Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Humor



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Naluri manusia untuk mencari kegirangan, kesenangan, kegembiraan, dan hiburan su- dah  dimiliki  sejak  masih  bayi.  Sejak  se- orang bayi dilahirkan, ibunya segera me- latihnya untuk menyukai kegembiraan. Hampir  setiap saat, ibu tersebut  mengusa- hakan dengan giat agar sang anak dapat ter- tawa  girang.  Ia  sering  menirukan  tingkah laku binatang, mengeluarkan bunyi aneh- aneh, dan memperagakan hal-hal yang tidak masuk akal, selalu merangsang  agar anak- nya suka tertawa. Ketika sang anak sudah beranjak dewasa, kebutuhan akan kegembi- raan itu sudah melekat erat dalam dirinya. Manusia hidup dengan naluri kuat untuk mencari kegembiraan dan hiburan.
Mereka  yang  dapat  mencari  kegembi- raan,  biasanya  tidak  berminat  untuk  men- cari  definisi  tentang  sesuatu  yang  disebut lucu . Agaknya, bagian
tersulit untuk dirumuskan adalah hal-hal yang menyang- kut perbedaan-perbedaan  penga-laman  pri- badi tentang sesuatu yang menyebabkan seseorang tertawa atau tersenyum. Pengala- man tentang kelucuan pada dasarnya meru- pakan  pengalaman  personal  (Sumarthana,1983).
Kelucuan juga selalu kena-mengena dengan   hal-hal   yang   tidak   wajar   atau umum. Yang wajar dan umum,  tidak me- merlukan   perbaikan   atau tidak lagi men- yediakan   wadah   untuk menjadi lucu. Hal- hal yang aneh dan   nyeleneh   dapat men- jadikan humor (Setiawan, 1990). Semua itu tidak menutup kemungkinan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini berpotensi un- tuk dijadikan bahan lelucon.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Humor
Humor adalah sebuah cerita pendek yang menceritakan suatu kejadian yang lucu dengan harapan dapat membuat pembacanya tertawa. Kelucuan sebuah humor dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya kelakuan para pelaku, kejadian yang umum akan tetapi diplesetkan, kritik terhadap keadaan, kebodohan,kesalahpengertian, benturan antar budaya dan hal-hal lain.
Pada dasarnya humor adalah salah satu bentuk budaya yang bersifat universal.Setiap orang pasti memiliki rasa humor, perbedaannya hanya orang yang memiliki rasahumor tinggi dan rasa humor yang rendah. Humor adalah suasana hati yang bersifatsementara, dikatakan sementara karena munculnya humor itu terjadi karena humor langsung terjadi.
Humor adalah sesuatu yang bersifat lucu yang dapat menggelikan hati ataurasa geli bagi yang mendengar maupun melihatnya. Humor itu tidak hanya bersifatsebagai penghibur saja, namun dalam penelitian humor juga memiliki ciri-ciri atau bentuk dan fungsi sendiri. Salah satu bentuk humor adalah berbentuk verbal dannonverbal. Sedangkan fungsi humor tidak lepas dari fungsi bahasa itu sendiri. Sepertifungsi bahasa yang dikemukakan oleh R. Jacobson.

B.     Fungsi Humor
Menurut Sujoko (1982) humor dapat berfungsi untuk: (1) melaksanakan segala keinginan dan segala tujuan gagasan atau pesan;  (2) menyadarkan  orang  bahwa  dir- inya tidak selalu benar; (3) mengajar orang melihat  persoalan  dari berbagai  sudut;  (4) menghibur; (5) melancarkan pikiran; (6) membuat orang mentoleransi sesuatu; (7) membuat orang memahami soal pelik Fungsi humor yang paling menonjol, yaitu sebagai sarana penyalur pe- rasaan yang menekan diri seseorang. perasaan itu bisa disebabkan oleh macam-macam hal, seperti ketidak- adilan sosial, persaingan politik, ekonomi, suku bangsa atau golongan, dan kekangan dalam kebebasan gerak, seks, atau kebebasan mengeluarkan pendapat.
Beberapa fungsi humor yang sejak dulu sudah dikenal masyarakat  kita antara lain, fungsi pembijaksanaan orang dan penyega- ran, yang membuat orang mampu me- musatkan perhatian untuk waktu yang lama. Fungsi itu dapat kita amati di dalam pertun- jukan wayang, di mana punakawan muncul untuk menyegarkan suasana. Humor puna- kawan biasanya mendidik serta membijak- sanakan orang (Hendarto, 1990).
Dari keterangan tersebut, dapatlah dijelaskan bahwa penyaluran ketegangan lewat humor sangat positif karena membawa ke- sejahteraan jiwa. Jika semua perasaan tidak puas dan ketegangan yang dialami tidak disalurkan, akan membawa bencana, tidak hanya bagi yang memendam, tetapi juga un- tuk orang lain atau masyarakat sekitarnya.
Di Indonesia kalangan mahasiswa gemar menggunakan humor sebagai sarana kritik sosial. Kegemaran itu menunjukkan bahwa mahasiswa adalah personal yang sedang dididik untuk menjadi manusia yang kritis, serta harus bersikap skeptis sehingga jalan pikirannya akan menjadi ilmiah, tidak be- gitu  saja menerima  semua  yang  dihidang- kan. Dengan ditanamkannya sikap itu, tidak heran apabila mereka akan protes bila meli- hat orang yang seharusnya menjadi penun- tun mereka, malah menyeleweng atau membuat terobosan seenak hatinya, serta bersifat munafik (Sumarthana, 1983). Sa- ngat beralasan jika mereka (mahasiswa) memilih humor sebagai media protes sosial sebab media itu paling sesuai dengan kepri- badian  tradisional  bangsa  kita  yang  tidak suka   dikritik   secara   langsung.   Dengan adanya sikap itu, di negara kita, protes tidak langsung  mempunyai  pengaruh  yang lebih ampuh dibandingkan dengan protes yang langsung. Kritik yang disampaikan secara tertulis sering menimbulkan bencana, ber- beda jika kritik disajikan dalam bentuk hu- mor. Protes sosial dalam humor tidak mungkin  ditanggapi  secara  serius  karena yang menyuarakan sama sekali tidak ber- tanggung jawab. Tanggung jawab dalam protes sosial berupa humor sudah diambil kolektif sehingga kolektifanlah yang ber- tanggung jawab. Sementara itu, Jatiman (dalam Suhadi, 1989), sosiolog dan staf pengajar UI, mengatakan sebagai berikut.
Di samping sebagai sarana kritik sosial, adakalanya, humor juga dibuat sebagai alat aktualisasi diri. Dalam lingkungan   tertentu,   segolongan orang yang tidak berdaya untuk me- lemparkan kritik langsung, mencoba melakukannya dengan menciptakan humor tentang yang bersangkutan  .


C.    Jenis Humor
Menurut Darminto (2004;xii-xv) humor dipilah-pilah menjadi empat belas jenis humor berdasarkan jurus yang dipakai para pencipta humor. Jurus para pencipta humor bisa saja berlainan atau sama, namun tiap pencipta humor biasanya berupaya mencapai stilisasi yang khas dan pas untuknya.
1.      Guyon Parikena
Isi humor bersifat nakal dan menyindir tapi tidak tajam bahkan cenderung sopan. Humor ini biasanya dilakukan oleh bawahan kepada atasan atau orang yang lebih tua atau yang lebih dihormati. Sering juga dilakukan kepada pihak lain yang belum akrab. Humor model ini ada yang menyimpulkan sebagai lelucon persuasif. 
2.      Satire
Humor bersifat menyindir atau mengkritik yang lebih dominan muatan ejekannya. Melakukan humor jenis ini bila tak pandai memainkannya bisa sangat menyinggung, membebani, dan tidak mengenakkan. 
3.      Sinisme
Humor yang cenderung memandang rendah pihak lain, tidak ada yang benar atau kebaikan apa pun dari pihak lain. Pelaku humor ini selalu meragukan sifat-sifat baik yang ada pada lawannya. Humor jenis ini lebih sering digunakan pada situasi konfrontatif dan targetnya membuat lawan atau pihak lain cemar.
4.      Pelesetan
Isi humor ini adalah memelesetkan segala sesuatu yang sudah mapan atau populer. Sebuah humor yang cukup mengundang surprise karena kehadirannya tidak terduga. Humor yang seringkali disebut parodi ini dapat juga digunakan sebagai alat untuk lepas dari kesumpekan keadaan. 
5.      Slapstick
Humor yang bersifat banal atau kasar. Seperti kepala dipukul dengan tongkat, pantat diselomot setrika, orang terjengkang, mulut dimasuki granat. Humor jenis ini sangat efektif untuk memancing tawa masyarakat dengan latar belakang pendidikan, sosial, dan ekonomi tertentu. Beberapa film kartun anak-anak seperti, Tom and Jerry banyak menampilkan humor jenis ini. 



6.      Olah Logika
Humor bergaya analisis yang banyak digemari oleh kalangan terdidik. Contohnya, seorang presiden yang baru saja dilantik berkata; “Perjalananku masih panjang dan banyak yang harus saya selesaikan.” Kemudian salah satu asistennya menawarkan; “Bagaimana kalau saya siapkan Limo?” Presiden menjawab; “Buat apa?” “Perjalanan panjang kalau ditempuh dengan Limo akan lebih cepat,” jawab asisten. 
7.      Analogi
Isinya memberikan nuansa tentang dunia Anuland, Antah Berantah untuk mencapai persamaan-persamaan dengan kondisi atau situasi yang ingin dibidik. 
8.      Unggul-pecundang
Humor yang muncul dari perasaan diri unggul karena melihat pihak lain yang cacat, salah, bodoh dan malang. Penggemar humor ini tega tertawa terpingkal-pingkal melihat orang pincang, tangan buntung, orang buta, terbelakang, sial, malang.
9.      Surealisme
Lengkapnya magic and surrealism, humor bernuansa dunia nirlogika. Isi humornya melompat dari makna-makna yang sudah disepakati. Gambarannya seperti novel karya Iwan Simatupang. 
10.  Kelam
Humor yang berisi tentang sadisme, kengerian, kebrutalan dan malapetaka. Isinya tentang pemerkosaan, bunuh diri, orang yang dipenggal kepalanya, dan sejenisnya. 
11.  Olah Estetika
Humor jenis ini lebih banyak muncul di panggung pertunjukan, pameran atau paket audio visual. Isi humornya tidak begitu berbobot namun pengemasannya sangat mengesankan dan mengejutkan.
12.  Eksperimental
Humor yang berupaya menggeliat dari ruang-ruang yang sudah ada. Cabang seni seperti teater, musik, tari, lukis, lelucon, dalam berbagai ekspresinya pasti pernah bereksperimentasi untuk menampilkan sesuatu yang baru dan lebih menarik.



13.  Apologisme
Jurus jenis ini bukan untuk melucu, tetapi justru untuk berlindung di balik lelucon. Jurus ini digunakan upaya pembenaran dari apa yang telah dilontarkan karena ketidakberdayaan untuk mempertanggungjawabkan lontaran yang ternyata tidak memiliki dasar atau argumen. Biasanya berkilah,”Ah, itu cuma bercanda,” untuk menetralisasikan karena biasanya terasa berat untuk mengakui kesalahan. 

D.    CONTOH HUMOR
PENGALAMAN PERTAMA SOPIR TAXI
Setelah berjalan sekian lama, penumpang menepuk pundak sopir taksi untuk menanyakan sesuatu. Reaksinya sungguh tak terduga. Sopir taksi begitu terkejutnya sampai tak sengaja menginjak gas lebih dalam dan hampir saja menabrak mobil lain. Akhirnya ia bisa menguasai kemudi dan menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
"Tolong, jangan sekali-sekali melakukan itu lagi," kata sopir taksi dengan wajah pucat dan menahan marah.
"Maaf, saya tidak bermaksud mengejutkan. Saya tidak mengira kalau menyentuh pundak saja bisa begitu mengejutkan Bapak."
"Persoalannya begini, ini hari pertama saya jadi sopir taksi. Bapak juga merupakan penumpang pertama."
"Oh begitu. Trus kok bisa kaget begitu?"
"Sebelumnya saya adalah sopir mobil jenazah."
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Humor merupakan sesuatu yang dibu- tuhkan oleh manusia normal, sebagai sarana berkomunikasi untuk menyalurkan uneg- uneg,   pelampiasan   tekanan   problematik yang dialami seseorang, dan memberikan suatu wawasan yang arif sambil tampil menghibur. Keberadaan humor dalam kehidupan manusia adalah sejak manusia mengenal bahasa, melakukan komunikasi antar-personal. Humor merupakan hal-hal yang lazimnya berhubungan dengan tersenyum  atau juga tertawa. Teori humor amat beragam, namun secara menyeluruh semua cenderung ke maksud yang sama.
 Sesuatu yang menggelikan, mempesona, aneh,  identik  dengan  kelucuan,  dan, akhirnya, merangsang seseorang untuk ter- tawa atau tersenyum. Jenis humor meliputi humor  personal,  humor  dalam  pergaulan, dan humor dalam kesenian. Sedangkan, fungsi humor antara lain adalah sarana menyatakan gagasan, sarana kritik/protes sosial, media informasi dan media hiburan, serta menghilangkan stres karena tekanan jiwa/batin.

B.     Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA
Calley,  Alan.  1997.  Humor  in  The  Arts.London: Flower Press.
Gauter, Dick. 1988. The Humor of Cartoon.New York: A Pegrige Book.
Hassan, Fuad. 1981. Humor dan Kepribad- ian. Jakarta: Harian Kompas, 20 April, hal. 6.
Hendarto, Priyo. 1990. Filsafat Humor. Ja- karta: Karya Megah.
Kusmartiny,  Enny.  1993.  Dibalik  Karya Para Kartunis Indonesia. Jakarta: Ma- jalah Femina, No.20 Th.XXI, hal. 41-42.

Post a Comment for "Humor"