Zat Warna Makanan yang Berbahaya terhadap Manusia
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Makanan,
tentunya setiap orang yang mendengarnya pun akan tergugah untuk mencobanya
apalagi jika penampilan serta warnanya yang menarik. Warna penting bagi banyak
makanan, baik bagi makanan yang diproses maupun tidak. Warna memegang peran
penting dalam keterterimaan makanan. Selain itu, warna dapat memberi petunjuk
mengenai perubahan kimia dalam makanan, seperti pencoklatan dan pengkaramelan.
Penambahan zat pewarna pada makanan bertujuan agar makanan lebih menarik. Zat pewarna
sendiri secara luas digunakan di seluruh dunia.
Di
Indonesia, sejak dahulu orang banyak menggunakan pewarna makanan tradisional
yang berasal dari bahan alami, misalnya kunyit untuk warna kuning, daun suji
untuk warna hijau dan daun jambu untuk warna merah.Penggunaan zat pewarna untuk makanan (baik yang diizinkan maupun dilarang)
diatur dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 235/MenKes/Per/VI/79 dan direvisi
melalui SK Menteri Kesehatan RI No. 722/MenKes/Per/VI/88 mengenai bahan
tambahan makanan. Zat pewarna makanan alami sejak dulu telah dikenal
dalam industri makanan untuk meningkatkan daya tarik produk makanan tersebut,
sehingga konsumen tergugah untuk membelinya. Pada umumnya pewarna alami aman
dikonsumsi namun mempunyai kelemahan, yakni ketersediaannya terbatas dan
warnanya tidak homogen sehingga tidak cocok digunakan untuk industri makanan
dan minuman.
Penggunaan bahan alami untuk produk massal akan
meningkatkan biaya produksi menjadi lebih mahal dan lebih sulit karena sifat
pewarna alami tidak homogen sehingga sulit menghasilkan warna yang stabil.
Kemajuan teknologi pangan memungkinkan zat pewarna dibuat secara
sintetis. Dalam jumlah yang sedikit, suatu zat kimia bisa memberi warna yang
stabil pada produk pangan. Dengan demikian produsen bisa menggunakan lebih
banyak pilihan warna untuk menarik perhatian konsumen. Namun biasanya para
produsen lebih memilih untuk menggunakan
bahan pewarna sintetis yang bisa
menguntungkan untuk produksi makanannya tanpa memperhatikan bahaya yang
ditimbulkan bagi konsumen jika menggunakan bahan pewarna sintetis. Mungkin bahaya yang ditimbulkan tidak terasa dalam jangka pendek, tapi
jika dikonsumsi terus-menerus maka efeknya pun akan terasa dalam jangka
panjang.
Kenyataannya, kita sebagai konsumen akan sulit
membedakan makanan yang mengandung pewarna alami ataupun pewarna sintetis. Sehingga diperlukan adanya perhatian lebih mengenai hal tersebut.
Bagaimana cara membedakannya, bahayanya serta cara penggunaan yang tepat dalam
makanan. Untuk itulah didalam makalah tersebut dibahas mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan zat pewarna makanan baik alami ataupun sintetis.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dari latar
belakang diatas penulis merumuskan masalah tentang zat pewarna makanan yang
berbahaya bagi tubuh manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
ZAT PEWARNA
Zat pewarana
makanan adalah zat yang sering digunakan untuk memberikan efek warna pada
makanan sehingga makanan terlihat lebih menarik sehingga
menimbulkan selera orang untuk
mencicipinya. Menurut Winarno (1995), yang dimaksud dengan zat pewarna adalah
bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki warna makanan yang berubah atau
menjadi pucat selama proses pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan
yang tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik. Menurut PERMENKES RI No.722/Menkes/Per/IX/1988,
zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau member
warna pada makanan. Warna pada makanan merupakan indikator kesegaran
atau kematangan. Zat pewarna makanan dapat diperoleh dari bahan alam atau dari
bahan buatan.
Penampilan
makanan, termasuk warnanya, sangat berpengaruh untuk menggugah selera.
Penambahan zat pewarna pada makanan bertujuan agar makanan lebih menarik. Zat
pewarna sendiri secara luas digunakan di seluruh dunia. Di Indonesia, sejak
dahulu orang banyak menggunakan pewarna makanan tradisional yang berasal dari
bahan alami, misalnya kunyit untuk warna kuning, daun suji untuk warna hijau
dan daun jambu untuk warna merah. Pewarna alami ini aman dikonsumsi namun
mempunyai kelemahan, yakni ketersediaannya terbatas dan warnanya tidak homogen
sehingga tidak cocok digunakan untuk industri makanan dan minuman. Penggunaan
bahan alami untuk produk massal akan meningkatkan biaya produksi menjadi lebih
mahal dan lebih sulit karena sifat pewarna alami tidak homogen sehingga sulit
menghasilkan warna yang stabil. Kemajuan teknologi pangan pangan memungkinkan
zat pewarna dibuat secara sintetis. Dalam jumlah yang sedikit, suatu zat kimia
bisa memberi warna yang stabil pada produk pangan. Dengan demikian produsen
bisa menggunakan lebih banyak pilihan warna untuk menarik perhatian konsumen.
B.
BAHAYA ZAT
PEWARNA BAGI TUBUH MANUSIA
Proses
pembuatan zat pewarna sintetik biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat
atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat
lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai
produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara yang kadang-kadang berbahaya
dan sering kali tertinggal dalam hasil akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa
baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa
kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,00014 persen dan timbal tidak boleh
lebih dari 0,001 persen, sedangkan logam berat lainnnya tidak boleh ada.
Kelarutan
pewarna sintetik ada dua macam yaitu dyes dan lakes. Dyes adalah zat warna yang
larut air dan diperjual belikan dalam bentuk granula, cairan, campuran
warna dan pasta. Digunakan untuk mewarnai minuman
berkarbonat, minuman ringan, roti, kue-kue produk susu, pembungkus sosis, dan
lain-lain. Lakes adalah pigmen yang dibuat melalui pengendapan dari penyerapan
dye pada bahan dasar, biasa digunakan pada pelapisan tablet, campuran adonan
kue, cake dan donat.
Rhodamin B.
Rhodamin B adalah salah satu pewarna sintetik yang tidak boleh dipergunaan
untuk makanan, selain itu pewarna lainnya yang dilarang adalah Metanil Yellow
Rhodamin B memiliki rumus molekul C28H31N2O3Cl, dengan berat molekul sebesar
479.000. Rhodamin B berbentuk kristal hijau atau serbuk-unggu kemerah-merahan,
sangat mudah larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan
dan berflourensi kuat. Selain mudah larut dalam air juga larut dalam alkohol,
HCl dan NaOH. Rhodamin B ini biasanya dipakai dalam pewarnaan kertas, di dalam
laboratorium digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg,
dan Th. Rhodamin B sampai sekarang masih banyak digunakan untuk mewarnai
berbagai jenis makanan dan minuman (terutama untuk golongan ekonomi lemah),
seperti kue-kue basah, saus, sirup, kerupuk dan tahu (khususnya Metanil
Yellow), dan lain-lain.
Menurut
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, ciri-ciri makanan yang diberi Rhodamin B
adalah warna makanan merah terang mencolok. Biasanya makanan yang diberi
pewarna untuk makanan warnanya tidak begitu merah terang mencolok. Tanda-tanda
dan gejala akut bila terpapar Rhodamin B :
1.
Jika terhirup dapat menimbulkan
iritasi pada saluran pernafasan.
2.
Jika terkena kulit dapat menimbulkan
iritasi pada kulit.
3.
Jika terkena mata dapat menimbulkan
iritasi pada mata, mata kemerahan, udem pada kelopak mata.
4.
Jika tertelan dapat menimbulkan
gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda.
Metanil
Yellow juga merupakan salah satu zat pewama yang tidak diizinkan untuk
ditambahkan ke dalam bahan makanan. Metanil Yellow digunakan sebagai pewama
untuk produk-produk tekstil (pakaian), cat kayu, dan cat lukis. Metanil juga
biasa dijadikan indikator reaksi netralisasi asam basa.
C.
JENIS-JENIS
ZAT PEWARNA BERBAHAYA
1.
FORMALIN
Formalin
adalah nama populer dari zat kimia formaldehid yang dicampur dengan air.
Larutan formalin tidak berwarna, berbau menyengat, larut dalam air dan alkohol.
La-rutan formalin mengandung 37% formalin gas dan methanol.
Peruntukkan sebenarnya?
Peruntukkan sebenarnya?
Pengawet
mayat, disinfektan, antiseptik, anti jamur, fiksasi jaringan, industri tekstil
dan kayu lapis, juga sebagai germisida dan fungisida (pada tanaman/sayuran),
sebagai pembasmi lalat dan serangga lainnya.
Penyimpangan pada industri pangan?
Penyimpangan pada industri pangan?
Formalin
sering dipakai untuk mengawetkan produk mie basah, tahu, dan ikan segar.
Tanda-tanda penyimpangan pada
produk?
·
Tahu : lebih kenyal, bisa tahan
hingga 2 hari, tidak dikerubungi lalat, terdapat bau khas formalin, dll.
·
Mie kuning : lebih kenyal, bisa
tahan 2-3 hari (kalau tidak pakai hanya bertahan 4-6 jam), tidak dikerubungi lalat,
memi-liki warna lebih terang dari biasanya, terdapat bau khas formalin.
·
Ikan segar : lebih awet, nampak
sekilas lebih segar, tekstur awet, tidak dikeru-bungi lalat, dll. Bau khas
formalin mem-buat lalat enggan mendekat.
Efek
(dampak) negatif bagi tubuh?
·
Jika terhirup, formalin akan
menyebabkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernapas, napas
pendek, sakit kepala, dan kanker paru-paru.
·
Di antara efek formalin pada kulit
adalah munculnya warna kemerahan, gatal, dan ter-bakar. Pada mata, senyawa ini
akan menyebabkan kemerahan, gatal, berair, kerusakan, pandangan kabur, s.d.
kebutaan.
·
Kalau kandungannya sudah sangat
tinggi, formalin akan mengakibatkan iritasi pada lambung, alergi, muntah, diare
bercampur darah, dan kencing bercampur darah. Bukan itu saja, formalin juga
bisa mengakibatkan kematian karena kegagalan peredaran darah
2. BORAKS
Apakah
boraks itu?
Boraks (asam borat) adalah senyawa berbentuk
kristal putih, tidak berbau, dan stabil pada suhu serta tekanan normal.
Peruntukkan sebenarnya?
Banyak dipakai untuk mematri logam, proses
pembuatan gelas dan enamel, sebagai pengawet kayu, dan pembasmi kecoa.
Penyimpangan
pada industri pangan?
Banyak
dipakai pada : bakso, kerupuk karaks, mie bakso, tahu, batagor, pangsit.
Efek
(dampak) negatif bagi tubuh?
Pemakaian yang sedikit dan lama akan terjadi
akumulasi (penimbunan) pada jaringan otak, hati, lemak, dan ginjal. Pemakaian
dalam jumlah banyak mengakibatkan demam, anuria, koma, depresi, dan apatis
(gangguan yang bersifat sarafi).
3. RHODAMIN – B
Apakah
Rhodamin – B itu?
Rhodamin – B (Rhodamin – B) adalah pewarna
sintetis berbentuk kristal, tidak berbau, berwarna merah keunguan, dalam
larutan berwarna merah terang berpendar.
Peruntukkan
sebenarnya?
Pewarna kertas, tekstil, dan cat tembok.
Penyimpangan
pada industri pangan?
Banyak
dipakai pada : minuman (es mambo, limun, syrup), lipstik, permen, obat, saos.
Efek
(dampak) negatif bagi tubuh?
Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi
pada saluran pernafasan. Dapat pula menimbu-kan iritasi pada kulit, iritasi
pada mata (kemerahan, oedema pada kelopak), iritasi pada saluran pencernaan
(keracunan, air seni ber-warna merah, kerusakan ginjal), dll.
Akumulasi
dalam waktu lama berakibat gangguan fungsi hati hingga kanker hati, merusak
kulit wajah, pengelupasan kulit, hipopigmentasi, hiperpigmentasi, dll.
4. METHANYL
YELLOW
Apakah
Methanyl yellow itu?
Methanyl
yellow adalah pewarna sintetis berwarna kuning menyala.
Peruntukkan
sebenarnya?
Pewarna kertas,
tekstil, dan cat tembok.
Penyimpangan
pada industri pangan?
Banyak
dipakai pada : minuman (sirup, limun), agar-agar (jelly), limun, manisan
(pisang, mangga, kedondong, dll.), permen.
Efek
(dampak) negatif bagi tubuh?
(lihat :
Rhodamin – B).
Tanda-tanda
penyimpangan pada produk?
Warnanya terlihat homogen/seragam, cerah,
penampakannya mengkilat, dll.
dengan pesatnya kemajuan zaman para produsen nakal selalu berkelit untuk selalu menambahkan bahan yang berbahaya tersebut, walau mereka sudah tau efeknya terhadap tubuh konsumen, karena mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri, dengan itu mereka menghiraukan kesehatan siapa saja.
dengan pesatnya kemajuan zaman para produsen nakal selalu berkelit untuk selalu menambahkan bahan yang berbahaya tersebut, walau mereka sudah tau efeknya terhadap tubuh konsumen, karena mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri, dengan itu mereka menghiraukan kesehatan siapa saja.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Zat pewarana makanan adalah zat yang sering digunakan
untuk memberikan efek warna pada makanan sehingga makanan terlihat lebih
menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk mencicipinya. Menurut Winarno (1995),
yang dimaksud dengan zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat
memperbaiki warna makanan yang berubah atau menjadi pucat selama proses
pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan yang tidak berwarna agar
kelihatan lebih menarik.
Menurut PERMENKES RI
No.722/Menkes/Per/IX/1988, zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat
memperbaiki atau member warna pada makanan. Warna pada
makanan merupakan indikator kesegaran atau kematangan. Zat pewarna makanan
dapat diperoleh dari bahan alam atau dari bahan buatan.
B.
SARAN
·
Kode registrasi produk yang telah
teregistrasi biasanya telah dikaji keamanannya.
·
Ingredient atau bahan-bahan yang
terkandung dalam produk pangan, Sebaiknya hindari membeli produk yang tidak
mencantumkan informasi bahan kandungannya.
·
Petunjuk aturan pakai, Informasi ini
untuk memudahkan Anda dalam mengonsumsi produk pangan.
·
Informasi efek samping, Ini salah
satu faktor penting yang perlu diketahui sebelum membeli dan mengonsumsi produk
pangan khususnya yanq berisiko pada orang-orang tertentu.
·
Expired date atau kedaluwarsa
produk, Pastikan produk pangan yang dibeli masih belum kedaluwarsa agar tetap
terjamin keamanannya.
DAFTAR PUSTAKA
Baliwati, dkk. 2004. Pengantar
Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Cahyadi,W. 2006. Analisis
dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara, Jakarta.
Slamet, S.
1994. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University, Yogyakarta.
Winarno. 1995. Kimia Pangan dan
Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Yuliarti, N. 2007. Awas
Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Andi, Yogyakarta.
Post a Comment for "Zat Warna Makanan yang Berbahaya terhadap Manusia"