Makam Pahlawan Aceh
Makam
Pahlawan Aceh "Cut Meutia"
Cut Nyak Meutia salah seorang
pahlawan Aceh yang kelahirannya di Keureutoe, Kecamatan Pirak Timu , Aceh Utara
pada 1870 dan wafat di Alue Kurieng, Aceh Utara pada tanggal 24 Oktober 1910 yang juga
Istri dari Teuku Chik Muhammad atau yang lebih dikenal dengan nama Teuku
Chik Di Tunong yang Makamnya di Moen Geudong Lhokseumawe.
Jalan menuju makam pahlawan Cut Meutia di ujung Krueng
Keureuto, Kecamatan Pirak Timu, Aceh Utara, rusak parah.
MAKAM CUT NYAK DHIEN
Cut
Nyak Dhien lahir pada tahun 1848 di Aceh Besar di wilayah VI Mukimm, ia
terlahir dari kalangan keluarga bangsawan. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia,
seorang uleebalang, yang juga mempunyai keturunan dari Datuk Makhudum
Sati.
Makam Cut Nyak Dien terletak di kompleks pemakaman anggota
keluarga milik Siti Khodijah, yang berjarak beberapa ratus meter arah selatan
Kota Sumedang, Jawa Barat. Lokasi makam Cut Nyak Dien tepat bersebelahan dengan
kompleks pemakaman keluarga Pangeran Sumedang di Kampung Gunung Puyuh, Desa
Sukajaya, Kecamatan Sumedang Selatan.
MAKAM
TEUKU UMAR
Teuku Umar sebagai Pahlawan Aceh dan Pahlawan Nasional sudah
cukup dikenal. Bernama lengkap Teuku Umar Djohan Pahlawan, yang nenek moyangnya
berasal dari Minangkabau, turunan Datuk Makudum Sati, pahlawan kelahiran
Meulaboh, Aceh Barat, pada tahun 1854, dikenal sebagai orang sakti. Sangat
lihai dan ahli dalam siasat perang.
Alamat : Desa Meugo Rayeuk, jarak tempuh
sekitar 35 km dari Kota Meulaboh. Teuku Umar Johan pahlawan gugur di Daerah Suak Ujong Kalak dan dimakamkan
di desa Meugo Rayeuk, yg merupakan kawasan hutan lindung. Teuku Umar meupakan
pahlawan nasional. Makam Teuku Umar ini ramai dikunjungi oleh wisata dan
wisatawan asing sebagai tempat bersejarah.
Teungku Chik di Tiro
Teungku Chik
di Tiro bernama asli Muhammad Saman dilahirkan di
Cumbok-Lamlo, Tiro, Aceh, pada tahun 1836 dan wafat di Aneuk Galong, Aceh
Besar, Januari 1891. Beliau adalah seorang pahlawan nasional dari Aceh. Salah
satu cucunya adalah Hasan di Tiro, pendiri dan pemimpin Gerakan Aceh Merdeka.
Makam Teungku
Chik di Tiro di Gp. Meureu Ulee Titi, Indrapuri, Aceh Besar, Mureu
Lamglumpang, Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, Aceh 23363, Indonesia.
MAKAM
POCUT BAREN
Pocut
Baren merupakan anak perempuan seorang uleebalang Teuku
Cut Anmat Tungkop sebuah kemukiman di Kecamatan Sungai Mas, Kabupaten Aceh Barat. Ia lahir pada
tahun 1880 di
Kabupaten Aceh Barat.
Setelah
dewasa menikah dengan seorang Keujruen yang kemudian menjadi
Uleebalang Gume, Kabupaten Aceh Barat. Yang kemudian tewas dalam peperangan
melewan Belanda. Peperangan yang dia ikut juga didalamnya. Namun kematian
suaminya tidak menyurutkan semangatnya untuk terus melanjutkan berjuang.
Setelah suaminya tewas kemudian Pocut Baren menggantikan suaminya sebagai
uleebalang, Dalam berptempur Pocut Baren selalu diiringi oleh semacam pengawal,
terdiri dari lebih kurang tiga puluh orang pria. Kemana-mana ia selalu memakai
peudeueng tajam (pedang tajam), sejenis kelewang bengkok
KOMPLEK makam seluas 500 meter bujur sangkar itu
dipagari besi. Letaknya di atas gunung di kawasan Desa Tungkop Kecamatan Sungai
Mas, Aceh Barat. Tepat di depan pintu masuk komplek tertulis: Makam Pahlawan
Pocut Baren.
MAKAM MALAHAYATI
Malahayati, adalah
salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Nama aslinya
adalah Keumalahayati. Ayah Keumalahayati bernama Laksamana Mahmud Syah.
Kakeknya dari garis ayahnya adalah Laksamana Muhammad Said Syah putra dari
Sultan Salahuddin Syah yang memerintah sekitar tahun 1530-1539 M. Adapun Sultan
Salahuddin Syah adalah putra dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513-1530
M), yang merupakan pendiri Kerajaan Aceh Darussalam.
Pada tahun 1585-1604,
memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima
Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.
Malahayati memimpin
2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah tewas)
berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda tanggal 11 September
1599 sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu
di geladak kapal, dan mendapat gelar Laksamana untuk keberaniannya ini,
sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati.
Setelah wafat dalam pertempuran Teluk
Krueng Raya, beliau dimakamkan tidak jauh dari benteng Inong Balee, di sebuah
bukit kecil yang sekarang letaknya sekitar 500m dari Pelabuhan Malahayati,
Krueng Raya. Dikelilingi dengan pagar putih, dengan pepohonan tinggi menjulang,
kompleks makam Malahayati tampak bersih, rapi, dan asri.
Post a Comment for "Makam Pahlawan Aceh"