Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ilmu kalam



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Sebagai salah satu ilmu keIslaman, Ilmu kalam sangat lah penting untuk di ketahui oleh seorang muslim yang mana pembahasan dalam ilmu kalam ini adalah pembahasan tentang aqidah dalam Islam yang merupakan inti dasar agama, karena persolaan aqidah Islam ini memiliki konsekwensi yang berpengarah pada keyakinan yang berkaitan dengan bagaimana seseorang harus meng interpretasikan tuhan itu sebagai sembahannya hingga terhindar dari jurang kesesatan dan dosa yang tak terampunkan (syirik).
Memang, Pembahasan pokok dalam Agama Islam adalah aqidah, namun dalam kenyataanya masalah pertama yang muncul di kalangan umat Islam bukanlah masalah teologi, melainkan persolaan di bidang politik,  hal ini di dasari dengan fakta sejarah yang menunjukkan bahwa, titik awal munculnya persolan pertama ini di tandai dengan lahirnya kelompok-kelompok dari kaum muslimin yang telah terpecah yang kesemuanya itu di awAli dengan persoalan politik yang kemudian memunculkan kelompok-kelompok dengan berbagai Aliran teologi dan berbagai pendapat-pendapat yang berbeda-beda.
Dalam pembahasan Ilmu Kalam, kita dihadapkan pada barbagai macam gerakan pemikiran-pemikiran besar yang kesemuanya itu dapat dijadikan sebagai gambaran bahwa agama Islam telah hadir sebagai pelopor munculnya pemikiran-pemikiran yang hingga sekarang semuanya itu dapat kita jumpai hampir di seluruh dunia. Hal ini juga dapat dijadikan alasan bahwa Islam sebagi mana di jumpai dalam sejarah, bukanlah sesempit yang dipahami pada umumnya, karena Islam dengan bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah dapat berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat luas.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengertian dan fungsi ilmu kalam?
2.      Bagaimana hubungan ilmu kalam dengan ilmu lainnya?
3.      Bagaimana menerapkan ilmu kalam dalam mempertahankan aqidah?
4.      Bagaimana memahami aliran-aliran ilmu kalam dalam tokoh-tokohnya?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN ILMU KALAM
Ilmu Kalam adalah salah satu dari empat disiplin keilmuan yang telah tumbuh dan menjadi bagian dari tradisi kajian tentang agama Islam. Ilmu kalam disebut juga:
1.      Ilmu Tauhid, karena di dalamnya dibahas tentang keesaan Allah Swt, baik dzat-Nya maupun sifat-Nya.
2.      Ilmu Ketuhanan, karena pokok-pokok bahasan dalam ilmu tersebut tentang keberadaan Tuhan.
3.      Teologi Islam dan ilmu Keimanan, karena membahas tentang keimanan manusia terhadap Allah Swt.
Adapun mengenai pengertian ilmu kalam sendiri para ulama masih berbeda pendapat, yaitu:
1.      Ibnu Kholdun, mengatakan bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli sunah.
2.      Syiristhoni, mengatakan bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan (Islam) dengan bukt-bukti yang meyakinkan.
3.      Al-Baqilani, mendefinisikan ilmu kalam sebagai ilmu yang membahas tenteng wujud Allah Swt, sifat-sifat yang mesti ada, mustahil, dan mungkin ada pada-Nya, dan membicarak tentang rasul-rasul Tuhan, untuk menetapkan kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada, mustahil, dan mungkin ada padanya.
4.      Para ulama Mu’ tazilah, mendefinisikan ilmu kalam sebagai suatu ilmu atau pemikiran yang membahas kalam Allah Swt,



B.     FUNGSI ILMU KALAM
Beberapa fungsi dari ilmu kalam yaitu:
1.      Memberikan penguatan landasan keimanan umat Islam melalui pendekatan filosofis dan logis, sehingga kebenaran kebenarann Islam tidak saja dipahami secara dogmatis (diterima apa adanya) tetapi bisa juga dipaparkan secara rasional.
2.      Menopang dan menguatkan sistem nilai ajaran Islam yang terdiri atas tiga pokok, yaitu iman sebagai landasan akidah, Islam sebagai manifestasi syariat, ibadah, dan muamalah, serta ihsan sebagai aktualisasi akhlak.
3.      Turut menjawab problematika penyimpangan teologi agama lain yang dapat merusak akidah umat Islam, khususnya ketika Islam bersinggung dengan teologi agama lain dalam masyarakat yang heterogen (berbeda-beda).
Ketiga fungsi tersebut menegaskan bahwa ilmu kalam merupakan penguat landasan bangunan akidah umat Islam yang komprehensif, dan penjaga dari penyimpangan teologis akibat akulturasi budaya dengan keyakinan agama lain.
C.    HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN ILMU LAINNYA
1.      Hubungan Ilmu Kalam dengan Tasawuf
Ilmu kalam dan tasawuf mempunyai objek kajian yang sama yaitu ilmu yang membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan. Dalam keterkaitannya tasawuf dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf  berfungsi sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Dan sebaliknya, ilmu kalam berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf.
Selain itu, ilmu tasawuf juga berfungsi sebagai pemberi kesadaran  rohaniah dalam perdebatan – perdebatan kalam. Sebagaimana disebutkan bahwasannya ilmu kalam dalam dunia Islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional disamping muatan naqliyah. Jika tidak diimbangi oleh kesadaran rohaniah, maka ilmu kalam bergerak ke arah liberal dan bebas. Di sinilah tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah agar ilmu kalam tidak terkesan sebagai dialektika keislaman belaka, yang kering dari sentuhan hati.


2.      Hubungan Ilmu Kalam dengan Filsafat
Ilmu kalam dan filsafat mempunyai kemiripan objek kajian pula, seperti halnya ilmu kalam dengan filsafat. Ilmu kalam mempunyai objek kajian tentang masalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan – Nya. Sedangkan objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Jadi, Keduanya sama – sama membahas tentang masalah yang berkaitan dengan ketuhanan.
Dari pembahasan – pembahasan ini, dapat disimpulkan bahwasannya hubungan dari ketiga ilmu di atas adalah  sama – sama mencari kebenaran tentang Tuhan. Kebenaran dalam Ilmu Kalam berupa  diketahuinya kebenaran ajaran agama melalui penalaran rasio lalu dirujukkan kepada nash (al-Qur'an & Hadis). Kebenaran dalam Filsafat berupa kebenaran spekulatif tentang segala yang ada (wujud) yakni tidak dapat dibuktikan dengan riset, empiris, dan eksperiment. Filsafat menemukan kebenaran dengan menuangkan akal budi secara radikal, integral, dan universal.
Ilmu kalam dengan metodenya, berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya. Tasawuf juga juga dengan metodenya, menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan spiritual menuju Tuhan. Dan filsafat, dengan metodenya sendiri pula berusaha menghampiri kebenaran baik tentang alam maupun manusia (yang dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan karena berada di luar atau di atas jangkauannya), atau tentang Tuhan.

D.    MENERAPKAN ILMU KALAM DALAM MEMPERTAHANKAN AQIDAH
Menurut Ibnu Khaldun bahwa Ilmu kalam adalah ilmu yang berisi alasan-alasan untuk mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan-bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan salaf dan ahli sunah.
Sebagaimana diketahui bahwa dasar pokok utama dalam Islam adalah aqidah atau keyakinan secara etimologik, aqidah berarti credo, keyakinan hidup, dan secara khusus aqidah berarti kepercayaan dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Menurut Arifin Zainal Dzamaris, aqidah istilah suatu yang dianut oleh manusia dan diyakini apakah berwujud agama atau lainnya.
Aqidah Islam berawal dari keyakinan kepada zat mutlak yang Maha Esa yang disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujudnya. Kemaha-Esaan Allah dalam zat, sifat, perbuatan dan wujdunya itu disebut tauhid. Tauhid menjadi inti rukun iman.
Cara menerapkan ilmu kalam dalam mempertahankan akidah adalah:
a.       Tanamkan keimanan yang kuat didalam hati agar tidak mudah tergoyahkan oleh suatu apa pun.
b.      Tanamkan keyakinan bahwa Allah Swt. Maha Esa, Tunggal, dan Utuh. Esa Dzat dan segala sifat-Nya. Tunggal antara sifat, dzat, dan sifat-Nya. Utuh dalam segala kehendak dan perbuatan-Nya.
c.       Pelajari ilmu kalam secara mendalam dan komprehensif agar dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Pelajari ilmu-ilmu Islam dengan baik agar dapat menembah wawasan dan pengetahuan dalam mempertahankan Aqidah Islam.
e.       Mulailah dari sekarang menerapkan ilmu kalam dalam mempertahankan Aqidah Islam yang Kita cintai.

E.     ALIRAN DAN TOKOH ILMU KALAM
1.      Aliran Khawarij.
Aliran Khawarij merupakan Aliran teologi tertua yang merupakan Aliran pertama yang muncul dalam teologi Islam. Menurut ibnu Abi Bakar Ahmad Al-Syahrastani, bahwa yang disebut Khawarij adalah setiap orang yang keluar dari imam yang hak dan telah di sepakati para jema’ah, baik ia keluar pada masa sahabat khulafaur rasyidin, atau pada masa tabi’in secara baik-baik. Menurut bahasa nama khawarij ini berasal dari kata “kharaja” yang berarti keluar. Nama itu diberikan kepada mereka yang keluar dari barisan Ali. Kelompok ini juga kadang kadang menyebut dirinya Syurah yang berarti “golongan yang mengorbankan dirinya untuk allahdi samping itu nama lain dari khawarij ini adalah Haruriyah, istilah ini berasal dari kata harura, nama suatu tempat dekat kufah, yang merupakan tempat mereka menumpahakn rasa penyesalannya kapada Ali bin abi Thalib yang mau berdamai dengan  Mu’awiyah. Kelompok khawarij ini merupakan bagian dari kelompok pendukung Ali yang memisahkan diri, dengan beralasan ketidak setujuan mereka  terhadap sikap Ali bin abi Thalib yang menerima tahkim (arbitrase) dalam upaya untuk menyelesaikan persilisihan dan konfliknya dengan mu’awiyah bin abi sofyan, gubernur syam, pada waktu perang siffin.
Ajaran-Ajaran  Khawarij  adalah : 
-          Orang islam yang melakukan dosa besar hukumnya KAFIR
-          Orang yang terlibat dalam perang jamal yakni perang antara Ali dan Muawiyyah dan pelaku arbitrase dihukum kafir
-          Kholifah menurut mereka tidak harus dari keturunan Nabi atau kaum Quraisyi.
Tokoh-tokoh Khawarij
1.      Abdullah bin Wahab al-Rasyidi, pimpinan rombongan sewaktu mereka berkumpul di Harura (pimpinan Khawarij pertama)
2.      Urwah bin Hudair
3.      Mustarid bin sa’ad
4.      Hausarah al-Asadi
5.      Quraib bin Maruah
6.      Nafi’ bin al-azraq (pimpinan al-Azariqah)
7.      Abdullah bin Basyir
8.      Zubair bin Ali
9.      Qathari bin Fujaah
10.  Abd al-Rabih
11.  Abd al Karim bin ajrad
12.  Zaid bin Asfar
13.  Abdullah bin ibad
2.      Aliran Murji’ah
Aliran Murji’ah ini muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar, sebagai mana hal itu dilakukan oleh aliran khawarij. Mereka menangguhkan penilaian terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim itu di hadapan tuhan, karena hanya tuhanlah yang mengetahui keadaan iman seseorang. Demikian pula orang mukmin yang melukan dosa besar masih di anggap mukmin di hadapan mereka. Orang mukmin yang melakukan dosa besar itu dianggap tetap mengakui bahwa tiada tuhansealin allah dan Nabi Muhammad sebagai Rasulnya. Dengan kata lain bahwa orang mukmin sekalipun melakukan dosa besar masih tetap mangucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi dasar utama dari iman. Oleh karena itu orang tersebut masih tetap mukmin, bukan kafir. Pandangan mereka itu terlihat pada kata murji’ah yang barasal dari kata arja-a yang berarti menangguhkan, mengakhirkan dan memberi pengharapan.
Ajaran-ajaran Murji’ah:
1.      Iman Hanya membenarkan (pengakuan) di dalam Hati
2.      Orang islam yang melakukan dosa besar tidak dihukumkan kafir. Muslim tersebut tetap mukmin selama ia mengakui dua kalimat syahadt.
3.      Hukum terhadap perbuatan manusia di tangguhkan hingga hari kiamat.
Tokoh-Tokohnya :
-          Hasan bin Bilal Muzni
-          Abu Sallat Samman dan
-          Diror bin Umar

3.      Aliran Qadariyah
Aliran ini merupakan aliran yang suka mendahulukan akal dan pikiran dari pada prinsip ajaran Al-Qur’an dan hadits sendiri. Al-Qur’an dan Hadits mereka tafsirkan berdasarkan logika semata-mata. Padahal kita tahu bahwa logika itu tidak bisa menjamin seluruh kebenaran, sebab logika itu hanya jalan pikiran yang menyerap hasil tangkapan panca indera yang serba terbatas kemampuannya. Jadi seharusnya logika dan akal pikiranlah yang harus tunduk kepada Al-Qura’n dan Hadits, bukan sebaliknya. Tokoh utama Qadariyah ialah Ma’bad Al-Juhani dan Ghailan al Dimasyqi.

Pokok-pokok ajaran Qadariyah:
Menurut Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul Islam halaman 297/298, pokok-pokok ajaran qadariyah adalah :
1.      Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukanlahmukmin, tapi fasik dan orang fasik itu masuk neraka secara kekal.
2.      Allah SWT. Tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan manusia lah yang menciptakannya dan karena itulah maka manusia akan menerima pembalasan baik (surga) atas segala amal baiknya, dan menerima balasan buruk (siksa Neraka) atas segala amal perbuatannya yang salah dan dosa karena itu pula, maka Allah berhak disebut adil.
3.      Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu maha esa atau satu dalam ati bahwa Allah tidak memiliki sifat-sifat azali, seprti ilmu, Kudrat, hayat, mendengar dan melihat yang bukan dengan zat nya sendiri. Menurut mereka Allah SWT, itu mengetahui, berkuasa, hidup, mendengar, dan meilahat dengan zatnya sendiri.
4.      Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan agama. Sebab, katanya segala sesuatu ada yang memiliki sifat yang menyebabkan baik atau buruk.
4.      Aliran Jabariyah
Nama jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa. Sedangkan menurut al-Syahrastani bahwa Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebutkepada Allah. Dan dalam bahasa inggris disebut dengan fatalism atau predestination, yaitu paham yang menyatakan bahwa perbuatan manusia di tentukan sejak semula oleh qada dan qadar tuhan.
Tokoh-tokohnya:
-          Ja'd bin Dirham, hamba bani Hakam yang tinggal di Damsyik.
-          Jahm bin Shofwan , berasal dari Persia dan meninggal pada tahun 128 H.
Menurut paham ini manusia tidak hanya bagaikan wayang di gerakkan oleh dalang, tetapi manusia dan Tuhan terdapat kerja sama dalam mewujudkan suatu perbuatan, dan manusia tidak semata-mata di paksa dalam melaksanakan perbuatannya.
5.      Aliran Mu’tazilah
Aliran mu’tazilah lahir kurang lebih 120 H, pada abad permulaan kedua hijrah di kota basyrah dan mampu bertahan sampai sekarang, namun sebenarnya, aliran ini telah muncul pada pertengahan abad pertama hijrah yakni diisitilahkan pada para sahabat yang memisahkan diri atau besikap netral dalam peristiwa-peristiwa politik. Yakni pada peristiwa meletusnya perang jamal dan perang siffin, yang kemudian mendasari sejumlah sahabat yang tidak mau terlibat dalam konflik tersebut dan memilih untuk menjauhkan diri mereka dan memilih jalan tengah.
Pokok-pokok ajaran Mu’tazilah:
a)      al Tauhid (keesaan Allah)
b)      al ‘Adl (keadlilan tuhan)
c)      al Wa’d wa al wa’id (janji dan ancaman)
d)     al Manzilah bain al Manzilatain (posisi diantara posisi)
e)      amar mauruf dan Nahi mungkar.
Tokoh-tokoh Mu’tazilah
a.     Washil bin Atha’
b.    Abu Huzail al-Allaf
c.     Al Nazzam
d.    Al-Jubba’i
6.      Ahlussunah Wal- Jamaah
Arti ahlus sunnah wal jama’ah adalah penganut sunnah Nabi saw sedankan perkataan sunnah siring kadang-kadang dipendekkan menyebutnya dengan “sunni” atau sering di sebut “Asy’ariyah”. Ahlus sunnah adalah suatu golongan yang pahamnya banyak mirip dengan ulama salaf yaitu pada saat pendirian mu’tazilahmulai melemah dengan pecahnya kaum muslimin menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok yang menuju kepada kekuatan akal pikiran dan menundukkan agama di atas kemampuan akalnya, dan kelompok lainya yaitu yang berpegang teguh kepada bunyi Nash-nash Qur’an dan hadits dan menganggap bahwa tiap-tiap yang baru adalah sebagai bid’ah.
Tokoh Utama Aliran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
a.       Abu Hasan Al-Asy’ari
b.      Abu Mansyur Al-Maturidi
7.      Aliran Syiah
Secara bahasa Syi’ah berarti pengikut. Yang dimaksud dengan pengikut disini ialah para pendukung Ali bin Abi Thalib. Secara istilah Syi’ah sering di maksudkan pada kaum muslimin yang dalam bidang spritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturuan Nabi Muhammad SAW, atau yang sebut sebagai ahl al-bait.selanjutnya, istilah yiah ini untuk pertama kalinya di tujukan pada para pengikut ali (syi’ah ali), pemimpin pertama ahl- al bait pada masa Nabi Muhammad SAW.
Tokoh-tokoh dalam ilmu kalam ini adalah
-          Abdullah BIN Saba'
-          Musa bin Ja'far 
-          Abu Hasan bin Ali Musa 
-          Abu Ja'far  Muhammad bin Ali
-          Muhammad ibnu Al-Isqon
Pokok-Pokok Pikiran Syi’ah:
Kaum Syi’ah memiliki lima prinsip utama yang wajib di percayai oleh penganutnya. Kelima prinsip itu adalah :
a)    al Tauhid
Kaum Syi’ah mengimani sepenuhnya bahwa allah itu ada, Maha esa, tunggal, tempat bergantung, segala makhluk, tidak beranak, tidak diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang menyamainya. Dan juga mereka mempercayai adanya sifat-sifat Allah.

b)   al ‘adl
Kaum Syi’ah mempunyai keyakinan bahwa Allah Maha Adil. Allah tidak melakukan perbuatan zhalim dan perbuatan buruk, ia tidak melakukan perbuatan buruk karena ia melarang keburukan, mencela kezaliman dan orang yang berbuat zalim.

c)    al Nubuwwah
Kepercayaan Syi’ah terhadap para Nabi-nabi juga tidak berbeda dengan keyakinan umat muslim yang lain. Menurut mereka, Allah mengutussejumlah nabi dan rasul ke muka bumi untnk membimbing umat manusia.

d)   al imamah
Menurut Syi’ah, Imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama dan dunia sekaligus, ia pengganti rasul dalam memelihara Syari’at, melaksanakan Hudud, dan mewujudkan kebaikan dan ketentraman umat.

e)    al ma’ad
Ma’ad berarti tempat kembali (hari akhirat), kaum Syi’ah sangat percaya sepenuhnya akan adanya hari akhirat, bahwa hari akhirat itu pasti terjadi.


8.      Aliran Salafiyah
Secara bahasa salafiyah berasal dari kata salaf yang berarti terdahulu, yang dimaksud terdahulu disini adalah orang-orang terdahulu yang semasa Rasul SAW, para sahabat, para tabi’in, dan tabitt tabi’in. sedangakan salafiyah berarti orang-orang yang mengikuti salaf. Istilah salaf mulai dikenal dan muncul beberapa abad abad sesudah Rasul SAW wafat, yaitu sejak ada orang atau golongan yang tidak puas memahami al Qur’an dan hadits tanpa ta’wil, terutama untuk menjelaskan maksud-maksud tersirat dari ayat-ayat al-Qur’an  sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang tidak layak bagi Allah SWT. Orang yang termasuk dalam kategori salaf adalah orang yang hidup sebelum tahun 300 hijriah, orang yang hidup sesudah tahun 300 H termasuk dalam kategori khalaf.
Tokoh-tokoh ulama salaf:
-          Ahmad bin Hambal. Abad ke-4 Hijrah
-          Ibnu Taimiyah. Abad ke-7 Hijrah
-          Muhammad bin Abdul Wahhab (Wahabiyah). Abad ke-12 Hira


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Ilmu Kalam adalah salah satu dari empat disiplin keilmuan yang telah tumbuh dan menjadi bagian dari tradisi kajian tentang agama Islam. Ilmu kalam disebut juga:
1.      Ilmu Tauhid, karena di dalamnya dibahas tentang keesaan Allah Swt, baik dzat-Nya maupun sifat-Nya.
2.      Ilmu Ketuhanan, karena pokok-pokok bahasan dalam ilmu tersebut tentang keberadaan Tuhan.
3.      Teologi Islam dan ilmu Keimanan, karena membahas tentang keimanan manusia terhadap Allah Swt.
Hubungan ilmu kalam dengan ilmu lainnya adalah  sama – sama mencari kebenaran tentang Tuhan. Kebenaran dalam Ilmu Kalam berupa  diketahuinya kebenaran ajaran agama melalui penalaran rasio lalu dirujukkan kepada nash (al-Qur'an & Hadis). Kebenaran dalam Filsafat berupa kebenaran spekulatif tentang segala yang ada (wujud) yakni tidak dapat dibuktikan dengan riset, empiris, dan eksperiment. Filsafat menemukan kebenaran dengan menuangkan akal budi secara radikal, integral, dan universal.

B.     SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rohison, Prof. Dr. M.Ag.; Prof. Dr.Abdul Rozak, M.Ag, ilmu kalam,Bandung: pustaka setia,2011.
Rochimah, M. Fil. I, Drs. H. A. Rahman,dkk, ilmu kalam, Surabaya: IAIN Sunan Ampel press,2012.
Warsito,Loekisno Choiril Drs. M.Ag, Drs. Ali Maksum, M.Ag,dkk, pengantar filsafat, surabaya:IAIN Sunan Ampel press,2012.
Nata, Abuddin, Ilmu kalam, Filsafat, dan tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1995
Rozak, Abdul, dkk . Ilmu kalam. Bandung:CV. Pustaka setia,2006.
Zainuddin, H, Ilmu Tauhid, Jakarta:PT Rineka Cipta, 1992

Post a Comment for "Ilmu kalam"