Antibiotik golongan Aminoglikosida dan Sulfonamid
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmakologi
merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun unutk seorang dokter ilmu ini
dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan,
diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain agar mengerti bahwa penggunaan obat
dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit.
Antiboitika
ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat
pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik juga dapar dibuat
secara sintesis. Antimikroba diartikan sebagai obat pembasmi mikroba khususnya
yang merugikan manusia. Selama masa kehamilan, ibu dan
janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Apa yang dikonsumsi oleh ibu
akan ditransfer ke janin. Ada kalanya, ibu hamil yang mengalami infeksi
memerlukan penggunaan antibiotik sebagai pilihan obat. Sebagian antibiotik pada
semua fase kehamilan aman dikonsumsi, sebagian lagi dikontraindikasikan pada
fase tertentu, dan ada juga yang dikontraindikasikan untuk semua fase
kehamilan.
Beberapa jenis antibiotika dapat menyebabkan kelainan pada janin. Hal ini
terjadi karena antibiotika yang diberikan kepada wanita hamil dapat
mempengaruhi janin yang dikandungnya melalui plasenta.
Besarnya
reaksi toksik atau kelainan yang ditimbulkan oleh antibiotika dipengaruhi oleh
besarnya dosis yang diberikan, lama dan saat pemberian serta sifat genetik ibu
dan janin.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Golongan Aminoglikosida
Aminoglikosida secara umum termasuk golongan antibiotik yang
digunakan untuk infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri dengan mekanisme
pengobatan yang bekerja dengan menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh
bakteri tersebut. Terdapat beberapa jenis pada golongan antibiotik ini, seperti
gentamisin sulfat, amikasin sulfat, streptomisin sulfat, tobramisin sulfat, dan
neomisin sulfat.
Secara kimiawi, golongan antibiotik aminoglikosida dibentuk
oleh sekelompok aminocyclitol yang "ditempeli" oleh gula amino pada
ring aminoclitol di "glycosidic linkage". Dikarenakan terdapat
beberapa perbedaan kecil subsitusi pada susunan molekul, maka terdapat beberapa
bentuk yang berbebeda pada setiap satu "amino-glycoside". Contohnya
gentamisin adalah suatu senyawa kompleks yang dibentuk oleh gentamisin C1
dan C2. Kelompok amino berkontribusi pada sifat dasar
kelas ini antibiotik, dan gugus hidroksil pada gugus gula kelarutan air yang
tinggi dan kelarutan lemak yang kurang. Perbedaan dalam substitusi pada
struktur cincin dasar dalam berbagai aminoglikosida terdapat perbedaan yang
relatif kecil dalam spektrum antimikroba, pola resistensi, dan
toksisitas. Ketika kelarutan air dari aminoglikosida marjinal, biasanya
bentuk garam sulfat yang sering digunakan untuk PO (Per Oral) atau
pemberian parenteral.
Aminoglikosida lebih efektif terhadap organisme yang pertumbuhannya
sangat cepat, dan mempengaruhi pertumbuhan dan akhirnya membunuh bakteri
melalui beberapa mekanisme. Kontak yang diperlukan dengan bakteri hanya
sebentar untuk membunuh bakteri tersebut.Tempat kerja utama adalah
di ribosom bakteri membran terkait di mana antibiotik ini mengganggu sintesis
protein. Untuk mencapai ribosom, terlebih dulu haru melewati lipopolisakarida
(LPS) yang meliputi (organisme gram-negatif), dinding sel bakteri, dan akhirnya
membran sel.
B.
Macam-macam Penggolongan Aminoglikosida
Berdasarkan
rumus kimianya, golongan ini dibagi menjadi :
1. Streptomisin
2. Neomisin
3. Kanamisin
4. Gentamisin
5. Framisetin
6. Trobamisin
Streptomisin
Diperoleh dari Streptomyces griseus oleh
Walskman (1943) dan sampai sekarang penggunaannya hampir terbatas hanya untuk
tuberkulosa.
Toksisitasnya sangat besar karena dapat menyebabkan kerusakan pada saraf
otak ke 8 yang melayani organ keseimbangan dan pendengarna. Gejala awalnya
adalah sakit kepala, vertigo, mual dan muntah. Kerusakan bersifat reversible,
artinya dapat pulih kembali kalau penggunaan obat diakhiri meski kadang-kadang
tidak seutuhnya.
Resistensinya sangat cepat sehingga dalam penggunaan harus dikombinasi
dengan INH dan PAS Na atau Rifampisin. Pemberian melalui parenteral karena
tidak diserap oleh saluran cerna. Derivat streptomisin, dehidrostreptomisin
menyebabkan kerusakan organ pendengaran lebih cepat dari streptomisin sehingga
obat ini tidak digunakan lagi sekarang.
Neomisin
Diperoleh dari Streptomyces fradie oleh
Walksman. Tersedia untuk penggunaan topical dan oral, penggunaan secara
parenteral tidak dibenarkan karena toksik. Antibiotic ini baik untuk usus
sehingga digunakan untuk sterilisasi usus sebelum operasi. Penggunaan lokal
banyak dikombinasikan dengan antibiotic lain, seperti Polimiksin B dan
Basitrasin untuk menghindari terjadinya resistensi.
Kanamisin
Diperoleh dari Streptomyces kanamyceticus oleh
Umezawa pada tahun 1955. Persediaan dalam bentuk larutan atau bubuk kering
untuk injeksi, pemakaian oral hanya untuk infeksi usus atau membersihkan usus
untuk persiapan pembedahann. Berkhasiat bakteriostatik pada basil TB, bahkan
yang resisten terhadap Streptomisin sehingga menjadi obat pilihan kedua bagi
penderita TBC. Selain itu digunakan dalam pengobatan infeksi saluran kemih oleh
pseudomonas (suntikan). Efek samping : gangguan keseimbangan dan pendengaran,
toksis terhadap ginjal.
Gentamisin
Diperoleh dari Mycromonospora purpurea. Berkhasiat
terhadap infeksi oleh kuman gram negatiff seperti Protus, Pseudomonas,
Klebsiella, Enterobacter yang antara lain dapat menyebabkan meningitis,
osteomilitis pneumonia, infeksi luka bakar, infeksi saluran kencing dan THT.
Oleh karena itu sebaiknya penggunaan gentamisin secara topical khususnya di
rumah sakit dibatasi agar tidak terjadi resistensi pada kuman-kuman yang
sensitive.
Efek
samping : gangguan keseimbangan dan pendengaran, toksis
terhadap ginjal.
Sediaan
: dalam bentuk injeksi dan salep (topical)
Framisetin
Diperoleh
dari Streptomyces decaris. Rumus kimia dan khasiatnya
mirip Neomisin. Framisetin hanya digunakan secara lokal seperti salep atau
kassa yang diimpragnasi.
Tobramisin
Dihasilkan
oleh Stapylococcus tenebrarius. Toksisitasnya paling
ringan, khasiat, efek samping seperti gentamisin sehingga dapat dipakai sebagai
pengganti gentamisin.
C.
OBAT
AMINOGLIKOSIDA
Sediaan dari
Aminoglikosid
Sediaan dari
Aminoglikosid dapat dibagi dalam dua kelompok :
1. Sediaan
Aminoglikosid sistemik untuk pemberian IM atau IV yaitu Amikasin, Gentamisin,
Kanamisin dan Streptomisin
2. Sediaan
Aminoglikosid topikal terdiri dari Aminosidin, Kanamisin, Neomisin, Gentamisin
dan Streptomisin. Dalam kelompok topikal termasuk juga semua Aminoglikosid yang
diberikan per oral untuk mendapatkan efek lokal dalam lumen saluran cerna.
Sediaan
Aminoglikosid pada umumnya tersedia sebagai garam sulfat.
Indikasi:
infeksi Gram negatif yang resisten terhadap
gentamisin.
Peringatan:
lihat gentamisin.
Kontraindikasi:
lihat gentamisin.
Efek Samping:
lihat gentamisin.
Dosis:
injeksi
intramuskuler, intravena lambat atau infus, 15
mg/kg bb/hari dibagi dalam 2 kali pemberian. Lihat juga catatan di atas.
Keterangan:
kadar puncak (1 jam) tidak boleh lebih dari 30
mg/liter dan kadar lembah tidak boleh lebih dari 10 mg/liter.
2. GENTAMISIN
Indikasi:
septikemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan
infeksi SSP lainnya, infeksi bilier, pielonefritis dan prostatitis akut,
endokarditis karena Streptococcus viridans atau Streptococcus faecalis (bersama
penisilin), pneumonia nosokomial, terapi tambahan pada meningitis karena
listeria.
Peringatan:
gangguan fungsi ginjal, bayi dan lansia (sesuaikan
dosis, awasi fungsi ginjal, pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar
plasma); hindari penggunaan jangka panjang. Lihat juga keterangan di atas.
Interaksi:
lampiran 1 (aminoglikosida).
Kontraindikasi:
kehamilan, miastenia gravis.
Efek Samping:
gangguan vestibuler dan pendengaran,
nefrotoksisitas, hipomagnesemia pada pemberian jangka panjang, kolitis karena
antibiotik.
Dosis:
injeksi
intramuskuler, intravena lambat atau infus, 2-5 mg/kg
bb/hari (dalam dosis terbagi tiap 8 jam). Lihat juga keterangan di atas.
Sesuaikan dosis pada gangguan fungsi ginjal dan ukur kadar dalam plasma. ANAK
di bawah 2 minggu, 3 mg/kg bb tiap 12 jam; 2 minggu sampai 2 tahun, 2 mg/kg bb
tiap 8 jam. Injeksi intratekal: 1 mg/hari, dapat dinaikkan sampai 5
mg/hari disertai pemberian intramuskuler 2-4 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi tiap
8 jam. Profilaksis endokarditis pada DEWASA 120 mg. Untuk ANAK di bawah 5 tahun
2 mg/kg bb.
Keterangan:
Kadar puncak (1 jam) tidak boleh lebih dari 10
mg/liter dan kadar lembah (trough) tidak boleh lebih dari 2 mg/liter.
3. KANAMISIN
Indikasi:
(lihat catatan di atas).
Peringatan:
lihat gentamisin.
Kontraindikasi:
lihat gentamisin.
Efek Samping:
lihat gentamisin.
Dosis:
injeksi
intramuskuler, 250
mg tiap 6 jam atau 500 mg tiap 12 jam. Lihat juga keterangan di atas.
Injeksi
intravena: 15-30 mg/kg bb/hari dalam dosis
terbagi tiap 8-12 jam.
Keterangan:
kadar puncak tidak boleh lebih dari 30 mg/liter dan
kadar lembah tidak boleh lebih dari 10 mg/liter.
4. NEOMISIN
Indikasi:
sterilisasi usus sebelum operasi. Lihat juga
keterangan di atas.
Peringatan:
lihat gentamisin. Terlalu toksik untuk penggunaan
sistemik.
Kontraindikasi:
lihat gentamisin.
Efek Samping:
lihat gentamisin. Lihat juga keterangan di atas.
Hindari penggunaan pada obstruksi usus dan gangguan fungsi ginjal.
Dosis:
oral, 1 gram tiap 4 jam.
5. NETILMISIN
Indikasi:
infeksi berat kuman gram negatif yang resisten
terhadap gentamisin.
Peringatan:
lihat gentamisin.
Kontraindikasi:
lihat gentamisin.
Efek Samping:
lihat gentamisin.
Dosis:
injeksi
intramuskuler, intravena lambat atau infus: 4-6 mg/kg bb/hari sebagai dosis
tunggal atau dosis terbagi tiap 8 -12 jam. Pada infeksi berat dosis dapat naik
sampai 7,5 mg/kg bb/hari dalam tiga kali pemberian (dosis segera diturunkan
bila terdapat perbaikan klinis, biasanya setelah 48 jam). NEONATUS kurang dari
1 minggu: 3 mg/kg bb tiap 12 jam; di atas 1 minggu, 2,5-3 mg/kg bb tiap 12 jam;
ANAK 2-2,5 mg/kg bb tiap 8 jam. Infeksi saluran kemih, 150 mg/hari (dosis
tunggal) selama 5 hari. Gonore: 300 mg dosis tunggal.
Keterangan:
kadar puncak (1 jam) tidak boleh lebih dari 12
mg/liter dan kadar lembah tidak boleh lebih dari 2 mg/liter.
6. TOBRAMISIN
Indikasi:
lihat gentamisin dan catatan di atas.
Peringatan:
lihat gentamisin.
Kontraindikasi:
lihat gentamisin.
Efek Samping:
lihat gentamisin.
Dosis:
injeksi intramuskuler, intravena lambat atau infus 3 mg/kg
bb/hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam. Pada infeksi berat dapat ditingkatkan
sampai 5 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi tiap 6-8 jam (turunkan menjadi 3
mg/kg bb/hari setelah terjadi perbaikan klinis). NEONATUS: 2 mg/kg bb tiap 12
jam. BAYI/ANAK di atas 1 minggu 2-2,5 mg/kg bb tiap 8 jam.
Infeksi saluran kemih, 2-3 mg/kg bb/hari, intramuskular,
dosis tunggal.
Keterangan:
kadar puncak (1 jam) tidak boleh lebih dari 10
mg/liter dan kadar lembah tidak boleh lebih dari 2 mg/liter.
D.
SULFONAMID
Sulfonamid
adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sistemik untuk pengobatan
dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia.Penggunaan sulfonamide kemudian
terdesak oleh antibiuotik.Pertengahan tahun 1970 penemuan kegunaan sedian
kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol meningkatkan kembali penggunaan
sulfonamide untuk pengobatan penyakit infeksi tertent
Sulfonamid
merupakan kelompok zat antibakteri dengan rumus dasar yang sama, yaitu H2N-C6H4-SO2NHR
dan R adalah bermacam-macam substituen. Pada prinsipnya, senyawa-senyawa ini
digunakan untuk menghadapi berbagai infeksi.Namun, setelah ditemukan zat-zat
antibiotika, sejak tahun 1980an indikasi dan penggunaannya semakin
bekurang.Meskipun demikian, dari sudut sejarah, senyawa-senyawa ini penting karena
merupakan kelompok obat pertama yang digunakan secara efektif terhadap infeksi
bakteri
Selain
sebagai kemoterapeutika, senyawa-senyawa sulfonamide juga digunakan sebagai
diuretika dan antiodiabetika oral.Perkembangan sejarah, pada tahun 1935, Domank
telah menemukan bahwa suatu zat warna merah, prontosil rubrum, bersifat
bakterisid in vivo tetapi inektif in vitro.Ternyata zat ini dalam
tubuh dipecah menjadi sulfanilamide yang juga aktif in vitro.Berdasarkan
penemuan ini kemudian disintesa sulfapiridin yaitu obat pertama yang digunakan
secara sistemis untuk pengobatan radang paru (1937). Dalam waktu singkat obat
ini diganti oleh sulfathiazole (Cobazol) yang kurang toksik (1939),
disusul pula oleh sulfaniazine , sulfmetoksazole, dan turunan-turunan lainnya
yang lebih aman lagi. Setelah diintroduksi derivate-derivat yang sukar
resorbsinya dari usus (sulfaguanidin dan lain-lain), akhirnya disintesa
sulfa dengan efek panjang, antara lain sulfadimetoksil (Madribon),
sulfametoksipiridazine (Laderkyn), dan sulfalen.
E. KLASIFIKASI SEDIAAN SULFONAMID
Berdasarkan
kecepatan absorpsi dan eksresinya, sulfonamide dibagi menjadi:
1. Sulfonamid
dengan absorpsi dan eksresi cepat, antara lain : sulfadiazine dan
sulfisoksazol.
2. Sulfonamid
yang hanya diabsorpsi sedikit bila diberikan per oral dank arena itu kerjanya
dalam lumen usus, antara lain : ftalilsulfatiazol dan sulfasalazin.
3. Sulfonamid
yang terutama digunakan untuk pemberian topical antara lain : sulfasetamid,
mefenid, dan Ag-sulfadiazin.
4. Sulfonamid
dengan masa kerja panjang, seperti sulfadoksin, absorpsinya cepat dan
eksresinya lambat.
Berdasarkan
efek yang dihasilkan sulfonamida dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Efek
sistemis, contohnya kotrimoksazol, trisulfa
2. Efek lokal,
contohnya sulfacetami
1. Trisulfa
Indikasi
|
Infeksi oleh kuman gram pos dan
neg yang peka terhadap obat ini misalnya infeksi saluran nafas dan saluran
pencernaan.
|
Kontra indikasi
|
Hipersensitiv terhadap obat ini
kehamilan dan masa menyusui.
|
Efek samping
|
Gangguan kulit, muntah, diare,
kristal una dan gangguan darah
|
Sediaan
|
Tablet 500 mg (generik)
|
Cara penyimpanan
|
Dalam wadah tetutup baik,
terlindung dari sinar.
|
2. Kotrimoksazol
Kotrimoksazol merupakan kombinasi antara trimetroprim
dan sulfametoksazol dengan perbandingan 1 : 5
Indikasi
|
Antibakteri spectrum luas, infeksi
saluran kemih, infeksi THT, bronkitis kronis, demam tifoid
dan shigellosis
|
Kontra indikasi
|
Hipersensitiv terhadap sulfa,
gagal ginjal, gangguan fungsi hati yang berat
|
Perhatian
|
Pada penggunaan jangka panjang
perlu dilakukan hitung jenis sel darah, hindari penggunaan pada bayi di
bawah 6 minggu.
|
Efek samping
|
Gangguan darah, mual, muntah, ruam
(termasuk sindrom Stevens – Johnson) reaksi allergi, diare dll.
|
Sediaan
|
Cotrimoksazol (generik)
Suspensi 240 mg/ 5 ml, Tablet 480 mg
|
Cara penyimpanan
|
Wadah kedap udara, terlindung dari
sinar
|
3. Sulfacetamid
Adalah golongan sulfonamida yang digunakan dalam salep
dan tetes mata.
Spesialite Obat-obat Sulfonamida
NO
|
GENERIK
|
DAGANG
|
PABRIK
|
1
|
Sulfadiazin+Sulfamerazin
|
Trisulfa
|
Kimia Farma
|
Sulfamezatin
|
Indo Farma
|
||
2
|
Sulfacetamida Natrium
|
Albucid
|
Nicholas
|
3
|
Cotrimoksazole
|
Bactrim
|
Roche
|
(Trimetoprim+ Sulfamethoxazole)
|
Bactricid
|
Contoh-contoh sulfonamida antara lain:
1.
Sulfacetamida (N-[(4-aminofenil)sulfonil]-asetamida);
2.
Sulfadiazin
3.
Sulfadimetoksin (4-amino-N-(2,6-dimetoksi-4-pirimidinil)benzenesulfonamida)
4.
Sulfadimidin (=sulfametazin:
4-amino-N-(4,6-dimetil-2-pirimidinil)benzenesulfonamida);
5.
Sulfaguanidin(4-amino-N-(aminoiminometil)benzenesulfonamide);
6.
Sulfametizol (4-amino-N-(5-metil-1,3,4-tiadiazol-2-il)benzenesulphonamide);
7.
Sulfametoksazol (4-amino-N-(5-metil-3-isoxazolil)benzenesulfonamida);
8.
sulfatiazol(4-amino-N-2-tiazolilbenzenesulfonamida);
dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Aminoglikosida secara umum termasuk golongan antibiotik yang
digunakan untuk infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri dengan mekanisme
pengobatan yang bekerja dengan menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh
bakteri tersebut. Terdapat beberapa jenis pada golongan antibiotik ini, seperti
gentamisin sulfat, amikasin sulfat, streptomisin sulfat, tobramisin sulfat, dan
neomisin sulfat.
Secara kimiawi, golongan antibiotik aminoglikosida dibentuk
oleh sekelompok aminocyclitol yang "ditempeli" oleh gula amino pada
ring aminoclitol di "glycosidic linkage". Dikarenakan terdapat
beberapa perbedaan kecil subsitusi pada susunan molekul, maka terdapat beberapa
bentuk yang berbebeda pada setiap satu "amino-glycoside". Contohnya
gentamisin adalah suatu senyawa kompleks yang dibentuk oleh gentamisin C1
dan C2. Kelompok amino berkontribusi pada sifat
dasar kelas ini antibiotik, dan gugus hidroksil pada gugus gula kelarutan air
yang tinggi dan kelarutan lemak yang kurang.
B.
Saran
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritk
dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Dalimnthe,
A. (2009). Interaksi pada Obat Antimikroba. Medan : Departemen Farmakologi
Fakultas
Harkness, R.
(1989). Interaksi Obat. Bandung : Penerbit ITB
ISFI.
(2008). ISO (Informasi Spesialite Obat) Indonesia. Bandung : PT. Errita Pharma.
Sukandar,
E.Y. (2008). Iso Farmakoterapi. Jakarta : PT.ISFI
Tanu, I.
(2007). Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta : UI Press.
Post a Comment for "Antibiotik golongan Aminoglikosida dan Sulfonamid"