Komplikasi dan penyakit dalam masa nifas serta penangananya
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Angka
Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator utama derajat kesehatan masyarakat dan
ditetapkan sebagai salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs). AKI
Indonesia diperkirakan tidak akan dapat mencapai target MDG yang ditetapkan
yaitu 102 per 100 000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Kematian ibu akibat
kehamilan, persalinan dan nifas sebenarnya sudah banyak dikupas dan dibahas
penyebab serta langkah‐langkah
untuk mengatasinya. Meski demikian tampaknya berbagai upaya yang sudah
dilakukan pemerintah masih belum mampu mempercepat penurunan AKI seperti
diharapkan. Pada Oktober yang lalu kita dikejutkan dengan hasil perhitungan AKI
menurut SDKI 2012 yang menunjukkan peningkatan (dari 228 per 100 000 kelahiran
hidup menjadi 359 per 100 000 kelahiran hidup). Diskusi sudah banyak dilakukan
dalam rangka membahas mengenai sulitnya menghitung AKI dan sulitnya
menginterpretasi data AKI yang berbeda‐beda dan fluktuasinya kadang drastis. (Depkes, 2013)
Masa nifas
(puerpurium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu. (Prawirohardjo, 2002).
Masa nifas
adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini, saluran
reproduktif anatomi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (Obstetri
William).
Masa nifas
(puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu.
(Sinopsis Obstetri).
B.
Tujuan
Penulisan
Mengetahui berbagai
komplikasi dan penyakit dalam masa nifas serta penanganan yang dapat dilakukan
untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi dalam masa nifas.
C.
Manfaat
Penulisan
a.
Bagi Pendidikan
1.
Pendidikan mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan terutama pada asuhan kebidanan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal mengenai komplikasi dan penyakit dalam masa nifas serta
penanganannya dengan teori yang terbaru dan penatalaksanaan sesuai teori.
2.
Pendidikan mampu menjadi
bahan acuan untuk penulisan selanjutnya yang berkaitan dengan asuhan kebidanan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengenai komplikasi dan penyakit dalam
masa nifas serta penanganannya dengan teori yang terbaru dan penatalaksanaan
sesuai teori.
b.
Bagi Klien/Masyarakat
1.
Memberikan asuhan
kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengenai komplikasi dan
penyakit dalam masa nifas sesuai kebutuhan ibu dan bayi.
2.
Menghindari pencegahan yang
memicu terjadinya komplikasi dan penyakit yang berkaitan dengan masa
nifas pada ibu dan bayi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Perdarahan
Post Partum
Perdarahan
post partum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah bayi
lahir (persalinan berlangsung).
1. Atonia Uteri
Pengertian
Atonia uteri
terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri. Perdarahan postpartum dengan
penyebab uteri tidak terlalu banyak dijumpai karena penerimaan gerakan keluarga
berencana makin meningkat (Manuaba & APN).
Atonia uteri
merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan
alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus
merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan.
Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan pospartum
secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang
mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta.
Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi.
Penyebab
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan
melahirkan dengan faktor predisposisi (penunjang ) seperti :
a.
Overdistention (peregangan
berlebihan) uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion, atau paritas
tinggi.
b.
Umur yang terlalu muda atau terlalu
tua.
c.
Multipara dengan jarak kelahiran
pendek.
d.
Partus lama / partus terlantar.
e.
Malnutrisi.
f.
Penanganan salah dalam usaha
melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus.
Gejala
Klinis
a.
Uterus tidak berkontraksi dan lunak
b.
Perdarahan segera setelah plasenta
dan janin lahir (P3).
Pencegahan
atonia uteri
Atonia uteri dapat dicegah dengan Managemen aktif kala
III, yaitu pemberian oksitosin segera setelah bayi lahir (Oksitosin injeksi 10U
IM, atau 5U IM dan 5 U Intravenous atau 10-20 U perliter Intravenous drips
100-150 cc/jam.
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat
mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat
mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Menejemen aktif kala III
dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan
transfusi darah.Oksitosin mempunyai onset yang cepat, dan tidak menyebabkan
kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti preparat ergometrin. Masa
paruh oksitosin lebih cepat dari Ergometrin yaitu 5-15 menit. Prostaglandin
(Misoprostol) akhir-akhir ini digunakan sebagai pencegahan perdarahan
postpartum.
Penanganan
Atonia Uteri
a.
Penanganan Umum
-
Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi
tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
-
Lakukan pemeriksaan cepat keadaan
umum ibu termasuk tanda vital(TNSP).
-
Jika dicurigai adanya syok segera
lakukan tindakan. Jika tanda -tanda syok tidak terlihat, ingatlah saat
melakukan evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat memburuk dengan
cepat.
-
Jika terjadi syok, segera mulai
penanganan syok.oksigenasi dan pemberian cairan cepat, Pemeriksaan golongan
darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
-
Pastikan bahwa kontraksi uterus baik
-
Lakukan pijatan uterus untuk
mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan
menghalangi kontraksi uterus yang efektif. berikan 10 unit oksitosin IM.
-
Lakukan kateterisasi, dan pantau
cairan keluar-masuk.
-
Periksa kelengkapan plasenta Periksa
kemungkinan robekan serviks, vagina, dan perineum.
-
Jika perdarahan terus berlangsung,
lakukan uji beku darah.
-
Setelah perdarahan teratasi (24 jam
setelah perdarahan berhenti), periksa kadarHemoglobin:
-
Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau
hematokrit kurang dari 20%( anemia berat):berilah sulfas ferrosus 600 mg atau
ferous fumarat 120 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama
6 bulan;
-
Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas
ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral
sekali sehari selama 6 bulan;
b.
Penanganan Khusus
-
Kenali dan tegakkan diagnosis kerja
atonia uteri.
-
Teruskan pemijatan uterus.Masase
uterus akan menstimulasi kontraksi uterus yang menghentikan perdarahan.
-
Oksitosin dapat diberikan bersamaan
atau berurutan.
-
Jika uterus berkontraksi.Evaluasi,
jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah
perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.
-
Jika uterus tidak berkontraksi maka
: Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & ostium
serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong
2. Retensio Plasenta
Pengertian
Retensio
plasenta adalah apabila plasenta belum lahir setangah jam setelah janin lahir (Winkjosastro,
2010 ).
Retensio
plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam.
Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian
plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan
segera. Bila retensio plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan
ada kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta,
plasenta perkreta. (Manuaba (2006:176).
Retensio
plasenta yaitu suatu keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu setengah
jam setelah kelahiran bayi (Djuhadiah S,2012).
Retensio
plasenta yaitu kejadian patologi diama selaput fetus tidak keluar dari
alatkelamin induknya dalam waktu 1-12 jam setelah kelahiran anaknya
(hardjopranjoto,1995).
Etiologi
retensio plasenta
Menurut Wiknjosastro (2007) sebab retensio plasenta
dibagi menjadi 2 golongan ialah sebab fungsional dan sebab patologi anatomik.
a.
Sebab fungsional
-
His yang kurang kuat (sebab utama)
-
Tempat melekatnya yang kurang
menguntungkan (contoh : di sudut tuba)
-
Ukuran plasenta terlalu kecil
-
Lingkaran kontriksi pada bagian
bawah perut
b.
Sebab patologi anatomik (perlekatan
plasenta yang abnormal) Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena
melekat dan tumbuh lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
-
Plasenta adhesiva : plasenta yang
melekat pada desidua endometrium lebih dalam.
-
Plasenta inkreta : vili khorialis
tumbuh lebih dalam dan menembus desidua endometrium sampai ke miometrium.
-
Plasenta akreta : vili khorialis
tumbuh menembus miometrium sampai ke serosa.
-
Plasenta perkreta : vili khorialis
tumbuh menembus serosa atau peritoneum dinding rahim.
Patofisiologi
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara
spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menyelesaikan
proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak
relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi
yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri
mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecian mendadak uterus ini disertai
mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta.
Ketika jaringan penyokong plasenta
berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari
dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua
spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat
itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara serat-serat oto
miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan
pembuluh darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta
perdarahan berhenti.
Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme kala tiga persalinan.
Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme kala tiga persalinan.
Gejala
Klinis
a. Anamnesis,
meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai
episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus
dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak
lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
b. Pada
pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis
tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
Penanganan
retensio plasenta
Penanganan umum
a.
Memperhatikan keadaan umum ibu
-
Apakah anemis
-
Bagaimana jumlah perdarahannya
-
Keadaan umum ibu : tekanan darah,
nadi, pernapasan, dan suhu
-
Keadaan fundus uteri : kontraksi dan
tinggi fundus uteri
b.
Mengetahui keadaan plasenta
-
Apakah plasenta inkarserata
-
Melakukan test plasenta lepas
c.
Memasang infus dan cairan pengganti
Penanganan khusus
a.
Retensio plasenta dengan perdarahan,
langsung melakukan plasenta manual
b.
Retensio plasenta tanpa perdarahan
-
Setelah dapat memastikan keadaan
umum penderita segera memasang infus dan memberikan cairan
-
Merujuk klien ke pusat dengan
fasilitas cukup untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik
-
Memberikan transfusi
-
Proteksi dengan antibiotika
Upaya pencegahan
preventif retensio plasenta
a.
Meningkatkan penerimaan KB, sehingga
memperkecil terjadi retensio plasenta
b.
Meningkatkan penerimaan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang terlatih.
c.
Pada waktu melakukan pertolongan
persalinan kala III tidak diperkenankan untuk melakukan masase dengan tujuan
mempercepat proses kelahiran plasenta. Masase yang tidak tepat waktu dapat
mengacaukan kontraksi otot rahim dan mengganggu pelepasan plasenta.
3. Pengertian Robekan Jalan Lahir
Perdarahan
dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik,
dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir.
Perlukaan jalan lahin terdiri dari :
a.
Robekan Perinium
Robekan
perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengan
dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus
pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah
dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika
b.
Robekan Serviks
Robekan serviks paling sering
terjadi pada jam 3 dan 9. bibir depan dan bibir belakang servik dijepit dengan
klem fenster kemudian serviks ditariksedidikit untuk menentukan letak robekan
dan ujung robekan. Selanjutnya robekan dijahit dengan catgut kromik dimulai
dari ujung untuk menghentikan perdarahan.
c.
Rupture Uteri
Ruptur uteri
merupakan peristiwa yang paling gawat dalam bidang kebidanan karena angka
kematiannya yang tinggi. Janin pada ruptur uteri yang terjadi di luar rumah
sakit sudah dapat dipastikan meninggal dalam kavum abdomen.
Etiologi
(penyebab)
a.
Robekan perinium
Umumnya terjadi pada persalinan
-
Kepala janin terlalu cepat lahir
-
Persalinan tidak dipimpin
sebagaimana mestinya
-
Jaringan parut pada perinium
-
Distosia bahu
b.
Robekan serviks
-
Partus presipitatus
-
Trauma krn pemakaian alat-alat
operasi
-
Melahirkan kepala pd letak sungsang
scr paksa, pembukaan blm lengkap
-
Partus lama
c.
Ruptur Uteri
-
Riwayat pembedahan terhadap fundus
atau korpus uterus
-
Induksi dengan oksitosin yang
sembarangan atau persalinan yang lama
-
Presentasi abnormal ( terutama
terjadi penipisan pada segmen bawah uterus ).
-
Panggul sempit
-
Letak lintang
-
Hydrosephalus
-
Tumor yg menghalangi jalan lahir
-
Presentasi dahi atau muka
Patofisiologi
a.
Robekan Perinium
Robekan
perineum terjadi pada semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada
persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan
menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat,
sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama,
karena akan menyebabkan asfiksia dan pendarahan dalam tengkorok janin, dan
melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu
lama.
b.
Robekan Serviks
Persalinan
selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks seorang multiparaberbeda
daripada yang belum pernah melahirkan per vaginam. Robekan serviks yang luas
mengakibatkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila
terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap
dan uterus berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya
robekan serviks uteri.
c.
Rupture Uteri
-
Ruptura uteri spontan
1)
Terjadi spontan dan seagian besar
pada persalinan
2)
Terjadi gangguan mekanisme
persalinan sehingga menimbulkan ketegangan segmen bawah rahim yang berlebihan
-
Ruptur uteri trumatik
1)
Terjadi pada persalinan
2)
Timbulnya ruptura uteri karena
tindakan seperti ekstraksi farsep, ekstraksi vakum, dll
-
Rupture uteri pada bekas luka uterus
1)
Terjadinya spontan atau bekas seksio
sesarea dan bekas operasi pada uterus.
Tanda dan
Gejala
a.
Robekan jalan lahir
Tanda dan Gejala yang selalu ada :
-
Pendarahan segera
-
Darah segar yang mengalir segera
setelah bayi hir
-
Uterus kontraksi baik
-
Plasenta baik
Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada
-
Pucat
-
Lemah
-
Menggigil
b.
Rupture Uteri
Tanda dan gejala ruptur uteri dapat
terjadi secara dramatis atau tenang.
-
Dramatis
2)
Nyeri tajam, yang sangat pada
abdomen bawah saat kontraksi hebat memuncak
3)
Penghentian kontraksi uterus disertai
hilangnya rasa nyeri
4)
Perdarahan vagina ( dalam jumlah
sedikit atau hemoragi )
5)
Terdapat tanda dan gejala syok,
denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun dan nafas pendek ( sesak )
6)
Temuan pada palpasi abdomen tidak sama dengan
temuan terdahulu
7)
Bagian presentasi dapat digerakkan
diatas rongga panggul
8)
Janin dapat tereposisi atau
terelokasi secara dramatis dalam abdomen ibu
9)
Bagian janin lebih mudah dipalpasi
10) Gerakan
janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada gerakan dan DJJ
sama sekali atau DJJ masih didengar
11) Lingkar
uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan disamping janin ( janin
seperti berada diluar uterus ).
-
Tenang
1)
Kemungkinan terjadi muntah
2)
Nyeri tekan meningkat diseluruh
abdomen
3)
Nyeri berat pada suprapubis
4)
Kontraksi uterus hipotonik
5)
Perkembangan persalinan menurun
6)
Perasaan ingin pingsan
7)
Hematuri ( kadang-kadang kencing
darah )
8)
Perdarahan vagina ( kadang-kadang )
9)
Tanda-tanda syok progresif
10) Kontraksi
dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau kontraksi mungkin tidak
dirasakan
11) DJJ mungkin
akan hilang
12) Penatalaksanaan
Medis
Penatalaksanaan
a.
Penjahitan robekan servick
-
Tinjau kembali prinsip perawatan
umum dan oleskan larutan anti septik ke vagina dan serviks
-
Berikan dukungan dan penguatan
emosional. Anastesi tidak dibutuhkan padasebasian besar robekan serviks.
Berikan petidin dan diazepam melalui IV secara perlahan (jangan mencampur obat
tersebut dalam spuit yang sama) atau gunakan ketamin untuk robekan serviks yang
tinggi dan lebar
-
Minta asisten memberikan tekanan
pada fundus dengan lembut untuk membantu mendorong serviks jadi terlihat
-
Gunakan retraktor vagina untuk
membuka serviks, jika perlu
-
Pegang serviks dengan forcep cincin
atau forcep spons dengan hati–hati. Letakkan forcep pada kedua sisi robekan dan
tarik dalam berbagai arah secara perlahan untuk melihat seluruh serviks.
Mungkin terdapat beberapa robekan
-
Tutup robekan serviks dengan jahitan
jelujur menggunakan benang catgut kromik atau poliglokolik 0 yang dimulai pada
apeks(tepi atas robekan) yang seringkali menjadi sumber pendarahan
-
Jika bagian panjang bibir serviks
robek, jahit dengan jahitan jelujur menggunakan benang catgut kromik atau
poliglikolik 0.
-
Jika apeks sulit diraih dan diikat,
pegang pegang apeks dengan forcep arteri atau forcep cincin. Pertahankan forcep
tetap terpasang selama 4 jam. Jangan terus berupaya mengikat tempat pendarahan
karena upaya tersebut dapat mempererat pendarahan. Selanjutnya :
1)
Setelah 4 jam, buka forcep sebagian
tetapi jangan dikeluarkan.
2)
Setelah 4 jam berikutnya, keluarkan
seluruh forcep.
b.
Penjahitan robekan vagina dan
perenium
Terdapat empat derajat robekan yang
bisa terjadi saat pelahiran, yaitu :
-
Tingkat I : Robekan hanya pada
selaput lender vagina dan jaringan ikat
-
Tingkat II : Robekan mengenai mukosa
vagina, jaringan ikat, dan otot dibawahnya tetapi tidak menenai spingter ani
-
Tingkat III : robekan mengenai
trnseksi lengkap dan otot spingter ani
-
Tingkat IV : robekan sampai mukosa
rectum.
c.
Penjahitan robekan derajat I dan II
Sebagian besar derajat I menutup
secara spontan tanpa dijahit.
-
Tinjau kembali prinsip perawatan
secara umum.
-
Berikan dukungan dan penguatan
emosional. Gunakan anastesi lokal dengan lignokain. Gunakan blok pedendal, jika
perlu.
-
Minta asisten memeriksa uterus dan
memastikan bahwa uterus berkontraksi.
-
Periksa vagina, perinium, dan
serviks secara cermat.
-
Jika robekan perinium panjang dan
dalam, inspeksi untuk memastikan bahwa tidak terdapat robekan derajat III dan
IV.
1)
Masukkan jari yang memakai sarung tangan
kedalam anus
2)
Angkat jari dengan hati-hati dan
identifikasi sfingter.
3)
Periksa tonus otot atau kerapatan
sfingter
-
Ganti sarung tangan yang bersih,
steril atau DTT
-
Jika spingter cedera, lihat bagian
penjahitan robekan derajat III dan IV.
-
Jika spingter tidak cedera, tindak
lanjuti dengan penjahitan.
d.
Penjahitan robekan perineum derajat
III dan IV
Jahit robekan diruang operasi
-
Tinjau kembali prinsip perawatan
umum
-
Berikan dukungan dan penguatan
emosional. Gunakan anastesi lokal dengan lignokain. Gunakan blok pedendal,
ketamin atau anastesi spinal. Penjahitan dapat dilakukan menggunakn anastesi
lokal dengan lignokain dan petidin serta diazepam melalui IV dengan perlahan (
jangan mencampurdengan spuit yang sama ) jika semua tepi robekan dapat dilihat,
tetapi hal tersebut jarang terjadi.
-
Minta asisten memeriksa uterus dan
memastikan bahwa uterus berkontraksi.
-
Periksa vagina, perinium, dan
serviks secara cermat.
-
Untuk melihat apakah spingter ani
robek.
Masukkan jari yang memakai sarung
tangan kedalam anus
1)
Angkat jari dengan hati-hati dan
identifikasi sfingter.
2)
Periksa permukaan rektum dan
perhatikan robekan dengan cermat.
-
Ganti sarung tangan yang bersih,
steril atau yang DTT
-
Oleskan larutan antiseptik kerobekan
dan keluarkan materi fekal, jika ada.
-
Pastikan bahwa tidak alergi terhadap
lignokain atau obat-obatan terkait.
-
Masukan sekitar 10 ml larutan
lignokain 0,5 % kebawah mukosa vagina, kebah kulit perineum dan ke otot
perinatal yang dalam.
-
Pada akhir penyuntikan, tunggu
selama dua menit kemudian jepit area robekan denagn forcep. Jika ibu dapat
merasakan jepitan tsb, tunggu dua menit algi kemudian lakukan tes ulang.
-
Jahit rektum dengan jahitan
putus-putus mengguanakan benang 3-0 atau 4-0 dengan jarak 0,5 cm untuk
menyatukan mukosa.
1)
Jika spingter robek
a)
Pegang setiap ujung sfingter dengan
klem Allis ( sfingter akan beretraksi jika robek ). Selubung fasia disekitar
sfingter kuat dan tidak robek jika ditarik dengan klem.
b)
Jahit sfingter dengan dua atau tiga
jahitan putus-putus menggunakan benang 2-0.
-
Oleskan kembali larutan antiseptik
kearea yang dijahit.
-
Periksa anus dengan jari yang
memakai sarung tangan untuk memastikan penjahitan rektum dan sfingter dilakukan
dengan benar. Selanjutnya, ganti sarung tangan yang bersih, steril atau yang
DTT.
-
Jahit mukosa vagina, otot perineum
dan kulit.
e.
Perbaikan rupture uterus
-
Tinjau kembali indikasi.
-
Tinjau kembali prinsip prawatan
umum, prinsipperawatan operasi dan pasang infus IV.
-
Berikan dosis tunggal antibiotik
profilaksis.
1)
Ampisilin 2g melalui IV.
2)
Atau sefazolin 1g melalui IV.
-
Buka abdomen
1)
Buat insisi vertikalgaris tengah
dibawah umbilikus sampai kerambut pubis melalui kulit sampai di fasia.
2)
Buat insisi vertikal 2-3 cm di
fasia.
3)
Pegang tepi fasia dengan forcep dan
perpanjang insisi keatas dan kebawah dengan menggunakan gunting.
4)
Gunakan jari atau gunting untuk
memisahkan otot rektus (otot dinding abdomen )
5)
Gunakan jari untuk membuka
peritoneum dekat umbilikus. Gunakan gunting untuk memperpanjang insisi ke atas
dan ke bawah guna melihat seluruh uterus. Gunakan gunting untuk memisahkan
lapisan peritoneum dan membuka bagian bawah peritoneum dengan hati-hati guna
mencegah cedera kandung kemih.
6)
Periksa area rupture pada abdomen
dan uterus dan keluarkan bekuan darah.
7)
Letakkan retraktor abdomen.
-
Lahirkan bayi dan plasenta.
-
Infuskan oksitoksin 20 unit dalam 1L
cairan IV ( salin normal atau laktat ringer ) dengan kecepatan 60 tetes
permenit sampai uterus berkontraksi, kemudian kurangi menjadi 20 tetes
permenit.
-
Angkat uterus keluar panggul
untukmelihat luasnya cedera.
-
Periksa bagian depan dan belakang
uterus.
-
Pegang tepi pendarahan uterus
denganklem Green Armytage ( forcep cincin )
-
Pisahkan kandungan kemih dari segmen
bawah uterus dengan diseksi tumpul atau tajam. Jika kandung kemih memiliki
jaringan parut sampai uterus, gunakan gunting runcing.
f.
Rupture sampai serviks dan vagina
-
Jika uterus robek sampai serviks dan
vagina, mobilisasi kandung kemih minimal 2cm dibawah robekan.
-
Jika memungkinkan, buat jahitan
sepanjang 2cm diatas bagian bawah robekan serviks dan pertahankan traksi pada jahitan
untuk memperlihatkan bagian-bagian robekan jika perbaikan dilanjutkan.
g.
Rupture meluas secara lateral sampai
arteria uterine
-
Jika rupture meluas secara lateral
sampai mencederai satu atau kedua arteri uterina, ikat arteri yang cedera.
-
Identifikasi arteri dan ureter
sebelum mengikat pembuluh darah uterus.
h.
Rupture dengan hematoma ligamentum
latum uteri
-
Jika rupture uterus menimbulkan
hematoma pada ligamentum latum uteri, pasang klem, potong dan ikat ligamentum
teres uteri.
-
Buka bagian anterior ligamentum atum
uteri.
-
Buat drain hematoma secara manual,
bila perlu.
-
Inspeksi area rupture secara cermat
untuk mengetahui adanya cedera pada arteria uterina atau cabang-cabangnya. Ikat
setiap pembuluh darah yang mengalami pendarahan.
i.
Penjahitan robekan uterus
-
Jahit robekan dengan jahitan jelujur
mengunci (continous locking ) menggunakan benang catgut kromik (atau
poliglikolik)0. Jika perdarahan tidak terkandali atau jika ruptur melalui
insisi klasik atau insisi vertikal terdahulu, buat jahitan lapisan kedua.
-
Jika rupture terlalu luas untuk
dijahit, tindak lanjuti dengan histerektomi.\
-
Kontrol pendarahan dalam, gunakan
jahitan berbentuk angka delapan.
-
Jika ibu meminta ligasi tuba,
lakukan prosedur tsb pada saat ini.
-
Pasang drain abdomen
-
Tutup abdomen.
1)
Pastikan tidak ada pendarahan.
Keluarkan bekuan darah dengan menggunakan spons.
2)
Pada semua kasus, periksa adanya
cedera pada kandung kemih. Jka teridentifikasi adanya cedera kandung kemih,
perbaiki cedera tsb.
3)
Tutup fasia engan jahitan jelujur
menggunakan benang catgut kromik (poliglikolik).
4)
Jika terdapat tanda-tanda infeksi,
tutup jaringan subcutan dengan kasa dan buat jahitan longgar menggunakan benang
catgut ( poligkolik ) 0. Tutup kulit dengan penutupan lambat setelah infeksi
dibersihkan.
5)
Jika tidak terdapat tanda-tanda
infeksi, tutup kulit dengan jahitan matras vertikal menggunakan benang nelon (
sutra ) 3-0 dan tutup dengan balutan steril.
B.
Gangguan Psikologis pada Masa Nifas
Depresi post
partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan
berlangsung 30 hari. Depresi post partum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada
tahun 1988. Depresi post partum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke
hari dengan menunjukkan kelelahan , mudah marah, gangguan nafsu makan, dan
kehilangan libido. Tingkat keparahan depresi post partum bevariasi. Keadaan
ekstrim yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami kesedihan sementara yang
berlangsung sangat cepat pada masa awal post partum, yang disebut dengan “
baby blues/ maternity blues”. Gangguan post partum yang paling berat
disebut “psikosis/psikosa post partum atau melankolia”. Diantara dua
keadaan ekstrim tersebut terdapat keadaan yang mempunyai tingkat keparahan
sedang yaitu “depressi post partum/neurosa post partum” . (Regina ,
2011)
1. Post Partum Blues
Post partum
blues merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan kecemasan,
labilitas persaan dan depresi pada ibu . Diperkirakan hampir 50-70% seluruh
wanita pasca melahirkan akan mengalami baby blues atau post
natal syndrome yang terjadi pada hari ke-4 -10 pasca persalinan.
Gejala-gejala
Adapun gejalanya yaitu Reaksi depressi / sedih/
disporia. Sering menangis, mudah tersinggung, cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan
diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan, kelelahan,mudah sedih, cepat
marah, mood mudah berubah,cepat menjadi sedih dan cepat menjadi gembira.
Perasaan terjebak, marah kepada pasangan dan bayinya, perasaan bersalah, dan
sangat pelupa.
Faktor –
Faktor Penyebab
Factor yang menyebabkan terjadinya post partum blues
bisa terjadi dari dalam dan luar individu, misalnya: ibu belum siap
mengahadapi persalinan; adanya perubahan hormone progesterone yang
ketika masa kehamilan meningkat kemudian turun secara tiba-tiba pasca
persalinan, payudara membengkak dan menyebabkan rasa sakit atau jahitan yang
belum sembuh; ketidak nyamanan fisik yang di alami wanita menimbulkan gangguan
pada emosional seperti payudara bengkak dan nyeri jahitan, rasa mulas; Ketidak
mampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang kompleks;
Faktor umum dan paritas;pengalaman dalam proses persalinan dan kehamilan.
Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan
seperti tingkat pendidikan,status perkawinan,kehamilan yang tidak di
inginkan,riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya,social ekonomi.
Kecukupan dukungan dari lingkungan (suami,keluarga dan
teman) apabila suami mendukung kehmilan ini,aapakah suami mengerti persaan
istri, keluarga dan teman memberikan dukungan fisik dan moril .
Strees dalam keluarga misalnya: factor ekonomi
memburuk ,persoalan dengan suami,problem dengan mertua stress yang di alami
wanita itu sendiri misalnya ASI tidak keluar , frustasi karena bayi tidak mau
tidur.
Kelelahan pasca persalinan, perubahan yang pernah di
alami oleh ibu,rasa memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut
kehilangan bayinya; problem anak, setelah kelahiran bayi,kemungkinan
timbul rasa cemburu dari anak sebelumnya sehingga hal tersebut cukup mengganggu
emosional.
Penanganan
Penanganan gangguan mental pasca persalinan pada
prinsipnya tdak berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen
lainnya. Para ibu yang mengalami post partum blues membutuhkan pertolongan yang
sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga
kebutuhan fisik lainnya yang harus juga di penuhi.
Cara untuk mengatasinya,antara lain : komunikasikan
segala permasalahan atau hal lain yang ingin di ungkapkan ; bicarakan rasa
cemas yang di alami ;bersikap tulus ikhlas dlam menerima aktifitas dan peran
baru setelah melahirkan ; bersikap fleksible dan tidak terlalu
perfectsionis mengurs bayi dan rumah tangga ; belajar tenang dan
menarik nafas panjang meditasi ; kebutuhan istrahat yang
cukup ,tidurlah ketika bayi sedng tidur ; berolhraga ringan ;bergabung dengan
kelompok ibu-ibu baru ; dukungan tenaga kesehatan ; dukungan suami ,keluaraga
,teman, teman sesama ibu,konsultasikan pada dokter atau orang yang professional
agar dapat meminimalisir factor risiko lainnya dan melakukan
pengwasan .
Pencegahan
terjadinya post partum blues
1.
Persiapan diri yang baik ,artinya
persiapan diri yang baik pada saat kehamilan sangat di perlukan sehingga saat
kelahiran memiliki kepercayaan diri yang baik dan mengurangi resiko terjadinya
depresi post partum .kegiatan yang dapat ibu lakukan adalah banyak membaca
artikel atau buku yang ada kairannya dengan kelahiran ,mengikuti kelas
prenatal, bergabung dengan kelompok senam hamil . ibu dapat memperoleh banyak
informasi yang diperlukan sehingga pada saat kelahiran ibu sudah siap dan hal
traumatis yang mungkin mengejutkan dapat di hindari.
2.
Olahraga dan nutrisi yang cukup ,
dengan olah raga dapat menjaga kondisi dan stamina sehingga dapat membuat
keadaan emosi juga lebih baik. Nutrisi yang baik asupan makanan maupun minum
sangat penting pada periode post partum
3.
Support mental dan
lingkungan sekitar ,,dukungan ini tidak hanya dari suami tapi dari
keluarga ,teman,dan lingkungan sekitar .
4.
Ungkapkan apa yang dirasakan ,ibu
post partum jangan memendam perasaan sendiri .jika mempunyai
masalah harus segera dibicarakan baik dengan suami maupun orang
terdekat .
5.
Mencari informasi tentang depresi
post partum ,informasi tentang depresi post partum yang kita berikan akan
sangat bermanfaat sehingga ibu mengetahui factor –faktor pemicu sehingga dapat
mengantisifikasi atau mencari bantuan jika mengahdapi kondisi
tersebut
6.
Melakukan pekerjaan rumah tangga
seperti memasak ,membersihkan rumah dan pekerjaan rumah tangga lain dapat
membantu melupakan gejolak emosi yang timbul pada periode post partum.
2. Depresi Post Partum
Depresi post
partum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan mungkin seorang ibu baru akan
merasa benar-benar tidak berdya dan merasa serba kurang mampu,tertindih oleh
beban terhadap tangung jawab terhadap bayi dan keluarganya,tidak bisa melakukan
apapun untuk menghilangkan perasaan itu. Depresi post partum dapat berlangsung
selama 3 bulan atau lebih dan berkembang menjadi depresi lain lebih berat atau
lebih ringan.Gejalanya sama saja tetapi di samping itu,ibu mungkin terlalu
memikirkan kesehatan bayinya dan kemampuanya sebagai seorang ibu.
Etiologi
Faktor penyebab depresi post partum di sebabkan
oleh 4 faktor yaitu sebagai berikut :
a.
Faktor kostitusional: ganguan
post partum berkaitan dengan status paritas riwayat obstetri pasien yang
meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta ada komplikasi dari kehamilan dan
persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara.Primipara
lebih umum menderita blues karena setelah melahirkan wanita primipara berada
dalam proses adaptasi,kalau dulu hanya memikirkn diri sendiri begitu bayi lahir
jika ibu tidak paham perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus
tetap di rawat.
b.
Faktor fisik: Perubahan
fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya ganguan mental slama 2 minggu
pertama menunjukan bahwa faktor fisik di hubungkan dengan kelahiran pertama
merupakan faktor penting.Perubahan hormon scara drastis setelah melahirkan dan
periode laten selama 2 hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan
ini sangat berpengaruh pada keseimbangan.Kadang-kadang progesteron naik dan
estrogen menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan penyebab yang sudah
pasti.
c.
Faktor psikologis: Peralihan
yang cepat dari keadaan dua dalam satu pada akhir kehamilan menjadi dua
induvidu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian pesikologis induvidu.
Klaus dan kennel mengindikasikan pentingnya cinta dan penangulangan masa
peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
d.
Faktor sosial : Paykel mengemukakan
bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada
ibu-ibu selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.
Klasifikasi
Ada 3 tipe depresi post partum diantaranya yaitu :
a.
Depresi ringan (Kemurungan): inilah
tipe depresi yang paling umum.Biasanya singkat dan tidak terlalu
mengangu-mengangu kegiatan-kegiatan normal.
b.
Depresi sedang/moderat(perasaan tak
berpengharapan: Geja;anya hampir sama dengan depresi ringan tetapi lebih kuat
dan lebih lama berakhir.
c.
Depresi berat (terpisah dari
realita): Kehilangan interesdari dunia luar dan perubahan tingkah
laku yang serrius dan berkepanjangan merupakan karakteristiknya.
Pencegahan
depresi post partum
Pencegahan terbaik adalah denga mengurangi faktor
resiko terjadinnya ganguan psikologis pada ibu hamil dan ibu pasca persalinan (post
partum).Hal-hal yang dapat di lakukan untuk mengurangi faktor resiko yaitu:
a.
Pemberian dukungan dari pasangan,
keluarga, lingkungan,maupun profesional selama kehamilan, persalinan dan pasca
persalinan dapat mencegah depresi
b.
cepat proses penyembuhan.
c.
Mencari tahu tentang ganguan
psikologis yang mungkin terjadi pada ibu hamil yang bru saja melahirkan
sehingga jika terjadi gejala dapat di kenali dan di tangani segera.
d.
Konsumsi makanan sehat,istirahat
cukup dan olaraga minimal 15 menit perhari dapat menjaga suasana hati tetap
baik.
e.
Mencegah pengambilan keputusan yang
berat selama kehamilan,
f.
Mempersiapkan diri secara mental
dengan membaca buku atau artikel tentang kehamilan dan persalinan serta
mendengarkan pengalaman wanita lain yang pernah melahirkan dapat mermbantu
menguranggi ketakutan.
g.
Menyiapkan seseorang untuk membantu
keperluan sehari-hari(memasak membersihkan rumah,belanja dll).
3. Psikosa Post Partum
Psikosa
pospartum Merupakan gangguan jiwa yang berat yang ditandai dengan waham,
halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan ( sense of reality ) yang terjadi
kira-kira 3-4 minggu pasca persalinan. Merupakan gangguan jiwa yang serius,
yang timbul akibat penyebab organic maupun emosional ( fungsional ) dan
menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat,
berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan tindakan sesuai kenyataan itu,
sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa
postpartum adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu
setelah melahirkan. Psikosa terbagi dalam dua golongan besar, yaitu :
a.
Psikosa fungsional
Merupakan
gangguan psikologis yang faktor penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan,
disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga
disebabkan oleh perkembangan atau pengalaman yang terjadi dalam kehidupan
seseorang.
b.
Psikosa organik
Disebabkan
oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas sebab-sebab dari
suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang berkembang dalam jiwa seseorang.
Etiologi
a.
Faktor sosial kultural ( dukungan
suami dan keluarga, kepercayaan atau etnik)
b.
Faktor obstetrik dan ginekologik (
kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi )
c.
Faktor psikososial ( adanya stresor
psikososial, faktor kepribadian, riwayat mengalami depresi, penyakit mental,
problem emosional dll )
d.
Faktor keturunan
e.
Karakter personal seperti harga diri
yang rendah.
f.
Perubahan hormonal yang cepat.
g.
Masalah medis dalam kehamilan (
pre-eklampsia, DM ).
h.
Marital disfungsion atau ketidak mampuan
membina hubungan dengan orang lain yang mengakibatkan kurangnya dukungan.
i.
Unwanted pregnancy atau kehamilan
tidak di inginkan
j.
Merasa terisolasi.
k.
Kelemahan, gangguan tidur ( imsomnia
), ketakutan terhadap suatu masalah, ketakutan akan melahirkan anak cacat atau
tidak sempurna.
b.
Disamping itu, disebabkan karena
wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut
schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena
post partum psikosa.
Patofisiologi
Kesehatan jiwa wanita sangat mempengaruhi kesehatan
wanita. Pada usia produktif gangguan kesehatan wanita sering berhubungan dengan
perannya sebagai istri, ibu dan pekerja, kondisi kesehatan fisik terutama
kondisi bagian tubuh yang menjadi simbol kewanitaan, penganiayaan fisik dan
mental. Proses berduka, kemurungan dan psikosa pasca melahirkan, serta bunuh
diri yang merupaka reaksi negatif dari ganggguan terhadap kesehatan jiwa.
Penelitian psikodinamik menunjukkan, pada gangguan
psikiatrik pasca persalinan terdapat konflik antar ibu dengan perannya sebagai
ibu yang harus mengasuh anaknya, dengan kelahiran anaknya dan hubungan dengan
suaminya. Konflik ini mempunyai peranan dalam menentukan identitas dirinya
sebagai ibu yang tidak dapat berkomunikasi dengan bayinya, menghambat ibu
menemukan jati dirinya, dan merupakan hambatan dini hubungan timbal balik
antara ibu dan anak.
Gangguan psikoatrik yang terjadi pada masa
pascapersalinan bukan suatu sindrom psikiatrik yang baru, tapi merupakan
gangguan yang biasa didapat, antara lain postpartum blues, depresi postpartum
dan psikosis postpartum. Gangguan ini dapat terjadi mulai sejak hari pertama
sampai 4-6 minggu pasca melahirkan. Bahkan marce sosiety mengemukakan psikosa
ini dapat terjadi sampai 1 tahun setelah melahirkan.
Gejala yang dapat timbul pada masa ini sangat berat,
berbahaya dan merupakan kondisi darurat sebab penderita dapat membahayakan diri
sendiri dan mengganggu lingkungannya,seperti tindakan bunuh diri dan membunuh
bayinya. Gangguan nonpsikotik pada periode pascapersalinan cukup tinggi,
penelitian menunjukkan 20-40% wanita hamil mengalami gangguan emosional atau
disfungsi kognitif, ataupun keduanya. Angka kejadian psikosis pascapersalinan
adalah 1-2 per 1000 kelahiran dari seluruh wanita pascapersalinan.Umumnya
gangguan psikiatrik pasca melahirkan timbul setelah hari ke 3 pasca persalinan.
Tanda dan
Gejala
Gejala awal :
a.
Perasaan sedih, kecewa dan putus asa
b.
Sulit tidur atau imsomnia
c.
Sering menangis
d.
Gelisah, cemas dan iritable yang
berlebihan
e.
Merasa Letih dan lelah
f.
Semangat menurun ataupun kehilangan
sensasi menyenangkan
g.
Mudah tersinggung / labil
h.
Sakit kepala
i.
Peningkatan ataupun penurunan berat
badan secara tiba-tiba
j.
Memperlihatkan penurunan minat pada
bayinya
k.
Menolak makan dan minum
Gejala lanjutan :
a.
Curiga berlebihan
b.
Kebingungan
c.
Sulit konsentrasi
d.
Bicara meracau atau inkoheren
e.
Irasional
f.
Pikiran obsesif ( pkiran yang
menyimpang dan berulang-ulang )
g.
Agresif
h.
Impulsif ( bertindak diluar
kesadaran )
Gejala yang sering terjadi adalah:
a.
Delusi
b.
Halusinasi
c.
Gangguan saat tidur
d.
Obsesi mengenai bayi.
Gejala
Klinik
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena
perubahan mood secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi
euforia dalam waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan dalam
beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering mengeluh
sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas terasa
cepat.
Pemeriksaan
a.
Ibu : bertindak semaunya, berbusana
tidak sesuai
b.
Bayi : bukti adanya penelantaran
Penanganan
Respon yang terbaik dalam menangani kasus psikosis
pospartum ini adalah kombinasi antara psikoterapi, lingkungan sekitar ibu dan
medikasi seperti antidepresan, jika tidak memungkinkan untuk ibu dirawat
dirumah sebaiknya ibu dirawat dirumah sakit. Libatkan anggota keluarga dalam penanganan
terutama suami sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu
terhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkan ibu.
Pencegahan
Beberapa intervensi berikut ini dapat membantu wanita
terbebas dari ancaman depresi dan psikosa postpartum, yaitu :
1)
Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi
mengenai depresi dan psikosa pospartum, sehingga ibu dan keluarga sadar
terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka akan segera mendapatkan penanganan
yang tepat.
2)
Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi penting untuk
kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup.
Keduanya penting dalam periode pospartum.
3)
Olahraga
Merupakan kunci untuk mengurangi
depresi postpartum, lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan kaki setiap
hari, sehingga membuat ibu menjadi lebih rileks dan lebih menguasai emosional
yang berlebihan.
4)
Beritahukan perasaan ibu
Jangan takut untuk mengutarakan
perasaan ibu dan mengekspresikan yang ibu inginkan dan butuhkan demi kenyamanan
ibu. Jika mempunyai masalah, segera beritahukan kepada orang yang dipercaya
ataupun orang yang terdekat.
5)
Dukungan dari keluarga dan
orang-orang terdekat
Dukungan dari orang terdekat dari
mulai kehamilan, persalinan dan pospartum sangat penting, yakinkan diri ibu
bahwa keluarga selalu berada disamping ibu setiap ada kesulitan.
6)
Persiapan diri dengan baik
Persiapan sebelum persalinan sangat
diperlukan, ikutlah kelas hamil, baca buku-buku yang dibutuhkan.
7)
Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikit
banyak dapat membantu ibu melupakan golakan perasaan yang terjadi selama
periode pospartum. Kondisi anda yang belum stabil, bisa ibu curahka dengan
memasak atau membersihkan rumah.
8)
Dukungan emosional
Minta dukungan emosional dari
keluarga dan lingkungan sehingga ibu dapat mengatasi rasa frustasi atau stress.
Ceritakan pada mereka mengenai perubahan yang ibu rasakan, sehingga ibu merasa
lebih baik dari setelahnya.
Penatalaksanaan
Postpartum kejiwaan dianggap menjadi darurat kesehatan
mental. Oleh karena itu memerlukan perhatian segera. Hal ini dikarenkan wanita
yang menderita penyakit kejiwaan tidak selalu mampu atau bersedia untuk
berbicara dengan seseorang tentang disorder-nya, mereka kadang-kadang
membutuhkan pasangan atau anggota keluarga yang lain untuk membantu mereka
mendapatkan penanganan medis yang mereka butuhkan. Kondisi ini biasanya diatasi
dengan pemberian obat, biasanya obat antipsikosis dan terkadang obat
antidepresan dan/ atau antiansietas.
Banyak wanita yang juga dapat merasakan manfaat dari
konseling dan dukungan psikologis kelompok. Dengan perawatan dengan baik,
sebagian besar perempuan dapat pilih dari kekacauan.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota
keluarga hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta
memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
a.
Beristirahat cukup
b.
Mengkonsumsi makanan dengan gizi
yang seimbang
c.
Bergabung dengan orang-orang yang
baru
d.
Bersikap fleksible
e.
Berbagi cerita dengan orang terdekat
f.
Sarankan untuk berkonsultasi dengan
tenaga medis
Tatalaksana juga dapat berupa :
Penilaian psikiatrik (termasuk risiko bunuh diri dan
risiko terhadap bayi). Perawatan di unit psikiatri (jika mungkin ke unit
spesialis ibu dan bayi). Obat antidepresan oral, neuroleptika (gunakan secara
hati – hati jika menyusui).
Pengobatan
Jika diperkirakan menimbulkan ancaman bagi diri
sendiri atau orang lain :
a.
dirawat di rumah sakit.
b.
Obat2 : anti psikotik, antidepressan
dan anti ansietas.
Komplikasi
a.
Bunuh diri
b.
Penelantaran anak
c.
Pengasuhan yang tidak sesuai
d.
Berpikir untuk menyakiti
e.
Pembunuhan bayi
Prognosis
Prognosis jangka pendek baik. 20% mengalami psikosis
masa nifas yang berulang. 50 % mengalami episode psikosis berulang
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Infeksi nifas adalah keadaan yang
mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa nifas. Masuknya
kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan, dan nifas. Demam
nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. (Rustam Mochtar, 1998)
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke
dalam alat kandungan, seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen ( kuman
masuk dari tempat lain dalam tubuh), dan endogen ( dari jalan lahir sendiri).
Penyebab yang terbanyak dari 50% adalah streptococcus anaerob
yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
B. Saran
1.
Bagi Pendidikan
Diharapkan pendidikan mampu mengembangkan ilmu
pengetahuan terutama pada asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal mengenai komplikasi dan penyakit dalam masa nifas serta penanganannya
dengan teori yang terbaru dan penatalaksanaan sesuai teori.
2.
Bagi Klien/Masyarakat
-
Diharapkan masyarakat mampu memberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal mengenai komplikasi dan penyakit dalam masa nifas sesuai
kebutuhan ibu dan bayi.
-
Diharapkan masyarakat menghindari pencegahan yang
memicu terjadinya komplikasi
dan penyakit yang berkaitan dengan masa nifas pada ibu dan bayi.
Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Manuaba Gde Ida Bagus.1999. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan
Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan.
Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono. 2008. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan
Post a Comment for "Komplikasi dan penyakit dalam masa nifas serta penangananya"