Kelompok sosial
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Berbicara
mengenai manusia tentunya juga berbicara mengenai seluruh aspek yang ada pada
manusia tersebut. Banyak sekali yang harus dikaji mengenai manusia. Manusia
sebagia makhluk sosial tidaklah mungkin hidup tanpa adanya orang lain. Dalam
situasi ini manusia harus berinteraksi satu sama lain untuk memenuhi
kebutuhannya.
Semua yang dibutuhkan manusia tidaklah mungkin diatasi secara individual karena manusia sebagai makhluk sosial maka mereka saling membutuhkan dan saling tergantung antara satu sama lain, dalam kaitannya dengan hal tersebut.
Semua yang dibutuhkan manusia tidaklah mungkin diatasi secara individual karena manusia sebagai makhluk sosial maka mereka saling membutuhkan dan saling tergantung antara satu sama lain, dalam kaitannya dengan hal tersebut.
Dalam
sebuah masyarakat terdapat beberapa kelompok- kelompok sosial yang membuat
interaksi mereka lancar dan tertur. kelompok sosial merupakan sistem yang bisa
membantu masyarakat untuk mencapai tujuan mereka bersama dan di dalamnya ada
norma-norma yang telah di sepakati barsama. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Sherif bahwa kelompok sosial adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri atas dua
individu atau lebih yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif
dan teratur, sehingga di antara individu itu sudah terdapat pembagian tugas,
struktur, dan norma-norma tertentu, yang khas bagi kesatuan sosial tersebut.
Semisal contoh yang paling signifikan untuk dijadikan contoh yaitu rumah
tangga, rumah tangga merupakan kelompok terkecil yang ada dalam masyarakat.
Dalam
pembahasan masalah kelompok sosial yang dibahas dalam psikologi sosial
bahwasanya kelompok sosial memiliki perbedaan dengan kebersamaan, jenis-jenis
kelompok sosial dan ciri-ciri kelompok sosial. Makalah ini akan membahas
mengenai hal tersebut sehingga kita dapat membedakan mana kelompok sosial dan
serta ciri-cirinya.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
jenis-jenis kelompok yang ada di masyarakat?
2. Bagaimana
ciri-ciri kelompok tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Pengertian Kelompok Sosial
Secara
sosiologis pengertian kelompok sosial adalah suatu kumpulan orang-orang yang
mempunyai hubungan dan saling berinteraksi satu sama lain dan dapat
mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Disamping itu terdapat beberapa
definisi dari para ahli mengenai kelompok sosial.
Menurut Josep S
Roucek dan Roland S Warren kelompok
sosial adalah suatu kelompok yang meliputi dua atau lebih manusia, yang
diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para
anggotanya atau orang lain secara keseluruhan.
A. JENIS – JENIS KELOMPOK
Menurut Sherif kelompok sosial
adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih individu yang
telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga
diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma –
norma tertentu, yang khas bagi kesatuan sosial tersebut .
Menurut Roland Freedman Cs kelompok sosial adalah organisasi terdiri atas dua atau lebih individu yang tergantung oleh ikatan – ikatan suatu sistem ukuran – ukuran kelakuan yang diterima dan disetujui oleh semua anggotanya. Menurut Park dan Burgess kelompok adalah sekumpulan orang yang memiliki kegiatan yang konsisten. Sedangkan menurut Gidding kelompok sosial timbul karena adanya consciousness of kind, kesadaran atas barang pada jiwa manusia. Menurut paham fungsionalisme didalam antropologi yang di pelopori oleh Malinowski bahwa pertimbangan untuk membentuk kelompok sosial adalah adanya fungsi, adanya tujuan dari pada kelompok sosial. Tujuannya berupa tujuan bersama, misalnya pada kelompok berburu .
Jadi kelompok – kelompok sosial tersebut adalah himpunan atau satu kesatuan manusia yang hidup bersama dan adanya hubungan diantara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan suatu kesadaran untuk saling tolong – menolong serta adanya organisasi antara anggotanya.
1. Kelompok Primer
Dalam kelompok primer terdapat interaksi sosial yang intensif dan lebih erat antara anggotanya dari pada dalam kelompok sekunder. Kelompok primer juga disebut face to face group, yaitu kelompok sosial yang anggota-anggotanya sering berhadapan muka yang satu dengan yang lain dan saling mengenal dari dekat, dan karena itu saling hubungannya lebih erat. Peranan kelompok premer dalam kehidupan individu besar sekali karena dalam kelompok premer itu manusia pertama-tama berkembang dan dididik sebagai makhluk sosial. Disini ia memperoleh kerangkanya yang memungkinnya untuk mengembangkan sifat-sifat sosialnya, antara lain mengindahkan norma-noram, melepaskan kepentingan dirinya demi kepentingan kelompok sosialnya, belajar bekerja sama dengan individu-individu lainny, dan mengembangkan kecakapannya guna kepentingan kelompok. Saling hubungan yang baik di dalam kelompok primer itu menjamin perkembangannya yang wajar sebagai manusia sosial. Contoh-contoh kelompok premer adalah keluarga, rukun tetangga, kelompok sepermainan sekolah, kelompok belajar, kelompok agama dan sebagainya. Sifat interaksi dalam kelompok-kelompok primer ini bercorak kekeluargaan, dan lebih berdasarkan simpatik .
2. Kelompok Sekunder
Interaksi dalam kelompok sekunder terdiri atas saling hubungan yang tidak langsung, berjauhan dan formal, kuarng bersifat kekeluargaan. hubungan-hubungan dalam kelompok sekunder biasanya lebih objektif.
Peranan atau fungsi kelompok sekunder dalam kehidupan manusia ailah untuk mencapai tujuan tertentu dalam masyarakat dengan bersama, secara objektifdan rasional.
Perbandingan antara pergaulan antara kelompok primer dan sekunder dapat digambarkan dengan perkataan Tonnies, seorang ahli ilmu kemasyarakatan, yaitu bahwa kelompok primer bersifar Gemeinschaft, artinya merupak suatu persekutuan hidung yang hubunngnannya satusama lain erat sekali. Sering juga disebut hubungan atau kekeluargaan, dan masing-masing individu ingin bantum membantu secara sukarela. Sedangkan kelompok sekunder bersifat Gesselschaft, artinya suatu kesatuan sosial yang hubungannya satusama lain berdasarkan pamrih, selalu memperhitungkan rugi-laba . Contoh-contoh kelompok sekunder ialah partai politik, perhimpunan serikat kerja dan sebagainya.
3. Kelompok Formal dan Informal
Terdapat pula pembagian kelompok sosial ke dalam kelompok formal atau resmi dan kelompok informal atau kelompok tidak resmi.
Inti perbedaan disini ialah bahwa kelompok informal itu tidak berstatus resmi dan tidak didukung oleh peraturan-peraturan ADRT tertulis seperti pada kelompok formal. Kelompok informal juga mempunyai pembagian tugas, peranan-peranan dan hirarki tertentu, serta norma pedoman prilaku anggotanya dan konvensinya, tetapi hal ini tidak dirumuskan secara tegas dan tertulis seperti pada kelompok formal.
Ciri-ciri interaksi kelompok tak resmi lebih mirip pada ciri-ciri kelompok primer dan bersifat kekluarga dengan corak simpati, sedangkan ciri-ciri kelompok resmi mirip pada ciri-ciri interaksi kelompok sekunder, bercorak pertimbangan pertimbangan rasional objektif. Contohnya: semua perkumpulan yang beranggapan dasar dan beranggapan rumah tangga merupakan kelompok resmi.
Dalam suatu kelompok resmi terbentuk kelompok informal yang terdiri dari beberapa orang atau beberapa keluarga saja, yang mempunyai pengalaman bersama, dan sifat interaksinya berdasarkan saling mengerti yang mendalam karena pengalaman-pengalaman dan pandangan- pandangan bersama. Pembentukan kelompok informal itu tentu juga terdapat di luar kelompok-kelompok resmi yang besar, seringdibentuk di tengah kehidupan sehari-hari, lingkungan kerja, tempat kediaman yang dekat. Contoh: contoh sekelompok kawan-kawan atau keluarga yang sering kunjung mengunjungi. Seperti yang dikatakan tadi, kelompok informal itu mempunyai sifat-sifat interaksi yang mirip dengan interaksi kelompok primer yang erat dan berdekatan berdasarkan saling mengerti.
Menurut Roland Freedman Cs kelompok sosial adalah organisasi terdiri atas dua atau lebih individu yang tergantung oleh ikatan – ikatan suatu sistem ukuran – ukuran kelakuan yang diterima dan disetujui oleh semua anggotanya. Menurut Park dan Burgess kelompok adalah sekumpulan orang yang memiliki kegiatan yang konsisten. Sedangkan menurut Gidding kelompok sosial timbul karena adanya consciousness of kind, kesadaran atas barang pada jiwa manusia. Menurut paham fungsionalisme didalam antropologi yang di pelopori oleh Malinowski bahwa pertimbangan untuk membentuk kelompok sosial adalah adanya fungsi, adanya tujuan dari pada kelompok sosial. Tujuannya berupa tujuan bersama, misalnya pada kelompok berburu .
Jadi kelompok – kelompok sosial tersebut adalah himpunan atau satu kesatuan manusia yang hidup bersama dan adanya hubungan diantara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan suatu kesadaran untuk saling tolong – menolong serta adanya organisasi antara anggotanya.
1. Kelompok Primer
Dalam kelompok primer terdapat interaksi sosial yang intensif dan lebih erat antara anggotanya dari pada dalam kelompok sekunder. Kelompok primer juga disebut face to face group, yaitu kelompok sosial yang anggota-anggotanya sering berhadapan muka yang satu dengan yang lain dan saling mengenal dari dekat, dan karena itu saling hubungannya lebih erat. Peranan kelompok premer dalam kehidupan individu besar sekali karena dalam kelompok premer itu manusia pertama-tama berkembang dan dididik sebagai makhluk sosial. Disini ia memperoleh kerangkanya yang memungkinnya untuk mengembangkan sifat-sifat sosialnya, antara lain mengindahkan norma-noram, melepaskan kepentingan dirinya demi kepentingan kelompok sosialnya, belajar bekerja sama dengan individu-individu lainny, dan mengembangkan kecakapannya guna kepentingan kelompok. Saling hubungan yang baik di dalam kelompok primer itu menjamin perkembangannya yang wajar sebagai manusia sosial. Contoh-contoh kelompok premer adalah keluarga, rukun tetangga, kelompok sepermainan sekolah, kelompok belajar, kelompok agama dan sebagainya. Sifat interaksi dalam kelompok-kelompok primer ini bercorak kekeluargaan, dan lebih berdasarkan simpatik .
2. Kelompok Sekunder
Interaksi dalam kelompok sekunder terdiri atas saling hubungan yang tidak langsung, berjauhan dan formal, kuarng bersifat kekeluargaan. hubungan-hubungan dalam kelompok sekunder biasanya lebih objektif.
Peranan atau fungsi kelompok sekunder dalam kehidupan manusia ailah untuk mencapai tujuan tertentu dalam masyarakat dengan bersama, secara objektifdan rasional.
Perbandingan antara pergaulan antara kelompok primer dan sekunder dapat digambarkan dengan perkataan Tonnies, seorang ahli ilmu kemasyarakatan, yaitu bahwa kelompok primer bersifar Gemeinschaft, artinya merupak suatu persekutuan hidung yang hubunngnannya satusama lain erat sekali. Sering juga disebut hubungan atau kekeluargaan, dan masing-masing individu ingin bantum membantu secara sukarela. Sedangkan kelompok sekunder bersifat Gesselschaft, artinya suatu kesatuan sosial yang hubungannya satusama lain berdasarkan pamrih, selalu memperhitungkan rugi-laba . Contoh-contoh kelompok sekunder ialah partai politik, perhimpunan serikat kerja dan sebagainya.
3. Kelompok Formal dan Informal
Terdapat pula pembagian kelompok sosial ke dalam kelompok formal atau resmi dan kelompok informal atau kelompok tidak resmi.
Inti perbedaan disini ialah bahwa kelompok informal itu tidak berstatus resmi dan tidak didukung oleh peraturan-peraturan ADRT tertulis seperti pada kelompok formal. Kelompok informal juga mempunyai pembagian tugas, peranan-peranan dan hirarki tertentu, serta norma pedoman prilaku anggotanya dan konvensinya, tetapi hal ini tidak dirumuskan secara tegas dan tertulis seperti pada kelompok formal.
Ciri-ciri interaksi kelompok tak resmi lebih mirip pada ciri-ciri kelompok primer dan bersifat kekluarga dengan corak simpati, sedangkan ciri-ciri kelompok resmi mirip pada ciri-ciri interaksi kelompok sekunder, bercorak pertimbangan pertimbangan rasional objektif. Contohnya: semua perkumpulan yang beranggapan dasar dan beranggapan rumah tangga merupakan kelompok resmi.
Dalam suatu kelompok resmi terbentuk kelompok informal yang terdiri dari beberapa orang atau beberapa keluarga saja, yang mempunyai pengalaman bersama, dan sifat interaksinya berdasarkan saling mengerti yang mendalam karena pengalaman-pengalaman dan pandangan- pandangan bersama. Pembentukan kelompok informal itu tentu juga terdapat di luar kelompok-kelompok resmi yang besar, seringdibentuk di tengah kehidupan sehari-hari, lingkungan kerja, tempat kediaman yang dekat. Contoh: contoh sekelompok kawan-kawan atau keluarga yang sering kunjung mengunjungi. Seperti yang dikatakan tadi, kelompok informal itu mempunyai sifat-sifat interaksi yang mirip dengan interaksi kelompok primer yang erat dan berdekatan berdasarkan saling mengerti.
4. Hubungan in-group dan
out-group
Di dalam in-group dimana individu termasuk di dalamnya, maka sering mengadakan penyesuain diri dengan kelompok. Misalnya “itupartai saya, golongan saya dan sebaginya”. Jadi adanya unsur mendukung norma yangtermasuk di dalamnya di sebut in-group.
Dalam out-group, individu terasa pada lingkungan kelompok tertentu. Ia merasa bahwa ia tidak tergolong di dalamnya. Sebernarnya persoalan tentang in-group dan out-group ini bukan merupak persoalan penting selama tidak terjadi perasinganf .
Contoh: in-group misalanya, sekelumit orang yang dalam peperangan telah menjalankan tugas yang sukar dan telah mengalami pahit getirnya sama-sama, mempunyai cara-cara senda gurau yang khusus dan ditujukan kepada kawan-kawan sepengalaman. Apabila mereka sedang bersanda gurau, lalu ada orang luar yang turut tertawa dengan mereka, maka kawan-kawaan ini dengan tiba-tiba diam dan mengatakan apa-apa, lalu pergi dari tempat itu karena adanya seorang out-group yang ingin turut serta dengan mereka.
Sikap perasaan in-group itu seakan-akan hanyalah mengizinkan kawan-kawan in-group itu saja untuk turut serta dengan kegiatan yang mereka lakukan. Out-group tidak diperkenankan turut serta seakan-akan orang luar harus membuktikan terlebih dahulu bahwa mereka mau solider dengan in-group. Mau berkorban bersama dengan sekawanan in-group demi kemajuan bersama. Mereka harus membuktikan bahwa mereka mau dan dapat memikul pahit getirnya bersama barulah mereka boleh ikut serta dengan kegiatan in-group itu.
B. CIRI-CIRI UTAMA KELOMPOK
1. Terdapat motif-motif yang sama
Terbentuknya kelompok sosial itu adalah ialah karena bakal anggotanya berkumpul untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dengan kegiatan bersama lebih mudah dan dan dapat di capai dari pada atas usaha sendiri. Jadi, dorongan atau motif bersama itu menjadi pengikat dan sebat utama terbentuknya kelompok sosial. Tanpa motif yang sama antara sejumlah individu itu sukar sukar untuk terbentuk suatu kelompok sosial.
Tetapi tidak hanya motif yang sam itu saja yang dapat mengikat dan membentuk sejumlah orang menjadi suatu kelompok sosial, sebab adanya suatu motif yangg sama itu harus disertakan kesadaran bahwa tujuan-tujuan tersebut haruslah dicapai dengan kerja sama anatara orang-orang yang bermotif sama. Apabila tidak adanya kesadaran tersebut, maka tujuan yang sama itu akan dikejar sendir-sendiri. Hal tersebut akan menimbulkan suatu prcekcokan dan terpecahnya kelompok.
Tujuan-tujuan bersama yang diusahakan oelh kelompok sosial bermacam-macam jenisnya, misalnya keuntungan ekonomis seperti upada usaha koperasi dalam memberi barang konsumsi bersama. Dapat pula tujuan bersama itu berupa tujuan politik, tujuan ilmiah, dan lainnya.
Setelah suatu kelompok terbentuk, biasanya lambat laun timbul pula motif-motif baru kelompok serta tujuan-tujuan tambahan yang semuanya dapat memperkokoh kehidupan kelompok itu. Hal ini dpat kita amati, misalnya, pada kelompok mahasiswa dari sebuah fakultas yang baru didirikan. Mahasiswanya lalu membentuk kelompok sosial terdorong oleh tujuan bersama, yaitu untuk bekerjasama dalam menyelesaikan persoalan-persoalan dalam menuntut pelajarannya. Titik berat dalam usaha bersama mereka itu pada mulanya ialah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hal belajar di fakultas tersebut, misalnya mengusahakan buku-buku dan diklat-diklat bersama. Tetapi, sesudah satu atau dua tahun berdirinya fakultas, timbullah tujuan-tujuan tambahan, yaitu merayakan dies natalis secara meriah, mengadakan pawai-pawai, dan lain-lain, yang sebenarnya bukan lagi kegiatan-kegiatan khusus dari kelompok belajar yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar itu.
Timbulnya motif-motif baru kerap kali terjadi dalam kehidupan kelompok dan mempunyai peranan yang khusus, yakni untuk memperoleh interaksi antara anggota kelompok serta memperkuat kehidupan kelompok pada umumnya.
Pengaruh kehidupan kelompok yang makin kokoh terhadap kegiatan individu anggotanya ialah, bahwa pada mereka akan timbul suatu sense of belongingness, yang ternyata mempunyai arti yang cukup mendalam pada kehidupan individu. Sense of belongingness itu merupakan peranan sikap bahwa ia termasuk dalam suatu kelompok sosial, di dalamnya ia mempunyai peranan tugas sehingga ia pun merasa semacam kepuasan dirinya bahwa ia berharga sebagai anggota kelompok tersebut. Kepuasannya ialah bahwa, ia sebagai makhluk sosial di dalam kelompoknya telah memperoleh peranan sosial yang juga berdasarkan usaha-usahanya untuk menyumbangkan sesuatu demi kepentingan kelompoknya.
Maka dari paparan di atas dapat diringkas sebagai berikut. Terbentuknya kelompok sosial bergantung kepada adanya tujuan atau motif bersama dan keinsafan akan perlunya kerjasama untuk mencapai tujuan itu. Dalam perkembangan kelompok sosial, selain motif utama timbul pula moti-motif dan tujuan-tujuan tambahan yang mempunyai peranan berupa memperkokoh kehidupan kelompoknya. Apabila kehidupan kelompok bertamabah kokoh, maka timbullah rasa sense of belongingnes pada diri anggota-anggotanya, yang makin mendalam pula apabila anggota itu bertamabah solider dalam sikap dan usahanya dengan kehidupan kelompok.
2. Terdapat reaksi-reaksi dan kecakapan yang berlainan antar anggota kelompok.
Dalam menguraikan pasal ini oleh Sherif dan kawan-kawan ditandaskan bahwa situasi sosial, baik situasi kebersamaan maupun situasi kelompok, pada dirinya sendiri sudah mempunyai pengaruh berlainan terhadap tingkah laku individu dibandingkan dengan kebiasaan tingkah laku individu itu dalam keadaan sendiri. Dalam hal itu tampak betapa mudahnya berlangsungnya imitasi dan sugesti pada umumnya dalam situasi tersebut. Demikian pula dalam terbentuknya kelompok sosial yang beralih dari suatu kebersamaan. Dengan demikian situasi sosial itu dapat merangsang reaksi-reaksi berlainan dari individu-individu yang bakal menjadi anggota kelompok. Dari berlainan kecakapan-kecakapan atas dasar perbedaan-perbedaan dalam kemampuan-kemampuan antar anggoata kelompok yang dirangsang oleh situasi sosial itu, maka terjadilah pembagian tugas yang khas antara anggota-anggotanya sesuai dengan kecakapannya untuk turut merealisasikan tujuan kelompok secara kerja sama. Demikianlah lambat-laun terjadi struktur kelompok yang khas serta norma-norma dan pedoman-pedoman pelaksanaan kegiatan kelompok serta makin menegas berdasarkan reakasi-reaksi dan kecakapan yang berlainan.
3. Terdapat penegasan struktur kelompok
Yang disebut dengan struktur kelompok ialah suatu sistem yang cukup tegas mengenai hubungan-hubungan anatara anggota-anggota kelompok berdasarkan peranan, status-status mereka sesuai dengan sumbangan masing-masing dalam interaksi kelompok ke tujuannya.
Pembagian tugas-tugas dan koordinasi antara tugas-tugas tiap anggota lambat laun akan akan terbina mengenai pengharapan-pengharapan yang timbal balik anatar anggotan, bahwa tugas-tugas yang diserahkan masing-masing juga kan di selesaikan dengan sebaik-baiknya. Nah kejelasan mengenai pembagian tugas-tugas itulah yang akan mengarahkan pada penegasan fungsi dan peran para anggota-anggotanya.
4. Terdapat penegasan norma-norma kelompok
Bersamaan dengan terbentuknya struktur dalam interaksi kelompok, terbentuklah norma-norma tingkah laku yang khas antara anggota-anggota kelompoknya.
Norma kelompok tersebut bukanlah norma statis atau angka rata-rata mengenai tingkah laku yang sebenarnya terjadi dalam kelompok itu, melainkan merupakan pedoman-pedoman untuk mengatur pengalaman dan tingkah laku anggota kelompok dalam bermacam-macam situasi sosial yang bersangkutan dengan kelompok.
Norma kelompok ialah pengertian yang seragam mengenai cara-cara tingkah laku yang patut dilakukan oleh anggota kelompok apabila terjadi sesuatu yang bersangkutpaut dengan kehidupan kelompok. Norma dalam suatu kelompok ada yang tertulis dana ada juga yang tidak, biasanya sesuai jenis kelompoknya. Kalau kelompok resmi pasti tertulis namun bila kelompok tak resmi maka kebanyakan tidaka tertulis. Jadi norma-norma kelompok itu berkenaan dengan cara-cara tingkah laku yang diharapkan dari semua anggota kelompok dalam keadaan yang berhubungan dengan kehidupan dan tujuan interaksi kelompok.
Norma kelompok informal biasanya terealisasikan dalam bentuk pengertian satu sama lain terhadap prilaku yang ada. Sedangkan kelompok formal mempunyai norma-norma tertulis tentang prilaku semua anggotanya.
Norma sosial merupakan adalah patokan umum mengenai tingkah laku dan sikap individu anggota kelompok yang dikehendaki oleh kelompok mengenai bermacam-macam hal yang berhubungan dengan kehidupan kelompok yang melahirkan norma-norma tingkah laku dan sikap-sikap itu mengenai segala situasi yang dihadapi oleh anggota-anggota kelompok .
Di dalam in-group dimana individu termasuk di dalamnya, maka sering mengadakan penyesuain diri dengan kelompok. Misalnya “itupartai saya, golongan saya dan sebaginya”. Jadi adanya unsur mendukung norma yangtermasuk di dalamnya di sebut in-group.
Dalam out-group, individu terasa pada lingkungan kelompok tertentu. Ia merasa bahwa ia tidak tergolong di dalamnya. Sebernarnya persoalan tentang in-group dan out-group ini bukan merupak persoalan penting selama tidak terjadi perasinganf .
Contoh: in-group misalanya, sekelumit orang yang dalam peperangan telah menjalankan tugas yang sukar dan telah mengalami pahit getirnya sama-sama, mempunyai cara-cara senda gurau yang khusus dan ditujukan kepada kawan-kawan sepengalaman. Apabila mereka sedang bersanda gurau, lalu ada orang luar yang turut tertawa dengan mereka, maka kawan-kawaan ini dengan tiba-tiba diam dan mengatakan apa-apa, lalu pergi dari tempat itu karena adanya seorang out-group yang ingin turut serta dengan mereka.
Sikap perasaan in-group itu seakan-akan hanyalah mengizinkan kawan-kawan in-group itu saja untuk turut serta dengan kegiatan yang mereka lakukan. Out-group tidak diperkenankan turut serta seakan-akan orang luar harus membuktikan terlebih dahulu bahwa mereka mau solider dengan in-group. Mau berkorban bersama dengan sekawanan in-group demi kemajuan bersama. Mereka harus membuktikan bahwa mereka mau dan dapat memikul pahit getirnya bersama barulah mereka boleh ikut serta dengan kegiatan in-group itu.
B. CIRI-CIRI UTAMA KELOMPOK
1. Terdapat motif-motif yang sama
Terbentuknya kelompok sosial itu adalah ialah karena bakal anggotanya berkumpul untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dengan kegiatan bersama lebih mudah dan dan dapat di capai dari pada atas usaha sendiri. Jadi, dorongan atau motif bersama itu menjadi pengikat dan sebat utama terbentuknya kelompok sosial. Tanpa motif yang sama antara sejumlah individu itu sukar sukar untuk terbentuk suatu kelompok sosial.
Tetapi tidak hanya motif yang sam itu saja yang dapat mengikat dan membentuk sejumlah orang menjadi suatu kelompok sosial, sebab adanya suatu motif yangg sama itu harus disertakan kesadaran bahwa tujuan-tujuan tersebut haruslah dicapai dengan kerja sama anatara orang-orang yang bermotif sama. Apabila tidak adanya kesadaran tersebut, maka tujuan yang sama itu akan dikejar sendir-sendiri. Hal tersebut akan menimbulkan suatu prcekcokan dan terpecahnya kelompok.
Tujuan-tujuan bersama yang diusahakan oelh kelompok sosial bermacam-macam jenisnya, misalnya keuntungan ekonomis seperti upada usaha koperasi dalam memberi barang konsumsi bersama. Dapat pula tujuan bersama itu berupa tujuan politik, tujuan ilmiah, dan lainnya.
Setelah suatu kelompok terbentuk, biasanya lambat laun timbul pula motif-motif baru kelompok serta tujuan-tujuan tambahan yang semuanya dapat memperkokoh kehidupan kelompok itu. Hal ini dpat kita amati, misalnya, pada kelompok mahasiswa dari sebuah fakultas yang baru didirikan. Mahasiswanya lalu membentuk kelompok sosial terdorong oleh tujuan bersama, yaitu untuk bekerjasama dalam menyelesaikan persoalan-persoalan dalam menuntut pelajarannya. Titik berat dalam usaha bersama mereka itu pada mulanya ialah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hal belajar di fakultas tersebut, misalnya mengusahakan buku-buku dan diklat-diklat bersama. Tetapi, sesudah satu atau dua tahun berdirinya fakultas, timbullah tujuan-tujuan tambahan, yaitu merayakan dies natalis secara meriah, mengadakan pawai-pawai, dan lain-lain, yang sebenarnya bukan lagi kegiatan-kegiatan khusus dari kelompok belajar yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar itu.
Timbulnya motif-motif baru kerap kali terjadi dalam kehidupan kelompok dan mempunyai peranan yang khusus, yakni untuk memperoleh interaksi antara anggota kelompok serta memperkuat kehidupan kelompok pada umumnya.
Pengaruh kehidupan kelompok yang makin kokoh terhadap kegiatan individu anggotanya ialah, bahwa pada mereka akan timbul suatu sense of belongingness, yang ternyata mempunyai arti yang cukup mendalam pada kehidupan individu. Sense of belongingness itu merupakan peranan sikap bahwa ia termasuk dalam suatu kelompok sosial, di dalamnya ia mempunyai peranan tugas sehingga ia pun merasa semacam kepuasan dirinya bahwa ia berharga sebagai anggota kelompok tersebut. Kepuasannya ialah bahwa, ia sebagai makhluk sosial di dalam kelompoknya telah memperoleh peranan sosial yang juga berdasarkan usaha-usahanya untuk menyumbangkan sesuatu demi kepentingan kelompoknya.
Maka dari paparan di atas dapat diringkas sebagai berikut. Terbentuknya kelompok sosial bergantung kepada adanya tujuan atau motif bersama dan keinsafan akan perlunya kerjasama untuk mencapai tujuan itu. Dalam perkembangan kelompok sosial, selain motif utama timbul pula moti-motif dan tujuan-tujuan tambahan yang mempunyai peranan berupa memperkokoh kehidupan kelompoknya. Apabila kehidupan kelompok bertamabah kokoh, maka timbullah rasa sense of belongingnes pada diri anggota-anggotanya, yang makin mendalam pula apabila anggota itu bertamabah solider dalam sikap dan usahanya dengan kehidupan kelompok.
2. Terdapat reaksi-reaksi dan kecakapan yang berlainan antar anggota kelompok.
Dalam menguraikan pasal ini oleh Sherif dan kawan-kawan ditandaskan bahwa situasi sosial, baik situasi kebersamaan maupun situasi kelompok, pada dirinya sendiri sudah mempunyai pengaruh berlainan terhadap tingkah laku individu dibandingkan dengan kebiasaan tingkah laku individu itu dalam keadaan sendiri. Dalam hal itu tampak betapa mudahnya berlangsungnya imitasi dan sugesti pada umumnya dalam situasi tersebut. Demikian pula dalam terbentuknya kelompok sosial yang beralih dari suatu kebersamaan. Dengan demikian situasi sosial itu dapat merangsang reaksi-reaksi berlainan dari individu-individu yang bakal menjadi anggota kelompok. Dari berlainan kecakapan-kecakapan atas dasar perbedaan-perbedaan dalam kemampuan-kemampuan antar anggoata kelompok yang dirangsang oleh situasi sosial itu, maka terjadilah pembagian tugas yang khas antara anggota-anggotanya sesuai dengan kecakapannya untuk turut merealisasikan tujuan kelompok secara kerja sama. Demikianlah lambat-laun terjadi struktur kelompok yang khas serta norma-norma dan pedoman-pedoman pelaksanaan kegiatan kelompok serta makin menegas berdasarkan reakasi-reaksi dan kecakapan yang berlainan.
3. Terdapat penegasan struktur kelompok
Yang disebut dengan struktur kelompok ialah suatu sistem yang cukup tegas mengenai hubungan-hubungan anatara anggota-anggota kelompok berdasarkan peranan, status-status mereka sesuai dengan sumbangan masing-masing dalam interaksi kelompok ke tujuannya.
Pembagian tugas-tugas dan koordinasi antara tugas-tugas tiap anggota lambat laun akan akan terbina mengenai pengharapan-pengharapan yang timbal balik anatar anggotan, bahwa tugas-tugas yang diserahkan masing-masing juga kan di selesaikan dengan sebaik-baiknya. Nah kejelasan mengenai pembagian tugas-tugas itulah yang akan mengarahkan pada penegasan fungsi dan peran para anggota-anggotanya.
4. Terdapat penegasan norma-norma kelompok
Bersamaan dengan terbentuknya struktur dalam interaksi kelompok, terbentuklah norma-norma tingkah laku yang khas antara anggota-anggota kelompoknya.
Norma kelompok tersebut bukanlah norma statis atau angka rata-rata mengenai tingkah laku yang sebenarnya terjadi dalam kelompok itu, melainkan merupakan pedoman-pedoman untuk mengatur pengalaman dan tingkah laku anggota kelompok dalam bermacam-macam situasi sosial yang bersangkutan dengan kelompok.
Norma kelompok ialah pengertian yang seragam mengenai cara-cara tingkah laku yang patut dilakukan oleh anggota kelompok apabila terjadi sesuatu yang bersangkutpaut dengan kehidupan kelompok. Norma dalam suatu kelompok ada yang tertulis dana ada juga yang tidak, biasanya sesuai jenis kelompoknya. Kalau kelompok resmi pasti tertulis namun bila kelompok tak resmi maka kebanyakan tidaka tertulis. Jadi norma-norma kelompok itu berkenaan dengan cara-cara tingkah laku yang diharapkan dari semua anggota kelompok dalam keadaan yang berhubungan dengan kehidupan dan tujuan interaksi kelompok.
Norma kelompok informal biasanya terealisasikan dalam bentuk pengertian satu sama lain terhadap prilaku yang ada. Sedangkan kelompok formal mempunyai norma-norma tertulis tentang prilaku semua anggotanya.
Norma sosial merupakan adalah patokan umum mengenai tingkah laku dan sikap individu anggota kelompok yang dikehendaki oleh kelompok mengenai bermacam-macam hal yang berhubungan dengan kehidupan kelompok yang melahirkan norma-norma tingkah laku dan sikap-sikap itu mengenai segala situasi yang dihadapi oleh anggota-anggota kelompok .
BAB II
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari semua uraian tentang pembahasan kelompok social di atas dapat kita simpulkan sebagai berikut. Kelompok mempunyai jenis-jenis yaitu sebagai berikut:
a. Kelompok Primer
b. Kelompok Sekunder
c. Kelompok Formal dan Informal
d. Kelompok In-Group dan out-Group
Selain itu kelompok mempunyai ciri-ciri yang khas. Dari cirri-ciri kita dapat membedakan mana yang termasuk kelompok di dalam kehidupan kita, ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
a. Adanya suatu Motif atau tujuan bersama di dalam komunitas tersebut
b. Adanya reaksi atau kecakapan yang berlainan di dalam suatu kelompok tersebut, artinya dalam kelompok tersebut setiap anggotanya pasti mempunyai kreatifitas yang berbeda
c. Penegasan struktur kelompok. Artinya di dalam kelompok itu ada pembagian tugas sesuai dengan kemampuan atau keahlian para anggotanya dan tugas ketua harus dikerjakan oleh ketua kelompok, tidak boleh tugas ketua kelompok di kerjakan oleh sekertaris dan sebaliknya.
d. Terdapat penegasan norma-norma kelompok. Maksudnya ada aturan yang harus ditaati di dalam suatu kelompok tersebut. Norma itu bertujuan untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok, dan norma dibuat berdasarkan kesadaran serta kesepakatan bersama.
Dari semua uraian tentang pembahasan kelompok social di atas dapat kita simpulkan sebagai berikut. Kelompok mempunyai jenis-jenis yaitu sebagai berikut:
a. Kelompok Primer
b. Kelompok Sekunder
c. Kelompok Formal dan Informal
d. Kelompok In-Group dan out-Group
Selain itu kelompok mempunyai ciri-ciri yang khas. Dari cirri-ciri kita dapat membedakan mana yang termasuk kelompok di dalam kehidupan kita, ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
a. Adanya suatu Motif atau tujuan bersama di dalam komunitas tersebut
b. Adanya reaksi atau kecakapan yang berlainan di dalam suatu kelompok tersebut, artinya dalam kelompok tersebut setiap anggotanya pasti mempunyai kreatifitas yang berbeda
c. Penegasan struktur kelompok. Artinya di dalam kelompok itu ada pembagian tugas sesuai dengan kemampuan atau keahlian para anggotanya dan tugas ketua harus dikerjakan oleh ketua kelompok, tidak boleh tugas ketua kelompok di kerjakan oleh sekertaris dan sebaliknya.
d. Terdapat penegasan norma-norma kelompok. Maksudnya ada aturan yang harus ditaati di dalam suatu kelompok tersebut. Norma itu bertujuan untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok, dan norma dibuat berdasarkan kesadaran serta kesepakatan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
- Ahmadi, Abu. Psikologi Sosia,
edisi revisil. Jakarta: Rineka Cipta, 2007
- Gerungan, W.A. psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama, 2002
- A. Goldberg, Alvin, Carl E. Larson. Komunikasi Kelompok. Jakarta: UI-Press, 1985
- Tohirin. Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madarasa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2009
- Gerungan, W.A. psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama, 2002
- A. Goldberg, Alvin, Carl E. Larson. Komunikasi Kelompok. Jakarta: UI-Press, 1985
- Tohirin. Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madarasa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2009
Post a Comment for "Kelompok sosial"