Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penjelajahan ruang angkasa

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Misi ke Luar Angkasa, dari Fiksi dan Mimpi Menjadi Nyata, Setelah Seratus Tahun, NASA Mewujudkan Khayalan Jules Verne. Pertanyaan tentang apakah kita sendiri di alam semesta yang luas ini sudah muncul sejak generasi awal umat manusia. Kadang, pertanyaan tersebut tidak dinyatakan secara eksplisit, namun tampak dalam beberapa aspek kehidupan. Misalnya, dalam karya seni berupa sastra, lagu, ataupun buku. Sejak era teknologi modern belum lahir, manusia sudah mereka-reka perjalanan ke luar angkasa. Sebelum NASA didirikan 51 tahun lalu, "perjalanan" ke bulan lebih dahulu "dilakukan" Jules Verne lewat bukunya, From the Earth to the Moon. Dalam bahasa aslinya, karya pengarang Prancis yang diluncurkan pada 1865 itu dikenal dengan judul De la Terre a la Lune. Novel bergenre humor fantasi ilmiah itu menjadi buku pertama yang membahas tentang luar angkasa pada masanya. Kisah yang diangkat pun sederhana. Yakni, tentang seorang warga Prancis yang dibantu dua anggota klub senjata pasca Perang Sipil Amerika menciptakan meriam mirip roket yang disebutnya Columbiad. Ketiganya lantas melesat ke bulan dengan peluru yang terlontar dari situ.
Meski fiksi, Verne menyertakan perhitungan yang rinci terkait dengan penciptaan Columbiad tersebut. "Mengingat minimnya data dan ilmu tentang antariksa pada waktu itu, perhitungan yang disajikan Verne sangat mencengangkan. Sebab, beberapa perhitungannya nyaris bisa direalisasikan," terang ensiklopedia bebas Wikipedia. Kendati demikian, skenario yang dia paparkan kurang sesuai dengan prosedur keselamatan perjalanan angkasa. Sejak diterbitkan dalam bahasa Inggris pada 1867, buku yang ber-setting Amerika Serikat (AS) itu memantik respons beragam. Pada 1903, respons negatif diungkapkan Konstantin Tsiolkovsky lewat jurnal perjalanan luar angkasanya. Dalam jurnalnya, Bapak Teori Keastronotan itu mementahkan ide Verne tentang penggunaan meriam sebagai kendaraan luar angkasa. Sebab, menurut dia, untuk melontarkan peluru menembus atmosfer bumi, dibutuhkan meriam yang luar biasa panjang.



B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu antariksa?
2.      Bagaimana batasan menuju angkasa?
3.      Bagaimana aktivitas penerbangan & angkasa zaman prasejarah?
4.      Bagaimana penjelajah antariksa?




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Antariksa
Luar angkasa atau angkasa luar atau antariksa (juga disebut sebagai angkasa), merujuk ke bagian yang relatif kosong dari Jagad Raya, di luar atmosfer dari benda "celestial". Istilah luar angkasa digunakan untuk membedakannya dengan ruang udara dan lokasi "terrestrial". Karena atmosfer Bumi tidak memiliki batas yang jelas, namun terdiri dari lapisan yang secara bertahap semakin menipis dengan naiknya ketinggian, tidak ada batasan yang jelas antara atmosfer dan angkasa. Ketinggian 100 kilometer atau 62 mil ditetapkan oleh Federation Aeronautique Internationale merupakan definisi yang paling banyak diterima sebagai batasan antara atmosfer dan angkasa. Di Amerika Serikat, seseorang yang berada di atas ketinggian 80 km ditetapkan sebagai astronot. 120 km (75 mil atau 400.000 kaki) menandai batasan di mana efek atmosfer menjadi jelas sewaktu proses memasuki kembali atmosfer.
Atmosfer Bumi terdiri dari lapisan yang secara bertahap semakin menipis dengan naiknya ketinggian.  Namun, tidak ada batasan yang jelas antara atmosfer dan angkasa. Sehingga perlu dibuat suatu ketetapan pada ketinggian tertentu yang dapat dikatakan memasuki wilayah angkasa luar. Dan ketinggian 100 kilometer atau 62 mil yang ditetapkan oleh Federation Aeronautique Internationale merupakan definisi yang paling banyak diterima sebagai batasan antara atmosfer dan angkasa.
Jadi, penerbangan antariksa adalah penerbangan yang dilakukan hingga ketinggian 100 km atau lebih yang meliputi  eksplorasi fisik dari benda di luar Bumi dan meliputi bidang teknologi, ilmu pengetahuan, dan politik yang berhubungan dengan luar angkasa. Saat ini penerbangan antariksa digunakan untuk menempatkan satelit di tempat yang dikehendaki, mereparasi satelit, membawa satelit ke bumi atau stasion angkasa, sebagai alat transportasi ke stasiun luar angkasa atau ke bulan, pendaratan suatu planet, penjelajahan antarplanet maupun antargalaksi.

B.     Batasan Menuju Angkasa
·         4,6 km (15.000 kaki) — FAA menetapkan dibutuhkannya bantuan oksigen untuk pilot pesawat dan penumpangnya.
·         5,3 km (17.400 kaki) — Setengah atmosfer Bumi berada di bawah ketinggian ini
·         16 km (52.500 kaki) — Kabin bertekanan atau pakaian bertekanan dibutuhkan
·         18 km (59.000 kaki) — Batasan atas dari Troposfer
·         20 km (65.600 kaki) — Air pada suhu ruangan akan mendidih tanpa wadah bertekanan (kepercayaan tradisional yang menyatakan bahwa cairan tubuh akan mulai mendidih pada titik ini adalah salah karena tubuh akan menciptakan tekanan yang cukup untuk mencegah pendidihan nyata)
·         24 km (78.700 kaki) — Sistem tekanan pesawat biasa tidak lagi berfungsi
·         32 km (105.000 kaki) — Turbojet tidak lagi berfungsi
·         45 km (148.000 kaki) — Ramjet tidak lagi berfungsi
·         50 km (164.000 kaki) — Stratosfer berakhir
·         80 km (262.000 kaki) — Mesosfer berakhir
·         100 km (328.000 kaki) — Permukaan aerodinamika tidak lagi berfungsi
·         Proses masuk-kembali dari orbit dimulai pada 122 km (400.000 ft).

C.    Aktivitas Penerbangan & Angkasa Zaman Prasejarah
Antariksawan (lazim disebut astronot) adalah sebutan bagi orang yang telah menjalani latihan dalam program penerbangan antariksa manusia untuk memimpin, menerbangkan pesawat, atau menjadi awak pesawat antariksa. Istilah "astronot" juga kadang digunakan untuk merujuk secara spesifik kepada antariksawan yang berasal dari Amerika Serikat atau negara sahabat, berbeda dengan seorang kosmonot yang berasal dari Uni Soviet/Rusia. Kosmonot pertama adalah Yuri Gagarin. Semenjak tahun 2003 dikenal pula istilah taikonot (meski bukan istilah resmi pemerintah Tiongkok), antariksawan dari Tiongkok. Taikonot pertama adalah Yang Liwei.
Orang-orang zaman sekarang berpikir bahwa Galileo merupakan penemu teleskop pada 300 tahun yang lalu, berdasarkan pada versi abad 16 teleskop dibuat oleh pembuat lensa yang merupakan orang Belanda, oleh sebab itu membuat astronomi modern suatu usaha yang mungkin dilakukan. Lensa kasar dari zaman terdahulu telah ditemukan di Crete dan Asia kecil pada 2000 BCE. Seribu tahun lensa yang terbaik telah ditemukan dari sebuah tempat Viking di Pulau Gotland, mungkin dibuat oleh Byzanfine atau perajin Eropa Timur. Penulis Roma Pliny dan Seneca menunjukkan lensa digunakan oleh pengukir.
Pertanyaannya adalah mengapa? Karena lensa telah secara rutin digunakan untuk membuat api, memperbesar objek-objek kecil, bahkan untuk kacamata, dan umat manusia mempunyai minat yang terus menerus mengamati fenomena angkasa atau melihat langit, untuk membuat sebuah teleskop yang dapat bekerja dibutuhkan waktu yang panjang sekali. Seorang arkeolog menemukan bukti yang dapat dipercaya bahwa mungkin orang-orang Eropa bukan yang pertama yang memproduksinya. Museum ICA di Peru memiliki sebuah batu berbentuk manusia yang telah ditanggalkan kembali sedikitnya 500 tahun yang lalu. Yang terpenting dari ukiran itu adalah bahwa penampilan figur itu menggambarkan sedang mengamati langit dengan teleskop di tangannya. Selain itu, ada sebuah tubuh langit di dalam ukiran tersebut, mungkin juga sebuah komet dengan ekornya yang figurnya menjadi objek observasi. Seperti sebuah penemuan unik bertitik berat pada kepercayaan zaman sekarang bahwa orang-orang Eropa menemukan teleskop di abad 16.
kuno
Dr. Javier Cabrera di Peru telah menemukan banyak batu berukir. Di samping astronomi, tema gambar di batunya meliputi transpalasi organ, transfusi darah dan perburuan dinosaurus, di antara benda-benda lain. Sangat sulit untuk melakukan penanggalan pada batu tersebut. Sebuah kronologi sejarah Spanyol sesekali menyebutkan bahwa batu-batu seperti itu telah ditemukan di makam zaman dahulu dari karajaan Inca. Oleh sebab itu, orang-orang menduga bahwa dasar astronomi batu-batuan tersebut adalah paling sedikit 500 tahun. Berbicara secara logika, batu-batu itu yang melukiskan makhluk seperti dinosaurus mungkin diperkirakan jauh lebih tua dari kepercayaan aslinya.
Bila ini benar-benar teleskop yang dilukiskan pada batu dari museum ICA dan temuan semacam itu adalah lumrah di dunia ini, hal ini membantu para ahli ilmu pengetahuan untuk memahami kenapa Dogon, sebuah suku di Afrika telah mengembangkan ilmu pengetahuan tentang astronomi yang begitu maju. Suku Dogon hidup di pusaran sungai Niger di sebelah selatan Mali, Afrika Barat, mereka memimpin perkampungan yang penting dan hidup mengembara tanpa bahasa tulisan. Mereka menyampaikan ilmu pengetahuan secara lisan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam doktrin agama mereka yang telah berlangsung lebih dari 400 tahun, suatu bintang disebut Sirius B oleh astronom, teman bintang Sirius telah dijelaskan secara akurat, inilah yang mengherankan astronom modern.
Sirius B sangat kabur dan tidak kelihatan untuk ukuran mata manusia. Berdasarkan pengamatan yang direkam dengan menggunakan peralatan modern, astronom menemukan Sirius B di abad 19. Masyarakat suku Dogon diduga tidak memiliki peralatan teknologi modern, tapi dari generasi ke generasi mereka telah menceritakan legenda tentang Sirius, termasuk suatu referensi terhadap sistem yang terdiri dari 2 bintang. Menurut legenda, bintang kecil sangat berat dan ia berotasi memutari bintang Sirius dalam orbit elipstik. Beberapa orang tua suku Dogon dapat menggambarkan orbit dua bintang tersebut di tanah, dan hal itu hampir mirip dengan hasil yang dihitung oleh astronom modern. Contoh ini mengindikasikan bahwa masyarakat kuno Dogon telah menguasai ilmu astronom dari jauh-jauh hari. Lukisan batu di Peru, seperti ilmu astronominya masyarakat Dogon, mengungkap misterius ilmu pengetahuan dan teknik yang dimiliki oleh peradaban manusia sebelumnya. Ilmu pengetahuan modern mungkin hanya menemukan kembali ilmu pengetahuan yang telah diperoleh terdahulu.

D.    Penjelajahan Antariksa
Penjelajahan antariksa Pada tahun 1968, bolehlah Clarke bersama Kubrick, saat melahirkan 2001: A Space Odyssey, berpikir optimis karena ilmuwan dan insinyur yang dikontrak NASA sudah sepuluh tahun melakukan eksperimen dan mengirim manusia ke luar angkasa walaupun baru sebatas orbit Bumi. Pada hari natal tahun tersebut, 1968, astronot Apollo 8 berhasil menjadi orang-orang pertama yang meninggalkan orbit Bumi dan mengitari Bulan. Delapan bulan kemudian, Juli 1969, untuk pertama kalinya manusia menginjakkan kaki di Bulan. Penguasaan antariksa oleh manusia serasa tinggal selangkah lagi.
Impian menjelajah angkasa sama tuanya dengan mimpi-mimpi manusia lainnya. Semenjak dulu langit yang tanpa batas adalah ranah dewa-dewi dan manusia biasa yang mencoba menjelajahinya pasti akan mati. Icarus menantang kepercayaan ini, terbang mendekati langit, dan kehilangan nyawanya. Langit kehilangan keangkerannya ketika Newton dan Kepler membongkar rahasia pergerakan langit dan Somniuum, buah karya Kepler, bercerita tentang penjelajahan Bulan dengan bantuan makhluk halus, lahir. Selanjutnya literatur fiksi ilmiah tentang penjelajahan antariksa dan dunia lain mewarnai kehidupan kita. Dan kini…mimpi itu terwujud.
Pioneer 10, diluncurkan pada tahun 1972, adalah wahana tak berawak pertama yang meninggalkan tata surya kita. Sumber:Wikipedia






Pioneer 10, diluncurkan pada tahun 1972, adalah wahana tak berawak pertama yang meninggalkan tata surya kita.
Lantas bagaimana Manusia sudah mengirimkan wahana tak berawak ke seluruh penjuru tata surya. Seluruh planet dalam tata surya kecuali Planet Pluto telah diteliti melalui misi pendaratan, mengorbit, maupun hanya terbang-lintas (fly-by). Venus dan Mars telah berkali-kali dijelajahi permukaannya oleh wahana tak berawak Uni Soviet dan Amerika Serikat. Merkurius telah dipetakan melalui misi terbang-lintas Mariner 10 pada tahun 1974 dan wahana Messenger beberapa bulan lalu telah dikirimkan dan akan tiba pada Maret 2011 nanti. Wahana Galileo telah bertahun-tahun mengorbit Jupiter sebelum akhirnya “dimatikan” oleh NASA. Dan baru-baru ini wahana Cassini-Huygens telah mencapai satelit Saturnus, Titan, setelah perjalanan panjang 7 tahun. Tata surya seolah sudah terlalu kecil bagi manusia. Lantas bagaimana? Manusia mengirimkan wahana tak berawak menuju bintang terdekat? Itupun sudah. Wahana tak berawak Pioneer 10, Voyager 1 dan 2, diluncurkan 30 tahunan lalu, kini sudah berada di perbatasan tata surya kita dalam perjalanan meninggalkan tata surya.
Bagi Konstantin Tsiolkovsky, pionir peroketan modern, kedewasaan umat manusia ditentukan dari kemampuannya keluar dari 'buaian' Bumi dan menjelajahi antariksa. Sumber: Wikipedia





Bagi Konstantin Tsiolkovsky, pionir peroketan modern, kedewasaan umat manusia ditentukan dari kemampuannya keluar dari 'buaian' Bumi dan menjelajahi antariksa. Namun di balik semua pencapaian itu, manusia ternyata masih tertidur dalam buiannya. Pionir roket modern, Konstantin Tsiolkovsky, berujar, “Bumi adalah buaian pemikiran namun manusia tak dapat tinggal dalam buaian selamanya.” Mimpi Kubrick dan Clarke masih jauh dari kenyataan karena hingga saat ini sejauh manusia dapat pergi adalah 384.000 km, jarak dari Bumi ke Bulan. Walaupun penerbangan ulang-alik ke orbit Bumi sudah menjadi hal biasa dan Stasiun Antariksa Internasional (ISS—International Space Station) sedang dalam tahap konstruksi, kolonisasi Planet Mars dan penerbangan berawak menuju Jupiter masih jauh dari kenyataan. Pun hingga saat ini belum ada rencana untuk memprogramkan pendaratan manusia di Mars, misalnya, atau pembangunan koloni di Bulan. Tiga badan antariksa terdepan di planet ini, NASA (National Aeronautics and Space Administration—Badan Antariksa Amerika Serikat), ESA (European Space Agency—Badan Antariksa Uni Eropa), dan Rosaviacosmos—Badan Antariksa Rusia, bersama dengan Jepang dan Kanada masih sibuk membangun ISS dan NASA merencanakan penerbangan berawak menuju Mars sebelum 2010.
Masalah paling besar yang menghalangi manusia menjelajahi antariksa sudah diketahui semenjak Jules Verne menulis Dari Bumi ke Bulan (From the Earth to the Moon) pada 1865—astronot menghabiskan sebagian besar waktunya dalam keadaan tanpa bobot. Beberapa waktu sebelum Perang Dunia II, pada tahun 1939, saat Arthur C. Clarke dan beberapa kolega membentuk Perkumpulan Antarplanet Inggris (British Interplanetary Society), mereka merancang sebuah stasiun antariksa berbentuk silinder yang berotasi pada sumbunya, sehingga gaya sentrifugal menghasilkan gaya berat kepada penghuni yang berada di bagian dalam “lantai” silinder. Stanley Kubrick menunjukkan keadaan seperti ini dalam 2001: A Space Odyssey. Desain seperti ini dibuat karena saat itu tak ada yang tahu bagaimana reaksi manusia pada keadaan tanpa bobot, karena keadaan tersebut tak dapat dihasilkan Bumi lebih lama dari beberapa detik saja. Skenario terburuk yang dibuat adalah detak jantung yang tak terkendali dan kematian yang cepat namun menyeramkan (ketakutan inilah yang membuat insinyur Uni Soviet pada masa perang dingin merancang kapsul roket yang sepenuhnya dikendalikan dari Bumi, dan yang mendorong insinyur NASA untuk mengirimkan simpanse lebih dahulu ke antariksa). Sekarang kita sudah mengetahui bahwa ketakutan itu ternyata berlebihan dan astronot yang berada dalam keadaan tanpa bobot semuanya baik-baik saja, walaupun ada banyak sekali pengaruh jangka panjang yang masih belum sepenuhnya kita mengerti. Manusia kini telah tinggal di antariksa selama lebih dari satu tahun (pemegang rekor dunia untuk tinggal paling lama di antariksa adalah Valery Polyakov, 437 hari dalam Stasiun Mir) dan beberapa astronot sudah demikian ketagihan dengan kebebasan dari gravitasi sehingga enggan untuk kembali ke Bumi.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Luar angkasa atau angkasa luar atau antariksa (juga disebut sebagai angkasa), merujuk ke bagian yang relatif kosong dari Jagad Raya, di luar atmosfer dari benda "celestial". Istilah luar angkasa digunakan untuk membedakannya dengan ruang udara dan lokasi "terrestrial". Karena atmosfer Bumi tidak memiliki batas yang jelas, namun terdiri dari lapisan yang secara bertahap semakin menipis dengan naiknya ketinggian, tidak ada batasan yang jelas antara atmosfer dan angkasa. Ketinggian 100 kilometer atau 62 mil ditetapkan oleh Federation Aeronautique Internationale merupakan definisi yang paling banyak diterima sebagai batasan antara atmosfer dan angkasa. Di Amerika Serikat, seseorang yang berada di atas ketinggian 80 km ditetapkan sebagai astronot. 120 km (75 mil atau 400.000 kaki) menandai batasan di mana efek atmosfer menjadi jelas sewaktu proses memasuki kembali atmosfer.
Penerbangan antariksa adalah penerbangan yang dilakukan hingga ketinggian 100 km atau lebih yang meliputi  eksplorasi fisik dari benda di luar Bumi dan meliputi bidang teknologi, ilmu pengetahuan, dan politik yang berhubungan dengan luar angkasa. Saat ini penerbangan antariksa digunakan untuk menempatkan satelit di tempat yang dikehendaki, mereparasi satelit, membawa satelit ke bumi atau stasion angkasa, sebagai alat transportasi ke stasiun luar angkasa atau ke bulan, pendaratan suatu planet, penjelajahan antarplanet maupun antargalaksi.

B.     Saran
Kita harus menyadari pentingnya belajar tentang penerbangan antariksa agar suatu saat Indonesia bisa mengembangkan teknologi keantariksaannya sehingga bisa mengirim astronotnya ke luar angkasa.



DAFTAR PUSTAKA

Ananta P., . 1983. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Klaten: Penerbit Intan
Winduono,  Yamin, 2009. Bumi dan Alam Semesta. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA)
http://wahyuni4brega12.blogspot.com/2014/06/makalah-kondas-ipa-6-penjelajahan.html


Post a Comment for "Penjelajahan ruang angkasa"