Diabetes Mailitus
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada
hakekatnya adalah upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Agar dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
optimal maka dikembangkan upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat yang
mencakup upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.
Dengan demikian perawatan merupakan
hal yang perlu diperhatikan dalam semua upaya tersebut diatas. Dalam upaya
perawatan ini perawat melaksanakan suatu asuhan keperawatan dengan
memperhatikan klien secara menyeluruh baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual, dimana perawat harus selalu berusaha untuk meningkatkan mutu
pelayanan dalam proses pertumbuhan dan pemulihan klien dengan gangguan sistem
endokrin khususnya Diabetes Melitus.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit
kronis yang menyerang kurang lebih 12 juta orang. Tujuh juta dari 12 juta
penderita diabetes tersebut sudah terdiagnosis; sisanya tidak terdiagnosis. Di
Amerika serikat, kurang lebih 650.000 kasus diabetes baru didiagnosis setiap
tahunnya.
B.
Tujuan
Penulisan
1.
Tujuan
Umum
Memperoleh informasi atau gambaran nyata tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan klien dengan Diabetes Mellitus.
2.
Tujuan
Khusus
·
Untuk
memperoleh gambaran tentang pengkajian fisik pada pasien Diabetes Mellitus.
·
Untuk
memperoleh gambaran tentang diagnosa perawatan dan rencana keperawatan pada
pasien Diabetes Mellitus.
·
Dapat
melakukan tindakan perawatan pada pasien Diabetes Mellitus.
·
Untuk
memperoleh gambaran tentang pelaksanaan evaluasi keperawatan pada klien
dengan Diabetes Mellitus.
·
Mendokumentasikan
asuhan keperawatan pasien Diabetes Mellitus secara benar dan baik.
3.
Manfaat
Penulisan
·
Sebagai
bahan masukan bagi tenaga keperawatan khususnya perawatan pada pasien Diabetes Mellitus.
·
Memberikan
masukan bagi penulis dalam hal untuk meningkatkan kemampuan merawat pasien khusunya
yang mengarah pada penyakit Diabetes Mellitus.
·
Bahan
bacaan bagi mahasiswa dimana pun mereka berada.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
1. Diabetes Mellitus adalah penyakit
kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat,
protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler
dan neurologis.
2. Diabetes Mellitus adalah suatu
penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai
karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja
insulin yang tidak adekuat.
3. Diabetes Mellitus adalah keadaan
hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan
secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
4. Diabetes Mellitus adalah suatu
penyakit kronis yang ditemukan di seluruh dunia dengan prevalensi penduduk yang
bervariasi dari 1 – 6 %.
B.
Type – type
Diabetes Militus
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes mellitus berdasarkan perawatan dan
simtoma:
1.
Diabetes tipe
1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel beta di dalam pankreas yang
disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan bersifat idiopatik. Diabetes
mellitus dengan patogenesis jelas, seperti
fibrosis sistik atau defisiensi mitokondria, tidak termasuk pada penggolongan ini.
2.
Diabetes tipe
2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali disertai dengan
sindrom resistansi insulin
3.
Diabetes
gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose tolerance, dan
menurut tahap klinis tanpa pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:
·
Insulin
requiring for survival diabetes,
seperti pada kasus defisiensi peptida-C.
·
Insulin
requiring for control diabetes. Pada
tahap ini, sekresi insulin endogenus tidak cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak disertai dengan tambahan hormon dari luar tubuh.
·
Not insulin
requiring diabetes.
Diabetes
mellitus tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa
Inggris: childhood-onset diabetes,
juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah
diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah
akibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau
Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan,
bahkan dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan
penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat
penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh
terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada
tahap awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah
kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat
dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin,
dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat
monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap
paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga
diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari
pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada
tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga
untuk pemberian masukan insulin melalui "inhaled powder".
Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan
memengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan
yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan.
Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke
angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l. Beberapa dokter menyarankan sampai ke
140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang bermasalah dengan angka yang
lebih rendah, seperti "frequent hypoglycemic events".Angka di atas
200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air
kecil yang terlalu sering sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300
mg/dl (15 mmol/l) biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah
ke ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia,
dapat menyebabkan kehilangan kesadaran.
Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 (bahasa
Inggris: adult-onset diabetes,
obesity-related diabetes, non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM)
merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang
disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan
kofaktor hormon resistin yang
menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap
insulinserta RBP4 yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut
sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan
kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.
Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi, rasio RBP4 dan hormon resistin yang tinggi,
peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati, penurunan laju reaksi
oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati.
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas
terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam
darah. Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti
diabetes yang dapat meningkatkan
sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan
terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan
penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas
sentral diketahui sebagai faktor
predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam kaitan dengan
pengeluaran dari adipokines ( nya suatu kelompok hormon) itu merusak toleransi glukosaObesitas
ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan
jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi mengeram dan sejarah keluarga,
walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk memengaruhi
anak remaja dan anak-anak.
Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis.
Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas
fisik (olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan
berat badan. Ini dapat memugar kembali
kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah
hati,, sebagai contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama
ketika itu ada di deposito abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika
perlu,, perawatan dengan lisan [antidiabetic
drugs. [Sebagai/Ketika/Sebab] produksi
hormon insulin adalah pengobatan pada awalnya tak terhalang, lisan ( sering
yang digunakan di kombinasi) kaleng tetap digunakan untuk meningkatkan produksi
hormon insulin ( e.g., sulfonylureas) dan mengatur pelepasan/release yang tidak
sesuai tentang glukosa oleh hati ( dan menipis pembalasan hormon insulin sampai
taraf tertentu ( e.g., metformin), dan pada
hakekatnya menipis pembalasan hormon insulin ( e.g., thiazolidinediones). Jika
ini gagal, ilmu pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk
memelihara normal atau dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup
yang tertib tentang cek glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus,
paling terutama sekali dan perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan.
Sebuah zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang disebut sitagliptin, baru-baru ini diperkenankan untuk digunakan sebagai pengobatan diabetes
mellitus tipe 2. Seperti zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang
lain, sitagliptin akan membuka peluang bagi perkembangan sel tumor maupun
kanker.
Sebuah fenotipe sangat khas
ditunjukkan oleh NIDDM pada manusia adalah defisiensi metabolisme oksidatif di dalam mitokondria pada otot lurik. Sebaliknya, hormon tri-iodotironina menginduksi biogenesis di dalam mitokondria dan meningkatkan sintesis ATP
sintase pada kompleks V, meningkatkan aktivitas sitokrom c
oksidase pada kompleks IV, menurunkan spesi oksigen reaktif, menurunkan stres oksidatif, sedang hormon melatonin akan
meningkatkan produksi ATP di dalam
mitokondria serta meningkatkan aktivitas respiratory chain, terutama
pada kompleks I, III dan IV. Bersama dengan insulin, ketiga hormon ini membentuk siklus yang mengatur fosforilasi oksidatif mitokondria di dalam otot lurik. Di sisi lain, metalotionein yang menghambat aktivitas GSK-3beta akan mengurangi risiko defisiensi otot jantung pada penderita diabetes.
Simtoma yang terjadi pada NIDDM dapat berkurang dengan dramatis, diikuti dengan
pengurangan berat tubuh, setelah dilakukan bedah bypass usus. Hal ini
diketahui sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon inkretin, namun para
ahli belum dapat menentukan apakah metoda ini dapat memberikan kesembuhan bagi
NIDDM dengan perubahan homeostasis glukosa.
Pada terapi tradisional, flavonoid yang mengandung senyawa hesperidin dan naringin, diketahui menyebabkan
·
penurunan rasio
plasma dan kadar kolesterol dalam hati,
antara lain dengan menekan 3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme
reductase, asil-KoA, kolesterol
asiltransferase
·
penurunan
oksidasi asam lemak di dalam hati
dan aktivitas karnitina
palmitoil, antara lain dengan mengurangi
sintesis glukosa-6
fosfatase dehidrogenase dan fosfatidat
fosfohidrolase
·
meningkatkan
laju lintasan glikolisis dan/atau
menurunkan laju lintasan glukoneogenesis sedang naringin sendiri, menurunkan transkripsi mRNA fosfoenolpiruvat
karboksikinase dan glukosa-6
fosfatase di dalam hati.
Hesperidin merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan pada buah jenis jeruk, sedang naringin banyak ditemukan pada buah jenis anggur.
Diabetes mellitus tipe 3
Diabetes mellitus gestasional (bahasa
Inggris: gestational diabetes,
insulin-resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has
progressed to require injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults,
type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes melitus yang
terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan
keterlibatan interleukin-6 dan protein
reaktif C pada lintasan patogenesisnya.[29] GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50%
dari wanita penderita GDM bertahan hidup.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua
kehamilan. GDM bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang setelah
melahirkan. GDM dapat disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis yang
cermat selama masa kehamilan.
Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat
membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko yang dapat dialami oleh
bayi meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit
jantung bawaan dan kelainan sistem saraf pusat, dan cacat otot rangka. Peningkatan
hormon insulin janin dapat menghambat produksi surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia
dapat terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus yang parah, kematian
sebelum kelahiran dapat terjadi, paling umum terjadi sebagai akibat dari
perfusi plasenta yang buruk karena kerusakan vaskular. Induksi kehamilan dapat diindikasikan
dengan menurunnya fungsi plasenta. Operasi sesar dapat akan dilakukan bila ada
tanda bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan resiko luka yang berhubungan
dengan makrosomia, seperti distosia bahu.
C. Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus
sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari studi-studi
eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa Diabetes Mellitus adalah
merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan
lebih satu penyebab yang mendasarinya. Menurut banyak ahli beberapa faktor yang
sering dianggap penyebab yaitu :
a. Faktor genetic
Riwayat
keluarga dengan diabetes :
Pincus
dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita Diabetes Mellitus
dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang
menderita Diabetes Mellitus mencapai 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga
sehat yang memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
b.
Faktor
non genetic
1)
Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah
mempunyai predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus.
2)
Nutrisi
§ Obesitas dianggap menyebabkan
resistensi terhadap insulin.
§ Malnutrisi protein
§ Alkohol, dianggap menambah resiko
terjadinya pankreatitis.
3)
Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan
emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
4)
Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah
tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena
konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin
meningkat
D.
Patofisiologi
Sebagian
besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek
utama kekurangan insulin sebagai berikut :
1)
Pengurangan
penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi
glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml.
2)
Peningkatan
mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan
metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang
mengakibatkan aterosklerosis.
3)
Pengurangan
protein dalam jaringan tubuh.
Akan
tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes Mellitus
yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita Diabetes
Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus
meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai
dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit
tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180
mg%.
E. Tanda dan Gejala
Berikut ini tanda dari diabetes
yaitu :
1. Sering Buang Air kecil
Buang
air kecil akan menjadi sering jika terlalu banyak glukosa dalam darah. Jika insulin
(yakni hormon yang mengendalikan gula darah) tidak ada atau sedikit maka ginjal
tidak dapat menyaring glukosa untuk kembali ke dalam darah. Kemudian ginjal
akan menarik tambahan air dari darah untuk menghancurkan glukosa. Hal ini
membuat kandung kemih penuh dan sering buang air kecil
2. Sering merasa haus
Karena
sering buang air kecil, maka orang akan menjadi lebih sering haus. Serta proses
penghancuran glukosa yang sulit maka air di dalam darah tersedot untuk
menghancurkannya, sehingga seseorang perlu minum lebih banyak untuk
menggantikan air.
3. Nafsu makan berkurang
Orang
yang diabetes insulinnya bermasalah akibatnya asupan gula ke dalam sel-sel
tubuh kurang yang membuat pembentukan energi kurang. Kondisi ini membuat otak
berpikir tubuh kurang energi akibat asupan makanan yang kurang sehingga
menimbulkan rasa lapar dan perasaan ingin terus makan.
F. Komplikasi
Beberapa
komplikasi dari Diabetes Mellitus adalah
1. Akut
a. Hipoglikemia
dan hiperglikemia
b. Penyakit
makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner
(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c. Penyakit
mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
d. Neuropati
saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada
gastro intestinal, kardiovaskuler.
2. Komplikasi
menahun Diabetes Mellitus
a. Neuropati
diabetic
b. Retinopati
diabetic
c. Nefropati
diabetic
d. Proteinuria
e. Kelainan
koroner
f. Ulkus/gangrene
Terdapat lima grade ulkus diabetikum
antara lain:
(a) Grade 0 : tidak ada luka
(b) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
(c) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
(d) Grade III : terjadi abses
(e) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
(f) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
(a) Grade 0 : tidak ada luka
(b) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
(c) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
(d) Grade III : terjadi abses
(e) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
(f) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Diabetes Mellitus adalah penyakit
kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat,
protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler
dan neurologis.
2. Diabetes Mellitus adalah suatu
penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai
karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja
insulin yang tidak adekuat.
3. Diabetes Mellitus adalah keadaan
hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan
secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
4. Diabetes Mellitus adalah suatu
penyakit kronis yang ditemukan di seluruh dunia dengan prevalensi penduduk yang
bervariasi dari 1 – 6 %.
B.
Saran
1.
Untuk
Perawat
Saran yang perlu di sampaikan kepada perawat, yaitu harus
mendokumentasikan setiap tindakan yang telah di lakukan. Serta menambah ilmu
pengetahuan.tentang berbagai macam penyakit, dalam khusus nya Diabetes militus
agar perawat dapat melakukan implementasi sesuai dengankebutuhan klien
2.
Untuk
Penulis
Kami memahami segala kekurangan yang ada pada
karya tulis kami sehingga kami sangat meng harapkan kritik dan masukan yang
memebangun guna dalam penulisan karya tulis selanjutnya kami dapat membuat kaya
tulis dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner
& Suddarth (2002). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi kedelapan). Jakarta : EGC.
Carpenito,
Lynda Juall (2000). Diagnosa
Keperawatan, (Edisi keenam). Jakarta : Penerbit EGC.
Price,
Sylvia Anderson, Ph.D, R.N (1995). Patofisiologi
: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, (Edisi keempat), Jakarta : EGC.
R.
Syamsuhidayat, Wim de Jong (1997). Buku
Ajar Ilmu Bedah.
Post a Comment for "Diabetes Mailitus"