Asuhan keperawatan pheumonia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan
penyebabnya bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain
sebagainya. Dengan penomena ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah
satu penyakit pada saluran pernafasan adalah pneumonia. Penyakit Pneumonia
sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka
yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh
(Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh
sehat. Saat ini didunia penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit
utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan satu penyakit serius yang meragut
nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)
Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA
(Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program
ini mengupayakan agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga
memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan
Pnemonia. Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok
usia:
Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) Usia 2 bulan
sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan - Pnemonia, Pnemonia Berat dan Bukan
Pnemonia). Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk
yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan
adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar
pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis,
tonsilitis dan otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk
penyakit yang tercakup dalam program ini.
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya
tinggi, tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS,
Kanada dan negara-negara Eropah. Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga
juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang
(S. A. Price, 2005, Hal 804-814)
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah
mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas
dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran
hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru.
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang
sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya
fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak
tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya,
disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara
bakteri dan virus). Bakteri yang umum adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus
Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,vIrus misalnya virus influensa(Jeremy,
dkk, 2007, Hal 76-78)
Dari uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk membahas tentang ”Asuhan
keperawatan pada klien dengan Pneumonia”
B.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan pneumonia.
2. Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui konsep dasar
teoritis penyakit pneumonia
b.
Untuk mengetahui konsep dasar
asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia, yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, dan intervensi
c.
Untuk mengetahui asuhan
keperawatan pada klien dengan pneumonia, yang meliputi ppengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementsi, dan evaluasi.
C.
Manfaat
1.
Diharapkan makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan pneumonia.
2.
Menambah pengetahuan dan wawasan
bagi pembaca.
3.
Sebagai sumber referensi bagi
pembaca mengenai Pneumonia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan menjadi
pneumonia lobaris, pneumonia interstiasialis dan bronkopneumonia (Arif
mansjoer, 2001, Hal 446 ).
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan
oleh agen infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering
mengakibatkan kematian. Pneumonia disebabkan terapi radiasi, bahan kimia dan
aspirasi. Pneumonia radiasi dapat menyartai terapi radiasi untuk kanker
payudara dan paru, biasanya enam minggu atau lebih setelah pengobatan sesesai.
Pneoumalitiis kimiawi atau pneumonia terjadi setelah menjadi kerosin atau
inhalasi gas yang mengiritasi. Jika suatu bagian substasial dari suatu lobus
atau yang terkenal dengan penyakit ini disebut pneumonia lobaris (Jeremy, dkk,
2007, Hal 76-78).
Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari
suatu infeksi. ( S. A. Frice. 2005, Hal 804)
B.
Klasifikasi
Tiga klasifikasi pneumonia.
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
a.
Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
b.
Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/ nosocomial pneumonia).
c.
Pneumonia aspirasi.
d.
Pneumonia pada penderita
immunocompromised.
(Jeremy, dkk, 2007, Hal
76-78)
2. Berdasarkan
bakteri penyebab:
a. Pneumonia
Bakteri/Tipikal.
Dapat terjadi
pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman.
Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang
telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental,
pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi
virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat
rentan terhadap penyakit itu.
Pada saat
pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan
malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak
paru-paru. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau
pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di
paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari
jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai
penyebab pneumonia bakteri tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu
didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya.
Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan
dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung
pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam paru-paru (Soeparman, dkk, 1998, Hal
697).
Beberapa
bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella
pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi
influenza. Pneumonia Atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan
chalamydia (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).
b. Pneumonia Akibat virus.
Penyebab utama pneumonia virus
adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri hemofilus influenza yang bukan
penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga). Gejalanya
Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu
demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan
berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe
pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu
yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi
superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau
atau merah tua (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)
3. Berdasarkan predileksi infeksi:
a.
Pneumonia lobaris, pneumonia yang
terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan
maupun kiri.
b.
Pneumonia bronkopneumonia
Pneumonia yang
ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun
kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang
tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan
cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara
bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya,
tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya
menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan
sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya.
Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi
infeksi yang seluruh tubuh. (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)
C.
Etiologi
Penyebab Pneumonia adalah streptococus pneumonia dan haemophillus
influenzae. Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai
penyebab pneumonia yang berat, dan sangat profesif dengan mortalitas tinggi. (Arif mansjoer, dkk, Hal 466)
1.
Bakteri: stapilokokus,
streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2.
Virus: virus influenza, adenovirus
3.
Micoplasma pneumonia
D.
Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada
beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.
Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh
mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai
paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga
dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama
kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun
didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak
mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran
napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius
dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis
yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian
atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap
mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi
saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal
berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu
orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang
pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV,
virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran
hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang
meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif
di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat
mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada
bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal 804-814).
E.
Manifestasi Klinik
Secara umum dapat di bagi menjadi:
1.
Manifestasi non spesifik infeksi
dan toksisitas berupa demam (39,5 ºC sampai 40,5 ºC). , sakit kepala, iritabel, gelisah,
malaise, nafsu makan kurang keluhan gastrointestinal.
2.
Gejala umum saluran pernapasan
bawah berupa batuk, takipnuea (25 – 45 kali/menit), ekspektorasi sputum, nafas
cuping hidung, sesak napas, air hinger, merintih, sianosis. Anak yang lebih
besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan
lutut tertekuk karena nyeri dada.
3.
Tanda pneumonia berupa retraksi
(penarikan dinding dada bawah kedalam saat bernapas bersama dengan peningkatan
frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan
ronki.
4.
Tanda efusi pleura atau empiema,
berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus
melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan,
friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri bekurang bila efusi
bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku duduk / meningimus (iritasi
menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen
(kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan
bawah).
5.
Pada neonatus dan bayi kecil
tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan
pekak perkusi.
6.
Tanda infeksi ekstrapulmonal. ( Arif mansjoer, dkk, 2001, Hal 466)
F.
Penatalaksanaan
1.
Oksigen 1-2 L / menit
2.
IVFD (Intra Venous Fluid Drug)/
(pemberian obat melalui intra vena) dekstrose 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1, + KCL
10 mEq / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu,
dan status hidrasi.
3.
Jika sesak tidak terlalu hebat,
dapat dimulai dengan makanan entral bertahap melalui selang nasogastrik dengan
feding drip.
4.
Jika sekresi lendir berlebihan
dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki
transpormukosilier.
5.
Koreksi gangguan keseimbangan
asam - basa dan elektrolit.
6.
Antibiotik sesuai hasil biakan
atau berikan :
Untuk kasus pneumonia komuniti
base:
§ Ampicilin 100 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
§ Kloramfenicol 75 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
Untuk kasus
pneumonia hospital base :
§ Sevotaksim 100 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian
§ Amikasim 10 - 15 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.
G.
Komplikasi Pneumonia
Abses kulit, abses jaringan lunak, otitis media, sinus sitis, meningitis
pururental, perikarditis dan epiglotis kaang ditemukan pada infeksi H.
Influenzae tipe B. (Arif mansjoer, 2001, Hal 467)
H.
Pencegahan dan faktor
resiko
Dengan mempunyai pengetahuan tentang faktor-faktor dan setuasi yang umumnya
menjadi redispredisposisi individu terhadap pnumonia akan membantu untuk
mengidentifikasi psien-pasien yang beresiko terhadap pneumonia. Tindakan
preventif memberikan perawatan antisipatif dan preventif adalah tindakan
perawatan yang penting(Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal 573).
§ Setiap kondisi yang menghasilkan lendir atau obstruksi bronkial dan
mengganggu draniase normal paru menahun (PPOM) meningkat kerentanan pasien
terhadap pneumonia. Tindakan preventif :tingkankan batuk dan pengaluaran
sekresi.
§ Pasien imunosupresif dan mereka dengan jumlah neutrofi rendah (neutropeni)
adalah mereka yang berisik. Tindakan preventif : lakukan tindak
kewaspadaan khusus terhadap infeksi.
§ IndIvidu yang merokok berisik, kerena asap rokok mengganggu baik
aktifitas mukosiliari dan makrofag. Tindaka preventif : ajurkan individu
untuk berhenti merokok.
§ Setiap pasien yang diperbolehakan berbaring secara pasif di tempat tidur
dalam waktu yang lama yang secara relatif imobil dan bernafas dangkal berisiko
terhadap bronkopneumonia. Tinadakan preventif : sering mengubah posisi.
§ Setiap individu yang mengalami depresi reflek batuk (karna medikasi,
keadaan yang melemahkan atau otot-otot pernafasan lemah), telah mengaspirasi
benda asing ke dalam paru-paru selama periode tidak sadar (cedera
kepala,anestesia), atau mempunyai mekanisme menelan abnormal adalah
mereka yang hampir pasti mengalami bronkopneumonia. Tindakan preventif :
penghisan trakeobronkial, sering mengubah posisi, bijakan dalam memberikan
obat-obat yang meningkatkan resiko aspirasi dan terafi fisik dada.
§ Setiap pasien yang dirawat dengan regimen NPO (dipuasakan) atau mereka yang
mendapat antibiotik mengalami peningkatan kolonisasi organisme faring dan
berisiko. Tindakan preventif : tingakan higiene oral yang teratur.
§ Individu yang sering mengalami intoksikasi terutama rentan terhadap
pneumonia, karna alkohol menekan reflek-reflek tubuh, mobolisasi sel darah
putih dan gerakan siliaris trakeaobronkial. Tindakan preventif : bikan dorong
kepada individu untuk mengurangi masukan alkohol.
§ Setiap individu yang menerima sedatif atau opioid dapat mengalami
pernafasan, ynga mencetuskan pengumpulan sekresi bronkial dan selanjutnya
mengalami pneumonia. Tindakan preventif : observasi fekuensi pernapasan dan ke
dalam pernafasan sebelum memberikan. Jika tampak depresi pernapasan, tunds
pemberian obat dan laporkan masalah ini.
§ Pasien yang tidak sadar atau mempunyai reflek batuk dan menelan buruk adlah
mereka yang berisiko terhadap pneumonoia akibat penumpukan seksesi atau
aspirasi. Tindakan preventif : sering melakukan .
§ Individu lansia terutama mereka yang rentan pneumonia karna refleksi batuk.
Pneumonia paskaoperatif seharusnyadapat diperkirakan terjadi pada lansia.
Tndakan prepentif : sering mobolisasi, dan batuk efekif dan latihan pernapasan
§
Setiap orang meneriama pengobatan
terapi pernasapan dapat mengalami pneumonia jika peralatan tersebit tidak
dibersikan dengan tepat. Tindakan preventif : pastiakn bahwa peralatan
pernapasan telah di bersikan dengan tepat. (Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal 573)
BAB III
TINJAUAN
KASUS
I.
IDENDITAS
PASIEN
Nama : Tn. M
Alamat : Lhok Dalam
Umur : 55 Tahun
Jenis kelamin :
laki-laki
Suku :
Aceh
Agama :
Islam
II.
PEMERIKSAAN
TANDA VITAL
TD : 110/ 80 mmHg
P : 80 x/i
RR : 20 x/i
T :
36,5 ⁰C
III. ANALISIS MASALAH DAN KEBUTUHAN
DS : OS mengatakan masih batuk
DO : lemas, batuk tidak berdahak
TTV:
TD : 120/ 80 mmHg
P : 80 x/i
RR : 20 x/i
T : 37 ⁰C
IV. ANTISIPASI DIAGNOSA
OS masih dirawat
Tindakan
sekarang
V. PERENCANAAN
§ Anjurkan
OS untuk istirahat yang cukup
§ Anjurkan
OS untuk minum air putih
§ Kolaborasi
VI. PELAKSANAAN
§ Menganjurkan
OS untuk istirahat yang cukup
§ Menganjurkan
OS untuk minum air putih
§ Berkolaborasi
dengan tim medis
VII. ANAMNESA
Nama : Tn. M
Umur : 55 Tahun
Tanggal masuk : 1 Februari 2016
Alamat : Lhok Dalam
Jam masuk :
Masuk dengan
keluhan:
Batuk, sesak
nafas, sakit kepala
K/U lemas
Dx : Pneumonia
Obat:
R : O2
= 2 – 4 1/i (K/P)
-
IUFD Nacl 0,9 % + 2 amp
-
Aminophilin 20 tts/ i
-
Inj cefriaxon 1 A/ 12 j
-
Inj Dexamethason 1 A/ 12 j
-
Inj Ranitidin 1 A/ 12 j
-
Paracetamol 3x1
-
Ambroxol 3x1
-
Salbutamol 2 mg 3x1
-
Ceterizin 2x1
-
Omeprazel 2x1
-
Domperidon 3x1
-
LSDN 5 mg 2x1
-
Alprazolam 0,25 2x1
VIII.
EVALUASI
S : sy
masih bentuk
O : k/u
lemas
A :
masalah belum terafasi
P :
intervensi dilanjutkan
IX.
ALASAN
KUNJUNGAN
Untuk mengetahui
penyakit dan berobat
Riwayat
penyakit : OS
mengatakan tidak ada
Riwayat
penyakit sekarang : Pneumonia
X.
PEMERIKSAAN
UMUM
Kesadaran
umum : lemas
Kesadaran :
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia
adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen
infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang serius dan mengancam
nyawa. Ini adalah benar terutama pada orang-orang tua, anak-anak, dan mereka
yang mempunyai persolan-persoalan medis lain yang serius, seperti COPD, penyakit
jantung, diabetes, dan kanker-kanker tertentu. Untungnya, dengan penemuan dari banyak antibiotik-antibiotik
yang kuat, kebanyakan kasus-kasus dari pneumonia dapat dirawat dengan sukses.
Etiologi dari pneumonia paling umum ditemukan adalah disebabkan karena bakteri
streptococcus. Dan yang lebih banyak resiko terserang pneumonia adalah orang
tua, karena banyak sekali orang tua terdapat riwayat merokok.
B. Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus dan
resiko yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita pneumonia
disarankan untuk menghindari merokok, tidak meminum minuman yang mengandung
alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. EGC : Jakarta.
Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol.
1, EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn, E. dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan
Edisi 3. EGC, Jakarta
Jeremy, dkk. 2005. At a Glance Sistem Respirasi, Edisi 2. Erlangga : Jakarta
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine. 2005. Patofisiologi
Jilid 2, Edisi 4. EGC : Jakarta.
Soeparman, dkk. 1998. Ilmu Penyakit Dalam jilid II. FKUI :
Jakarta
Post a Comment for "Asuhan keperawatan pheumonia"