Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Asuhan keperawatan penyakit jantung koroner



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya. PJK merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju maupun negara berkembang. Di USA setiap tahunnya 550.000 orang meninggal karena penyakit ini. Di Eropa diperhitungkan 20-40.000 orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. Hasil survei yang dilakukan Departemen Kesehatan RI menyatakan prevalensi PJK di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan, sekarang (tahun 2000-an) dapat dipastikan, kecenderungan penyebab kematian di Indonesia bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular (antara lain PJK) dan degeneratif.
Tulisan ini hanya dibatasi pada pemahaman tentang status lipid dan keterkaitannya dengan PJK sebagai faktor risiko tradisional. Disadari bahwa perkembangan mutakhir dalam bidang penyakit jantung menemukan berbagai fakta-fakta baru tentang PJK. Namun, pengendalian faktor-faktor risiko tradisional, terutama dislipidemia, obesitas, merokok, dan hipertensi masih cukup relevan dalam upaya menurunkan morbiditas dan mortalias PJK dan bencana kardiovaskular lain.
Berbagai studi epidemiologik menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar lipid dalam darah maka semakin besar risiko terjadinya PJK. Oleh karena itu kontrol lipid darah, dan pengendalian kadar lipid darah hingga batas normal akan menekan risiko terjadinya penyakit jantung koroner.

B.     Tujuan
1.      Untuk Mengetahui apa itu “PJK” pada Lansia
2.      Untuk Mengetahui apa saja penyebab dari “PJK” pada Lansia
3.      Untuk Mengetahui apa tanda dan gejala dari “PJK” pada Lansia
4.      Untuk Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan “PJK” pada Lansia





BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Pengertian
Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.
Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct) Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993.
Penyakit Arteri Koroner (Coronary Artery Disease) ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul didalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secra bertahap dan tersebar dipercabangan besar dari kedua arteri utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma ini disebut aterosklerosis. (Medicastore.com,2008)

B.     Etiologi
Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner),dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah,dan lain-lain yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut.Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius,dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Beberapa faktor resiko terpenting Penyakit Jantung Koroner :
1.      Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi
2.      Kadar Kolesterol HDL rendah
3.      Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
4.      Merokok
5.      Diabetes Mellitus
6.      Kegemukan
7.      Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga
8.      Kurang olah raga
9.      Stress
Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner dapat diturunkan secara turun temurun (keturunan).Anda bisa terkena penyakit jantung koroner jika anda mepunyai berat badan yang berlebihan (overweight) atau seseorang dengan tekanan darah tinggi dan diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga menjadi penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner bersumber dari aneka pilihan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan kurangnya olah raga.
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis sebagai berikut:
1.      Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
2.      Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
3.      Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada. Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).


C.    Patofisiologi
Penyakit jantung koroner dan micardiail infark merupakan respons iskemik dari miokardium yang di sebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen atau tidak permanen. Oksigen di perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob di mana Adenosine Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat membutuhakn 70 % oksigen. Banyaknya oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung di sebut sebagai Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan oleh percepatan jantung, kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.
Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap peningkatan tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan kontraksi untuk menekan volume darah ke sekat-sekat jantung. Pada jantung yang mengalami obstruksi aliran darah miocardial, suplai darah tidak dapat mencukupi terhadap tuntutan yang terjadi. Keadaan adanya obstruksi letal maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi menyerupai glikolisis aerobic berupaya memenuhi kebutuhan oksigen.
Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat sebagai predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung. Hipokromia dan asidosis laktat mengganggu fungsi ventrikel. Kekuatan kontraksi menurun, gerakan dinding segmen iskemik menjadi hipokinetik.
Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume, pengurangan cardiac out put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir diastole dan tekanan desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan jantung.
Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria (permanen atau semntara), lokasi serta ukurannya. Tiga menifestasi dari iskemi miocardial adalah angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara, preinfarksi angina, dan miocardial infark atau obstruksi permanen pada arteri koronari (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).



D.    Manisfestasi Klinis
Dada terasa tak enak (digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau terbakar; dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau rahang)
-          Nyeri bag. Dada
-          Sesak napas
-          Berdebar-debar
-          Denyut jantung lebih cepat
-          Pusing
-          Mual
-          Kelemahan yang luar biasa

Resiko dan insidensi
Penyakit arteri koronaria merupakan masalah kesehatan yang paling lazim dan merupakan penyebab utama kematian di USA.Walaupun data epidemiologi menunjukan perubahan resiko dan angka kematian penyakit ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan upaya pencegahan dan penanganan. Penyakit jantung iskemik banyak di alami oleh individu berusia yang berusia 40-70 tahun dengan angka kematian 20 %. (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis sebagai berikut:
1.      Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
2.      Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
3.      Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).

Pencegahan
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner bisa dikurangi dengan melakukan beberapa tindakan berikut:
-          Berhenti merokok
-          Menurunkan tekanan darah
-          Mengurangi berat badan
-          Melakukan olah raga.



E.     Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit jantung koroner meliputi perubahan gaya hidup, obat-obatan dan prosedur khusus.
a.       Perubahan gaya hidup :
-          Diet sehat, mencegah atu menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan memp[ertahankan berat badan sehat.
-          Berhenti merokok
-          Olah raga
-          Kurangi berat badan bila overweigh atau obesitas
-          Kurangi stress
b.      Obat :
Beberapa obat mengurangi beban kerja jantung dan menyembuhkan keluhan penyakit jantung koroner. Obat lain mengurangi resiko serangan jantung atau kematian mendadak.
-          Obat penurun kolesterol
-          Anti koagulan
-          Aspirin membantu mencegah terbentuk clot di dalam arteri
-          Penyekat ACE
-          Penyekat BETA
-          Penyekat kalsium
-          Nitrogliserin
-          Nitrat
-          Obat Trombolitik


c.       Prosedur khusus :
-          Angioplasti : prosedur ini membuka arteri koroner yang tertutup atau menyempit. Prosedur ini meningktkan aliran darah ke otot jantung , menyembuhkan sakit dada, dan mencegah serangan jantung.
-          Coronary arteri By pass surgery / operasi bypass : prosedur ini menggunakan arteri atau vena dari bagian tubuh lain untuk melewati/bypass arteri koroner yang menyempit. Prosedur ini menyembuhkan sakit dada dan mencegah serangan jantung
-          Latihan / exercise
d.      Pencegahan :
Pencegahan dimulai dengan mengenal faktor-faktor resiko. Dengan mengontrol faktor-faktor resiko yang ada dengan modifikasi gaya hidup dan obat-obatan kita mungkin mencegah atau menunda perkembangan penyakit jantung koroner.

F.     Komplikasi
Serangan jantung yang mengancam jiwa menyebabkan infark myocardium (kematian otot jantung) karena persediaan darah tidak cukup.
·         Angina pectoris yang tidak stabil,syok dan aritmia
·         Gagal jantung kongestif
·         Tekanan Darah Tinggi (hipertensi)
·         Diabetes


BAB III
TINJAUAN KASUS


I.            IDENTITAS
Nama                           :  Ny. S                                     
Umur                           :  50 tahun
Jenis Kelamin              :  Perempuan
Agama                         :  Islam
Alamat                        :  GP. Rejo – Kediri
Pendidikan                  :  Tamat SD
Pekerjaan                     :  Ibu RT
Diagnosa Medis          :  PJK
Tanggal MRS              :  4 Maret 2010
Tanggal Pengkajian     :  5 Maret 2010

II.            ANAMNESA
a.      Keluhan Utama
Pasien mengeluh lemah, sesak nafas, sulit melakukan aktivitas yang berlebih, sering terbangun pada malam hari karena sesak dan nyeri dada

b.      Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh lemah, sesak nafas, sulit melakukan aktivitas yang berlebih, sering terbangun pada malam hari karena sesak dan nyeri dada. Setelah periksa oleh dokter pasien di diagnosa dengan PJK. Oleh dokter disuruh opname.

c.       Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah menderita / mempunyai riwayat HT dan DM 1 tahun yang lalu dan pasien belum pernah poname.

d.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak mempunyai penyakit PJK.

e.       Riwayat Psikososial Dan Spiritual
·        Psikososial       : pasien dapat berhubungan baik denagn pasien, perawat maupun anggota keluarga.
·        Spiritual           : Pasien beragama islam dan rutin menjalankan sholat 5 waktu. di rumah sakit tidak pernah menjalankan sholat karena sedang sakit.
f.       Pola Aktivitas Sehari – Hari
Nutrisi
Di Rumah              : Makan biasa 3 x/hari dengan nasi, lauk dan sayur
  Minum air putih ± 6-7 gelas/hari
Di RS                      : Lunak jantung 3x/hari. Pasien hanya menghabiskan 2-3 sendok makan karena passion mengeluh mual.
                                Minum air putih ± 5-6 gelas/hari.



Eliminasi
Di rumah              : BAK : 4-5 x/hari, BAB : 3 x/hari konsistensi keras
Di RS                   : BAK : 4-5 x/hari, BAB : 1-3 x/ hari konsistensi lembek

Istirahat
Di rumah              : Tidur Siang  ± 1 jam/hari, Malam ± 7 jam/hari
Di RS                   : Siang ± 2 jam/hari, Malam ± 6 jam/hari

Hygiene
Di rumah              : Mandi 2 x/hari, ganti baju dan gosok gigi dilakukan sendiri
Di RS                   : Mandi 2 x/hari diseka ditempat tidur, ganti baju dan gosok gigi  dibantu perawat / keluarga.

Aktivitas
Di rumah              : Sebagai Ibu RT
Di RS                   : Lebih banyak di tempat tidur karena pasien bedrest

III.            PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Keadaan umum pasien kelihatan pucat, menyeringai kesakitan tapi sadar baik.
Tanda – Tanda Vital
Suhu tubuh         :     37 ­­­­­º C
Denyut nadi       :     92  x/menit
Tensi / TD          :     160 / 100 mmHg
Respirasi             :     22 x/menit
TB/BB                :     -
Keadaan Spesifik :
Kulit
Warna sawo matang, efloresensi tidak ada,  pigmentasi dalam batas normal, ikterus pada kulit tidak ada, keringat setempat tidak ada, pucat pada telapak tangan dan kaki tidak ada, sianosis tidak ada, lapisan lemak cukup, turgor kembali cepat. 
Kelenjar Getah Bening
Kelenjar getah bening submandibular, leher, axilla, dan inguinal tidak ada pembesaran, nyeri tekan tidak ada.
Kepala
Bentuk bulat, simetris, deformitas tidak ada, perdarahan temporal tidak ada, dan nyeri tekan tidak ada.
Mata
Eksoftalmus dan Endoftalmus tidak ada, edema palpebra tidak ada, konjungtiva palpebra kedua mata pucat tidak ada, sklera ikterik tidak ada, pupil isokor, refleks cahaya baik, penglihatan kabur pada kedua mata tidak ada, gerakan bola mata ke segala arah dan simetris, lapangan penglihatan baik.

Hidung
Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang perabaan baik. Selaput lendir dalam batas normal. Tidak ditemukan adanya penyumbatan dan perdarahan. Pernapasan cuping hidung tidak ada.
Telinga
Pada liang telinga tidak ada kelainan, pendengaran baik.
Mulut
Tonsil tidak ada pembesaran, pucat pada lidah tidak ada, atrofi papil tidak ada, gusi berdarah tidak ada, stomatitis tidak ada, rhagaden tidak ada, bau pernapasan yang khas tidak ada.
Leher
Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada, hipertrofi otot sternokleidomastoideus (-), pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, JVP (5-2) cm H2O, pulsasi (-)
Dada
Bentuk thorax normal simetris kanan dan kiri, sela iga tidak melebar, retraksi dinding thorax tidak ada, tidak ditemukan venektasi, dan spider nevi.
Paru-paru
Inspeksi                :  Statis, dinamis simetris
Palpasi                  :  Stemfremitus kanan = kiri
Perkusi                 :  Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi            :  Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)

Jantung
Inspeksi                : Iktus kordis terlihat di ICS VI linea aksilaris anterior sinistra
Palpasi                  : Iktus kordis teraba pada linea aksilaris anterior sinistra ICS VI
Perkusi                 : Batas atas jantung ICS IV
  Batas kanan jantung linea parasternalis dextra ICS V
  Batas kiri jantung linea aksilaris anterior sinistra ICS V
Auskultasi            : HR: 109x/m, iregular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi                : Cembung, lemas
Palpasi                  : Nyeri tekan epigastrik (-), hepar dan lien tidak teraba, undulasi (-)
Perkusi                 : Shifting dullness (-), timpani
Auskultasi            : Bising usus (+) normal



Ekstremitas Atas
Kedua ekstremitas atas tampak pucat tidak ada, palmar eritema tidak ada, nyeri otot dan sendi tidak ada, gerakan kesegala arah, kekuatan +5, refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, jari tabuh tidak ada, eutoni, eutropi, tremor tidak ada, edema pada kedua lengan dan tangan tidak ada.
Ekstremitas Bawah
Kedua ekstremitas bawah tidak tampak pucat, nyeri otot dan sendi tidak ada, kekuatan +5, refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, eutoni, eutrophi, varices tidak dijumpai, pigmentasi dalam batas normal, jari tabuh tidak ada, turgor cukup, edema pretibial ada.

IV.            Analisa data
Data Subyektif :
Pasien mengeluh lemah, sesak nafas, sulit melakukan aktivitas yang berlebih, sering terbangun pada malam hari karena sesak dan nyeri dada
Data Obyektif :
-    TD : 160/100 mmHg
-    P    : 96 x/mnt
-    Kulit dingin
-    N : 22 x/mnt

V.            INTERVENSI
1.      Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri
2.      Monitor tanda-tanda vital  ( tekanan darah, nadi)
3.      Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
4.      Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik relaksasi
5.      Kolaborasi dengan deokter dalam pemberian analgesik
6.      Lakukan pengukuran tekanan darah ( bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk, dan tiduran  jika memungkinkan
7.      Kaji kualitas nadi
8.      auskultasi bunyi nafas dan bunyi jantung


VI.            Evaluasi
S  :  Pasien mengatakan sesak berkurang
O :            –  Pasien tampak semangat                                 
                        –  tidak sesak
- N : 20 x/mnt
A :  Tujuan  tercapai
P  :  Hentikan intervensi


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang tindih. 
Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu berhubungan dengan satu faktor resiko atau lebih, di mana faktor-faktor resiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu. 
PJK merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia.   Penyakit jantung koroner (PJK) bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada pasien usia lanjut (yaitu, 65 tahun dan lebih tua).
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala),ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung.
Merokok tembakau memiliki efek merusak pada sistem kardiovaskular, mewujudkan  peningkatan kejadian infark miokard (MI),stroke dan kematian.

B.     SARAN
Mengingat betapa pentingnya kesehatan bagi lansia,maka disarankan agar para tenaga kesehatan memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuaikepada lansia agar angka harapan hidup lansiameningkat.












DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis Company.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 1993, Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler, Jakarta: departemen Kesehatan.
Kaplan, Norman M., 1991, Pencegahan Penyakit Jantung Koroner, Jakarta: Balai penerbit buku kedokteran EGC.

Post a Comment for "Asuhan keperawatan penyakit jantung koroner"