Anabolisme karbohidrat
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Anabolisme adalah lintasan metabolisme yang menyusun beberapa senyawa
organik sederhana menjadi senyawa kimia atau molekul kompleks. Proses ini
membutuhkan energi dari luar. Energi yang digunakan dalam reaksi ini dapat berupa
energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya digunakan
untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa yang lebih
kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang diperlukan tersebut tidak hilang,
tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada senyawa kompleks yang
terbentuk. Anabolisme meliputi tiga tahapan dasar. Pertama, produksi prekursor
seperti asam amino, monosakarida, dan nukleotida. Kedua, adalah aktivasi
senyawa-senyawa tersebut menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP.
Ketiga, penggabungan prekursor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti
protein, polisakarida, lemak, dan asam nukleat.
Anabolisme yang menggunakan
energi cahaya dikenal dengan fotosintesis, sedangkan anabolisme yang menggunakan
energy kimia dikenal dengan kemosintesis. Hasil-hasil anabolisme berguna dalam
fungsi yang esensial. Hasil-hasil tersebut misalnya glikogen dan protein
sebagai bahan bakar dalam tubuh, asam nukleat untuk pengkopian informasi
genetik. Protein, lipid, dan karbohidrat menyusun struktur tubuh makhluk hidup,
baik intraselular maupun ekstraselular. Bila sintesis bahan-bahan ini lebih
cepat dari perombakannya, maka organisme akan tumbuh.
Anabolisme karbohidrat merupakan serangkaian reaksi kimia yang substrat awalnya adalah molekul kecil dan produk akhirnya adalah molekul besar atau dengan kata lain reaksi yang bertujuan untuk penyusunan atau sintesis molekul. Mahasiswa Biologi memiliki tuntutan untuk dapat memahami anabolisme karbohidrat sebagai konsekuensi atas bidang ilmunya dan juga sebagai rasa syukur terhadap fasilitas yang telah Allah ciptakan.
Anabolisme karbohidrat merupakan serangkaian reaksi kimia yang substrat awalnya adalah molekul kecil dan produk akhirnya adalah molekul besar atau dengan kata lain reaksi yang bertujuan untuk penyusunan atau sintesis molekul. Mahasiswa Biologi memiliki tuntutan untuk dapat memahami anabolisme karbohidrat sebagai konsekuensi atas bidang ilmunya dan juga sebagai rasa syukur terhadap fasilitas yang telah Allah ciptakan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1.
Apa pengertian dari anabolisme
karbohidrat?
2.
Proses apa saja yang termasuk
dalam anabolisme karbohidrat?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Anabolisme
Karbohidrat
Anabolisme adalah suatu peristiwa perubahan senyawa sederhana
menjadi senyawa kompleks, nama lain dari anabolisme adalah peristiwa sintesis
atau penyusunan. Anabolisme memerlukan energi, misalnya : energi cahaya untuk
fotosintesis, energi kimia untuk kemosintesis.
Anabolisme
meliputi tiga tahapan dasar. Pertama, produksi prekursor seperti asam amino,
monosakarida, dan nukleotida. Kedua, pengaktivasian senyawa-senyawa tersebut
menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP. Ketiga, penggabungan
prekursor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein, polisakarida,
lemak, dan asam nukleat. Anabolisme yang menggunakan energi cahaya dikenal
dengan fotosintesis, sedangkan anabolisme yang menggunakan energi kimia dikenal
dengan kemosintesis.
1.
Fotosintesis
Salah satu
contoh peristiwa anabolisme karbohirat adalah fotosintesis. Fotosintesis adalah
proses pengubahan zat organik (karbohidrat) dengan pertolongan cahaya. Organel
yang berperan dalam fotosintesis adalah kloroplas. Di dalam kloroplas inilah
penyerapan sinar oleh klorofil dimulai pada proses fotosíntesis. Kloroplas
dibungkus oleh dua lapisan (membran). Membran dlam berupa suatu membran yang
kompleks. Pada membran ini terdapat beberapa lapisan kantong yang rata, disebut
granum. Di dalam seluruh granum terdapat larutan protein yang disebut stroma.
Arti
fotosintesis adalah proses penyusunan atau pembentukan dengan menggunakan
energi cahaya atau foton. Sumber energi cahaya alami adalah matahari yang
memiliki spektrum cahaya infra merah (tidak kelihatan), merah, jingga, kuning,
hijau, biru, nila, ungu dan ultra ungu (tidak kelihatan). Yang digunakan dalam
proses fetosintesis adalah spektrum cahaya tampak, dari ungu sampai merah,
infra merah dan ultra ungu tidak digunakan dalam fotosintesis. Dalam
fotosintesis, dihasilkan karbohidrat dan oksigen, oksigen sebagai hasil
sampingan dari fotosintesis, volumenya dapat diukur, oleh sebab itu untuk
mengetahui tingkat produksi fotosintesis adalah dengan mengatur volume oksigen
yang dikeluarkan dari tubuh tumbuhan.
Untuk
membuktikan bahwa dalam fotosintesis diperlukan energi cahaya matahari, dapat
dilakukan percobaan Ingenhousz. Senyawa kompleks yang disintesis organisme
tersebut adalah senyawa organik atau senyawa hidrokarbon. Autotrof, seperti
tumbuhan, dapat membentuk molekul organik kompleks di sel seperti polisakarida
dan protein dari molekul sederhana seperti karbon dioksida dan air. Di lain
pihak, heterotrof, seperti manusia dan hewan, tidak dapat menyusun senyawa
organik sendiri. Jika organisme yang menyintesis senyawa organik menggunakan
energi cahaya disebut fotoautotrof, sementara itu organisme yang menyintesis
senyawa organik menggunakan energi kimia disebut kemoautotrof.
Proses
fotosintesis yang terjadi di kloroplas berlangsung melalui dua tahap reaksi
yaitu, reaksi terang (memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan
cahaya).
a.
Reaksi terang
Pada tahap
pertama, energi matahari ditangkap oleh pigmen penyerap cahaya dan diubah
menjadi bentuk energi kimia, ATP, dan senyawa pereduksi NADPH. Proses ini
disebut tahap reaksi terang. Atom hidrogen dari molekul H2O dipakai untuk
mereduksi NADP+ menjadi NADPH, dan O2 dilepaskan sebagai hasil samping reaksi
fotosintesis. Reaksi ini juga dirangkaikan dengan reaksi endergonik, membentuk
ATP dari ADP + Pi. Dengan demikian, reaksi terang dapat dituliskan dengan
persamaan:
Pembentukan
ATP dari ADP + Pi, merupakan suatu mekanisme penyimpanan energi matahari yang
diserap kemudian diubah menjadi bentuk energi kimia. Proses ini
disebut fosforilasi fotosintesis atau fotofosforilasi.
Pada reaksi terang yang terjadi di grana, energi cahaya memacu pelepasan
elektron dari fotosistem di dalam membran tilakoid. Fotosistem adalah tempat
berkumpulnya beratus-ratus molekul pigmen fotosintesis. Aliran elektron melalui
sistem transpor menghasilkan ATP dan NADPH. ATP dan NADPH dapat terbentuk
melalui jalur non siklik, yaitu elektron mengalir dari molekul air, kemudian
melalui fotosistem II dan fotosistem I. Elektron dan ion hidrogen akan
membentuk NADPH dan ATP. Oksigen yang dibebaskan berguna untuk respirasi aerob.
Pusat reaksi pada fotosistem I mengandung klorofil a, disebut sebagai P700,
karena dapat menyerap foton terbaik pada panjang gelombang 700 nm. Pusat reaksi
pada fotosistem II mengandung klorofil a yang disebut sebagai P680, karena
dapat menyerap foton terbaik pada panjang gelombang 680 nm.
b.
Reaksi gelap (reaksi tidak
tergantung cahaya)
Disebut juga
siklus Calvin-Benson. Reaksi ini disebut reaksi gelap, karena tidak tergantung
secara langsung dengan cahaya matahari. Reaksi gelap terjadi di stroma.
Namun demikian, reaksi ini tidak mutlak terjadi hanya pada kondisi gelap.
Reaksi gelap memerlukan ATP, hidrogen, dan elektron dari NADPH, karbon dan
oksigen dari karbondioksida, enzim yang mengkatalisis setiap reaksi, dan RuBp
(Ribulosa bifosfat) yang merupakan suatu senyawa yang mempunyai 5 atom karbon. Reaksi
gelap terjadi melalui beberapa tahapan, yaitu:
§
Karbondioksida diikat oleh RuBp (Ribulosa
bifosfat yang terdiri atas 5 karbon) menjadi senyawa 6 karbon yang labil.
Senyawa 6 karbon ini kemudian memecah menjadi 2 fosfogliserat (PGA).
§
Masing-masing PGA menerima gugus
pfosfat dari ATP dan menerima hidrogen serta e- dari NADPH. Reaksi ini menghasilkan
PGAL (fosfogliseraldehida).
§
Tiap 6 molekul karbon dioksida yang
diikat dihasilkan 12 PGAL.
§
Dari 12 PGAL, 10 molekul kembali ke
tahap awal menjadi RuBp, dan seterusnya RuBp akan mengikat CO2 yang baru.
§
Dua PGAL lainnya akan berkondensasi
menjadi glukosa 6 fosfat. Molekul ini merupakan prekursor (bahan baku) untuk
produk akhir menjadi molekul sukrosa yang merupakan karbohidrat untuk diangkut
ke tempat penimbunan tepung pati yang merupakan karbohidrat yang tersimpan
sebagai cadangan makanan.
B.
Proses Anabolisme Karbohidrat
Jalur
anabolisme yang membentuk senyawa-senyawa dari prekursor sederhana mencakup:
1.
Glikogenesis, pembentukan glikogen
dari glukosa.
Glikogenesis adalah lintasan
metabolisme yang mengkonversi glukosa menjadi glikogen untuk disimpan di dalam
hati. Lintasan ini diaktivasi di dalam hati, oleh hormon insulin sebagai respon
terhadap rasio gula darah yang meningkat, misalnya karena kandungan karbohidrat
setelah makan; atau teraktivasi pada akhir siklus Cori.
2.
Penyimpangan atau kelainan metabolisme
pada lintasan ini disebut glikogenosis.
Glukoneogenesis, pembentukan glukosa
dari senyawa organik lain.
Glukoneogenesis adalah lintasan metabolisme yang digunakan oleh tubuh, selain glikogenolisis, untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa di dalam plasma darah untuk menghindari simtoma hipoglisemia. Pada lintasan glukoneogenesis, sintesis glukosa terjadi dengan substrat yang merupakan produk dari lintasan glikolisis, seperti asam piruvat, asam suksinat, asam laktat, asam oksaloasetat, terkecuali:
Glukoneogenesis adalah lintasan metabolisme yang digunakan oleh tubuh, selain glikogenolisis, untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa di dalam plasma darah untuk menghindari simtoma hipoglisemia. Pada lintasan glukoneogenesis, sintesis glukosa terjadi dengan substrat yang merupakan produk dari lintasan glikolisis, seperti asam piruvat, asam suksinat, asam laktat, asam oksaloasetat, terkecuali:
3.
Jalur sintesis porfirin
Porfirin adalah senyawa siklik yang
dibentuk dari gabungan empat cincin pirol melalui jembatan metenil (-CH=).
Sifat khas porfirin adalah pembentukan kompleks dengan ion-ion logam
(metaloporfirin) yang terikat pada atom nitrogen cincin-cincin pirol. Sebagai
contoh misalnya heme yang merupakan porfirin besi dan klorofil, merupakan
porfirin magnesium.
Di alam, metaloporfirin terkonjugasi dengan protein
membentuk senyawa-senyawa penting dalam proses biologi, antara lain: (1) Hemoglobin,
merupakan porfirin besi yang terikat pada protein globin dan mempunyai fungsi
penting pada mekanisme transport oksigen dalam darah;(2) Mioglobin, merupakan
pigmen pernafasan yang terdapat dalam sel-sel otot; (3) Sitokrom, berperan
sebagai pemindah elektron (electron transfer) pada proses oksidasi
reduksi.
Porfirin mengandung nitrogen tersier pada 2 cincin
pirolen sehingga bersifat basa lemah dan adanya gugus karboksil pada rantai
sampingnya menyebabkan juga bersifat asam. Titik isoelektriknya berkisar pada
pH 3-4, sehingga pada pH trersebut porfirin mudah diendapkan dalam larutan air.
Berbagai jenis porfirinogen tidak berwarna, sedangkan berbagai jenis porfirin
berwarna. Porfirin dan derivat-derivatnya mempunyai spektrum absorbsi yang khas
pada daerah yang dapat dilihat dan pada daerah ultraviolet. Larutan porfirin
dalam HCl 5% mempunyai pita absorbsi pada 400 nm yang disebut pita Soret.
Porfirin dalam asam mineral kuat atau pelarut organik
dan kemudian disianari sinar ultraviolet akan memancarkan fluoresensi merah
yang kuat. Sifat fluoresensi ini sangat khas sehingga sering dipakai untuk
mendeteksi porfirin bebas dengan jumlah yang sedikit. Sifat absorbsi dan
fluoresensi yang khas dari porfirin disebabkan oleh ikatan rangkap yang
menyatukan cincin pirol. Ikatan rangkap ini tidak ada pada porfirinogen
sehingga tidak menunjukkan sifat-sifat tersebut. Jika porfirinogen mengalami
oksidasi dengan melepaskan 6 atom H akan terbentuk porfirin yang mempunyai ikatan
rangkap.
C.
Biosintesis
Heme
Tahap-tahap Biosintesis Heme
Biosintesis
heme dapat terjadi pada sebagian besar jaringan kecuali eritrosit dewasa yang
tidak mempunyai mitokondria. Sekitar 85% sintesis heme terjadi pada sel-sel
prekursor eritoid di sumsum tulang dan sebagian besar sisanya di sel hepar.
Biosintesis heme dapat dibagi menjadi 2 tahap, yaitu: (1) Sintesis porfirin;
(2) Sintesis heme.
Biosintesis
heme dimulai di mitokondria melalui reaksi kondensasi antara suksinil-KoA yang
berasal dari siklus asam sitrat dan asam amino glisin. Reaksi ini memerlukan
piridoksal fosfat untuk mengaktivasi glisin, diduga piridoksal bereaksi dengan
glisin membentuk basa Shiff, di mana karbon alfa glisin dapat bergabung dengan
karbon karbosil suksinat membentuk α-amino-β-ketoadipat yang dengan cepat
mengalami dekarboksilasi membentuk d-amino levulinat (ALA/AmLev). Rangkaian
reaksi ini dikatalisis oleh AmLev sintase/sintetase yang merupakan enzim
pengendali laju reaksi pada biosintesis porfirin.
AmLev yang
terbentuk kemudian keluar ke sitosol. Di sitosol 2 molekul AmLev dengan
perantaraan enzim AmLev dehidratase/dehidrase membentuk porfobilinogen yang
merupakan prazat pertama pirol. AmLev dehidratase merupakan enzim yang
mengandung seng dan sensitif terhadap inhibisi oleh timbal
Empat porfobilinogen selanjutnya mengadakan kondensasi membentuk tetrapirol linier yaitu hidroksi metil bilana yang dikatalisis oleh enzim uroporfirinogen I sintase (porfobilinogen deaminase). Hidroksi metil bilana selanjutnya mengalami siklisasi spontan membentuk uroporfirinogen I yang simetris atau diubah menjadi uroporfirinogen III yang asimetris dan membutuhkan enzim tambahan yaitu uroporfirinogen III kosintase Pada kondisi normal hampir selalu terbentuk uroporfirinogen III.
Empat porfobilinogen selanjutnya mengadakan kondensasi membentuk tetrapirol linier yaitu hidroksi metil bilana yang dikatalisis oleh enzim uroporfirinogen I sintase (porfobilinogen deaminase). Hidroksi metil bilana selanjutnya mengalami siklisasi spontan membentuk uroporfirinogen I yang simetris atau diubah menjadi uroporfirinogen III yang asimetris dan membutuhkan enzim tambahan yaitu uroporfirinogen III kosintase Pada kondisi normal hampir selalu terbentuk uroporfirinogen III.
Uroporfirinogen
III selanjutnya mengalami dekarboksilasi, semua gugus asetatny (A) menjadi
gugus metil (M) membentuk koproporfirinogen III. Reaksi ini dikatalisis oleh
enzim uroporfirinogen dekarboksilase. Enzim ini juga mampu mengubah
uroporfirinogen I menjadi koproporfirinogen I.
Selanjutnya,
koproporfirinogen III masuk ke dalam mitokondria serta mengalami dekarboksilasi
dan oksidasi, gugus propionat (P) pada cincin I dan II berubah menjadi vini
(V). Reaksi ini dikatalisis oleh koproporfirinogen oksidase dan membentuk
protoporfirinogen IX. Enzim tersebut hanya bisa bekerja pada koproporfirinogen
III, sehingga protoporfirinogen I umumnya tidak terbentuk. Protoporfirinogen IX
selanjutnya mengalami oksidasi oleh enzim protoporfirinogen oksidase membentuk
protoporfirin IX. Protoporfirin IX yang dihasilkan akan mengalami proses
penyatuan dengan Fe++ melalui suatu reaksi yang dikatalisis oleh heme sintase
atau ferokelatase membentuk heme.
Pengendalian
Biosintesis Heme
Enzim yang
bertindak sebagai regulator biosintesis heme adalah AmLev sintase. Heme yang
mungkin bekerja melalui molekul aporepresor menghambat sintesis AmLev sintase,
dalam hal ini kemungkinan terjadi feed back negative. Obat yang metabolismenya
menggunakan hemoprotein spesifik di hati (sitokrom-P450) menyebabkan
konsentrasi heme intra seluler menurun. Hal ini menyebabkan represi terhadap
AmLev sintase menurun. Aktivitas AmLev sintase meningkat sehingga sintesis heme
juga meningkat. Pemberian glukosa dan hematin dapat mencegah pembentukan AmLev
sintase sehingga menurunkan sintesis heme.
§
Jalur HMG-CoA reduktase, mengawali
pembentukan kolesterol dan isoprenoid.
§
Metabolisme sekunder, jalur-jalur metabolisme
yang tidak esensial bagi pertumbuhan, perkembangan, maupun reproduksi, namun
biasanya berfungsi secara ekologis, misalnya pembentukan alkaloid dan
terpenoid.
Metabolisme sekunder adalah berbagai macam reaksi yang produknya tidak secara langsung terlibat dalam pertumbuhan normal. Dalam hal ini metabolit sekunder berbeda dengan bahan metabolit intermediet yang memang merupakan produk dari metabolisme normal.
Metabolisme sekunder adalah berbagai macam reaksi yang produknya tidak secara langsung terlibat dalam pertumbuhan normal. Dalam hal ini metabolit sekunder berbeda dengan bahan metabolit intermediet yang memang merupakan produk dari metabolisme normal.
BAB III
PENTUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Anabolisme adalah lintasan
metabolisme yang menyusun beberapa senyawa organik sederhana menjadi senyawa
kimia atau molekul kompleks. Sedangkan Katabolisme adalah reaksi penguraian
senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim.
Terdapat perbedaan diantara proses anabolisme serta katabolisme pada tumbuhan,
hewan atau manusia.
2.
Fotosintesis adalah suatu proses
biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan
tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara,
karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari. Hampir
semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis.
Proses fotosintesis tidak dapat berlangsung pada setiap sel, tetapi hanya pada
sel yang mengandung pigmen fotosintetik. Sel yang tidak mempunyai pigmen
fotosintetik ini tidak mampu melakukan proses fotosintesis.
3.
Proses anabolisme Jalur anabolisme
yang membentuk senyawa-senyawa dari prekursor sederhanah mencakup:
§
Glikogenesis, pembentukan glikogen
dari glukosa
§
Glukoneogenesis, pembentukan glukosa
dari senyawa organik lain.
§
Porfirin adalah senyawa siklik yang
dibentuk dari gabungan empat cincin pirol
melalui jembatan metenil (-CH=). Sifat khas porfirin adalah
pembentukan kompleks dengan ion-ion logam (metaloporfirin) yang
terikat pada atom nitrogen cincin-cincin pirol.
DAFTAR PUSTAKA
Cree, Laurie. 2005. Sains dalam Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. 2003, Biokimia Harper,
Edisi XXV, Penerjemah Hartono Andry, Jakarta: EGC
Poedjiadi, Anna. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press
Stryer L. 1996. Biokimia Edisi IV. Penerjemah: Sadikin dkk (Tim
Penerjemah Bagian Biokimia FKUI). Jakarta: EGC
Supardan. 1989. Metabolisme Karbohidrat. Malang: Lab. Biokimia
Universitas Brawijaya
Toha, Abdul, Hamid, H. 2001. Biokimia Metabolisme Biomolekul. Bandung:
Alfabeta
Yazid, Eisten. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia Untuk Mahasiswa
Analis. Yogyakarta: CV Andi Offset
Post a Comment for "Anabolisme karbohidrat"