Asuhan keperawatan angina pectoris
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Angina pectoris ialah suatu sindrom
klinis dimana terjadi sakit dada yang khas, yaitu seperti tertekan atau terasa
berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya
timbul pada waktu melakukan aktivitas dan segera menghilang bila pasien
beristirahat. Oleh karena itu sebagai calon seorang perawat professional
diharapkan mampu mengerti serta melaksanakan asuhan keperawatan yang tepat pada
pasien dengan berdasarkan etiologi atau faktor-faktor yang berkaitan dengan
penyakit tersebut. Sesuai dengan konsep yang sudah ada yakni pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Penelitian menunjukkan pula bahwa
penderita yang simtomatis prognosisnya lebih buruk dari yang tanpa simtom. Data
saat ini menunjukkan bahwa bila penderita asimtomatis atau dengan simtom
ringan, kematian tahunan pada penderita dengan lesi pada satu dan dua pembuluh
darah koroner adalah 1.5% dan kira-kira 6% untuk lesi pada tiga pembuluh darah
koroner. Kalau pada golongan terakhir ini kemampuan latihan (exercise capacity)
penderita baik, kematian tahunan adalah 4% dan bila ini tidak baik kematian
tahunannya kira-kira 9%, karena itu penderita harus dipertimbangkan untuk
revakularisasi. (Sumber : Asikin Hanafiah 1996)
Penanganan individu penderita angin
pektoris disesuaikan dengan tujuan akhir terapi dan gejala. Saat ini,
penanganan angina pektoris biasa menggunakan terapi medikamentosa yang mencakup
obat golongan nitrat, β-blocker, antagonis kalsium, dan antiplatelet seperti
aspirin. Selain terapi obat-obatan, terdapat juga terapi revaskularisasi yaitu
terapi intervensi berupa Percuteneus Coronary Intervention (PCI) dan Coronary
Artery Bypass Grafting (CABG). Terapi ini digunakan pada kasus angina yang
tidak sembuh dengan pengobatan medikamentosa.
B.
Tujuan
penulisan
1. Tujuan umum
Dengan
adanya makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam memahami dan mengetahui
materi tentang angina pectoris dan asuhan keperawatannya.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui
materi tentang pengertian angina pectoris.
b. Mahasiswa mampu memahami dan
mengetahui materi tentang etiologi angina pectoris.
c. Mahasiswa mampu memahami dan
mengetahui materi tentang manifestasi klinis angina pectoris.
d. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui
materi tentang anatomi fisiologi jantung
e. Mahasiswa mampu memahami dan
mengetahui materi tentang klasifikasi angina pectoris
f. Mahasiswa mampu memahami dan
mengetahui materi tentang patofisiologi angina pectoris.
g. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui
materi tentang komplikasi angina pectoris.
h. Mahasiswa mampu memahami dan
mengetahui materi tentang asuhan keperawatan pada angina pectoris.
C.
Manfaat
penulisan
1.
Bagi
Institusi Pendidikan
Dengan
adanya makalah ini dapat menambah referensi materi tentang angina pectoris dan
dapat membantu dalam proses perkuliahan.
2. Bagi Mahasiswa
Dengan
adanya makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam memahami, mengetahui dan
menambah wawasan tentang angina pectoris.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian Angina Pectoris
Angina
Pectoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau
paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di dada depan.(Brunner & Suddarth,
2005).
Angina
pektoris adalah suatu syndrome klinis yang ditandai dengan episode atau
perasaan tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah koroner,
menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata lain,
suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat. (Smeltzer dan Bare, 2002 : 779)
B.
Klasifikasi
1. Angina
Pektoris Stabil
Awitan secara klasik
berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen
miokard. Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas dan
durasi nyeri 3 – 15 menit.
Angina
stabil dibedakan menjadi 3 yaitu :
a. Angina
nocturnal
Nyeri terjadi malam
hari, biasanya pada saat tidur tetapi ini dapat di kurangi dengan duduk tegak.
b. Angina
dekubitus
Angina yang terjadi
saat berbaring.
c. Iskemia
tersamar
Terdapat bukti
objektif iskemia (seperti tes pada stress) tetapi pasien tidak menunjukan gejala.
2. Angina
Pektoris Tidak Stabil
Durasi serangan
dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil. Pencetus dapat terjadi
pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas ringan. Kurang responsif
terhadap nitrat dan lebih sering ditemukan depresi segmen ST. Dapat disebabkan
oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit yang
beragregasi.
3. Angina
Prinzmental (Angina Varian).
Sakit dada atau
nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari. Nyeri disebabkan
karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik. EKG menunjukkan elevasi segmen
ST. Cenderung berkembang menjadi infaark miokard akutdan dapat terjadi aritmia.
C. Etiologi
Etiologi
dari penyakit gangguangan sistem kardiovaskuler berhubungan dengan gangguan
sirkulasi koroner ataupun angina pektoris ini adalah ;
1.
Ateriosklerosis,merupakan istilah umum untuk
beberapa penyakit, dimana dinding arteri menjadi lebih tebal dan kurang lentur
dimana bahan lemak terkumpul dibawah lapisan sebelah dalam dari dinding arteri.
2.
Spasme arteri koroner
3.
Anemia berat,Artritis dan Aorta Insufisiensi
Unstable
angina pektoris adalah suatu sindroma klinik yang berbahaya, yang di mana
merupakan pola angina pektoris yang bisa berkembang menjadi infak miokard akut
(IMA). Unstable angina pektoris biasanya di sebabkan oleh ruptur plak ateroma
yang di sebabkan oleh trombosit dan faktor koagulasi sehingga terbentuk trombus
intralumial yang semioklusi.
D. Manifestasi
klinis
Gejalanya
adalah sakit dada sentral atau restrosentral yang dapat menyebar kesalah satu
atau kedua tangan, leher atau punggung. Sakit sering timbul pada kegiatan
fisik maupun emosi atau dapat timbul spontan waktu istirahat. Penderita
dengan angina pektoris dapat dibagi dalam beberapa subset klinik.
Penderita dengan angina pektoris stabil, pola sakit dadanya dapat
dicetuskan kembali oleh kegiatan dan oleh faktor – faktor pencetus tertentu,
dalam 30 hari terakhir tidak ada perubahan dalam hal frekwensi, lama dan faktor
– faktor pencetusnya (sakit dada tidak lebih lama dari 15 menit). Pada
angina pektoris tidak stabil, umumnya terjadi perubahan – perubahan pola :
meningkatnya frekwensi, parahnya dan atau lama sakitnya dan faktor pencetusnya.
Sering termasuk di sini sakit waktu istirahat, pendeknya terjadicrescendo
ke arah perburukan gejala – gejalanya. Subset ketiga adalahangina
Prinzmetal (variant) yang terjadi karena spasme arteri koronaria.
Faktor
pencetus yang paling banyak menyebabkan angina adalah kegiatan fisik, emosi
yang berlebihan dan kadang – kadang sesudah makan. Semua keadaan ini
meningkatkan kebutuhan oksigen miokard dengan mengingkatkan baik denyut nadi
maupun tekanan darah sistemik. Hasil perkalian kedua parameter ini
merupakan indeks dari kebutuhan oksigen miokard.
E. Patofisiologi
Angina
pektoris adalah “jeritan” otot jantung yang merupakan sakit dada kekurangan
oksigen; suatu gejala klinik yang disebabkan oleh iskemia miokard yang
sementara. Ini adalah akibat dari tidak adanya keseimbangan antara
kebutuhan oksigen miokard dan kemampuan pembuluh darah koroner menyediakan oksigen
secukupnya untuk kontraksi miokard. Telah diketahui bahwa sel endotel
pembuluh darah mampu melepaskan endothelial derived relaxing factor (FDRF) yang
menyebabkan relaksasi pembuluh darah, dan endothelial derived constricting
factor (EDCF) yang menyebabkan kontraksi pembuluh darah.
Pada
keadaan normal, penglepasan EDRF terutama diatur oleh asetilkolin melalui
perangsangan reseptor muskarinik yang mungkin terletak di sel endotel.
Berbagai substansi lain seperti trombin, Adenosin Difosfat (ADP), adrenalin,
serotonin, vasopresin, histamin dan noradrenalin juga mampu merangsang
penglepasan EDRF, selain memiliki efek tersendiri terhadap pembuluh darah. Pada
keadaan patologis seperti adanya lesi aterosklerosis, maka serotonin, ADP dan
asetilkolin justru merangsang penglepasan EDCF. Hipoksia akibat
aterosklerosis pembuluh darah juga merangsang penglepasan EDCF.
Berhubung
karena sebagian besar penderita AP juga menderita aterosklerosis di pembuluh
darah koroner, maka produksi EDRF menjadi berkurang sebaliknya produksi EDFC
bertambah sehingga terjadi peningkatan tonus A. Koronaria. Adenosin
sebenarnya memiliki efek kardioprotektif karena substansi ini menghambat
penglepasan enzim proteolitik, menghambat interaksi endotel dan neutrofil,
menghambat agregasi platelet dan menghambat interaksi penglepasan tromboksan.
Akan tetapi, Crea, dkk (1990) telah membuktikan nyeri dada angina adalah
disebabkan karena adenosin. Nyeri dada AP terutama disalurkan melalui
aferen saraf simpatis jantung. Saraf ini bergabung dengan saraf somatik
cervico – thoracalis pada jalurascending di dalam medulla spinalis, sehingga
keluhan angina pektoris yang khas adalah nyeri dada bagian kiri atau substernal
yang menjalar ke bahu kiri terus ke kelingking tangan kiri.
F. Komplikasi
1.
Aritmia supraventrikular
Takikardia sinus
merupakan aritmia yang paling umum dari tipe ini. Jika hal ini terjadi sekunder
akibat sebab lain, masalah primer sebaiknya diobati pertama. Namun, jika
takikardi sinus tampaknya disebabkan oleh stimulasi simpatik berlebihan,
seperti yang terlihat sebagai bagian dari status hiperdinamik, pengobatan
dengan penghambat beta yang relatif kerja singkat seperti propanolol yang
sebaiknya dipertimbangkan.
2. Gagal
jantung
Beberapa derajat
kelainan sesaat fungsi ventrikel kiri terjadi pada lebih dari separuh pasien
dengan infark miokard. Tanda klinis yang paling umum adalah ronki paru dan
irama derap S3 dan S4. Kongesti paru juga sering terlibat pada foto thoraks
dada. Peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri dan tekanan arteri pulmonalis
merupakan temuan hemodinamik karakteristik, namun sebaiknya diketahui bahwa
temua ini dapat disebabkan oleh penurunan pemenuhan diastolik ventrikel dan /
atau penurunan isi sekuncup dengan dilatasi jantung sekunder.
3. Sistole
prematur ventrikel
Depolarisasi
prematur yang jarang dan sporadik terjadi pada hampir semua pasien dengan
infark dan tidak memerlukan terapi. Sementara dulu, ekstrasistole ventrikel
distolik yang sering, multifokal atau dini secara rutin diobati, terapi
farmakologik sekarang disediakan untuk pasien dengan aritmia ventrikel yang
lama atau simptomatik. Terapi antiaritmia profilaktik dengan tiadanya
takiaritmia ventrikel yang penting secara klinis, dikontra indikasikan karena
terapi seperti itu dapat dengan jelas meningkatkan mortalitas selanjutnya.
G. Patogenesis
Angina
pektoris adalah timbul karena iskemik akut yang tidak menetap akibat
antara ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen miokard. Beberapa
keadaan yang menjadi penyebab :
1.
Faktor di luar jantung
Pada orang yang
mendertita stenosis arteri koroner berat
dengan cadangan aliran koroner yang begitu terbatas maka hipertensi
sistemik dan pemakaian obat²tan simpatomimetik dapat meningkatkan
kebutuhan O².
2. Sklerotik
Arteri Koroner
Sebagian besar
penderita ATS mempunyai gangguan cadangan aliran koroner yang menetap dan di
akibatkan oleh plak sklerotik yang lama atau tampa di sertai trombosis baru
yang dapat memperberat penyempitan pembulu darah koroner.
3. Agregasi
Trombosit
Stenosis arteri
koroner akan menimbulkan turbulensi dan stasis aliran darah sehingga
mengakibatkan peningkatan agregasi trombosit yang akhirnya membentuk trombus
dan keadaan ini akan mempermudah terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah.
4. Perdarahan
Plak Ateroma
Robeknya plak
ateroma kedalam pembuluh lumen darah kemungkinan mendahului terbentuknya
trombus yang nantinya mengakibatakan penyempitan arteri koroner.
5. Spasme
Arteri Koroner
Peningkatan
kebutuahn O² miokard dan berkurangnya aliran koroner karena spasme
pembuluh darah disebutkan sebagai penyebab ATS, Spasme dapat terjadi pada
arteri koroner normal ataupun pada stenosis pembuluh darah koroner.
H. Pemeriksaan
diagnostic
1.
Elektrokardiogram
Gambaran
elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan pada waktu
serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG kadang – kadang
menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark miokard di masa lampau.
Kadang – kadang EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien
hipertensi dan angina. Kadang – kadang EKG menunjukkan perubahan segmen
ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG akan
menunjukkan adanya depresi segmen ST dan gelombang T dapat menjadi negatif.
2. Foto
Rontgen Dada
Foto rontgen dada
seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada pasien
hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang – kadang tampak
adanya klasifikasi arkus aorta.
3. Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pektoris.
Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark jantung akut maka
sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGO atau LDH. Enzim tersebut akan
meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal.
4. Uji
Latihan Jasmani
Karena pada angina
pektoris gambaran EKG seringkali masih normal, maka seringkali perlu dibuat
suatu uji latihan jasmani. Pada uji tersebut dibuat EKG pada waktu
istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alattreadmill, atau
sepeda ergometer sampai pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau
submaksimal, dan selama latihan EKG dimonitor demikian pula setelah selesai EKG
terus dimonitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST
sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih – lebih
bila di samping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada
waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien memang menderita angina pektoris.
Di tempat yang tidak mempunyai treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan
dengan cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan
pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut.
5. Penyadapan
Jantung
Penyadapan jantung
untuk membuat arteriografi koroner merupakan salah satu pemeriksaan yang paling
penting, baik untuk diagnosis penyakit jantung koroner maupun untuk
merencanakan penatalaksanaan selanjutnya. Pada pasien angina pektoris
dapat dilakukan pemeriksaan arteriografi koroner secara selektif, baik untuk
tujuan diagnostik untuk konfirmasi adanya penyempitan pembuluh koroner, maupun
untuk merencanakan langkah selanjutnya pada pasien angina.
6. Diagnosa
dan Diagnosa Banding
Sakit di dada dapat
berasal dari berbagai struktur, termasuk di sini jantung, jaringan ikat
sekelilingnya seperti perikardium, paru – paru dan pleura. Begitu pula
kelainan pembuluh darah besar, mediatinum, esophagus dan alat tubuh di bawah
diafragma seperti perut dan kantung empedu. Kelainan meuromuskular dan
muskuloskeletal di daerah tersebut juga dapat memberikan keluhan yang sama.
I. Penatalaksanaan
Tujuan
penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung
dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui
terapi farmakologi dan kontrol terhadap faktor risiko. Secara bedah tujuan ini
dicapai melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas
arteri koroner atau angioplasti koroner transluminal perkutan (PCTA=
percutaneus transluminal coronary angioplasty).
1.
Farmakologi
a.
Golongan nitrat
Nitrogliserin
merupakan obat pilihan utama pada serangan angina akut, mekanisme venanya
sebagai dilatasi vena perifer dan pembuluh darah koroner, eveknya langsung
terhadap relaksasi otot polos vaskular. Nitrogliserin juga dapat meningkatkan
toleransi exercise pada penderita angina sebelum terjadi hipoktesia miokard.
b. Penyekat
beta-adrenergik
Tujuan
pemberian penyekat beta adalah memperbaiki keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen miokard, mengurangi nyeri, mengurangi luasnya infark dan menurunkan
risiko kejadian aritmia vebtrikel yang serius.
Obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan frekwensi denyut
jantung, kontraktilitas , tekanan di arteri dan peregangan pada dinding
ventrikel kiri. Efek samping biasanya muncul bradikardi dan timbul blok
atrioventrikuler. Obat penyekat beta antara lain : atenolol, metoprolol,
propranolol, nadolol.
c. Ca-
antagonis
Dipakai pada
pengobatan jangka panjang untuk mengurangi frekuensi serangan pada beberapa
bentuk angina, cara kerjanya memperbaiki spasme koroner dengan cara menghambat
tonus vasometer. Golongan obat kalsium antagonis adalah amlodipin, bepridil,
diltiazem, felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, verapamil.
d. Nitrat
dan Nitrit
Merupakan vasodilator
endothelium yang sangat bermanfaat untuk mengurangi symptom angina pectoris,
disamping juga mempunyai efek antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan
kebutuhan oksigen miokard melalui pengurangan preload sehingga terjadi
pengurangan volume ventrikel dan tekanan arterial. Salah satu masalah
penggunaan nitrat jangka panjang adalah terjadinya toleransi terhadap nitrat.
Untuk mencegah terjadinya toleransi dianjurkan memakai nitrat dengan periode
bebas nitrat yang cukup yaitu 8 – 12jam. Obat golongan nitrat dan nitrit adalah
: amil nitrit, ISDN, isosorbid mononitrat, nitrogliserin.
2. Non
Farmakologis
Ada
berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung
antara lain : pasien harus berhenti merokok, karena merokok mengakibatkan
takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa jantung bekerja
keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan untuk mengurangi
kerja jantung. Mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin yang
dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluhdarah. Pengontrolan gula darah. Penggunaan
kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau ambisius.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama
Klien : Tn. W
Usia
: 53 Th
Agama
: Islam
Alamat
: jln. Tarmidzi Kadir No. 16 Thehok Jambi
2. Alasan Masuk Rumah Sakit :
karena keluhan nyeri dada yang menjalar keleher dan bahu disertai
sesak nafas.
3. Keluhan utama saat pengkajian :
nyeri dada yang menjalar ke leher dan bahu
Riwayat
Kesehatan saat ini :
P
: nyeri dada yang menjalar ke leher dan bahu disertai sesak nafas.
Q
: seperti terjepit dan terbakar
R
: Bagian dada yang menjalar ke leher dan bahu
S
: Skala nyeri 8
T
: ± 5 Menit
4. Riwayat Kesehatan masa lalu :
§ Penyakit yang pernah diderita :
hipertensi
§ Pernah dirawat : tidak pernah
§ Pernah dioperasi : tidak
§ Alergi terhadap obat, makan dll :
tidak ada
§ Imunisasi : tidak ada
§ Kebiasaan merokok, alkohol, dan
obat-obatan : ya
5. Riwayat Kesehatan Keluarga : keluarga
klien (bapak dan dua saudara klien) mempunyai riwayat penyakit hipertensi.
6. Pemeriksaan Fisik
:
Tanda-tanda
vital
§ TD : 140/100 mmHg
§ N : 96 x/M
§ RR : 30 x/M
§ S : 36,50C
§ Mukosa bibir klien tampak kering dan
pucat
§ Kafilarevil 4 detik
§ Ekstremitas bawah klien teraba
dingin
§ Klien tampak berkeringat
7. Keadaan umum :
Penampilan
: Tampak pucat
Posisi
saat dikaji
: Berbaring
Postur
tubuh
: Normal
Ekspresi
wajah
: Tampak pucat
Bahasa
tubuh
: Tidak dikaji
8. Pemeriksaan Laboratorium : -
§ Hb : 12gr%
§ Leukosit : 10.000 ml3
§ Program terapi
-
Obat-obatan
: Nitrogliserin, Penyekat β-adrenergik
-
Diet
: Tinggi Kalium Tinggi Protein
-
Fisioterapi
Analisa
Data
Nama
Klien : Tn. W
Usia
: 53 Thn
No
|
Data
|
Etiologi
|
Problem
|
1
|
DS: - Klien mengatakan nyeri dada yang
menjalar
ke leher dan bahu
- klien
mengatakan sesak nafas
DO: - TD : 140/100 mmHg
N : 96 x/M
S : 36,50C
Mukosa bibir klien tampak kering dan pucat
|
peningkatan afterload
|
Penurunan curah jantung
|
2
|
DS : Klien mengeluh nyeri dada
yang menjalar keleher dan bahu yang berlangsung selama
lebih kurang setiap 30 menit sekali dengan
durasi
selama 15 menit.
DO : - Mukosa bibir klien tampak
kering dan pucat
Klien tampak banyak
Berkeringat.
|
Iskemia jaringan sekunder terhadap
sumbatan arteri koroner
|
Nyeri (akut)
|
3
|
DS : Klien mengeluh nyeri
dan sesak ketika beraktivitas
DO : Klien tampak pucat dan lemah.
Klien tampak sesak nafas ketika beraktivitas
|
Ketidakseimbangan suplai oksigen
miokard dan kebutuhan
|
Intoleransi aktifitas
|
4
|
DS : klien mengatakan sering
membeli obat di warung sedangkan klien memiliki riwayat penyakit hipertensi
Klien sering bertanya tentang penyakitnya
DO: klien tampak sering
bertanya tentang penyakitnya
Klien tampak gelisah dan bingung
|
Kesalahan interpretasi
|
Kurangnya pengetahuan
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Angina
Pectoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau
paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di dada depan.(Brunner & Suddarth,
2005).
Angina
pektoris adalah suatu syndrome klinis yang ditandai dengan episode atau
perasaan tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah koroner, menyebabkan
suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata lain, suplai kebutuhan
oksigen jantung meningkat.
Angina pectoris ialah suatu sindrom
klinis dimana terjadi sakit dada yang khas, yaitu seperti tertekan atau terasa
berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya
timbul pada waktu melakukan aktivitas dan segera menghilang bila pasien
beristirahat. Oleh karena itu sebagai calon seorang perawat professional
diharapkan mampu mengerti serta melaksanakan asuhan keperawatan yang tepat pada
pasien dengan berdasarkan etiologi atau faktor-faktor yang berkaitan dengan
penyakit tersebut. Sesuai dengan konsep yang sudah ada yakni pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
B. Saran
Saran dari penulis yaitu diharapkan
mahasiswa/I dapat mengaplikasikan tentang proses asuhan keperawatan kepada
pasien dengan penyakit angina pectoris.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi. Jakarta: EGC
Houn, H. Gray, Keith D. Dawkins,
Iain A. Simpson & Jhon M. Morgan. 2005. Lecture
notes kardiologi. Jakarta : Erlangga.
Kathleen, Ouimet Perrin. 2009. Understanding the essentials of critical
care nurshing. London : PEARSON
Morton, Patricia gonce &
Fontaine, Dorrie K. 2009. Critical care
nurshing a holistic approach. USA: Wolters Kluwer Health
Ruhyanudin, faqih. 2006. Asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan system kardiovaskuler. Malang : UMM Press
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan dengan
intervensi NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC
Post a Comment for "Asuhan keperawatan angina pectoris"