Kewajiban manusia
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada dasarnya manusia dan tanggung
jawab itu berada dalam satu naungan atau berdampingan. Tanggung Jawab adalah
suatu kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya baik disengaja
maupun tidak disengaja. Tanggung Jawab juga berati berbuat sebagai wujudan atas
perbuatannya. Setiap manusia memiliki tanggung jawab masing-masing. Diantaranya
tanggung jawab seorang pelajar atau mahasiswa akan belajar, tanggung jawab
seorang dosen kepada mahasiswa atau mahasiswinya, tanggung jawab seorang
presiden kepada negara dan rakyatnya, tanggung jawab seorang ayah kepada istri
dan anak-anaknya, dan tanggung jawab manusia kepada Tuhan yang telah
Menciptakan kita.
Selain tanggung jawab, dalam diri
manusia juga terdapat pengabdian. Pengabdian dapat diartikan sebagai pilihan
hidup seseorang apakah ingin mengabdi kepada orangtua, kepada agama dan Tuhan
ataupun kepada bangsa dan negara dimana pengabdian akan mengandung unsur
pengorbanan dan kewajiban untuk melakukannya yang biasanya akan dihargai dan
tergantung dari apa yang diabdikannya. Sebagai contoh, bila orang tua mengabdi
untuk mengasuh anak-anaknya berkemungkinan besar nanti anak-anaknya akan
berbakti juga kepada kedua orangtuanya, biarawan/wati yang mengabdi kepada
agama dan Tuhannya nantinya akan dibalas amalannya di surga, ataupun pengabdian
seorang pegawai negeri pada bangsa dan negaranya biasanya akan diberi semacam
penghargaan/tanda jasa dari negara yang bersangkutan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk yang paling
mulia disisi Allah SWT. Manusia memiliki keunikan yang menyebabkannya berbeda
dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa yang rohaniah, ghaib, tidak dapat
ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia
terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.
Pengertian manusia dapat dilihat dari
berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir,
berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah
manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau
realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang
individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari
golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
B.
Kewajiban Seorang Muslim Terhadap
Allah SWT
a.
Tidak
Menyekutukan Allah SWT
Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam
beretika kepada Allah SWT, adalah tidak menyekutukan Allah. Hanya Allah lah
Tuhan yang patut disembah, dan hanya Allah lah Tuhan yang pantas diagungkan,
oleh karena itu tidak ada alasan apapun bagi manusia untuk menyekutukan-Nya.
Adapun amal manusia seharusnya hanya ditujukan untuk Allah SWT. sehingga
manusia harus membuang jauh-jauh riya’ (menampakkan amal/beramal agar dilihat
oleh orang lain.
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
dan apa saja nikmat yang ada pada kamu ,
Maka dari Alloh-lah , dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya
kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. (An-Nahl 53)
b.
Taat
Terhadap Perintah-Perintah-Nya
Kemudian yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika
kepada Allah SWT, adalah dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Sebab
bagaimana mungkin ia tidak mentaati-Nya, padahal Allah lah yang telah
memberikan segala-galanya pada dirinya.
c.
Bersyukur
kepada Allah SWT
Tidak ada yang lebih pantas bagi
sesuatu “yang telah diberi” selain berterimakasih dan memanfaatkan segala
sesuatu yang telah diberikan untuk tujuan diberikannya. Adapun manusia yang
telah diberi banyak kenikmatan, seharusnya selalu bersyukur kepadaNya.
d.
Mengerjakan
rukun Islam yang lima
Yaitu: Syahadat, Sholat, Zakat, Berpuasa pada bulan
Romadhon, Mengerjakan Ibadah Haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya.
e.
Iklas
dan Ridha Terhadap Ketentuan Allah SWT
Bahwa menghadapi musibah dengan
ketabahan hati, lalu mengatasi kesukaran, kesulitan dan derita, untuk menempuh
lagi penderitaan lain, perlindungan Tuhan datang, Rahmat-Nya meliputi dan
petunjukpun diberikan. Jiwa bertambah lama bertambah teguh, karena sudah
senantiasa digembleng dan disaring oleh Zaman.
f.
Mencintai
Allah dan Rasul-Nya
Adapun cinta kepada Allah wajib
didahulukan dari pada segala macambentuk cinta, seperti: (lebih mencintai
bapaknya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, istri-istrinya, kaum keluarganya,
harta kekayaan, perniagaan dan rumah-rumahnya), karena Dia-lah yang memberi
hidup dan kehidupan dengan segala macam karunia-Nya kepada manusia dan Dia lah
yang bersifat sempurna dan maha suci dari segala kekurangan. Begitu juga cinta
kepada Rasulullah saw, haruslah diutamakan karena Rasulullah saw di utus Allah
SWT untuk membawa petunjuk dan menjadi Rahmat bagi alam semesta
g.
Selalu
menginstropeksi diri
Tidak seorang Rasul pun yang diutus
ke suatu negeri sebelum Muhammad SAW mendapat sambutan dengan kata-kata yang
menyenangkan hati. Mereka semua tidak mendapatkan jawaban yang tidak enak
didengar dan sangat menjengkelkan hati. Sikap demikian berasal dari orang-orang
yang terbiasa hidup mewah, sombong dan angkuh. Mereka berkata, “Sesungguhnya
kami mendapatkan nenek moyang kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami
adalah pengikut jejak mereka”. Jadi, kalau Muhammad SAW mendapat jawaban
seperti itu tidak perlu gusar/resah, dan merasa sesak dada kewajiban
terhadap rasul
C. Kewajiban manusia terhadap
Rasulullah
Maksud dari kewajiban individual
ialah kewajiban atas perkara-perkara di luar kerangka sosial. Dengan kata lain,
setiap individu umat islam -terlepas akan ikatan antara umat dan pemimpin,
serta dimensi sosial undang-undang Islam- memiliki kewajiban tertentu di
hadapan Rasul mereka. Agama-agama Ilahi khususnya agama Islam diturunkan guna
menyempurnakan jiwa dan maknawiyah umat manusia. Tujuan diturunkannya syariat
ialah untuk mensucikan jiwa manusia dari segala kotoran maknawi. Guna
merealisasikan tujuan ini, Allah Swt mensyariatkan sejumlah kewajiban individu
umat manusia di balik kewajiban sosial mereka, sehingga dengan menjalankannya
dengan tulus dan baik, mereka dapat mencapai penghambaan hakiki dan meraih
kedekatan Ilahi yang menjadi tujuan dari penciptaan mereka.
Kewajiban individual terbesar kaum
muslimin di hadapan Nabi mereka ialah melaksanakan perintah-perintah Ilahi yang
disyariatkan guna mensucikan jiwa mereka. Sebab tanpa melaksanakan
kewajiban-kewajiban tersebut, kewajiban sosial pun tidak dapat mereka
laksanakan sebagaimana mestinya. Sebagai contoh; seseorang yang tidak bertakwa
dan tidak bersifat adil, maka ia tidak akan dapat mengemban tugas-tugas penting
perkara sosial secara benar. Tentunya, setiap individu umat Islam memiliki
banyak kewajiban di hadapan Rasul mereka, namun yang secara gamlang disebutkan
dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1. Kecintaan Kepada Rasul Saw dan Ahlul
Baytnya
Kecintaan kepada Rasul dan Ahlul Baytnya sedemikian penting
dan mulia sehingga Rasul Saw sendiri menganggapnya sebagai pelengkap dari
keimanan seorang hamba. Beliau bersabda, “Keimanan seorang hamba [Allah] tidak
akan sempurna kecuali apabila ia lebih mencintaiku dari pada dirinya, dan
mencintai keluargaku melebihi kecintaannya kepada keluarganya”. Dalam hadis
lain seraya mengungkapkan pentingnya kecintaan dalam diri seseorang, beliau
bersabda, “Seseorang akan dibangkitkan bersama orang yang dicintainya”.
Tentunya, yang dimaksud dengan kecintaan di sini ialah
kecintaan yang mendorong pelakunya untuk mengikuti orang yang dicintainya, ia
selalu berusaha untuk menjadikan ucapan dan prilaku pribadi yang dicintai
sebagai tauladan baginya.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي
نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ
يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Wahai
orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya
Kecintaan
kepada keluarga Nabi adalah kewajiban besar setiap muslim. Oleh karenanya,
dalam sebuah ayat kecintaan kepada mereka disebut sebagai upah dari upaya dan
risalah Rasulullah Saw, “Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu
upahpun atas seruanku kecuali kecintaan kepada keluarga-ku-” (QS. As-Syura:
23). Dengan kata lain, kecintaan kepada Ahlul Bayt adalah keniscayaan dari kecintaan
kepada Rasulullah Saw.
2.
Membaca Shalawat
Salah satu kewajiban individu umat Islam terhadap Nabi
mereka ialah membaca shalawat kepada beliau. Dalam sebuah ayat Al-Qur’an
disebutkan, bahwa Allah Swt dan seluruh Malikatnya bershalawat kepada
Rasulullah Saw, sehingga Allah pun memerintahkan umat manusia untuk juga turut
bershalawat kepada beliau, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al-Ahzab: 56).
Arti dari shalawat Allah Swt kepada Rasul ialah Allah
Swt menurunkan rahmat-Nya kepada Rasul Saw dan keluarganya, dan saat rahmat
Ilahi ini turun kepada beliau, ia pun akan turun pula kepada selain beliau,
karena beliau adalah perantara karunia Ilahi kepada para hamba, melalui beliau
lah karunia dan rahmat Ilahi akan sampai kepada umat manusia.
Sekaitan dengan ayat di atas, Imam Ali as
mengatakan,”Saat kalian membaca ayat ini, baik dalam keadaan shalat atau di
luar shalat, maka bacalah shalawat kepada Rasulullah Saw”!
Dalam riwayat lain, Imam Ali berkata, “Tidak ada
amalan yang lebih berat dalam timbangan amal (mîzan a’mâl) melebihi bershalawat
kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Di hari kiamat, saat amalan seseorang
ringan ketika diletakkan di timbangan, Rasulullah Saw akan meletakkan shalawat
yang ia ucapkan ditimbangan amalnya, sehingga timbangannya akan menjadi berat
dan mengalahkan amalan buruknya”.
3.
Bertawasul
Dalam sebuah ayat, Allah Swt menganjurkan kepada
orang-orang yang berdosa untuk mendatangi Rasulullah Saw dan meminta kepada
beliau untuk memohonkan ampunan kepada Allah Swt, “Sesungguhnya Jikalau mereka
ketika Menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan
Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang” (QS. An-Nisa: 54).
4.
Berziarah
Saat kita menziarahi Rasulullah Saw ke kota Madinah,
maka kita akan medapatkan karunia dan rahmat khusus Ilahi. Selain Rasulullah
Saw mengucapkan salam kepada kita, “Apabila orang-orang yang beriman kepada
ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, Maka Katakanlah: "Salaamun alaikum”
(QS. Al-An’am: 54). Beliau pun akan memohon kepada Allah Swt agar dosa kita
diampuni.
Tentunya berziarah dan bertawasul kepada Rasulullah
Saw tidak terbatas hanya dengan datang ke kota Madinah dan menziarahi makam
suci beliau -meskipun hal ini memiliki keutamaan tersendiri-. Akan tetapi
setiap orang mukmin yang membaca doa dengan niat bertawasul atau berziarah
kepada beliau meskipun dari jarak yang jauh, maka ia akan mendapat inayah
khusus dari beliau. Hal ini dikarenakan Al-Qur’an menyebutkan bahwa beliau
senantiasa menyaksikan amalan orang-orang mukmin, “Dan Katakanlah: "beramallah
kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat amalanmu
itu” (QS. At-Taubah: 105).
5.
Menjaga Adab dan Sopan Santun
Al-Qur’an mengajarkan etika berbicara di hadapan Rasul
Saw kepada kaum muslimin, dalam sebagian ayat di sebutkan beberapa hal sekaitan
masalah ini. Agar kaum muslimin tidak menganggap Rasulullah Saw sebagai manusia
biasa, Al-Qur’an memerintahkan mereka untuk menjaga sopan santun saat berbicara
atau memanggil beliau, Allah Swt melarang mereka untuk mengangkat suara mereka
keras-keras di hadapan Rasul Saw. Karena perbuatan ini ialah perbuatan tidak
sopan yang dapat meruntuhkan amalan baik pelakunya. “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah
kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara
sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala)
amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari” (QS. Al-Hujurat: 2)
Hilang dan runtuhnya pahala saat berlaku tidak sopan
kepada Rasulullah Saw, tidak hanya terbatas pada masa kehidupan beliau. Akan
tetapi pada saat ini pun kita harus menjaga adab ini di sisi makam suci beliau.
Demikian halnya dengan para Imam dan para ulama rabbani, kita diharuskan
menjada sopan santun ini di hadapan mereka.
Dalam ayat lain, Allah Swt memperingati kaum muslimin
agar tidak mendahului Rasulullah Saw dalam segala hal. “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya” (QS. Al-Hujurat: 1).
Syekh Thabarsi saat menjelaskan ayat ini mengatakan
bahwa larangan untuk tidak mendahului Rasul Saw mencakup banyak hal diantaranya
ialah, saat berjalan dengan beliau, saat berbicara dan melakukan suatu
pekerjaan. Al hasil dalam segala hal kita harus bersama dan mengikuti
Rasulullah Saw.
Sebagian mufassir lainnya sekaitan dengan larangan
mendahului Rasul Saw ini, mengatakan, “Dikarenakan Al-Qur’an tidak menyebutkan
bentuk-bentuk tindakan yang dianggap mendahului Rasulullah Saw tetapi ia
menyebutkannya secara mutlak, maka larangan tersebut mencakup segala bentuk
tindakan mendahului Nabi, baik dalam permasalahan akidah, ilmu, politik,
ekonomi ataupun sosial. Dan barang siapa yang mendahului Allah Swt dan
Rasul-Nya, maka ia telah berbuat kekacauan dalam sistem masyarakat, yang pada
hakikatnya ia telah mempermainkan undang-undang sekehendak hatinya”.
Maka dari itu, undang-undang yang dihasilkan dari
kecenderungan pribadi atau adat istiadat warga setempat, bukanlah undang-undang
yang berbasis akal dan fitrah. Setiap hukum yang mengharamkan apa yang
dihalalkan Allah Swt, atau sebaliknya menghalalkan apa yang diharamkan Allah
Swt, adalah bentuk perbuatan mendahului Allah Swt dan Rasul-Nya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manusia adalah makhluk yang paling
mulia disisi Allah SWT. Manusia memiliki keunikan yang menyebabkannya berbeda
dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa yang rohaniah, ghaib, tidak dapat
ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada
manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.
Pengertian manusia dapat dilihat dari
berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir,
berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah
manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau
realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang
individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari
golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
B.
Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
GAMBAR
KEWAJIBAN MANUSIA TERHADAP ALLAH DAN RASUL
Post a Comment for "Kewajiban manusia"