Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Komplikasi kehamilan trimester III

BAB I
PENDAHULUAN 

A.    Latar Belakang
Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Sekarang ini secara umum sudah diterima bahwa setiap kehamilan membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya, serta dapat mengancam jiwanya. Dari wanita hamil di Indonesia, sebagian besar akan mengalami komplikasi atau masalah yang bisa menjadi fatal. Survey demografi dan kesehatan yang dilaksanakan pada tahun 1997 menyatakan bahwa dari tahun 1992-1997, 26 % wanita dengan kelahiran hidup mengalami komplikasi. Sebagai bidan akan menemukan wanita hamil dengan komplikasi-komplikasi yang mungkin dapat mengancam jiwanya.
Pemeriksaan dan pengawasan terhadap ibu hamil sangat perlu dilakukan secara teratur. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan. Selain itu juga untuk mendeteksi dini adanya kelainan, komplikasi dan penyakit yang biasanya dialami oleh ibu hamil sehingga hal tersebut dapat dicegah atau diobati sehingga angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi dapat berkurang.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah tentang komplikasi kehamilan trimester III.



BAB II
PEMBAHASAN
KOMPLIKASI KEHAMILAN TRIMESTER III

A.    Kehamilan dengan hipertensi
1.      Hipertensi esensial
a.      Pengertian
Hipertensi esensial adalah kondisi permanen meningkatnya tekanan darah dimana biasanya tidak ada penyebab yang nyata. Wanita hamil dikatakan menderita hipertensi esensial jika tekanan darah pada awal kehamilannya mencapai 140/90 mmHg.
b.      Patofisiologis
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

c.       Tanda dan Gejala
1)      Kelainan jantung disebabkan karena kerja Jantung untuk memompa darah lebih cepat.
2)      Arteriosklerosis disebabkan penimbunan kalsium secara bertahap pada dinding arteri sehingga menghalangi aliran darah ke sel-sel tubuh.
3)      Perdarahan otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah.
4)      Penyakit ginjal akan timbul setelah dalam waktu yang lama dan penyakit terus berlanjut karena hormon adrenalin mengatur tekanan darah.

d.      Penatalaksanaan
Wanita dengan hipertensi esensial harus mendapat pengawasan yang ketat dan harus dikonsultasikan pada dokter untuk proses persalinannya. Selama tekanan darah ibu tidak meningkat sampai 150/90 mmHg berarti pertanda baik. Dia dapat hamil dan bersalin normal tetapi saat hamil dianjurkan untuk lebih banyak istirahat dan menghindari peningkatan badan terlalu banyak.
Apabila tekanan darah ibu hamil sangat tinggi mencapai 160/100 berarti pertanda kurang baik, harus dirawat dokter di rumah sakit. Obat-obat antihipertensi dan sedative boleh diberikan untuk mengontrol tekanan darah.

2.      Hipertensi karena kehamilan
Hipertensi yang ditimbulkan atau diperberat oleh kehamilan lebih mungkin terjadi pada wanita yang :
§  Terpapar vili korialis untuk pertama kalinya
§  Terpapar vili korialis yang terdapat jumlah yang banyak seperti apda kehamilan kembar atau mola hidatidosa
§  Mempunyai riwayat penyakit vaskular
§  Mempunyai kecenderungan genetik untuk menderita hipertensi dalam kehamilan

3.      Pre eklamsia
Pengertian
Pre eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini biasanya timbul pada triwulan ke tiga kehalian tetapi dapat timbul sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. Untuk menegakkan diagnosa pre eklamsia kenaikan kenaiakn tekanan sistolik harus 30 mmHg atau lebih. Kenaikan tekanan diagnostik lebih dapt dipercayai apabila tekanan diastolik meningkat 15 mmHg atau lebih atau mencapai 90 mmHg atau lebih.

Patofisiologis
Pre eklamsia terjadi pada spasme pembuluh darah yang disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga nyata dilalui oleh sel darah merah. Jadi jika semua arteriola di dalam tubuh mengalami spasme maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dicukupi.

Etiologi
Penyebab pre eklamsia secara pasti belum diketahui, namun pre eklamsia sering terjadi pada:
1)      Primigravida
2)      Tuanya kehamilan
3)      Kehamilan ganda
Tanda dan gejala
Tanda-tanda pre eklamsia :
1)      Berat badan yang berlebihan dan oedema : Kenaikan berat badan dan oedma yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan intestinal (peningkatan tekanan kapiler )
2)      Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan munth. Hal ini akibat dari tekanan darah intrakranial.
3)      Penglihatan kabur : akibat kerusakan retina karena hipertensi.
4)      Hipertensi dan akhirnya proteinurea : Proteinurea disebabkan oleh spasme arteriola yang dapat mengakibatkan perubahan pada glomerulus.

Penatalaksanaan
Penanganan pre eklamsia ringan
§  Rawat jalan
§  Banayak istirahat (berbaring di tempat tidur)
§  Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam
§  Sedative ringan (jika tidak bisa istirahat) tablet fenobarbital 3x30 mg per oral selama 2 hari.
§  Roboransia
§  Kunjungan ulang tiap 1 mg
§  Jika di rawat di puskesmas atau rumah sakit

Pada kehamilan preterm (kurang dari 37 minggu)
§  Jika tekanan darah mencapai normotensif selama perawatan persalinan ditunggu sampai aterm.
§  Bila tekanan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada kehamilan lebih dari 37 minggu.

Pada kehamilan aterm (lebih dari 37 minggu)
Persalinan di tunggu spontan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan.


B.     Perdarahan Antepartum
            Perdarahan antepartum ialah perdarahan pada trimester terakhir pada kehamilan. Perdarahan antepartum dibagi menjadi :
1.      Plasenta previa
Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang rahim di daerah fundus uteri.

Etiologi
Penyebab plasenta previa antara lain :
§  Multiparitas : meningkatnya ukuran rongga uterus pada persalinan yang berulang-ulang merupakan predisposisi terjadinya plasenta previa.
§  Kehamilan multipel : tempat plasenta terbesar lebih sering melewati segmen bawah rahim.
§  Umur : ibu yang lebih tua lebih beresiko daripada ibu yang lebih muda.
§  Uterus sikatrik : SC pada persalinan sebelumnya meningkatkan resiko plasenta previa.
§  Riwayat myomektomi
§  Merokok : mekanisme yang tepat tidak begitu jelas tetapi terjadinya hipoksia karena merokok yang muenyebabkan pembesaran plasenta sehingga suplai oksigen berkurang.
§  Kelainan plasenta : plasenta dengan dua bagian dan plasenta suksenturia mungkin dapat menyebabkan plasenta previa. Plasenta membranasea (plasenta diffusa) mungkin juga merupakan penyebab.

Tanda dan Gejala
      Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, hal ini disebabkan karena perdarahan sebelumbulan ke tujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus, pergerakan antara plasenta dan dinding rahim. Kepala anak sangat tinggi : karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim, kepala tidak dapat mendekati pintu atas panggul. Karena hal tersebut di atas juga karena ukuran panjang rahim berkurang, maka pada plasenta previa lebih sering terdapat kelainan letak.

Penatalaksanaan
§  Penatalaksanaan di rumah
Pasien dianjurkan harus istirahat di tempat tidur. Jika perdarahan pasien banyak dianjurkan untuk tidur miring menggunakan bantal di bawah pinggul kanannya untuk mencapai agar panggul miring dan menghindari supine hypotensive syndrome.
§  Penatalaksanaan di RS
Di rumah sakit, ibu harus berbaring. Ketidaknormalan terjadinya plasenta previa mungkin dibutuhkan pengkateteran. Darah diperiksa pada hemoglobin dan dilakukan uji cleihauer jika resus negatif dan setidaknya 2 kantong darah harus tersedia.
§  Observasi
Pemantauan suhu, nadi, tekanan darah dan denyut jantung janin harus dilakukan. Nadi dan tekanan darah dicatat lebih sering dengan ketentuan : tiap seperampat jam jika perdarahan berlanjut. Denyut jantung janin harus dipantau dengan cardiotocography jika perdarahan menetap. Urin diperiksa kadar protein jika perdarahan hebat yang tiba-tiba. Pemberian infus intravena dapat dimulai jika perdarahan menetap dan dipertahankan sampai perdarahan berhenti. Wanita harus di tempat tidur sampai perdarahan berhenti.

2.      Solusio Plasenta
Pengertian
                     Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. Biasanya terjadi pada trimester III, walaupun dapat pula terjadi pada setiap kehamilan.  Sebagian perdarahan pada solusio plasenta biasanya merembes sendiri diantara selaput ketuban dan uterus, kemudian mengalir keluar lewat serviks dan terlihat dari luar sehingga terjadi perdarahan eksternal.



Patofisiologi
      Solusio plasenta dimulai dengan perdarahan dalam desidua basalis, terjadilah hematom dalam desisua yang mengangkat lapisan-lapisan di atasnya. Hematom ini makin lama makin besar sehingga bagian plasenta yang terlepas dan tak berfaal. Akhirnya hematom mencapai pinggir plasenta dan mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim.

Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan solusio plasenta yaitu :
§  Trauma
§  Talipusat yang pendek
§  Dekompresi uterus mendadak
§  Anomally uterus atau tumor uterus
§  Hipertensi kronis atau hipertensi yang ditimbulkan karena kehamilan.
§  Tekanan pada vena cava inverior akibat uterus yang membesar dan devisiensi gizi.

Tanda dan Gejala
§  Perdarahan disertai nyeri : akibat pelepasan premature plasenta / pemisahan plasenta dengan desidua
§  Anemia dan syok, beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
§  Rahim keras seperti papan dan nyeri di pegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang (uterus enbois) sehingga sulit untuk melakukan palpasi
§  Fundus uteri makin lama makin naik disebabkan karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta
§  Bunyi jantung biasanya tidak ada (janin meninggal)
§  Pada toucher teraba ketubaan yang tegang terus menerus (karena isi rahim bertambah).
§  Sering ada protein urine karena disertai pre eklamsia :  insidensi solusio plasenta meningkat 4x lipat pada penderita pre eklampsia berat.


Penatalaksanaan
§  Tindakan gawat darurat : pemasangan infus dan mempersiapkan transfusi
§  Persalinan pervaginam : persalinan pervaginam dapat dilakukan jika derajat separasitidak terlampaui luas atau kondisi ibu dan anak baik/persalinan akan segera berakhir
§  Seksio sesarea : indikasi seksio sesarea dapat dilihat dari sisi ibu atau anak. Tindakan seksio sesarea dapat dipilih bila persalinan diperkirakan tidak akan berakhir dalam waktu singkat (dengan dilatasi 3-4cm kejadian solusio plasenta pada nulipara)

3.      Insertio Velamentosa
      Pembuluh-pembuluh umbilikus, diselaput ketuban, berpisah jauh dari tepi plsenta, dan mencapai keliling tepi plasenta dengan hanya dilapisi oleh satu lipatan amnion.

Etiologi
Insersi velamentosa ini biasanya terjadi pada kehamilan ganda/ gemeli

Patofisiologi
Pada insersio velamentosa tali pusat yang dihubungkan dengan plasenta oleh pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dalam selaput janin. Kalau pembuluh darah tersebut berjalan di daerah oestium uteri internum maka disebut vasa previa. Hal ini dapat berbahaya bagi janin karena bila ketuban pecah pada permulaan persalinan pembuluh darah dapat ikut robek sehingga terjadi perdarahan inpartum dan jika perdarahan banyak kehamilan harus segera di akhiri.

Komplikasi
§  Pembuluh darahnya tidak terlindungi oleh jelly warthon
§  Jika pembuluh darah insersio velamentosa melewati kanalis servikalis disebut saraf previa
§  Bayi lahir dengan kemungkinan asfiksia
§  Bahayanya jika ketuban pecah disertai ikut sertanya pembuluh darah yang robek akan menimbulkan treas insersio velamentosa.


Penatalaksanaan
§  Pengawasan antenatal sebagai cara untuk mengetahui atau menanggulangi kasus-kasus dengan perdarahan antepartum dapat mengurangi kesulitan yang terjadi, seperti penentuan golongan darah ibu dan calon donornya, pengobatan anemia pada kehamilan, seleksi ibu untuk bersalin di rumah sakit, memperhatikan kemungkinan adanya plasenta previa, dan mencegah serta mengobati penyakit hipertensi menahun dan pre-eklampsia.
§  Segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah atau operasi.
§  Selagi penderita belum jatuh kedalam shock, infus cairan intravena harus segera dipasang.

4.      Plasenta Sirkumvalata
      Plasenta sirkumvalata adalah plasenta yang pada permukaan fetalis terdapat cincin putih. Cincin ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan disebelah luarnya terdiri dari villi yang tumbuh kesamping dibawah desidua. Menurut beberapa ahli plasenta sirkuvalata sering menyebabkan abortus dan solusio plasenta. Bila cincin putih ini letaknya dekat sekali ke pinggir plasenta disebut plasenta marginata. Keduanya disebut sebagai plasenta extra coriel. Pada plasenta marginata mungkin terjadi adeksi dari selaput sehingga plasenta llahir telanjang dan tertinggalnya selaput dapat menyebabkan perdarahan dan infeksi. Diagnosis plasenta sirkumvalata baru dapat ditegakkan setelah plasenta lahir tetapi dapat diduga bila ada perdarahan intermitten atau hidrorea.

Etiologi
Diduga bahwa corion frondosum terlalu kecil dan untuk mencukupi kebutuhan, villi menyerbu kedalam deisua di luar permukaan  frondosum.

Patofisiologi
      Diduga bahwa chorion frondosum terlalu kecil dan untuk mencukupi kebutuhan, villi menyerbu ke dalam desidua di luar permukaan frondosuin, plasenta jenis ini tidak jarang terjadi. Insidensinya lebih kurang 2 - 18%. Bila cincin putih ini letaknya dekat sekali ke pinggir plasenta, disebut plasenta marginata. Kedua-duanya disebut sebagai plasenta ekstrakorial. Pada plasenta marginata mungkin terjadi adeksi dari selaput sehingga plasenta lahir telanjang.

Komplikasi
Beberapa ahli mengatakan bahwa plasenta sirkumvalata sering menyebabkan perdarahan ,abortus, dan solutio plasenta.

Penatalaksanaan
§  Jika pada kehamilan terjadi perdarahan intermitten dan belum terjadi abortus ibu disarankan untuk beristirahat total untuk mencegah terjadinya abortus.
§  Jika sudah terjadi abortus lakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang berwenang dalam hal ini dokter obsgin untuk mencegah perdarahan yang dapat mengancam jiwa ibu.
§  Jika mengakibatkan solutio plasenta lakukan penanganan seperti pasien solutio plasenta, jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) lakukan persalinan segera.

C.    Kehamilan Ganda
Pengertian
Ialah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Bahaya bagi ibu tidak begitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan pengawasan dan perhatian khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin.

Patofisiologi
Fisiologi kehamilan ganda dapat terjadi karena dua ovum yang dibuahi pada saat hampir bersamaan atau berasal dari satu ovum yang mengalami pemecahan pada saat dini, dijabarkan sebagai berikut:
1.      Kehamilan ganda dari dua ovum-dizigot:
Nama lainnya disebut juga:
a.       Heterozigot
b.      Binovuler
c.       Fraternal
Pada kehamilan dizigot dapat terjadi:
a.       Jenis kelaminnya dapat sama
b.      Umumnya berbeda seperti pertumbuhan janin biasa yang biasa dari ovum-spermatozoa berbeda.
Berkaitan dengan waktu terjadinya pembuahan terhadap ovum, yaitu:
a.       Kembar dizigot : terjadi konsepsi terhadap ovum pada hubungan seksual dengan waktu sama terhadap dua ovum.
b.      Superfekundasi: terjadi konsepsi terhadap ovumdengan waktu yang relative berdekatan oleh hubungan seksual dari suami sendiri atau orang lainnya.
c.       Superfetasi : kehamilan kedua terjadi pada waktu relatif jauh, setelah kehamilan pertama.

2.      Kehamilan ganda dari satu ovum-monozigot
Morbiditas dan mortalitashamil ganda dengan satu ovum, lebih tinggi daripada dua ovum, berdasarkan bentuk pemecahannya dan terdapat retroplasentar sirkulasi tunggal, sehingga dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin lainnya. Jika pemisahan terjadi setelah diskus embrional terbentuk, akan terjadi bentuk terpisah yang tidak lengkap dan terdapat bayi kembar siam.
Pada kehamilan ganda monozigot dapat terjadi satu jantung lebih dominan sehingga dapat menyerap darah lebih banyak sehingga dapat mengganggu pertumbuhannya. Dengan mempergunakan kombinasi antara ultrasonografi dengan pemeriksaan konvensional, maka keberadaan kehamilan ganda tidak sulit ditetapkan.

Tanda dan Gejala
1)      Ukuran uterus, tinggi fundus dan lingkar abdomen tidak sesuai dengan usia kehamilan :  berhubungan dengan pertumbuhan uterus yang cepat selama trimester kedua. Terutama bermakna, bila ukuran awal uterus sesuai dengan usia kehamilan.
2)      Penambahan berat badan tanpa sebab yang jelas.
3)      Palpasi abdomen menunjukkan tiga atau lebih bagian besar dan/atau beberapa bagian kecil, terutama pada trimester ketiga saat kehamilan lebih teraba.

Penatalaksanaan
ANC lebih sering :  setiap 1 minggu setelah kehamilan 20 minggu. Timbulnya hipertensi dapat dicegah dan gula darah harus diperiksa. Fe dan asam folat diberikan setelah trimester 1. Diagnosis dini dapat menghindari komplikasi yang sering timbul, adanya kelainan congenital dan kembar siam dapat ditegakkan saat hamil 19-20 minggu. Kelainan jantung bawaan dapat ditentukan dengan ultrasonografi yaitu melihat 2 atrium dan 2 ventrikel dengan ketepatan 30%. Risiko hamil kembar dengan 1 amnion dan 1 korion, yaitu adanya sindrom transfuse janin, stuck twin sign, dan lilitan tali pusat. Apabila pemantauan janin antenatal baik dan tidak ada PJT, maka kelahiran diusahakan mencapai >32 minggu atau berat janin >2.000 g. Preeklamsia  4 kali lebih sering daripada hamil tunggal, lebih sering timbul lebih dini dan lebih berat.
Kelahiran pada hamil kembar rata-rata 3 minggu lebih awal dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Untuk mencegah kemungkinan kelahiran preterm, maka perlu dievaluasi keadaan serviks, tirah baring di rumah sakit, menilai sendiri adanya kontraksi uterus, pemberian beta-mimetik, tokolitik, atau dengan ligasi serviks. Tindakan dirawat dirumah untuk mencegah kelahiran preterm masih dipertanyakan.  Dianjurkan pemeriksaan USG setiap 3-4 minggu stelah umur kehamilan 20 minggu, tiap 2 minggu setalah 24 minggu, dan profil biofisik setelah umur kehamilan 30 minggu. Apabila 1 janin mati, maka harus diwaspadai akan timbulnya disseminasi coagulasi intravascular sehingga perlu dilakukan pemeriksaan trombosit secara rutin. Apabila terdapat hidramnion dan sindrom transfuse janin, maka dianjurkan non-steroid.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Hipertensi esensial adalah kondisi permanen meningkatnya tekanan darah dimana biasanya tidak ada penyebab yang nyata. Wanita hamil dikatakan menderita hipertensi esensial jika tekanan darah pada awal kehamilannya mencapai 140/90 mmHg.
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

B.     Saran
Diharapkan kepada para pembaca agar dalam pembuatan tugas selanjutnya dapat lebih baik lagi karena kami akui masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.










DAFTAR PUSTAKA

FK UNPAD. 2005. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi 2. Jakarta : EGC
FK UNPAD. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset
Heller, Luz.1986. Gawat Darurat Ginekologi Dan Obstetri. Jakarta : EGC
Manuaba, ida bagus. 2000. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB. Jakarta : EGC
Marmi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Pelayanan Maternal Dan Neonatal. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Prawiroharjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka


Post a Comment for "Komplikasi kehamilan trimester III"