Diet pada pasien hipertensi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hipertensi
merupakan peningkatan tekanan darah yang melebihi 140 untuk tekanan sistolik
dan 90 untuk tekanan diastolik. Tekanan sistolik terjadi pada saat jantung
menguncup sementara tekanan
diastolik terjadi pada saat jantung mengembang. Penyakit hipertensi lebih
dikenal oleh orang awam dengan sebutan penyakit darah tinggi. Sebenarnya
tekanan darah normal itu bervariasi pada masing-masing individu, tergantung
pada usia dan kegiatannya sehari-hari. Tekanan darah akan cenderung tinggi
bersama peningkatan usia. Stress, perasaan takut atau cemas cenderung membuat
tekanan darah meningkat.
Hipertensi atau
darah tinggi ini terjadi jika pembuluh darah mengalami gangguan yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Tubuh
akan lebih sering merasa lapar, yang
mengakibatkan jantung harus bekerja
lebih cepat untuk memenuhi rasa lapar tersebut. Bila reaksi tersebut berlangsung
dalam waktu lama dan menetap, maka timbulah gejala penyakit yang disebut
tekanan darah tinggi.
Hipertensi biasa
juga disebut dengan pembunuh gelap, karena
merupakan penyakit yang mematikan, tanpa disertai gejala-gejalanya terlebih
dahulu sebagai peringatan terhadap korbannya. Tanpa gejala apa-apa, hipertensi
dapat mengakibatkan kematian. Di Asia Tenggara, 1,5 juta orang per tahun
meninggal akibat hipertensi. Walaupun terkadang menimbulkan gejala, gejala tersebut dianggap sebagai
gangguan biasa. Hal itu mengakibatkan korban dari penyakit hipertensi ini
terlambat untuk menyadari akan datangnya penyakit.
Ancaman
hipertensi terhadap kesehatan terus berlanjut. Hipertensi termasuk penyakit
dengan angka kejadian yang cukup tinggi, dan jika dikaitkan dengan kematian
dari hampir 14 ribu pria di Amerika meninggal akibat hipertensi setiap
tahunnya. Tanpa pengobatan, hipertensi ikut berperan dalam kematian ribuan
orang lain karena penyakit ikutannya yang lebih berbahaya, seperti stroke,
serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal terminal.
Hipertensi
membuka peluang 12 kali lebih besar bagi penderitanya untuk mengidap stroke, 6
kali lebih besar untuk serangan jantung, serta 5 kali lebih besar kemungkinan
meninggal karena gagal jantung dan berisiko besar mengidap gagal ginjal.
Mereka yang
mengidap hipertensi dapat diselamatkan bila lebih awal memeriksakan diri dan
selanjutnya melakukan upaya untuk mengendalikannya. Setelah terdiagnosa,
penderita hipertensi perlu melakukan pemeriksaan rutin dan melakukan diet
hipertensi untuk mengendalikan tekanan darah tersebut. Untuk itu, penulis
merasa sangat tertarik untuk mengetahui tentang diet hipertensi/diet rendah
garam dalam pengendalian tekanan darah bagi penderita penyakit mematikan ini.
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih
dalam mengenai diet hipertensi serta untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah
ilmu gizi.
2.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini untuk mengetahui apa itu
hipertensi, cara diet hipertensi, gejala hipertensi dan cara mengatasi gejala
hipertensi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Penyakit
darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah
suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah
(diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan
darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital
lainnya. Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat
badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg.
Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka
kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun
saat tidur dan meningkat saat beraktifitas atau berolahraga.
Apabila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan
pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa
si penderita ke dalam kasus-kasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian.
Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja
sangat keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh
darah jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hypertensi ini merupakan
penyebab umum terjadinya stroke dan serangan jantung (Heart Attack).
Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease.
Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum
memeriksakan tekanan darahnya. Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous
group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai
kelompok umur dan kelompok sosial ekonomi.
Penyakit darah tinggi atau hipertensi dikenal dengan 2 tipe klasifikasi,
diantaranya Hipertensi Primary dan Hipertensi
Secondary :
1.
Hipertensi
Primary
Hipertensi Primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah
tinggi sebagai akibat dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.
Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat
badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit
tekanan darah tinggi. Begitu pula seseorang yang berada dalam lingkungan atau
kondisi stress tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi,
termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah
tinggi.
2.
Hipertensi
Secondary
Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan
tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang menderita penyakit lainnya
seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat
saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di
atas normal atau gemuk.
Pregnancy Induced Hypertension (PIH),
ini adalah sebutan dalam istilah kesehatan (medis) bagi wanita hamil yang
menderita hipertensi. Kondisi Hipertensi pada ibu hamil dapat tergolong sedang
ataupun berbahaya. Seorang ibu hamil dengan tekanan darah tinggi bisa mengalami
Preeclampsia dimasa kehamilan.
Preeclamsia adalah kondisi seorang wanita hamil yang mengalami hipertensi,
sehingga merasakan keluhan seperti pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan,
nyeri perut, muka yang membengkak, kurang nafsu makan, mual bahkan muntah.
Apabila terjadi kekejangan sebagai dampak hipertensi maka disebut eclamsia.
B.
PENYEBAB
Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan
beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi)
secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang.
Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan
tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang
mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan
terjadinya tekanan darah tinggi.
Penyebab tekanan darah yang paling sering adalah aterosklerosis atau
penebalan dinding arteri yang membuat hilangnya elastisitas pembuluh darah.
Sebab lainnya adalah faktor keturunan, bertambahnya jumlah darah yang dipompa
jantung, penyakit pada ginjal, kelenjar adrenal, dan sistem syaraf sipatis.
Pada mereka yang hamil, kelebihan berat badan, stres, dan tekanan mental,
hipertensipun kerap menghinggapinya. Akibat dari hipertensi bisa beragam,
seperti komplikasi pembesaran jantung, penyakit jantung koroner, dan pecahnya
pembuluh darah otak.
C.
PENCEGAHAN
Sebagaimana
dijelaskan bahwa faktor penyebab utama terjadinya hipertensi adalah
aterosklerosis yang didasari dengan konsumsi lemak berlebih. Oleh karena untuk
mencegah timbulnya hipertensi adalah mengurangi konsumsi lemak yang berlebih
dan pemberian obat-obatan apabila diperlukan. Pembatasan konsumsi lemak
sebaiknya dimulai sejak dini sebelum hipertensi muncul, terutama pada
orang-orang yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi dan pada orang
menjelang usia lanjut. Sebaiknya mulai umur 40 tahun pada wanita agar lebih
berhati-hati dalam mengkonsumsi lemak pada usia mendekati menopause.
Prinsip
utama dalam melakukan pola makan sehat adalah “gizi seimbang”, dimana
mengkonsumsi beragam makanan yang seimbang dari kuantitas dan
kualitas. Selain itu, tindakan memeriksakan tekanan darah secara teratur sangat
dianjurkan. Selain dapat mencegah, tindakan tersebut juga dapat menghindari
kenaikan tekanan darah yang terlalu drastis.
D.
PENANGANAN DAN PENGOBATAN HIPERTENSI
Pengobatan hipertensi dilakukan oleh penderita selama hidupnya sehingga
dituntut kerelaan dan kepatuhan penderita untuk menjalankan pengobatan dengan
benar dan tekun serta mematuhi nasehat dokter. Ada beberapa langkah untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Di antaranya,
menurunkan nilai angka sistolik maupun diastolik, dan pengobatan yang diarahkan
untuk mengontrol tekanan darah sehingga tercapai tekanan yang normal.
Pada pertemuan Perkumpulan Hipertensi Eropa pada Juni 2004 diumumkan hasil
penelitian Novartis tentang VALUE (Valsartan Antihypertensive Long-term Use
Evaluation) atau evaluasi pemakaian Valsartan antihipertensi dalam jangka
panjang. Evaluasi ini dimuat dalam jurnal kedokteran internasional The Lancet.
Studi itu berkaitan dengan pemberian Valsartan dengan unsur angiotensin
reseptor blocker (ARB) bagi penderita hipertensi yang berisiko tinggi mengidap
penyakit kardiovaskular. Hasilnya,
Valsartan dapat menurunkan risiko timbulnya penyakit diabetes mellitus sebesar
23 persen.
Pengobatan terhadap penderita hipertensi dapat
dilakukan sebagai berikut:
·
Pengobatan tanpa obat, antara lain
dengan diet rendah garam, kolesterol, dan lemak
jenuh; peredaan stresemosional;
berhenti merokok dan alkohol; serta
latihan fisik secara teratur.
·
Pengobatan
dengan menggunakan obat antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat
antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat antihipertensi yang
tepat, sebaiknya langsung menghubungi dokter.
·
Pengobatan pada
golongan khusus.
a)
Hipertensi pada
Wanita Hamil
Pemakaian obat pada masa kehamilan harus hati-hati. Hal ini disebabkan bila
salah obat dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah yang diikuti
berkurangnya aliran darah plasenta sehingga kehidupan janin terganggu. Obat antihipertensi diberikan pada ibu hamil bila tekanan
diastolenya ≥ 90 mm Hg pada trimester pertama dan ≥ 100 mm Hg
pada trimeseter ketiga. Obat yang bisa diberikan pada ibu hamil sesuai dengan
keadaan ibu hamil dan kehamilannya serta derajat hipertensinya.
b)
Hipertensi pada
Hiperlipidemia
Hipertensi pada hiperlipidemia secara umum disebabkan karena kurang
sempurnanya komposisi kolesterol di dalam pembuluh darah arteri. Obat yang
biasa digunakan untuk mengatasi keadaan tersebut adalah gemfibrozil. Obat ini
dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan
meningkatkan kadar kolesterol HDL secara nyata.
Pencegahan dan pengobatan melalui makanan pada hipertensi jenis ini adalah
dengan cara diet tinggi lemak tidak jenuh. Dalam Pemilihan
makanan sehari-hari harus selalu membatasi makanan yang kandungan lemak
jenuhnya tinggi, yakni makanan yang berasal dari hewan. Hal ini disebabkan
lemak jenuh cenderung menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah.
Sebaliknya, lemak tidak jenuh dapat menurunkan kadar kolesterol darah.
c)
Hipertensi pada Pembuluh Darah Otak
Tekanan yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Apabila yang pecah
adalah pembuluh darah otak, keadaan ini dikenal dengan stroke.
d)
Hipertensi pada Penyakit Jantung
Pada
pengobatan hipertensi dengan kelainan jantung, harus diperhatikan sebrapa jauh
kelainan jantung yang dideritanya. Tekanan diastole maupun systolenya perlu
dikontrol. Tekanan systole berpengaruh pada beban jantung, penampilan jantung,
serta konsumsi oksigen otot jantung. Pemberian obat pada hipertensi dengan
kelainan jantung harus disesuaikan dengan jenis gangguan pada jantung dan
derajat hipertensinya. Pemeriksaan fungsi jantung perlu dilakukan untuk
menentukan pengobatannya.
e)
Hipertensi pada Gagal Ginjal
Pengobatan
hipertensi pada gagal ginjal dibedakan menjadi dua bagian besar, yakni
pengobatan pada nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna. Pengobatan
pada nefrosklerosis benigna dilakukan dengan cara menurunkan tekanan darah
secara perlahan-lahan. Pegobatan ini bertujuan untuk memperbaiki fungsi ginjal
karena terjadi perbaikan hyperplasia arterioli. Pada nefrosklerosis maligna,
penurunan tekanan darah harus dilakukan secepatnya hingga mendekati normal.
Penurunan tekanan darah yang cepat akan mengurangi kerusakan akibat nekrosis
arteroli sehingga dalam jangka panjang diharapkan terjadi perbaikan fungsi
ginjal.
Pengobatan
dengan obat anti hipertensi lebih efektif untuk mencegah penyulit penyakit
akibat pengerasan pembuluh darah. Pengobatan antihipertensif dapat memperbaiki
gangguan ginjal pada nefrosklerosis benigna dan maligna.
Pengobatan hipertensi biasanya dikombinasikan dengan
beberapa obat :
·
Diuretic {Tablet Hydrochlorothiazide
(HCT), Lasix (Furosemide)}. Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses
pengeluaran cairan tubuh via urine. Tetapi karena potasium berkemungkinan
terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi potasium harus
dilakukan.
·
Beta-blockers {Atenolol (Tenorim),
Capoten (Captopril)}.
·
Merupakan obat yang dipakai dalam
upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantung dan
memperlebar (vasodilatasi) pembuluh darah.
·
Calcium channel blockers {Norvasc
(amlopidine), Angiotensinconverting enzyme (ACE)}.
Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam
pengontrolan darah tinggi atau Hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh
darah yang juga memperlebar pembuluh darah.
·
Valsartan vs
Amlopidin
Hipertensi, penyakit jantung, dan
diabetes sangat erat kaitannya satu dengan lainnya. Di Indonesia terdapat
kecenderungan peningkatan jumlah penderita hipertensi maupun diabetes mellitus.
Dengan menekan risiko timbulnya diabetes mellitus pada hipertensi, maka jumlah
penyakit kardiovaskular dapat ditekan. Valsartan punya nilai proteksi atau
mengontrol hipertensi agar tidak menimbulkan komplikasi.
Valsartan bersifat protektif
jangka panjang dan mencegah timbulnya kasus diabetes baru. Penelitian VALUE(Valsartan Antihypertensive Long-term Use Evaluation)membandingkan antara pemberian Valsartan dan Amlodipin, obat yang biasa
digunakan untuk penderita hipertensi. Ternyata, Valsartan mampu menurunkan
angka kejadian diabetes mellitus sebesar 23 persen, atau lebih tinggi dari
Amlopidin yang hanya 13,1 persen.
1.
Kandungan garam (Sodium atau
Natrium)
Seseorang
yang mengidap penyakit hipertensi sebaiknya mengontrol diri dalam mengkonsumsi
garam. Yang dimaksud dengan garam disini adalah garam natrium yang terdapat
dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu,
dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau
dapat menggunakan garam lain diluar natrium.
Tujuan diet
garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam
jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Adapun
syarat-syarat diet garam rendah adalah :
§
Cukup energi, protein, mineral, dan
vitamin.
§
Bentuk makanan sesuai dengan keadaan
penyakit.
§
Jumlah natrium disesuaikan dengan
berat tidaknya retensi garam atau air dan/atau hipertensi.
Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai dengan
keadaan penyakit dapat diberikan berbagai tingkat Diet Garam Rendah.
§
Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)
Diet ini diberikan kepada pasien
dengan edema, asites dan/atau hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya
tidak ditambahkan garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar
natriumnya.
§
Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)
Diet ini diberikan kepada pasien
dengan edema, asites, dan/atau hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian
makanan sehari sama dengan Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan makanannya
boleh menggunakan ½ sdt garam dapur (2 g). Dihindari bahan makanan yang tinggi
kadar natriumnya.
§
Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg
Na)
Diet ini diberikan kepada pasien
dengan edema dan/atau hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan
Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt garam
dapur (4 g).
2.
Kandungan Potasium atau Kalium
Suplements
potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah. Potasium
umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran
yang mengandung potasium dan baik untuk dikonsumsi penderita hipertensi antara
lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu
parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain
itu, makanan yang mengandung unsur omega 3 sagat dikenal efektif dalam membantu
penurunan tekanan darah (hipertensi).
Pada
penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram mmHg, selain
pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan
merubah gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk
membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju
normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain
seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam
urat dalam darah. Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang
menyertai darah tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus.
a.
MENGATUR MENU MAKANAN
Mengatur
menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari dan
membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah serta
meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau
infark jantung.
Makanan yang harus dihindari atau
dibatasi adalah:
1)
Makanan yang
berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
2)
Makanan yang
diolah dengan menggunakan garam natrium (biskuit, crakers, keripik dan
makanan kering yang asin).
3)
Makanan dan
minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam
kaleng, soft drink).
4)
Makanan yang
diawetkan (dendeng, asinan sayur atau buah, abon, ikan asin, pindang, udang
kering, telur asin, selai kacang).
5)
Susu full
cream, mentega, margarin, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang
tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit
ayam).
6)
Bumbu-bumbu
seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu
penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7)
Alkohol dan makanan yang mengandung
alkohol seperti durian, tape.
Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah
dengan memperbaiki rasa tawar dengan menambah gula merah/putih, bawang
(merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain yang tidak asin atau mengandung
sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki rasa.
Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat dilakukan untuk menghindari
penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam
beryodium dan penggunaan garam jangan lebih dari 1 sendok teh per hari.
Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120 – 175
mEq/hari) dapat memberikan efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain
itu, pemberian kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium akibat
dan rendah natrium. Pada umumnya dapat dipakai ukuran sedang (50 gram) dari
apel (159 mg kalium), jeruk (250 mg kalium), tomat (366 mg kalium), pisang (451
mg kalium) kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg
kalium). Kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan mengobati hipertensi: 2-3
gelas susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat memenuhi
kebutuhan kalsium 250 mg/hari. Sedangkan kebutuhan kalsium perhari rata-rata
808 mg.
Pada ibu hamil makanan cukup akan protein, kalori,
kalsium dan natrium yang dihubungkan dengan rendahnya kejadian hipertensi
karena kehamilan. Namun pada ibu hamil yang hipertensi apalagi yang disertai
dengan bengkak dan protein urin (pre eklampsia), selain obat-obatan dianjurkan
untuk mengurangi konsumsi garam dapur serta meningkatkan makanan sumber Mg
(sayur dan buah-buahan).
b.
SUPLEMENTASI ANTI OKSIDAN
Walaupun
suplementasi anti oksidan masih memerlukan penelitian lebih lanjut, namun saat
ini banyak sekali suplemen yang dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat. Sebagai
tenaga medis harus berhati-hati memberikan anjuran minuman suplemen agar tidak
terjadi overdosis.
1)
Vitamin dan Penurunan Homosistein
Asam folat,
vitamin B6, vitamin B 12 dan riboflavin merupakan ko-faktor enzim yang
essential untuk metabolisme homosistein. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan kadar homosistein dalam darah akan meningkatkan risiko penyakit
arteri koroner. Kadar asam folat yang rendah berkaitan dengan peningkatan
risiko penyakit koroner dan kadar vitamin yang rendah juga berkaitan dengan
peningkatan risiko aterosklerosis, walaupun risiko aterosklerosis yang
berhubungan dengan rendahnya kadar vitamin B6 tidak berhubungan dengan
konsentrasi homositein yang tinggi.Sedangkan
vitamin B12 tidak berhubungan dengan penyakit vaskuler.
2)
Kacang Kedelai
dan Isoflavon
Kedelai banyak mengandung fito estrogen yaitu isoflavon, yang memiliki
aktivitas estrogen lemah. Penelitian meta analisis pada tahun 1995 menyimpulkan
bahwa isoflavon dari protein kedelai lebih bermakna menurunkan kadar kolesterol
total, kolesterol LDL dan trigliserida, tanpa mempengaruhi kadar kolesterol
HDL. Sehingga dianjurkan mengkonsumsi protein kedelai (20 – 50 gram/hari)
dengan modifikasi diet pada penderita dengan kadar kolesterol (total dan LDL)
yang tinggi. Tempe adalah hasil pengolahan kedelai yang melalui proses
fermentasi, dengan kandungan gizi lebih baik dari kedelai. Sehingga tempe
dianjurkan untuk di konsumsi oleh penderita hipertensi sebagai sumber protein
nabati.
3)
Tempe
Tempe adalah salah satu makanan tradisional Indonesia, hasil fermentasi
kapang Rhizopus ohgosporis atau rhizopusoryzal pada biji
kedelai yang telah direbus. Ada berbagai macam tempe, yang dibicarakan disini
adalah tempe yang terbuat dari kedelai, yang merupakan produk kompak,
terbungkus rata oleh miselium kapang sehingga nampak berwarna putih, dan bila
diiris kelihatan keping biji kedelai berwarna kuning pucat, diantara miselium.
Fermentasi kapang menghasilkan perubahan pada tekstur kedelai, menjadi empuk
dan nilai zat gizi tempe lebih baik dari kacang kedelai.
Nilai Gizi Tempe :
o
Protein
Enzim-enzim
yang dihasilkan kapang, menghasilkan asam amino bebas, sehingga kadarnya
meningkat sampai 85 kali kadar protein kedelai.
o
Karbohidrat
Kedelai mengandung karbohidrat
berupa sakrosa dan stakhiosa dan rifinosa (dua terakhir menyebabkan pembentukan
gas dalam perut). Fermentasi kedelai menjadi tempe menghasilkan karbohidrat.
o
Lemak
Enzim dalam kapang dapat menurunkan
kadar lemak total dari 22,2% menjadi 14,4% dan meningkatkan kadar asam lemak
bebas dari 0,5% menjadi 21%.
o
Mineral
Didalam kedelai terdapat asam fitat
yang merupakan senyawa forfose, yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh.
Dengan fermentasi, kapang menghasilkan enzim fitase yang menguraikan asam
fitat, sehingga forfosenya dapat dimanfaatkan tubuh.
o
Vitamin
Proses fermentasi dapat meningkatkan
kadar vitamin B2 (Riboferum), Vitamin B6 (Piridoksin), asam folat, asam
panthotenat, dan asam nikotinat. Sedangkan kadar vitamin B1 menurun karena
untuk pertumbuhan kapang dan terbentuk pula vitamin B12 oleh bakteri yang tidak
ada dalam produk nabati lainnya.
Manfaat Tempe :
Tempe merupakan sumber zat gizi yang baik,
terutama bagi penderita hiper kolesterolemia. Dari berbagai penelitian
ternyata tempe dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah serta
mencegah timbulnya penyempitan pembuluh darah,
karena tempe mengandung asam lemak tidak jenuh ganda. Sehingga penderita
hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsitempe setiap hari, disamping diet
rendah lemak jenuh.
Tempe juga mengandung zat anti bakteri yang dapat
menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri gram positif serta penyebab diare
(Salmonella sp dan Shigella sp). Oleh karena itu, tempe juga dianjurkan untuk dikonsumsi balita yang
menderita diare.
4)
Asam Lemak
Omega 3
Mengkonsumsi
satu porsi ikan yang tinggi lemak (atau minyak ikan ) tiap hari dapat menjadi
asupan asam lemak omega 3 (EPA dan DHA) sekitar 900 mg/dl, dan dilaporkan dapat
menurunkan kadar kolesterol dan mencegah penyakit jantung koroner.
5)
Serat
Walaupun berbagi studi menunjukkan adanya hubungan antara beberapa jenis
serat dengan penurunan kolesterol LDL dan atau kolesterol total, namun belum
ada bukti langsung yang menunjukkan hubungan antara suplemen serat dengan
penurunan penyakit kardiovaskular.
c.
TERAPI
PENUNJANG
Selain pengobatan dan pengaturan menu makanan pada penderita hipertensi,
diperlukan juga terapi khusus lain seperti konseling masalah kejiwaan dan
fisioterapi, terutama pada penderita pasca stroke atau infark penting.
Pengertian juga diberikan kepada keluarga atau pengasuh untuk membantu
menyiapkan makanan khusus serta mengingatkan kepada penderita, makanan yang
harus dihindari atau dibatasi.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Penyakit
darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah
suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah
(diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan
darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital
lainnya. Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat
badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg.
Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka
kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun
saat tidur dan meningkat saat beraktifitas atau berolahraga.
Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease.
Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan
tekanan darahnya. Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous group
of disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok
umur dan kelompok sosial ekonomi.
B.
SARAN
Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna
perbaikan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2004. Penuntun
Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Purwati S, Rahayu S, Salimar.
2002. Perencanaan Menu untuk Penderita Tekanan Darah Tinggi.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Post a Comment for "Diet pada pasien hipertensi"