Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tata nama Kimia


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia tidak terlepas dari berbagai bentuk masalah dalam kehidupan, olehnya para ilmuan selalu mengkaji persoalan yang terjadi baik dalam lingkungan maupun alam secara keseluruhan. Dengan hal tersebut sejarah perkembangan yang diangkat lewat latar belakang ini adalah sejarah perkembangan tata nama senyawa kimia dan pengolongannya.
Setiap senyawa perlu mempunyai nama spesifik. Seperti halnya penamaa unsur, pada mulanya penamaan senyawa didasarkan pada berbagai hal, seperti nama tempat, nama orang, atau sifat tertentu dari senyawa yang bersangkutan.
Dewasa ini, jutaan senyawa telah dikenal dan tiap tahun ditemukan ribuan senyawa baru, sehingga diperlukan cara untuk pemberian nama. Oleh karena itu mustahil bagi kita untuk menghapalkan jutaan nama dan setiap nama berdiri sendiri, tanpa kaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam sistem penamaan yang digunakan sekarang, nama senyawa didasarkan pada rumus kimianya. Kita akan membahas cara penamaan senyawa yang terdiri dari dua dan tiga jenis unsur.

B.     Rumusan  Masalah
Berdasarkan  latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa hal yang menjadi masalah sebagai berikut :
1.      Menjelaskan pengelompokan tata nama senyawa kimia

C.    Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah :
1.      Untuk memperoleh gambaran tentang pandangan konsep kimia
2.      Untuk memperkaya  khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu kimia terutama yang berkaitan dengan tata nama senyawa kimia.
3.      Agar mampu menjelaskan dan memahami tentang tata senyawa kimia.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Tata Nama Senyawa Sederhana
Tata nama senyawa disusun berdasarkan aturan IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry).
1.      Tata Nama Senyawa Anorganik
a.      Tata Nama Senyawa Biner
      Senyawa Biner adalah senyawa yang dibentuk dari dua unsur, yang berasal dari satu unsur logam dan satu unsur nonlogam atau dari dua unsur nonlogam.
1)      Tata Nama Senyawa Biner Logam dengan Nonlogam
a)      Logam yang mempunyai satu bilangan oksidasi (alkali, alkali tanah, dan aluminium). Penamaanya dengan menyebutkan nama logam di depan dan kemudian nama nonlogam diikuti akhiran –ida.
Logam + Nonlogam –ida
Contoh:
·         NaBr    = Natrium Bromida
·         MgBr2 = Magnesium Bromida
·         Na2O   = Natrium Oksida
·         CaS       = Kalsium Sulfida
·         K2O      = Kalium Oksida
b)      Logam yang mempunyai lebih dari 1 bilangan oksidasi, penulisan nama logam di depan disertai menuliskan bilangan oksidasi dengan angka Romawi dalam tanda kurung dan nama nonlogam di belakang diakhiri dengan akhiran –ida.
Logam + (bilangan oksidasi logam) + nonlogam –ida
Contoh:
·         CuCI    = Tembaga (I) Klorida
·         SnO        = Timah (II) Oksida
·         CuCI2     = Tembaga (II) Klorida
·         SnO2          = Timah (IV) Oksida
Senyawa-senyawa yang dihasilkan tersebut berupa senyawa ion karena terbentuk dari atom yang bermuatan positif dan negatif, dengan cara serah terima elektron.
Contoh: Kalsium Klorida (CaCI2) terbentuk dari ion Ca2+ dan CI– , natrium oksida (Na2O), terbentuk dari ion Na+ dan O2-.
Cara lain menuliskan persamaan unsur logam yang memiliki bilangan oksidasi lebih dari satu yaitu sebagai berikut:
                                                        i.            Unsur logam dengan bilangan oksidasi kecil ditulis dengan akhiran –o.
                                                      ii.            Unsur logam dengan bilangan oksidasi besar ditulis dengan akhiran –i.
Contoh:
·         FeCI2   = Fero Klorida             (Bilangan oksidasi Fe = +2 => lebih kecil)
·         FeCI3   = Feri Klorida               (Bilangan oksidasi Fe = +3 => lebih besar)
·         CuCI    = Kupro Klorida           (Bilangan oksidasi Cu = +1 => lebih kecil)
·         CuCI2     = Kupri Klorida            (Bilangan oksidasi Cu = +2 => lebih besar)
2)      Tata Nama Senyawa Biner Nonlogam dengan Nonlogam
a)      Atom yang c enderung bermuatan positif diletakkan didepan, sedangkan atom yang cenderung bermuatan negatif diletakkan dibelakang dengan urutan berikut ini:
B – Si – C – Sb – As – P – N – H – Te – Se – S – I – Br – CI – O – F

Contoh:
·         Amonia               =       NH3 bukan H3N
·         Air                        =        H2O bukan OH2
b)      Senyawa dari dua jenis unsur nonlogam diberi nama kedua unsur yang bersangkutan, diberi akhiran –ida.
                                                                    i.            Atom nonlogam yang hanya membentuk satu senyawa dengan atom lain, maka atom yang cenderung bermuatan posifit diletakkan di depan dan atom yang cenderung bermuatan negatif diletakkan di belakang dengan akhiran –ida.
   Nonlogam (+) + nonlogam (-) –ida­
Contoh:
·         H2S                   =              Hidrogen Sulfida
·         HBr                   =              Hidrogen Bromida
·         HCI                   =              Hidrogen Klorida
                                                                  ii.            Pasangan atom yang bersenyawa membentuk lebih dari satu jenis senyawa diberi nama dengan menyatakan jumlah atom tiap unsur dan diakhiri dengan –ida. Angka indeks dalam bahasa Yunani yaitu:
1 = Mono                   3 = Tri               5 = Penta                7 = Hepta
2 = Di                          4 = Tetra           6 = Heksa               8 = Okta
Jumlah atom – nonlogam + jumlah atom – nonlogam –ida
 Namun, bila indeks 1 dimiliki unsur pertama, maka angka indeks tidak perlu disebutkan.
Contoh:
·         NO    =    Nitrogen Oksida
·         CCI4  =        Karbon Tetraklorida
·         NO2  =    Nitrogen Dioksida
·         SO3   =        Belerang Trioksida
·         N2O5  =    Dinitrogen Pentaoksida
·         CI2O7   =        Dikloro Heptaoksida

                                                                iii.            Untuk senyawa-senyawa yang sudah umum dikenal tidak perlu menggunakan aturan tersebut.
Contoh:
·         NH3 = Amonia
·         HO =  Air

b.      Tata Nama Senyawa Poliatomik
      Senyawa Poliatomik merupakan senyawa yang berasal dari ion-ion poliatomik. ion poliatomik adalah ion yang terdiri dari dua atom atau lebih atom-atom yang terikat bersama-sama dan membentuk ion, baik ion positif (kation) maupun ion negatif (anion).
      Anion poliatomik terbentuk dari atom nonlogam dengan oksigen (anion beroksigen). Tata nama senyawa poliatomik sesuai cara berikut ini:
1)      Untuk anion sejenis dengan jumlah oksigen berbeda yaitu jika mengandung oksigen lebih banyak namanya diberi akhiran –at, jika oksigen lebih sedikit namanya diberi akhiran –it.
Contoh:
·         SO32-       =    Sulfit
·         NO3–  =    Nitrat
·         So42-        =    Sulfat
·         NO2–  =    Nitrit
2)      Untuk anion yang mengandung jumlah oksigen sampai 4, penamaannya yaitu ion yang mengandung oksigen paling sedikit diberi awalan hipo- dan akhiran –it, jika mengandung oksigen paling banyak diberi awalan per- dan akhiran ­–at.
3)      Penamaan senyawa poliatom diawali dengna menyebutkan nama kation kemudian anionnya
Contoh:
·         Na2SO3   =    Natrium Sulfit
·         Na2SO4   =    Natrium Sulfat
·         Na3PO3   =    Natirum Fosfit
·         Na3PO4   =    Natrium Fosfat

c.       Tata Nama Senyawa Asam dan Basa
1)      Senyawa Asam
Asam merupakan senyawa yang mengandung kation H+ dan suatu anion.
a)      Senyawa asam oksi (asam poliatom)
                                                                    i.            Unsur nonlogam hanya membentuk satu senyawa berakhiran –at.
Contoh:  H2SO4     =       Asam Sulfat
                                                                  ii.            Nonlogam yang memebentuk 2 jenis asam, dengan oksigen sedikit berakhiran –it, oksigen banyak berakhir –at.
Contoh:
·         H2SO3     =       Asam Sulfit
·         HNO2         =       Asam Nitrit
·         H2SO4     =       Asam Sulfat
·         HNO3   =        Asam Nitrat
                                                                iii.            Senyawa asam oksihalogen, penamaan pada bilangan oksidasi atau jumlah oksigennya.
Contoh:
·         HCIO       =      Asam Hipoklorit
·         HCIO3     =       Asam Klorat
·         HCIO2     =       Asam Klorit
·         HCIO4     =       Asam Perklorat
b)      Asam nonoksi, penamaan pada unsur nonlogam diberi akhiran –ida.
Asam + Nama Nonlogam –ida
Contoh:
·         HCI   =    Asam klorida
·         HBr   =    Asam Bromida
·         H2S   =    Asam Sulfida

2)      Senyawa Basa
Basa adalah senyawa yang dalam larutannya mengandung ion hidroksida (OH–)
a)      Basa dari logam dengan bilangan oksidasi tunggal.
Logam + Hidroksida
Contoh:
·         CuOH        =           Tembaga (I) Hidroksida
·         Cu(OH)2    =           Tembaga (II) Hidroksida
·         Co(OH)2    =           Kobalt (II) Hidroksida
·         Co(OH)3    =           Koblat (III) Hidroksida

2.      Tata Nama Senyawa Organik
             Senyawa organik yang mempunyai komponen penyusun terbesar atom C,H, dan O. Senyawa organik mempunyai tatan nama khusus. Dibawah ini beberapa senyawa organik beserta nama lazimnya:
·         CH4                  =    Metana
·         CHCI3             =    Kloroform
·         C2H6               =    Etana
·         C2H5COOH  =    Asam Propanoat
·         CH3COOH    =    Asam Aseta
·         C6H12O6      =    Glukosa
·         C2H5OH        =    Etanol
·         C12H22O11  =        Sukrosa








BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dalam makalah ini kita mengetahui Tata nama kimia adalah serangkaian aturan persenyawaan-persenyawaan kimia yang disusun secara sistematis. Tata nama kimia disusun berdasarkan aturan IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry).

B.     Saran
Saran dari penulis yaitu marilah kita terus belajar agar ilmu dapat selalu bertambah.
   


DAFTAR PUSTAKA
http://bisakimia.com/2013/10/25/tata-nama-senyawa-sederhana/
http://nisira-mc.blogspot.co.id/2011/10/makalah-kimia.html


Post a Comment for "Tata nama Kimia"