Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Konsep penandingan dan proses penyesuaian

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Akuntansi sebenarnya sudah ada sejak manusia itu mulai bisa menghitung dan membuat suatu catatan, yang pada awalnya dulu itu dengan menggunakan batu, kayu, bahkan daun menurut tingkat kebudayaan manusia waktu itu. Pada abad XV terjadilah perkembangan dan perluasan perdagangan oleh pedagang-pedagang Venesia. Perkembangan perdagangan ini menyebabkan orang waktu itu memerlukan suatu sistem pencatatan yang lebih baik, sehingga dengan demikian akuntansi juga mulai berkembang. Setelah itu perkembangan akuntansi juga ditandai dengan adanya seorang yang bernama Lucas Pacioli pada tahun 1494, ahli matematika mengarang sebuah buku yang berjudul Summa de Aritmatica, Geometrica, Proportioni et Propotionalita, di mana dalam suatu bab berjudul Tractatus de Computies et Scriptoris yang memperkenalkan dan mengajarkan sistem pembukuan berpasangan yang disebut juga dengan sistem kontinental.
Sistem berpasangan adalah sistem pencatatan semua transaksi ke dalam dua bagian, yaitu debet dan kredit. Kemudian kedua bagian ini diatur sedemikian rupa sehingga selalu seimbang. Cara seperti ini menghasilkan pembukuan yang sistematis dan laporan keuangan yang terpadu, karena perusahaan mendapatkan gambaran tentang laba rugi usaha, kekayaan perusahaan serta hak pemilik. Pertengahan abad ke 18 terjadi revolusi industri di Inggris yang mendorong pula perkembangan akuntansi, di mana waktu itu para manajer pabrik misalnya, ingin mengetahui biaya produksinya. Sebab dengan mengetahui berapa besar biaya produksi mereka dapat mengawasi efektifitas proses produksi dan menetapkan harga jual. Sejalan dengan itu berkembanglah akuntansi dengan bidang khusus yaitu akuntansi biaya. Akuntansi biaya memfokuskan diri pada pencatatan biaya produksi dan penyediaan informasi bagi manajemen.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep penandingan dalam akuntansi?
2.      Bagaimana proses penyesuaian dalam akuntansi?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Penandingan
Pada waktu akuntan menyiapkan laporan keuangan, mereka berasumsi bahwa umur ekonomi suatu bisnis dapat dibagi ke dalam beberapa periode waktu. Dalam menggunakan konsep periode akuntansi ini, akuntan harus menentukan dalam periode mana pendapatan dan beban bisnis akan dilaporkan. Untuk menentukan periode yang tepat, akuntan akan menggunakan (1) akuntansi dasar kas atau (2) akuntansi dasar akrual[1].
Konsep penandingan adalah konsep yang dimaksudkan untuk mencari dasar hubungan yang tepat dan rasional antara pendapatan dan biaya. Pendapatan merupakan hasil yang dituju perusahaan. Sementara cost yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut merupakan upaya yang dilakukan perusahaan. 
Dalam akuntansi dikenal dua sistem cara pendekatan pencatatan atas transaksi-transaksi yang terjadi, yaitu:
1.      Dasar Akrual (Accrual – basis)
Dalam pencatatan dengan dasar akrual, transaksi akan dicatat pada saat pendapatan/beban benar-benar terjadi tidak memperhatikan apakah kas sudah diterima atau dibayar.
2.      Dasar Kas (Cash - basis)
Dalam pencatatan dengan dasar akrual, transaksi baik pendapatan/beban  akan dicatat pada saat kas diterima/dibayar.
Prinsip penandingan merupakan dasar untuk mencatat beban. Beban adalah Biaya perolehan aktiva dan kenaikan hutang yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh pendapatan. Beban diakui pada saat pendapatan dari beban yang dikeluarkan tersebut diterima.
§  Pada dasar kas, pendapatan dan beban dilaporkan dalam laporan laba rugi pada periode dimana kas diterima atau dibayar. Misalnya, penghasilan atau honor dicatat ketika kas diterima dari klien, dan upah dicatat ketika kas dibayarkan kepada karyawan. Laba (rugi) bersih merupakan selisisih antara penerimaan kas (pendapatan) dan (pengeluaran).
§  Pada dasar akrual, pendapatan dilaporkan dalam bentuk laba-rugi pada periode dimana pendapatan tersebut dihasilkan. Misalnya, pendapatan dilaporkan pada saat jasa diberikan kepada pelanggan tanpa melihat apakah kas telah diterima atau belum dari pelanggan selama periode ini. Konsep yang mendukung pelaporan pendapatan ini disebut konsep pengakuan pendapatan. Pada dasar akrual, beban dan pendapatan yang saling terkait dilaporkan pada periode yang sama. Sebagai contoh, upah karyawan dilaporkan sebagai beban pada periode dimana karyawan memberikan jasa dan bukan pada saat upah dibayarkan.
Konsep akuntansi yang mendukung pelaporan pendapatan dan beban terkait pada periode yang sama disebut konsep penandingan atau prinsip penandingan. Dalam konsep ini, laporan laba-rugi akan melaporkan laba atau rugi untuk periode tersebut. Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku mempersyaratkan penggunaan dasar akrual tersebut. Akan tetapi, usaha jasa yang kecil boleh saja menggunakan dasar kas karena mereka mempunyai sedikit piutang dan utang usaha. Sebagai contoh, pengacara dan dokter, seringkali menggunakan dasar kas. Bagi mereka, dasar kas akan menghasilkan laporan keuangan yang mirip dengan yang disajikan menurut dasar akrual.

B.     Proses Penyesuaian
Pada akhir periode akuntansi, beberapa saldo akun buku besar dapat dilaporkan dalam laporan keuangan tanpa perubahan. Misalnya, saldo akun kas adalah jumlah yang biasanya dilaporkan dalam neraca. Akan tetapi, beberapa akun buku besar memerlukan pemutakhiran. Sebagi contoh, saldo untuk beban dibayar dimuka biasanya dilaporkan terlalu besar karena penggunaan aktiva ini tidak dicatat setiap hari. Saldo akun perlengkapan biasanya menggambarkan beban perlengkapan pada awal periode ditambah harga perolehan perlengkapan yang dibeli selama periode tersebut. Untuk mencatat penggunaan perlengkapan setiap hari diperlukan banyak banyak ayat jurnal dengan jumlah kecil. Selain itu, jumlah total perlengkapan relatif kecil dibanding aktiva lainnya, dan manajer biasanya tidak memeerlukan informasi tentang perlengkapan setiap hari.
Konsep matching atau Penyesuaian  merupakan dasar penyusunan Laporan Keuangan. Namun angka-angka yang terdapat di dalamnya belum menunjukkan keadaan keuangan yang sebenarnya dari suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan dalam praktiknya, perusahaan seringkali mengalami kejadian dimana pendapatan yang diterima melebihi waktu periode akuntansi untuk penyusunan Laporan Keuangan. Selain itu beban yang dikorbankan/dikeluarkan kadang tidak bersamaan dengan prestasi/hasil yang diterima. Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan, yang merupakan pedoman dalam melaksanakan pencatatan sampai pelaporan transaksi keuangan, pendapatan baru diakui sebagai pendapatan pada saat realisasinya yaitu pada waktu transaksi terjadi sehingga menimbulkan hak dan kewajiban. Pembebanan biaya sedapat mungkin dihubungkan dengan pendapatan yang dilaporkan dalam periode dimana pendapatan tersebut diakui.
Dengan demikian untuk dapat menghasilkan Laporan Keuangan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya dan tidak melanggar Standar Akuntansi Keuangan yang dipedomani, diperlukan penyesuaian-penyesuaian terhadap pendapatan dan beban melalui Jurnal Penyesuaian. Dengan kata lain Jurnal Penyesuaian dibuat untuk menyesuaikan saldo akun-akun Buku Besar ke saldo yang sesungguhnya, dan memisahkan pendapatan dan beban dalam periode-periode yang sebenarnya.


Ada empat pos penting kejadian yang perlu disesuaikan. Dua pos yang pertama adalah penangguhan. Penangguhan dilakukan dengan mencatat transaksi sedemikian rupa sehingga menunda atau menangguhkan pengakuan beban atau pendapatan. Dua pos kedua yang membutuhkan ayat jurnal penyesuaian adalah pos akrual. Akrual timbul akibat tidak adanya pencatatan beban yng terjadi atau pendapatan yang dihasilkan. Secara sederhana, pos-pos akrual dapat diartikan sebagai pos-pos yang timbul sejalan dengan berlalunya waktu, namun tidak dilakukan pencatatan atas pos-pos tersebut.

1.      Beban Yang Ditangguhkan (Beban Dibyar Di Muka)
Merupakan pos yang sejak awal dicatat sebagai aktiva tetapi diharapkan menjadi beban dikemudian hari atau selama operasi normal bisnis. Perlengkapan dan asuransi dibayar di muka merupakan dua contoh beban dibayar dimuka yang mungkin membutuhkan penyesuaian pada akhir periode akuntansi. Contoh lainnya termasuk beban iklan dibayar dimuka dan bunga dibayar di muka.
Contoh transaksi:
Akun perlengkapan pada harga peroleh sebesar Rp 20.000.000. namun setelah dicek kebenarannya ternyata tersisa Rp 16.000.000. berarti perlengkapn yang telah terpakai sebesar Rp 4.000.000. Jurnal dari transaksi ini adalah.
Beban Perlengkapan                           4.000.000
Perlengkapan                                     4.000.000

2.      Pendapatan Yang Ditangguhkan (Pendapatan Diterima Dimuka)
Merupakan pos yang sejak awalnya dicatat sebagai kewajiban tetapi diharapkan menjadi pendapatan dikemudian hari atau selama operasi normal bisnis. Contoh dari pendapatan yang ditangguhkan adalah sewa diterima dimuka. Contoh lainnya adalah uang kuliah yang diterima dimuka oleh perguruan tinggi, honor tahunan yang diterima oleh pengacara, premi yang diterima di muk oleh perushaaan asuransi, dan uang langganan majalah yang diterima oleh penerbit[2].
Contoh transaksi:
Berdasarkan neraca saldo PT Idola  tercatat bahwa akun sewa diterima dimuka sebesar 3.000.000 jumlah ini merupakan pendapatan sewa untuk masa waktu 3 tahun. Pada akhir tahun ini harus diakui bagian sewa yang benar-benar terjadi yaitu 1.000.000. Jurnal untuk mencatat penyesuaian ini adalah:
Sewa diterima dimuka                                    1.000.000
Pendapatan sewa                                            1.000.000

3.      Beban Akrual Atau Kewajiban Akrual
Beban akrual adalah beban yang telah terjadi tetapi belum dicatat dalam akun. Contoh dari beban akrual yang terutang kepada karyawan di akhir periode. Contoh lainnya adalah bunga akrual atas wesel bayar dan pajak akrual.
Contoh transaksi:
Pada akhir Desember, upah akrual PT Idola adalah sebesar 250.000. Jumlah ini merupakan beban tambahan untuk Desember dan didebit ke akun beban upah. Ini juga merupakan kewajiban sampai tanggal 31 Desember dan dikredit ke utang upah. Jurnal untuk mencatat penyesuaian ini adalah:
Beban Upah                            250.000
Hutang Upah                          250.000

4.      Pendapatan Akrual Atau Aktiva Akrual
Pendapatan akrual adalah pendapatan yang telah dihasilkan tetapi belum dicatat dalam akun. Contoh pendapatan akrual adalah honor atas jasa yang telah diberikan oleh pengacara tetapi belum ditagih kepada klien pada akhir periode. Contoh lainnya adalah honor yang belum ditagih oleh agen perjalanan, bunga akrual atas wesel tagih, dan sewa akrual atas bangunan yang disewakan kepada orang lain.
Contoh transaksi:
PT Idola telah selesai menyelesaikan pekerjaan jasa kepada kliennya sebesar 400.000. meskipun pendapatan tersebut belum diterima dan akan ditagih bulan berikutnya namun PT Idola sudah menghasilkan pendapatan tersebut pada bulan ini. Sehingga transaksi tersebut akan dicatat dalam jurnal penyesuaian sebagai berikut:
Piutang Usaha                         400.000
Pendapatan Honor                   400.000

5.      Penyusutan Aktiva Tetap
Kecuali tanah, aktiva tetap menyusut sejalan dengan berlalunya waktu. Menurunnya kemanfaatan aktiva yang digunakan dalam menghasilkan pendapatan dicatat sebagai beban. Untuk alasan ini, sebagian biaya dari aktiva tetap dicatat sebagi beban setiap tahun selain masa manfaatnya. Beban periodik tersebut dicatat sebagai beban penyusutan di sebelah debit. Sebagai kontranya maka dicatat pada akun akumulasi penyusutan aktiva tetap yang bersangkutan[3].
Contoh transaksi:
PT Idola membeli mobil seharga 40.000.000 pada awal tahun. Jumlah ini setiap tahunnya perlu disusutkan. Metode penyusutan menggunakan garis lurus dengan tarif 10% dengan umur ekonomis 12 tahun, nilai residu sebesar 4.000.000. dari kejadian ini maka untuk menghitung penyusutan adalah sebagai berikut:
Penyusutsan    = Harga perolehan – nilai residu / umur ekonomis
Penyusustan    = 40.000.000 – 4.000.000 / 12 = 3.000.000 pertahun
Jurnal:
Beban Penyustan kendaraan                             3.000.000
Akumulasi penysustan kendaraan                   3.000.000

Paton dan littleton (1940 : P.71).

“Masalah utama dalam menandingkan pendapatan dan biaya adalah mencari dasar penandingan yang paling tepat antara pendapatan dengan biaya yang berhubungan langsung dengan  pendapatan tersebut …… Hubungan fisik yang dapat dilihat sebenarnya dapat digunakan sebagai media untuk melacak dan membebankannya. Meskipun demikian harus diakui bahwa dengan melihat kondisi yang ada, dasar penandingan yang paling penting adalah kelayakan (reasonableness), bukannya pengukuran fisik”. 

Dalam praktik, ada tiga dasar penandingan yang umum digunakan untuk mencari hubungan antara biaya dengan pendapatan dalam satu periode tertentu. Dasar penandingan tersebut adalah (Kam, 1990): hubungan sebab akibat (association of causes and effects), alokasi sistematik da n rasional ( systematic and rastional allocation) dan pembebanan segera (immediate recognition).

Hubungan Sebab Akibat

Dasar yang paling ideal untuk menandingkan biaya dengan pendapatan adalah hubungan sebab akibat. Meskipun dasar ini sulit untuk dibuktikan, namun atas dasar pengamatan yang dilakukan para akuntan menunjukkan bahwa barang/jasa tertentu yang digunakan dalam proses produksi pada akhirnya akan membantu dalam proses menghasilkan pendapatan selama periode tertentu. Oleh karena itu dasar penandingan ini sering disebut dengan penandingan langsung (direct or product matching). [4]

Contoh dari biaya yang dapat ditandingkan dengan dasar penandingan langsung adalah biaya komisi penjualan, gaji da n upah, serta  cost   barang terjua l (cost of goods sold). 

Dasar penandingan ini sesuai dengan konsep upaya dan hasil seperti yang diungkapkan oleh Patton dan Littleton (1940). Atas dasar pengamatan fisik dan pengamatan kejadian jelas terlihat bahwa pendapatan tidak akan terjadi apabila tidak ada penyerahan barang dan jasa. Komite American Accounting Association  (dikut ip oleh Kam, 1990) juga menyarankan penggunaan hubungan sebab akibat sebagai dasar penandingan. Mereka mengatakan :

Cost harus dihubungkan dengan pendapatan yang direalisasi selama periode tertentu atas dasar korelasi positif yang dapat dilihat hubungannya antara cost  tersebut dengan pendapatan yang diakui. Ada beberapa masalah teknis yang timbul apabila penandingan langsung atas dasar produk digunakan sebagai dasar hubungan sebab akibat. Masalah tersebut adalah :

1.      Identifikasi Cost Produk 
Sesuai dengan konsep penandingan, semua cost   produksi harus dibebankan pada produk yang bersangkutan. Cost   produk dapat dibagi menjadi dua. Pertama, cost   produk yang melekat pada produk terjual dan nantinya akan dibebankan sebagai biaya. Kedua, cost yang melekat pada produk yang belum terjual (dilaporkan sebagai persediaan) dan dicatat sebagai aktiva sampai produk tersebut terjual.
Beberapa cost produk dapat langsung dihubungkan dengan produk tertentu, sementara cost yang lain hanya dapat dihubungkan dengan kegiatan produksi dan dialokasikan pada produk berdasarkan aturan atau prosedur tertentu. Disinilah pentingnya melakukan identifikasi untuk menentukan cost produk langsung (direct product cost ) dan cost produk tidak langsung (indirect product cost).

2.      Biaya Yang Langsung Berhubungan Dengan Pendapatan Masa Mendatang
Tetapi tidak masuk dalam cost produksi. Pada beberapa kasus, cost yang dapat dihubungkan dengan pendap atan masa mendatang tidak dapat dibebankan secara langsung dengan produk tertentu. Hal ini disebabkan cost tersebut tidak menunjukkan nilai tambah pada produk yang bersangkutan.

Contoh dari kasus ini adalah biaya penjualan dan administrasi. Biaya penjualan dan administrasi tidak harus ditandingkan dengan pendapatan di masa mendatang jika tidak ada jaminan yang rasional untuk menghubungkan biaya tersebut dengan pendapatan di masa mendatang. Meskipun jenis biaya tersebut tidak secara langsung menghasilkan pendapatan karena secara teknis sulit mencari hubungan sebab akibatnya, namun biaya tersebut harus tetap dibebankan sebagai biaya. Tidak diperolehnya pendapatan atau tidak adanya kemungkinan rugi pada periode berjalan, bukan merupakan alasan untuk menunda pem bebanan biaya.
Alasannya adalah apabila suatu cost   barang dan jasa tidak memberikan manfaat pada periode sekarang dan juga bukan merupakan rugi, maka cost   tersebut tentu akan memberikan manfaat masa mendatang. Oleh karena itu,  cost   tersebut harus dialokasi kan pada periode mendatang agar dapat dilakukan penandingan antara biaya dengan pendapatan. Namun demikian, apabila tidak ada hubungan khusus antara pendapatan dan biaya, maka proses penandingan tidak dapat dilakukan.
Konsekuensinya, tindakan menangguhkan  pembebanan  cost   tersebut pada akhirnya akan menyebabkan perataan laba dan tidak menambah manfaat informasi yang dihasilkan.

3.      Biaya Yang Berhubungan Dengan  Pendapatan Yang Terjadi Setelah Pendapatan Diakui
Umumnya biaya yang berhubungan dengan pendapatan akan terjadi setelah pendapatan diakui. Masalah ini berkaitan dengan penentuan besarnya biaya yang akan timbul setelah penjualan. Apabila cost kegiatan tertentu dapat ditaksir secara layak dan cukup pasti, maka cost tersebut dapat diakui sebagai biaya pada periode pengakuan pendapatan. Jadi hubungan sebab akibat harus dapat diidentifikasi untuk menentukan bahwa pendapatan yang diakui memiliki hubungan sebab akibat dengan cost yang bersangkutan.
Contoh     nya, jika suatu garansi diberikan selama penjualan pada periode tertentu, maka biaya atas jaminan tersebut mungkin saja terjadi pada masa mendatang. Penandingan yang tepat akan memperlakukan garansi tersebut sebagai biaya pada saat penjualan dan mencatat hutang untuk menampung cost   yang timbul dari garansi tersebut. Memang, cost ini belum tentu terjadi. Namun demikian, tidak ada alasan yang tepat untuk menunda pembebanan cost tersebut sebagai biaya.
Apabila estimasi terhadap cost garansi yang mungkin timbul dapat ditaksir dengan layak dan cukup pasti, maka cost tersebut harus diakui sebagai biaya pada saat pendapatan diakui. Apabila cost garansi yang benar-benar terjadi melebihi besarnya cost yang ditaksir sebelumnya, maka kelebihan tersebut lebih tepat untuk diakui sebagai rugi (losses ) daripada biaya operasi.
Kriteria yang digunakan adalah kelayakan atau kemungkinan terjadinya cost tersebut. Alasan yang sama dapat juga diterapkan untuk biaya pengumpulan piutang dan biaya lain yang berhubungan dengan kegiatan administrasi. Dengan demikian, apabila ada pendapatan yang diakui sebelum barang dikirim dan apabila ada kemungkinan timbulnya biaya tambahan atas pengiriman barang tersebut, cara yang paling tepat adalah mencatat pendapatan atas dasar harga jual dikurangi taksiran biaya tambahan untuk menjual barang tersebut.

C.    Alokasi Sistematis dan Rasional 
Alokasi sistematik dan rasional sering disebut dengan dasar penandingan periodik (period matching) atau penandingan tidak langsung (indirect matching). Alokasi sistematik dan rasional dapat digunakan sebagai dasar penandingan  apabila dasar penandingan hubungan sebab akibat tidak dapat dilakukan.
Atas dasar konsep penandingan ini, ukuran penandingan yang digunakan bukan produk (unit fisik) tetapi periode. Apabila manfaat cost suatu aktiva lebih dari satu periode, maka cost tersebut dialokasikan secara sistematis pada periode yang menikmati manfaat tersebut.[5]
Depresiasi aktiva tetap merupakan contoh alokasi sistematis. Masalah yang sering muncul dalam alokasi ini adalah banyaknya metode alokasi yang dapat digunakan dalam proses alokasi cost. Depresiasi dapat menggunakan metode alokasi seperti garis lurus, output produksi, jumlah angka- angka tahun dan sebagainya.
Meskipun dapat menimbulkan masalah, alokasi sistematis tetap dapat digunakan sebagai dasar penandingan. Ada beberapa alasan yang mendukung pemakaian alokasi sistematis dan rasional :

1.      Banyak cost periodik yang berhubungan secara tidak langsung dengan pendapatan periode berjalan.
2.      Pada beberapa kasus sulit mencari hubungan langsung antara cost tertentu dengan pendapatan.
3.      Apabila manfaat masa mendatang tidak dapat diukur dengan cukup pasti atau cost yang dikeluarkan tidak memiliki hubungan dengan pendapatan di masa mendatang, maka tidak ada alasan untuk menunda pembebanan cost sebagai biaya pada periode terjadinya.
4.      Apabila biaya  bersifat rutin (reguler) dan terjadi berulang-ulang, maka pembebanan langsung secara material tidak akan berpengaruh terhadap laba bersih, meskipun penandingan yang tepat tidak dapat dicapai. 
5.      Apabila cost tersebut merupakan joint-cost, maka alokasi arbitrer harus dilakukan pada kegiatan yang berbeda.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pada waktu akuntan menyiapkan laporan keuangan, mereka berasumsi bahwa umur ekonomi suatu bisnis dapat dibagi ke dalam beberapa periode waktu. Dalam menggunakan konsep periode akuntansi ini, akuntan harus menentukan dalam periode mana pendapatan dan beban bisnis akan dilaporkan. Untuk menentukan periode yang tepat, akuntan akan menggunakan (1) akuntansi dasar kas atau (2) akuntansi dasar akrual.
Pada akhir periode akuntansi, beberapa saldo akun buku besar dapat dilaporkan dalam laporan keuangan tanpa perubahan. Misalnya, saldo akun kas adalah jumlah yang biasanya dilaporkan dalam neraca. Akan tetapi, beberapa akun buku besar memerlukan pemutakhiran. Sebagi contoh, saldo untuk beban dibayar dimuka biasanya dilaporkan terlalu besar karena penggunaan aktiva ini tidak dicatat setiap hari. Saldo akun perlengkapan biasanya menggambarkan beban perlengkapan pada awal periode ditambah harga perolehan perlengkapan yang dibeli selama periode tersebut. Untuk mencatat penggunaan perlengkapan setiap hari diperlukan banyak banyak ayat jurnal dengan jumlah kecil. Selain itu, jumlah total perlengkapan relatif kecil dibanding aktiva lainnya, dan manajer biasanya tidak memeerlukan informasi tentang perlengkapan setiap hari.




DAFTAR PUSTAKA
DH., Basu Swastha Dr. 1998. Pengantar Bisnis Modern. Liberty. Jakarta.
Solihin, Ismail. 2006. Pengantar Bisnis. Prenada Media. Jakarta.
Widiyatmini. 1996. Diktat Pengantar Bisnis. Guna Darma. Jakarta.
Ziamroni, M. 2009. Buku Kantong Ekonomi IPS. Pustaka Widiyatmini. Yogyakarta.



[1] DH., Basu Swastha Dr. 1998. Pengantar Bisnis Modern. Liberty. Jakarta. hlm. 50

[2] Solihin, Ismail. 2006. Pengantar Bisnis. Prenada Media. Jakarta. hlm.65
[3] Widiyatmini. 1996. Diktat Pengantar Bisnis. Guna Darma. Jakarta. hlm.77

Post a Comment for "Konsep penandingan dan proses penyesuaian"