Konsep penandingan dan proses penyesuaian
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Akuntansi
sebenarnya sudah ada sejak manusia itu mulai bisa menghitung dan membuat suatu
catatan, yang pada awalnya dulu itu dengan menggunakan batu, kayu, bahkan daun
menurut tingkat kebudayaan manusia waktu itu. Pada abad XV terjadilah
perkembangan dan perluasan perdagangan oleh pedagang-pedagang Venesia.
Perkembangan perdagangan ini menyebabkan orang waktu itu memerlukan suatu
sistem pencatatan yang lebih baik, sehingga dengan demikian akuntansi juga
mulai berkembang. Setelah itu perkembangan akuntansi juga ditandai dengan
adanya seorang yang bernama Lucas Pacioli pada tahun 1494, ahli matematika
mengarang sebuah buku yang berjudul Summa de Aritmatica, Geometrica,
Proportioni et Propotionalita, di mana dalam suatu bab berjudul Tractatus
de Computies et Scriptoris yang memperkenalkan dan mengajarkan sistem pembukuan
berpasangan yang disebut juga dengan sistem kontinental.
Sistem
berpasangan adalah sistem pencatatan semua transaksi ke dalam dua bagian, yaitu
debet dan kredit. Kemudian kedua bagian ini diatur sedemikian rupa sehingga
selalu seimbang. Cara seperti ini menghasilkan pembukuan yang sistematis dan
laporan keuangan yang terpadu, karena perusahaan mendapatkan gambaran tentang
laba rugi usaha, kekayaan perusahaan serta hak pemilik. Pertengahan abad ke 18
terjadi revolusi industri di Inggris yang mendorong pula perkembangan
akuntansi, di mana waktu itu para manajer pabrik misalnya, ingin mengetahui
biaya produksinya. Sebab dengan mengetahui berapa besar biaya produksi mereka
dapat mengawasi efektifitas proses produksi dan menetapkan harga jual. Sejalan
dengan itu berkembanglah akuntansi dengan bidang khusus yaitu akuntansi biaya.
Akuntansi biaya memfokuskan diri pada pencatatan biaya produksi dan penyediaan
informasi bagi manajemen.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
konsep penandingan dalam akuntansi?
2. Bagaimana
proses penyesuaian dalam akuntansi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Penandingan
Pada
waktu akuntan menyiapkan laporan keuangan, mereka berasumsi bahwa umur ekonomi
suatu bisnis dapat dibagi ke dalam beberapa periode waktu. Dalam menggunakan
konsep periode akuntansi ini, akuntan harus menentukan dalam periode mana
pendapatan dan beban bisnis akan dilaporkan. Untuk menentukan periode yang
tepat, akuntan akan menggunakan (1) akuntansi dasar kas atau (2) akuntansi
dasar akrual[1].
Konsep penandingan adalah konsep yang dimaksudkan
untuk mencari dasar hubungan yang tepat dan rasional antara pendapatan dan
biaya. Pendapatan merupakan hasil yang dituju perusahaan. Sementara cost yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut merupakan upaya yang dilakukan
perusahaan.
Dalam akuntansi dikenal dua sistem cara pendekatan pencatatan atas
transaksi-transaksi yang terjadi, yaitu:
1.
Dasar Akrual (Accrual –
basis)
Dalam pencatatan dengan dasar
akrual, transaksi akan dicatat pada saat pendapatan/beban benar-benar terjadi
tidak memperhatikan apakah kas sudah diterima atau dibayar.
2.
Dasar Kas (Cash - basis)
Dalam pencatatan dengan dasar akrual, transaksi
baik pendapatan/beban akan dicatat pada saat kas diterima/dibayar.
Prinsip penandingan merupakan dasar untuk mencatat beban. Beban adalah
Biaya perolehan aktiva dan kenaikan hutang yang dikeluarkan dalam rangka
memperoleh pendapatan. Beban diakui pada saat pendapatan dari beban yang
dikeluarkan tersebut diterima.
§
Pada dasar kas,
pendapatan dan beban dilaporkan dalam laporan laba rugi pada periode dimana kas
diterima atau dibayar. Misalnya, penghasilan atau honor dicatat ketika kas
diterima dari klien, dan upah dicatat ketika kas dibayarkan kepada karyawan.
Laba (rugi) bersih merupakan selisisih antara penerimaan kas (pendapatan) dan
(pengeluaran).
§
Pada dasar akrual,
pendapatan dilaporkan dalam bentuk laba-rugi pada periode dimana pendapatan
tersebut dihasilkan. Misalnya, pendapatan dilaporkan pada saat jasa diberikan
kepada pelanggan tanpa melihat apakah kas telah diterima atau belum dari
pelanggan selama periode ini. Konsep yang mendukung pelaporan pendapatan ini
disebut konsep pengakuan pendapatan. Pada dasar akrual, beban dan pendapatan
yang saling terkait dilaporkan pada periode yang sama. Sebagai contoh, upah
karyawan dilaporkan sebagai beban pada periode dimana karyawan memberikan jasa
dan bukan pada saat upah dibayarkan.
Konsep
akuntansi yang mendukung pelaporan pendapatan dan beban terkait pada periode
yang sama disebut konsep penandingan atau prinsip penandingan. Dalam konsep
ini, laporan laba-rugi akan melaporkan laba atau rugi untuk periode tersebut. Prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku mempersyaratkan penggunaan dasar akrual tersebut. Akan
tetapi, usaha jasa yang kecil boleh saja menggunakan dasar kas karena mereka
mempunyai sedikit piutang dan utang usaha. Sebagai contoh, pengacara dan
dokter, seringkali menggunakan dasar kas. Bagi mereka, dasar kas akan
menghasilkan laporan keuangan yang mirip dengan yang disajikan menurut dasar akrual.
B.
Proses Penyesuaian
Pada akhir periode akuntansi, beberapa saldo akun buku besar dapat
dilaporkan dalam laporan keuangan tanpa perubahan. Misalnya, saldo akun kas
adalah jumlah yang biasanya dilaporkan dalam neraca. Akan tetapi, beberapa akun
buku besar memerlukan pemutakhiran. Sebagi contoh, saldo untuk beban dibayar
dimuka biasanya dilaporkan terlalu besar karena penggunaan aktiva ini tidak
dicatat setiap hari. Saldo akun perlengkapan biasanya menggambarkan beban
perlengkapan pada awal periode ditambah harga perolehan perlengkapan yang
dibeli selama periode tersebut. Untuk mencatat penggunaan perlengkapan setiap
hari diperlukan banyak banyak ayat jurnal dengan jumlah kecil. Selain itu,
jumlah total perlengkapan relatif kecil dibanding aktiva lainnya, dan manajer
biasanya tidak memeerlukan informasi tentang perlengkapan setiap hari.
Konsep matching atau Penyesuaian merupakan dasar
penyusunan Laporan Keuangan. Namun angka-angka yang terdapat di dalamnya belum
menunjukkan keadaan keuangan yang sebenarnya dari suatu perusahaan. Hal ini
dikarenakan dalam praktiknya, perusahaan seringkali mengalami kejadian dimana
pendapatan yang diterima melebihi waktu periode akuntansi untuk penyusunan
Laporan Keuangan. Selain itu beban yang dikorbankan/dikeluarkan kadang tidak
bersamaan dengan prestasi/hasil yang diterima. Sedangkan menurut Standar
Akuntansi Keuangan, yang merupakan pedoman dalam melaksanakan pencatatan sampai
pelaporan transaksi keuangan, pendapatan baru diakui sebagai pendapatan pada
saat realisasinya yaitu pada waktu transaksi terjadi sehingga menimbulkan hak
dan kewajiban. Pembebanan biaya sedapat mungkin dihubungkan dengan pendapatan
yang dilaporkan dalam periode dimana pendapatan tersebut diakui.
Dengan demikian untuk dapat menghasilkan Laporan Keuangan
yang sesuai dengan keadaan sebenarnya dan tidak melanggar Standar Akuntansi
Keuangan yang dipedomani, diperlukan penyesuaian-penyesuaian terhadap
pendapatan dan beban melalui Jurnal Penyesuaian. Dengan kata lain Jurnal
Penyesuaian dibuat untuk menyesuaikan saldo akun-akun Buku Besar ke saldo yang
sesungguhnya, dan memisahkan pendapatan dan beban dalam periode-periode yang
sebenarnya.
Ada empat pos penting kejadian yang perlu disesuaikan. Dua pos yang
pertama adalah penangguhan. Penangguhan dilakukan dengan mencatat transaksi
sedemikian rupa sehingga menunda atau menangguhkan pengakuan beban atau
pendapatan. Dua pos kedua yang membutuhkan ayat jurnal penyesuaian adalah pos
akrual. Akrual timbul akibat tidak adanya pencatatan beban yng terjadi atau pendapatan
yang dihasilkan. Secara sederhana, pos-pos akrual dapat diartikan sebagai
pos-pos yang timbul sejalan dengan berlalunya waktu, namun tidak dilakukan
pencatatan atas pos-pos tersebut.
1.
Beban Yang
Ditangguhkan (Beban Dibyar Di Muka)
Merupakan
pos yang sejak awal dicatat sebagai aktiva tetapi diharapkan menjadi beban
dikemudian hari atau selama operasi normal bisnis. Perlengkapan dan asuransi
dibayar di muka merupakan dua contoh beban dibayar dimuka yang mungkin
membutuhkan penyesuaian pada akhir periode akuntansi. Contoh lainnya termasuk
beban iklan dibayar dimuka dan bunga dibayar di muka.
Contoh
transaksi:
Akun
perlengkapan pada harga peroleh sebesar Rp 20.000.000. namun setelah dicek
kebenarannya ternyata tersisa Rp 16.000.000. berarti perlengkapn yang telah
terpakai sebesar Rp 4.000.000. Jurnal dari transaksi ini adalah.
Beban
Perlengkapan
4.000.000
Perlengkapan 4.000.000
2.
Pendapatan Yang
Ditangguhkan (Pendapatan Diterima Dimuka)
Merupakan
pos yang sejak awalnya dicatat sebagai kewajiban tetapi diharapkan menjadi
pendapatan dikemudian hari atau selama operasi normal bisnis. Contoh dari
pendapatan yang ditangguhkan adalah sewa diterima dimuka. Contoh lainnya adalah
uang kuliah yang diterima dimuka oleh perguruan tinggi, honor tahunan yang
diterima oleh pengacara, premi yang diterima di muk oleh perushaaan asuransi,
dan uang langganan majalah yang diterima oleh penerbit[2].
Contoh
transaksi:
Berdasarkan
neraca saldo PT Idola tercatat bahwa akun sewa diterima dimuka sebesar
3.000.000 jumlah ini merupakan pendapatan sewa untuk masa waktu 3 tahun. Pada
akhir tahun ini harus diakui bagian sewa yang benar-benar terjadi yaitu
1.000.000. Jurnal untuk mencatat penyesuaian ini adalah:
Sewa
diterima dimuka
1.000.000
Pendapatan
sewa
1.000.000
3.
Beban Akrual Atau
Kewajiban Akrual
Beban
akrual adalah beban yang telah terjadi tetapi belum dicatat dalam akun. Contoh
dari beban akrual yang terutang kepada karyawan di akhir periode. Contoh
lainnya adalah bunga akrual atas wesel bayar dan pajak akrual.
Contoh
transaksi:
Pada
akhir Desember, upah akrual PT Idola adalah sebesar 250.000. Jumlah ini
merupakan beban tambahan untuk Desember dan didebit ke akun beban upah. Ini
juga merupakan kewajiban sampai tanggal 31 Desember dan dikredit ke utang upah.
Jurnal untuk mencatat penyesuaian ini adalah:
Beban
Upah
250.000
Hutang
Upah 250.000
4.
Pendapatan Akrual Atau
Aktiva Akrual
Pendapatan
akrual adalah pendapatan yang telah dihasilkan tetapi belum dicatat dalam akun.
Contoh pendapatan akrual adalah honor atas jasa yang telah diberikan oleh
pengacara tetapi belum ditagih kepada klien pada akhir periode. Contoh lainnya
adalah honor yang belum ditagih oleh agen perjalanan, bunga akrual atas wesel
tagih, dan sewa akrual atas bangunan yang disewakan kepada orang lain.
Contoh
transaksi:
PT
Idola telah selesai menyelesaikan pekerjaan jasa kepada kliennya sebesar
400.000. meskipun pendapatan tersebut belum diterima dan akan ditagih bulan
berikutnya namun PT Idola sudah menghasilkan pendapatan tersebut pada bulan
ini. Sehingga transaksi tersebut akan dicatat dalam jurnal penyesuaian sebagai
berikut:
Piutang
Usaha
400.000
Pendapatan
Honor 400.000
5.
Penyusutan Aktiva
Tetap
Kecuali
tanah, aktiva tetap menyusut sejalan dengan berlalunya waktu. Menurunnya
kemanfaatan aktiva yang digunakan dalam menghasilkan pendapatan dicatat sebagai
beban. Untuk alasan ini, sebagian biaya dari aktiva tetap dicatat sebagi beban
setiap tahun selain masa manfaatnya. Beban periodik tersebut dicatat sebagai
beban penyusutan di sebelah debit. Sebagai kontranya maka dicatat pada akun
akumulasi penyusutan aktiva tetap yang bersangkutan[3].
Contoh
transaksi:
PT
Idola membeli mobil seharga 40.000.000 pada awal tahun. Jumlah ini setiap
tahunnya perlu disusutkan. Metode penyusutan menggunakan garis lurus dengan
tarif 10% dengan umur ekonomis 12 tahun, nilai residu sebesar 4.000.000. dari
kejadian ini maka untuk menghitung penyusutan adalah sebagai berikut:
Penyusutsan
= Harga perolehan – nilai residu / umur ekonomis
Penyusustan
= 40.000.000 – 4.000.000 / 12 = 3.000.000 pertahun
Jurnal:
Beban
Penyustan
kendaraan
3.000.000
Akumulasi
penysustan
kendaraan
3.000.000
Paton dan littleton (1940 : P.71).
“Masalah utama dalam menandingkan pendapatan dan biaya
adalah mencari dasar penandingan yang paling tepat antara pendapatan dengan
biaya yang berhubungan langsung dengan
pendapatan tersebut …… Hubungan fisik yang dapat dilihat sebenarnya
dapat digunakan sebagai media untuk melacak dan membebankannya. Meskipun
demikian harus diakui bahwa dengan melihat kondisi yang ada, dasar penandingan
yang paling penting adalah kelayakan (reasonableness), bukannya pengukuran
fisik”.
Dalam praktik, ada tiga dasar penandingan yang umum
digunakan untuk mencari hubungan antara biaya dengan pendapatan dalam satu
periode tertentu. Dasar penandingan tersebut adalah (Kam, 1990): hubungan sebab
akibat (association of causes and effects), alokasi sistematik da n rasional (
systematic and rastional allocation) dan pembebanan segera (immediate
recognition).
Hubungan Sebab Akibat
Dasar yang paling ideal untuk menandingkan biaya
dengan pendapatan adalah hubungan sebab akibat. Meskipun dasar ini sulit untuk
dibuktikan, namun atas dasar pengamatan yang dilakukan para akuntan menunjukkan
bahwa barang/jasa tertentu yang digunakan dalam proses produksi pada akhirnya
akan membantu dalam proses menghasilkan pendapatan selama periode tertentu.
Oleh karena itu dasar penandingan ini sering disebut dengan penandingan
langsung (direct or product matching). [4]
Contoh dari biaya yang dapat ditandingkan dengan dasar
penandingan langsung adalah biaya komisi penjualan, gaji da n upah, serta cost
barang terjua l (cost of goods sold).
Dasar penandingan ini sesuai dengan konsep upaya dan
hasil seperti yang diungkapkan oleh Patton dan Littleton (1940). Atas dasar
pengamatan fisik dan pengamatan kejadian jelas terlihat bahwa pendapatan tidak
akan terjadi apabila tidak ada penyerahan barang dan jasa. Komite American
Accounting Association (dikut ip oleh
Kam, 1990) juga menyarankan penggunaan hubungan sebab akibat sebagai dasar
penandingan. Mereka mengatakan :
Cost harus dihubungkan dengan pendapatan yang
direalisasi selama periode tertentu atas dasar korelasi positif yang dapat
dilihat hubungannya antara cost tersebut
dengan pendapatan yang diakui. Ada beberapa masalah teknis yang timbul apabila
penandingan langsung atas dasar produk digunakan sebagai dasar hubungan sebab
akibat. Masalah tersebut adalah :
1.
Identifikasi Cost Produk
Sesuai dengan konsep penandingan, semua cost produksi harus dibebankan pada produk yang
bersangkutan. Cost produk dapat dibagi
menjadi dua. Pertama, cost produk yang
melekat pada produk terjual dan nantinya akan dibebankan sebagai biaya. Kedua,
cost yang melekat pada produk yang belum terjual (dilaporkan sebagai persediaan)
dan dicatat sebagai aktiva sampai produk tersebut terjual.
Beberapa cost produk dapat langsung dihubungkan dengan
produk tertentu, sementara cost yang lain hanya dapat dihubungkan dengan
kegiatan produksi dan dialokasikan pada produk berdasarkan aturan atau prosedur
tertentu. Disinilah pentingnya melakukan identifikasi untuk menentukan cost
produk langsung (direct product cost ) dan cost produk tidak langsung (indirect
product cost).
2.
Biaya Yang Langsung Berhubungan
Dengan Pendapatan Masa Mendatang
Tetapi tidak masuk dalam cost produksi. Pada beberapa
kasus, cost yang dapat dihubungkan dengan pendap atan masa mendatang tidak
dapat dibebankan secara langsung dengan produk tertentu. Hal ini disebabkan
cost tersebut tidak menunjukkan nilai tambah pada produk yang bersangkutan.
Contoh dari kasus ini adalah biaya penjualan dan
administrasi. Biaya penjualan dan administrasi tidak harus ditandingkan dengan
pendapatan di masa mendatang jika tidak ada jaminan yang rasional untuk
menghubungkan biaya tersebut dengan pendapatan di masa mendatang. Meskipun
jenis biaya tersebut tidak secara langsung menghasilkan pendapatan karena
secara teknis sulit mencari hubungan sebab akibatnya, namun biaya tersebut
harus tetap dibebankan sebagai biaya. Tidak diperolehnya pendapatan atau tidak
adanya kemungkinan rugi pada periode berjalan, bukan merupakan alasan untuk
menunda pem bebanan biaya.
Alasannya adalah apabila suatu cost barang dan jasa tidak memberikan manfaat
pada periode sekarang dan juga bukan merupakan rugi, maka cost tersebut tentu akan memberikan manfaat masa
mendatang. Oleh karena itu, cost tersebut harus dialokasi kan pada periode
mendatang agar dapat dilakukan penandingan antara biaya dengan pendapatan.
Namun demikian, apabila tidak ada hubungan khusus antara pendapatan dan biaya,
maka proses penandingan tidak dapat dilakukan.
Konsekuensinya, tindakan menangguhkan pembebanan
cost tersebut pada akhirnya akan
menyebabkan perataan laba dan tidak menambah manfaat informasi yang dihasilkan.
3.
Biaya Yang Berhubungan Dengan Pendapatan Yang Terjadi Setelah Pendapatan
Diakui
Umumnya biaya yang berhubungan dengan pendapatan akan
terjadi setelah pendapatan diakui. Masalah ini berkaitan dengan penentuan
besarnya biaya yang akan timbul setelah penjualan. Apabila cost kegiatan
tertentu dapat ditaksir secara layak dan cukup pasti, maka cost tersebut dapat
diakui sebagai biaya pada periode pengakuan pendapatan. Jadi hubungan sebab
akibat harus dapat diidentifikasi untuk menentukan bahwa pendapatan yang diakui
memiliki hubungan sebab akibat dengan cost yang bersangkutan.
Contoh nya,
jika suatu garansi diberikan selama penjualan pada periode tertentu, maka biaya
atas jaminan tersebut mungkin saja terjadi pada masa mendatang. Penandingan
yang tepat akan memperlakukan garansi tersebut sebagai biaya pada saat
penjualan dan mencatat hutang untuk menampung cost yang timbul dari garansi tersebut. Memang,
cost ini belum tentu terjadi. Namun demikian, tidak ada alasan yang tepat untuk
menunda pembebanan cost tersebut sebagai biaya.
Apabila estimasi terhadap cost garansi yang mungkin
timbul dapat ditaksir dengan layak dan cukup pasti, maka cost tersebut harus
diakui sebagai biaya pada saat pendapatan diakui. Apabila cost garansi yang
benar-benar terjadi melebihi besarnya cost yang ditaksir sebelumnya, maka
kelebihan tersebut lebih tepat untuk diakui sebagai rugi (losses ) daripada
biaya operasi.
Kriteria yang digunakan adalah kelayakan atau
kemungkinan terjadinya cost tersebut. Alasan yang sama dapat juga diterapkan
untuk biaya pengumpulan piutang dan biaya lain yang berhubungan dengan kegiatan
administrasi. Dengan demikian, apabila ada pendapatan yang diakui sebelum
barang dikirim dan apabila ada kemungkinan timbulnya biaya tambahan atas
pengiriman barang tersebut, cara yang paling tepat adalah mencatat pendapatan
atas dasar harga jual dikurangi taksiran biaya tambahan untuk menjual barang
tersebut.
C.
Alokasi
Sistematis dan Rasional
Alokasi sistematik dan rasional sering disebut dengan
dasar penandingan periodik (period matching) atau penandingan tidak langsung
(indirect matching). Alokasi sistematik dan rasional dapat digunakan sebagai
dasar penandingan apabila dasar
penandingan hubungan sebab akibat tidak dapat dilakukan.
Atas dasar konsep penandingan ini, ukuran penandingan
yang digunakan bukan produk (unit fisik) tetapi periode. Apabila manfaat cost
suatu aktiva lebih dari satu periode, maka cost tersebut dialokasikan secara
sistematis pada periode yang menikmati manfaat tersebut.[5]
Depresiasi aktiva tetap merupakan contoh alokasi
sistematis. Masalah yang sering muncul dalam alokasi ini adalah banyaknya
metode alokasi yang dapat digunakan dalam proses alokasi cost. Depresiasi dapat
menggunakan metode alokasi seperti garis lurus, output produksi, jumlah angka-
angka tahun dan sebagainya.
Meskipun dapat menimbulkan masalah, alokasi sistematis
tetap dapat digunakan sebagai dasar penandingan. Ada beberapa alasan yang
mendukung pemakaian alokasi sistematis dan rasional :
1.
Banyak cost periodik yang
berhubungan secara tidak langsung dengan pendapatan periode berjalan.
2.
Pada beberapa kasus sulit mencari
hubungan langsung antara cost tertentu dengan pendapatan.
3.
Apabila manfaat masa mendatang tidak
dapat diukur dengan cukup pasti atau cost yang dikeluarkan tidak memiliki
hubungan dengan pendapatan di masa mendatang, maka tidak ada alasan untuk
menunda pembebanan cost sebagai biaya pada periode terjadinya.
4.
Apabila biaya bersifat rutin (reguler) dan terjadi
berulang-ulang, maka pembebanan langsung secara material tidak akan berpengaruh
terhadap laba bersih, meskipun penandingan yang tepat tidak dapat dicapai.
5.
Apabila cost tersebut merupakan
joint-cost, maka alokasi arbitrer harus dilakukan pada kegiatan yang berbeda.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada
waktu akuntan menyiapkan laporan keuangan, mereka berasumsi bahwa umur ekonomi
suatu bisnis dapat dibagi ke dalam beberapa periode waktu. Dalam menggunakan
konsep periode akuntansi ini, akuntan harus menentukan dalam periode mana
pendapatan dan beban bisnis akan dilaporkan. Untuk menentukan periode yang
tepat, akuntan akan menggunakan (1) akuntansi dasar kas atau (2) akuntansi
dasar akrual.
Pada akhir periode akuntansi, beberapa saldo akun buku besar dapat
dilaporkan dalam laporan keuangan tanpa perubahan. Misalnya, saldo akun kas
adalah jumlah yang biasanya dilaporkan dalam neraca. Akan tetapi, beberapa akun
buku besar memerlukan pemutakhiran. Sebagi contoh, saldo untuk beban dibayar
dimuka biasanya dilaporkan terlalu besar karena penggunaan aktiva ini tidak
dicatat setiap hari. Saldo akun perlengkapan biasanya menggambarkan beban
perlengkapan pada awal periode ditambah harga perolehan perlengkapan yang
dibeli selama periode tersebut. Untuk mencatat penggunaan perlengkapan setiap hari
diperlukan banyak banyak ayat jurnal dengan jumlah kecil. Selain itu, jumlah
total perlengkapan relatif kecil dibanding aktiva lainnya, dan manajer biasanya
tidak memeerlukan informasi tentang perlengkapan setiap hari.
DAFTAR PUSTAKA
DH.,
Basu Swastha Dr. 1998. Pengantar Bisnis
Modern. Liberty. Jakarta.
Solihin,
Ismail. 2006. Pengantar Bisnis. Prenada
Media. Jakarta.
Widiyatmini.
1996. Diktat Pengantar Bisnis. Guna
Darma. Jakarta.
Ziamroni,
M. 2009. Buku Kantong Ekonomi IPS.
Pustaka Widiyatmini. Yogyakarta.
Post a Comment for "Konsep penandingan dan proses penyesuaian"