertolongan persalinan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayan nifas bagi ibu dan bayi
4.      Mengurangi kemungkinan komlikasi persalinan yang berakhir dengan kematian atau kesakitan melalui pelayanan obstetri esensial dasar (PONED) dan pelayanan obstetri esensial komprehensif (PONEK)
Kebijakan program kunjungan pemeriksaan kehamilan dilakukan paling sedikti 4 kali selama kehamilan, sesuai dengan anjuran WHO , yaitu :
1.      Satu kali pada trimester pertama
2.      Satu kali pada trimester kedua
3.      Dua kali pada trimester ketiga
Pelayanan atau asuhan standar yang diberikan pada pemeriksaan kehamilan adalah 10 T, yaitu:
1.      Timbang berat badan dan Tinggi Bada
2.      Ukur Tekanan darah
3.      Ukur Status Gizi
4.      Ukur Tinggi fundus uteri
5.      Menentukan Denyuj Jantung Janin
6.      Pemberian imunisasi TT l
7.      Pemberian Tablet besi selama kehamilan
8.      Pemeriksaan Laboratorium rutin/khusus
9.      Tata Laksana Kasus
10.  Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Selama kehamilan mempunyai kemungkinan untuk dapat  berkembang menjadi masalah atau komplikasi, sehingga memerlukan pemantauan selama kehamilan. Asuhan pada ibu hamil secara keseluruhan meliputi aspek-aspek berikut ini, yaitu :
1.      Mengupayakan kehamilan yang sehat
2.      Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan jika diperlukan
3.      Mempersiapkan persalinan yang bersih dan aman
4.      Persiapan secara dini untuk melakukan rujukan, bila terjadi komplikasi
Pemberian tablet besi adalah sebesar 60 mg dan asam folat 500 mg adalah kebijakan program pelayanan antenatal dalam upaya untuk mencegah anemia dan untuk pertumbuhan otak bayi, sehingga mencegah kerusakan otak (neural tube). Sedangkan kebijakan imunisasi TT adalah dalam upaya pencegahan terjadinya  tetanus neonaturum.

I.       Pertolongan Persalinan di Rumah
Banyak ibu senang melahirkan dirumah, hal ini disebabkan oleh beberapa factor yang terdiri dari :
1.      Mereka lebih memilih persalinan dirumah karena didukung oleh keluarga, dalam lingkungan yang dikenal, dimana mereka merasa memiliki kendali terhadap tubuhnya.
2.      Keadaan dilingkungan rumah sendiri menimbulkan rasa tenang dan tentram pada ibu yang akan melahirkan.
3.      Berdasarkan perbandingan dengan pengalaman melahirkan dirumah sakit, dalam lingkungan yang kurang memiliki sentuhan pribadi, dan penuh dengan peraturan serta staf yang sibuk.

Syarat-Syarat Dalam Pertolongan Persalinan Di Rumah
1.      Penolong (Bidan)
§  Kemampuan
§  Keterampilan
§  Kepribadian
2.      Persiapan Alat

J.      Asuhan Masa Nifas dan Pasca Persalinan
Masa nifas adalah masa antara kelahiran plasenta dan membran yang menandai berakhirnya periode intrapartum sampai waktu menuju kembalinya sistem reproduksi wanita tersebut ke kondisi tidak hamil. Periode nifas berlangsung  sekitar 6 minggu atau 42 hari, merupakan masa krisis kehidupan ibu dan bayi. Promosi kesehatan nifas dapat diberikan kepada ibu pasca persalinan dan keluarganya. Ini diberikan untuk menambah pengetahuan ibu dan keluarga dalam menghadapi masa nifas, sehingga dalam masa nifas ini ibu dan keluarga siap dan tahu apa yang harus dilakukan dan tidak boleh di lakukan

Tujuan asuhan masa  nifas adalah sebagai berikut:
1.      Untuk menjaga status kesehatan ibu baik secara fisik maupun psikologis.
2.      Memberi upaya promosi kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, KB, kegiatan menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi, dan perawatan bayi sehat.
3.      Memberi pelayanan KB
4.      Melakukan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, dan mengobati atau merujuk jika terjadi komplikasi pada ibu serta bayinya
5.      Agar ibu mendapat cukup istirahat sehingga tubuh, fikiran, serta emosinya dapat kembali pulih setelah menjalani aktivitas fisik selama kehamilan dan persalinan.
6.      Mencegah infeksi yang dapat menghambat penyembuhan jarigan yang cedera.

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1.      Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2.      Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3.      Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4.      Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

K.    Rujukan
Rujukan yaitu memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan apabila pada masa nifas terdapat penyulit tertentu dengan melibatkan  klien dan keluarga.
1.      Mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegawatdaruratan  pada ibu nifas yang memerlukan konsultasi dan rujikan.
2.      Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas
3.      Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
4.      Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang.
5.      Membuat catatan dan laporan serta dokomentasi seluruh kejadian dan intervensi.
Rujukan dapat dilakukan bidan ke Puskesmas dengan fasilitas riwayat inap, rumah sakit bersalin, dan rumah sakit umum. Salah satu hal faktor pendukung kematian ibu adalah  adanya 3 keterlambatan yaitu keterlambatan memutuskan untuk merujuk, terlambat sampai ke tempat rujukan, dan terlambat ditangani di tempat rujukan.
Tujuan rujukan antara lain :
1.      Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya.
2.      Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lengkap fasilitasnya.
3.      Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (transfer knowledge and skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer).
4.      Memberikan pelayanan kesehatan pada penderita dengan tepat dan cepat.
5.      Menggunakan fasilitas kesehatan seefisien mungki
6.      Mengadakan pembagian tugas pelayanan kesehatan pada unit-unit kesehatan, sesuai dengan lokasi dan kemampuan unit-unit tersebut

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Secara umum pencegahan atau prevention dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan sebelum peristiwa yang diharapkan akan terjadi, sehingga peristiwa tadi tidak terjadi atau dapat dihindari.
Mencegah penyakit berarti menggunakan pengetahuan kita yang mutakhir sebaik sebaik mungkin untuk membina (promote), mencegah penyakit dan ketidakmampuan, dan memperpanjang umur (mengikuti asal mulanya sebagaimana dimaksud dalam definisi Public Health menurut Wnslow, 1920). Semua upaya tersebut dapat dicapai dengan mengorganisir dan menyediakan pelayanan kedokteran dan kesehatan masyarakat kepada perorangan maupun keluarga atau masyarakat yang membutuhkan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan baik pada fase prepatogenesis yaitu sebelum mulainya proses penyakit, maupun fase pathogenesis yaitu sesudah memasuki proses penyakit mengikuti konsep proses Riwayat Alamiah Penyakit.

B.     SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca khususnya bagi para bidan dalam menjalani tugas dan tanggung jawabnya. Sehubungan dengan masalah yang terkait diatas, penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesemournaan makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA
Mubarak Wahit Igbal, 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Salemba Medika
Syafrudin, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta Timur : CV. Trans Info Media
Soepardan,suryani.2008. “Konsep Kebidanan”. Jakarta : EGC
Prawirohardjo,sarwono.2011. “Ilmu Kebidanan”. Jakarta : BPSP
Notoatmojo,soekidjo.2008 Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat”. Jakarta : Rineka Cipta


Post a Comment for "Pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan pada ibu"