Budidaya Ikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Ikan patin merupakan jenis ikan
konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan
punggung berwarna kebiru‐biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek
cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan
patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk
membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan
tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang
35‐40 cm. Sebagai keluargaPangasidae,
ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“
tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun
sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini.
Ikan patin berbadan panjang untuk
ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti perak, punggung berwarna kebiru‐biruan. Kepala ikan patin relatif
kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri
khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek
yang berfungsi sebagai peraba.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERSYARATAN LOKASI
Untuk persyaratan lokasi
pembudidayaan ikan patin, tidak lah terlalu sulit berikut syarat‐syaratnya :
1. Tanah yang baik untuk kolam
pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,tidak berporos. Jenis tanah
tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat
dibuat pematang/dinding kolam.
2. Kemiringan tanah yang baik
untuk pembuatan kolam berkisar antara 3‐5% untuk memudahkan pengairan kolam
secara gravitasi.
3. Apabila pembesaran patin dilakukan
dengan jala apung yang dipasang
4. disungai maka lokasi yang tepat
yaitu sungai yang berarus lambat.
5. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan
patin harus bersih, tidak terlalu keruhdan tidak tercemar bahan‐bahan kimia beracun, dan
minyak/limbah pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari
timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur
(Emolin atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).
6. Suhu air yang baik pada saat
penetasan telur menjadi larva di akuarium
7. adalah antara 26‐28 derajat C. Pada daerah‐daerah yang suhu airnya relatif
rendah diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang
relatif stabil.
8. Keasaman air berkisar antara:
6,5‐7
B. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Budidaya ikan patin meliputi
beberapa kegiatan, secara garis besar dibagi menjadi 2 kegiatan yaitu
pembenihan dan pembesaran. Kedua jenis kegiatan ini umumnya belum
populer dilakukan oleh masyarakat, karena umumnya masih mengandalkan kegiatan
penangkapan di alam (sungai, situ, waduk, dan lain‐ lain) untuk memenuhi kebutuhan akan
ikan patin.
Kegiatan pembenihan merupakan upaya
untuk menghasilkan benih pada ukuran tertentu. Produk akhirnya berupa benih berukuran
tertentu, yang umumnya adalah benih selepas masa pendederan. Benih ikan patin
dapat diperoleh dari hasil tangkapan di perairan umum. Biasanya menjelang musim
kemarau pada pagi hari dengan menggunakan alat tangkap jala atau jaring.
Benih dapat juga dibeli dari Balai Pemeliharaan Air Tawar di Jawa Barat.
Benih dikumpulkan dalam suatu wadah, dan dirawat dengan hati‐hati selama 2 minggu. Jika air dalam
penampungan sudah kotor, harus segera digantidengan air bersih, dan usahakan
terhindar dari sengatan matahari. Sebelum benih ditebar, dipelihara dulu dalam
jaring selama 1 bulan, selanjutnya dipindahkan ke dalam hampang yang sudah
disiapkan. Secara garis besar usaha pembenihan ikan patin meliputi kegiatan‐kegiatan sebagai berikut:
1. Pemilihan calon induk siap pijah.
2. Persiapan hormon perangsang/kelenjar
hipofise dari ikan donor, yaitu ikan mas.
3. Kawin suntik (induce breeding).
4. Pengurutan (striping).
5. Penetasan telur.
6. Perawatan larva.
7. Pendederan.
8. Pemanenan.
Pada usaha budidaya yang semakin
berkembang, tempat pembenihan dan pembesaran sering kali dipisahkan dengan
jarak yang agak jauh. Pemindahan benih dari tempat pembenihan ke tempat
pembesaran memerlukan penanganan khusus agar benih selamat. Keberhasilan
transportasi benih ikan biasanya sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik
maupun kimia air, terutama menyangkut oksigen terlarut, NH3, CO2 , pH, dan suhu
air.
1.
Penyiapan
Sarana dan Peralatan
Lokasi
kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam
dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2‐5% sehingga memudahkan pengairan
kolam secara gravitasi.
1) Kolam pemeliharaan induk
Luas kolam
tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai contoh untuk 100
kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila hanya mengandalkan
pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg
induk memerlukan luas 150‐200 meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi
panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu
bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya,
sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
2) Kolam pemijahan
Tempat
pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas kolam
pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat
persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg
memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18 buah ijuk/kakaban.
3) Kolam pendederan
Bentuk
kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini
biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25‐500 m2 dan pendederan lanjutan 500‐1000 m2 per petak. Pemasukan air
bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik.
2.
Pembibitan
Supaya mendapatkan hasil yang
diharapkan maka pembibitan harus perlu di perhatikan hal‐hal sebagai berikut :
1) Menyiapkan Bibit
Bibit yang hendak dipijahkan bisa
berasal dari hasil pemeliharaan dikolam sejak kecil atau hasil tangkapan dialam
ketika musim pemijahan tiba. Induk yang ideal adalah dari kawanan patin dewasa
hasil pembesaran dikolam sehingga dapat dipilihkan induk yang benar‐benar berkualitas baik.
2) Perlakuan dan Perawatan Bibit
Induk patin yang hendak dipijahkan
sebaiknya dipelihara dulu secara khusus di dalam sangkar terapung. Selama
pemeliharaan, induk ikan diberi makanan khusus yang banyak mengandung protein.
Upaya untuk memperoleh induk matang telur yang pernah dilakukan oleh Sub Balai
Penelitian Perikanan Air Tawar Palembang adalah dengan memberikan makanan
berbentuk gumpalan (pasta) dari bahan‐bahan pembuat makanan ayam dengan
komposisi tepung ikan 35%, dedak halus 30%, menir beras 25%, tepung kedelai
10%, serta vitamin dan mineral 0,5%.
Pembesaran ikan patin dapat
dilakukan di kolam, di jala apung, melalui sistem pen dan dalam karamba.
·
Pembesaran
ikan patin di kolam dapat dilakukan melalui sistem monokultur maupun polikultur.
·
Pada
pembesaran ikan patin di jala apung, hal‐hal yang perlu diperhatikan adalah:
lokasi pemeliharaan, bagaimana cara menggunakan jala apung, bagaimana kondisi
perairan dan kualitas airnya serta proses pembesarannya.
·
Pada
pembesaran ikan patin sistem pen, perlu diperhatikan: pemilihan lokasi,
kualitas air, bagaimana penerapan sistem tersebut, penebaran benih, dan
pemberian pakan serta pengontrolan dan pemanenannya.
·
Pada
pembesaran ikan patin di karamba, perlu diperhatikan masalah: pemilihan lokasi,
penebaran benih, pemberian pakan tambahan, pengontrolan dan pemanenan.
3.
Pemeliharaan
Pembesaran
Hal‐hal yang perlu di perhatikan dalam
pemeliharaan pembesaran
1) Pemupukan
Pemupukan kolam bertujuan untuk
meningkatkan dan produktivitas kolam, yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan
makanan alami sebanyakbanyaknya. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk
kandang atau pupuk hijau dengan dosis 50‐700 gram/m2
2) Pemberian Pakan
Pemberian makan dilakukan 2 kali
sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3‐5% dari jumlah berat badan ikan
peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan
berat badan ikan dalam hampang. Hal ini dapat diketahui dengan cara
menimbangnya 5‐10
ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang dipelihara (smpel).
3) Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Selama pemeliharaan, ikan dapat
diberi makanan tambahan berupa pellet setiap hari dan dapat pula diberikan ikan‐ikan kecil/sisa (ikan rucah) ataupun
sisa dapur yang diberikan 3‐4 hari sekali untuk perangsang nafsu makannya.
C.
HAMA
DAN PENYAKIT
1) Hama
Pada
pembesaran ikan patin di jaring terapung hama yang mungkin menyerang antara
lain lingsang, kura‐kura, biawak, ular air, dan burung. Hama serupa juga
terdapat pada usaha pembesaran patin sistem hampang (pen) dan karamba. Karamba
yang ditanam di dasar perairan relatif aman dari serangan hama. Pada pembesaran
ikan patin di jala apung (sistem sangkar ada hama berupa ikan buntal (Tetraodon
sp.) yang merusak jala dan memangsa ikan. Hama lain berupa ikan liar pemangsa
adalah udang, dan seluang (Rasbora). Ikan‐ikan kecil yang masuk kedalam wadah
budidaya akan menjadi pesaing ikan patin dalam hal mencari makan dan memperoleh
oksigen.
Untuk
menghindari serangan hama pada pembesaran di jala apung (rakit) sebaiknya
ditempatkan jauh dari pantai. Biasanya pinggiran waduk atau danau merupakan
markas tempat bersarangnya hama, karena itu sebaiknya semak belukar yang tumbuh
di pinggir dan disekitar lokasi dibersihkan secara rutin. Cara untuk
menghindari dari serangan burung bangau (Lepto‐tilus javanicus), pecuk
(Phalacrocorax carbo sinensis), blekok (Ramphalcyon capensis capensis) adalah
dengan menutupi bagian atas wadah budi daya dengan lembararan jaring dan
memasang kantong jaring tambahan di luar kantong jaring budi daya. Mata jaring
dari kantong jaring bagian luar ini dibuat lebih besar. Cara ini berfungsi
ganda, selain burung tidak dapat masuk, ikan patin juga tidak akan berlompatan
keluar.
2) Penyakit
Penyakit
ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non‐infeksi. Penyakit noninfeksi adalah
penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit
non‐infeksi ini tidak menular. Sedangkan
penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.
·
Penyakit
akibat infeksi
Organisme patogen yang menyebabkan
infeksi biasanya berupa parasit, jamur, bakteri, dan virus.
Beberapa penyakit akibat infeksi
berikut ini sebaiknya diperhatikan.
a) Penyakit parasit
Penyakit white spot (bintik putih)
disebabkan oleh parasit dari bangsa protozoa dari jenis Ichthyoptirus
multifilis Foquet. Pengendalian: menggunakan metil biru atau methilene blue
konsentrasi 1% (satu gram metil biru dalam 100 cc air). Ikan yang sakit
dimasukkan ke dalam bak air yang bersih, kemudian kedalamnya masukkan larutan
tadi. Ikan dibiarkan dalam larutan selama 24 jam. Lakukan pengobatan berulang‐ulang selama tiga kali dengan selang
waktu sehari.
b) Penyakit jamur
Penyakit jamur biasanya terjadi
akibat adanya luka pada badan ikan. Penyakit ini biasanya terjadi akibat adanya
luka pada badan ikan. Penyebab penyakit jamur adalah Saprolegnia sp. dan Achlya
sp. Pada kondisi air yang jelek, kemungkinan patin terserang jamur lebih besar.
Pencegahan penyakit jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas air agar
kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan patin. Ikan yang terlanjur sakit
harus segera diobati. Obat yang biasanya di pakai adalah malachyt green oxalate
sejumlah 2‐3
g/m air (1 liter) selama 30 menit. Caranya rendam ikan yang sakit dengan
larutan tadi, dan di ulang sampai tiga hari berturut‐ turut.
c) Penyakit bakteri
Penyakit bakteri juga menjadi
ancaman bagi ikan patin. Bakteri yang sering menyerang adalah Aeromonas sp. dan
Pseudo‐monas sp. Ikan yang terserang akan
mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan
pangkal sirip. Penyakit bakteri yang mungkin menyerang ikan patin adalah
penyakit bakteri yang juga biasa menyerang ikan‐ikan air tawar jenis lainnya, yaitu
Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri,
ternyata mudah menular, sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parah
harus segera dimusnahkan. Sementara yang terinfeks, tetapi belum parah dapat
dicoba dengan beberapa cara pengobatan. Antara lain:
§ Dengan merendam ikan dalam larutan
kalium permanganat (PK) 10‐20 ppm selama 30‐60 menit,
§ Merendam ikan dalam larutan
nitrofuran 510 ppm selama 12‐24 jam, atau
§ merendam ikan dalam larutan
oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.
·
Penyakit
non‐infeksi
Penyakit
non‐infeksi banyak diketemukan adalah keracunan
dan kurang gizi. Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian
pakan yang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan.
Gajala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan.
§ Ikan akan lemah, berenang megap‐megap dipermukaan air. Pada kasus
yang berbahaya, ikan berenang terbalik dan mati. Pada kasus kurang gizi, ikan
tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan ukuran
tubuh, kurang lincah dan berkembang tidak normal.
§ Kendala yang sering dihadapi adalah
serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) mengakibatkan banyak
benih mati, terutama benih yang berumur 1‐2 bulan.
§ Penyakit ini dapat membunuh ikan
dalam waktu singkat.
§ Organisme ini menempel pada tubuh
ikan secara bergerombol sampai ratusan jumlahnya sehingga akan terlihat seperti
bintik‐bintik putih.
§ Tempat yang disukai adalah di bawah
selaput lendir sekaligus merusak selaput lendir tersebut.
D.
PANEN
1. Penangkapan
Penangkapan ikan dengan menggunakan
jala apung akan mengakibatkan ikan mengalami luka‐luka. Sebaiknya penangkapan ikan
dimulai dibagian hilir kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan didorong
dengan kere maka ikan patin akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan seperti
ini menguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga
kematian ikan dapat dihindari.
2. Pembersihan
Ikan patin yang dipelihara dalam
hampang dapat dipanen setelah 6 bulan. Untuk melihat hasil yang diperoleh, dari
benih yang ditebarkan pada waktu awal dengan berat 8‐12 gram/ekor, setelah 6 bulan dapat
mencapai 600‐700
gram/ekor. Pemungutan hasil dapat dilakukan dengan menggunakan jala sebanyak 2‐3 buah dan tenaga kerja yang
diperlukan sebanyak 2‐3 orang. Ikan yang ditangkap dimasukkan kedalam wadah yang
telah disiapkan.
E. PASCAPANEN
Penanganan pascapanen ikan patin
dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar.
§ Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini akan
lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup.
§ Penanganan ikan segar
Ikan segar mas merupakan produk yang
cepat turun kualitasnya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dengan adanya luas perairan umum di
Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau alam dan buatan seluas hampir
mendekati 13 juta ha merupakan potensi alam yang sangat baik bagi pengembangan
usaha perikanan di Indonesia. Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya
yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program
penelitian dalam hal pembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan
pasca panen, penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan
import.
Walaupun permintaan di tingkal
pasaran lokal akan ikan patin dan ikan air tawar lainnya selalu mengalami
pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil penjualan secara rata‐rata selalu mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun. Apabila pasaran lokal ikan patin mengalami kelesuan, maka akan
sangat berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat
grosir di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan patin boleh dikatakan
hampir tak ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung
dan faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor
perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim
(1995). Pembesaran Ikan Patin Dalam Hampang (Banjar baru:Lembar Informasi
Pertanian).
Aida, Siti
Nurul, dkk. (1992/1993). Pengaruh Pemberian Kapur Pada MutuAir dan Pertumbuhan
Ikan Patin di Kolam Rawa Non Pasang Surut dalamProsiding Seminar Hasil
Penelitian Perikanan Air Tawar.
Post a Comment for "Budidaya Ikan"