Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Manajemen produksi teater

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Seni teater adalah seni kolektif, karena sifatnya tersebut maka pada penggarapannya sangat dibutuhkan adanya manajerial yang baik.tentu harus menggunakan fungsi dasar dan manajemen. Fungsi dasar adalah POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controling) dalam istilah Indonesia dikenal dengan P4 (Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakan, dan Pengawasan). Penerapan teori dari fungsi manajemen tersebut, pada garapan seni teaterlah yang ingin penulis ketahui pada prakteknya ternyata ketiga kelompok teater modern yang ada di Bandung, yaitu kelompok Teater Payung Hitam, kelompok Teater Laskar panggung dan kelom-pok Teater Re-Publik, ketiganya mempraktekan keempat fungsin dari manajemen tentu saja dengan kapasitasnya masing-masing.
Manajemen produksi teater Sebenarnya sudah jadi masalah yang pelik dan akut, bukan saja terjadi di teater-teater amatir (baca; teater kampus dan pelajar), tetapi kelompok-kelompok teater yang profesional dan semi profesional di Indonesia pun mengalaminya. Sebut saja Teater Koma, mungkin satu-satunya teater Profesional yang cukup baik dalam mengelola manajemen produksi. Akan tetapi, tetap saja manajemen produksi di teater masih menjadi semacam konsep atau barang aneh dan berat untuk dilaksanakan. Untuk itu, ada baiknya kita pilah dulu istilah manajemen produksi teater atau pengaturan kerja produksi teater dengan manajeman teater (saja). Manajemen teater yang dimaksud disini adalah bagaimana pengaturan dan perencanaan yang berupa konsep atau aturan yang mengelola serta mengorganisir acara atau kegiatan melalui sebuah administrasi (managing or being managed; administration; persons managing a business).

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa itu manajemen produksi teater?
2.      Bagaimana pembagian manajemen produksi teater?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN MANAJEMEN PRODUKSI TEATER.
Teater adalah multi arts atau seni campuran, dimana semua unsur-unsur seni yang lain seperti sastra, rupa (termasuk arsitektur), musik dan gerak (tari) berbaur dan saling menunjang didalamnya, hingga tercipta sebuah karya seni yang disebut teater. Teater juga merupakan seni yang mengutamakan kerja sama (bukan berarti kerja kolektif) sehingga masalah kedudukan tidak terstruktur seperti satu garis komando dari atas ke bawah, seperti struktur dalam ketentaraan. Perlu juga diketahui bahwa kerja sama di sini berarti kebersamaan, yaitu komitmen setiap pendukungnya melalui komunikasi yang bebas dan terbuka untuk menciptakan sebuah karya seni yang handal.
Komitmen melalui komunikasi yang bebas itulah yang biasa disebut dengan manajemen dalam teater, yaitu sebuah cara atau aturan yang disepakati bersama untuk mengorganisir kegiatan (produksi) sebuah karya pementasan. Dengan demikian, karya seni yang dihasilkan oleh orang-orang yang tergabung didalam produksi tersebut bukan hanya atau tidak sepenuhnya dihasilkan oleh satu orang atau satu unsur saja. Manajemen terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (execution), dan evaluasi (evaluation). Dengan manajemen yang di jalankan dengan baik akan dapat mencapai tujuan dengan efektif dan efesien. Efektif artinya dapat menghasilkan karya seni yang berkualitas sesuai dengan keinginan seniman atau penontonnya. Efisien berarti menggunakan sumberdaya secara rasional dan hemat, tidak ada pemborosan atau penyimpangan.
Manajemen adalah cara memanfaat semua sumber daya, baik itu sumber daya manusia, maupun sumber daya lainnya seperti peralatan, barang dan biaya untuk menghasilkan pementasan atau karya seni pertunjukan teater.
Fungsi dari Manajemen Produksi Teater, antara lain :
·         Agar pementasan berjalan lancar, dengan membentuk dan membagi tugas kepada ketua produksi sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi;
·         Meminimalisir kerugian dan halangan;
Perencanaan adalah merupakan tahapan pertama yang harus dilakukan oleh suatu organisasi. Dalam tahap inilah ditentukan sasaran atau tujuan yang ingin dicapai dalam waktu tertentu dan cara yang akan ditempuh untuk mencapainya. Misalnya sasaran dalam satu semester melakukan satu kali pementasan.
Kegiatannya meliputi :
1.      Menulis atau memilih naskah yang cocok untuk di pentaskan
2.      Rencana latihan
3.      Mencari dan menentukan rencana tempat pertunjukan
4.      Mencari biaya pementasan
5.      Rencana promosi dan publikasi
6.      Dan lain-lain

Proses Perencanaan dilakukan melalui :
1.      Menentukan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan
2.      Mengurutkan langkah – langkah kegiatan
3.      Penjadwalan/ menyusun time scedulle
4.      Integrasi atau terpadu dalam satu proses bersama

B.     PEMBAGIAN MANAJEMEN PRODUKSI TEATER
Manajemen Produksi Teater ada 2 macam, yaitu bidang Produksi dan Bidang Artistik.
1.      Manajemen Produksi
·         Produser
Pruduser adalah orang yang membiayai segala keperluan dalam pementasan darama. Setiap kali pementasan drama, produser merupakan factor yang paling utama, apakah pementasan drama dapat dilaksanakan atau tidak. Dalam pementasan drama tidak sedikit biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu, dengan adanya produser maka biaya tersebut akan ditanggung sepenuhnya oleh produser. Walaupun demikian, unsur-unsur pementasan drama yang lain juga merupakan factor yang penting juga dalam pementasan drama. Dengan kata lain baik produsen maupun unsur yang lain adalah suatu yang tak dapat dipisahkan antara satu sama lain.
·         Pemain
Pemain adalah orang yang memeragakan cerita. Berapa pemain yang dibutuhkan, tergantung berapa banyak tokoh yang ada dalam naskah drama yang akan dipentaskan itu. Sebab, setiap tokoh akan diperankan seorang pemain. Agar berhasil memerankan tokoh-tokoh yang ada di dalam sebuah naskah drama, maka pemain juga harus dipilih secara tepat. Jika drama itu pemainnya campuran, untuk menentukan pemain tentu lebih mudah daripada tidak campuran. Yang dimaksud tidak campuran adalah para pemain terdiri dari anak-anak, remaja dan orang tua. Juga, pemain laki-laki dan perempuan sebab. Sebab pemain-pemainnya campuran, untuk memainkan tokoh ayah tentu lebih baik dipilih pemain orang tua saja. Sebaliknya, pemain anak-anak pemerannya adalah anak-anak.
Demikian pula tokoh remaja putra atau putri juga lebih baik diperankan oleh remaja putra atau remaja putri. Dengan demikian, keadaan fisik pemain sudah mirip atau mendekati tokoh yang diperankan. Seorang pemain harus benar-benar bisa Seperti tokoh yang diperankan. Untuk itu, ia harus menguasai dan mampu memerankan watak, tingkah dan busana atau hal lain yang mendukung peranannya. Dalam upaya memilih pemain drama yang tepat, cara berikut ini dapat diterapkan.
1)      Pertama-tama naskah drama yang sudah dipilih itu harus dibaca berulang-ulang agar semuanya dapat dipahami. Dan dialog para tokoh (dan penjelasan lain) dapat diketahui watak tiap-tiap tokoh dalam naskah drama itu.
2)      Setelah diketahui watak tiap-tiap tokoh, lalu dipilih pemain yang cocok dan mampu memerankan masing-masing tokoh.
3)      Selain pertimbangan watak, perlu dipertimbangkan perbandingan usia dan perkiraan perawakan (postur).
4)      Kemampuan pemain menjadi pertimbangan penting pula.
5)      Sebaiknya dipilih pemain yang “cerdas”. Artinya, dalam waktu tidak terlalu lama berlatihnya, dia sudah bisa memainkan tokoh seperti yang dikehendaki naskah.
Kemampuan bermain drama dapat dipelajari. Yang berminat dapat mempelajarinya lewat berbagai buku tentang cara bermain drama. Bahkan bagi pemain serius dapat mendalaminya lewat sekolah. Di Yogyakaria ada sekolah khusus tentang drama, yaitu Akademi Seni Drama dan Film (Asdrafi). Di akademi ini diajarkan, antara lain cara-cara berakting, atau lebih luasnya cara-cara bermain drama. Di Jakarta, sekolah khusus yang mengajari cana bermain drama ialah Institut Kesenian Jakarta (IKI ) di Taman lsmail Marzuki (TIM).

·         Penonton
Penonton termasuk unsur penting dalam pementasan drama. Bagaimanapun sempurnanya persiapan, kalau tak ada penonton rasanya drama tak akan dimainkan. Jadi, segala unsur drama yang telah disebutkan sebelumnya pada akhirnya akan bermuara kepada kepuasan penonton. Persis seperti juru masak di restoran. Aneka bahan dipilih, bermacam bumbu digunakan, berbagai teknik pengolahan diterapkan, semua itu untuk pelanggan agar pelanggan mau datang, membeli, dan menikmatinya. Kalau masakan enak dan harganya cocok biasanya pelanggan puas dan akan datang lagi pada waktu lain. Pelanggan semakin banyak sehingga pengusaha rumah makan itu memetik keuntungan besar, usahanya sukses. Demikian pula pertunjukan drama. Kesuksesannya bisa diukur dan hanyak-sedikitny penonton. Kalau penontonnya , (dan kebanyakan merasa puas), pertunjukan drama itu dapat dikatakan sukses besar.
Penonton adalah orang-orang yang mau datang ke tempat pertunjukan. Biasanya mereka mau meninggalkan rumah dan kesibukannya untuk menonton drama karena merasa yakin hahwa lakon dan pemainnya bagus. Kalau sudah yakin benar mereka akan datang menonton meskipun harus mengeluarkan uang untuk membayar harga tanda masuk. Memang, tidak semua penonton wajim membeli tiket. Banyak pula penonton drama gratis. Meskipun demikian, penonton tetap berharap agar drama yang ditontonnya bisa menyenangkan hati mereka.



2.      Manajemen Artistik
·         Naskah
Bila hendak mengadakan pertunjukan, yang dibutuhkan pertama-tama adalah naskah drama. Naskah drama adalah karangan yang berisi cerita tau lakon. Dalam naskah tersebut termuat nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh, dan keadaan, panggung yang diperlukan. Bahkan kadang-kadang juga dilengkaapi penjelasan tentang tata busana, tata lampu, dan tata suara (musik pengiring).
Naskah drama bentuk dan usunannya berbeda dengan naskah cerita pendek atau novel. Naskah cerita pendek atau novel berisi cerita lengkap dan langsung tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sebaliknya, naskah drama tidak mengisahkan cerita secara langsung. Penentuan ceritanya diganti dengan dialog para tokoh. Jadi, naskah drama itu mengutamakan ucapan-ucapan atau pembicaraan para tokoh. Dari pemhicaraan para tokoh itu penonton dapat menangkap dan mengerti seluruh ceritanya.
Pemain drama dibagi dalam babak demi babak. Setiap babak mengisahkan peristiwa tertentu. Peristiwa itu terjadi di tempat tertentu, dalam waktu tertentu, dan suasana tertentu pula. Misalnya drama itu terdiri dan tiga babak, berarti babak I, babak II dan babak III. Tiap-tiap babak menggambarkan peristiwa yang berbeda. Begitu pula tempat, waktu dan suasananyapun berbeda. Dengan pembagian seperti itu, penonton memperoleh gambaran yang jelas bahwa setiap peristiwa berlangsung di tempau. waktu, dan suasana yang berbeda. Untuk memudahkan para pemain drama, naskah ditulis selengkap-lengkapnya, bukan saja berisi percakapan, melainkan juga disertai keterangan atau petunjuk. Petunjuk itu misalnya gerakan-gerakan yang dilakukan pemain, tempat terjadinya peristiwa, benda-benda peralatan yang diperlukan, dan keadaan panggung setiap babak. Juga tentang bagaimana dialog diucapkan, apakah dengan suara lantang, lemah atau dengan berteriak. Pendek kata, naskah drama itu benar-benar sudah lengkap dan sudah siap dimainkan di panggung.


·         Sutradara
Sutradara adalah pemimpin dalam pementasan drama. Sebagai pemimpin yang bertanggung jawab terhadap kesuksesan pementasan drama, ia tentu harus membuat perencanaan dan melaksanakannya. Sutradara layaknya seorang panglima yang merancang pertempuran dan berjanji harus menang. Seorang panglima yang baik adalah juga seorang prajurit yang baik. Demikian pula seorang sutradara yang dengan sendirinya haruslah seorang aktor yang baik. Dengan demikian dia tidak hanya pandai mengarahkan, tetapi juga piawai melakukannya. Tugas sutradar sangat banyak dan beban tauggung jawabnya cukup berat. Sutradara harus memilih naskah, menentukan pokok-pokok penafsiran naskah, memilih pemain melatih pemain, bekerja dengan staf, dan mengkoordinasikan setiap bagian. Semua itu harus dilakukan dengan cermat. Bila pementasan drama berjalan lancar menarik, dan memuaskan penonton, sutradara adalah orang pertama yang berhak mendapatkan acungan jempol. Sebaliknya, bila terjadi ketidak lancaran yang menyebabkan ketidak puasan penonton, sutradara pasti menjadi sasaran makian.
Bagi seorang sutradara, yang mula-mula dilakukan adalah memilih naskah (atau menulis naskah sendiri kalau mau, mampu dan ada waktu). Naskah itu lalu dibaca berulang-ulang, direnungkan, ditafsir-tafsirkan sampai akhirnya mendapatkan kesimpulan bagaimana watak tokoh-tokohnya, tata riasnya sulit atau tidak, pengaturan panggungnya mampu dikerjalan atau tidak, dan seterusnya. Meski sebenarnya, urusan tata rias, tata panggung, tata suara, dan tata lampu dapat diserahkan kepada orang lain. Selanjutnya, sutradara memilih para pemain, dasar pertimbangannya, pemain itu diperkirakan cocok dengan tokoh dalam cerita baik postur, watak, maupun kemampuan berakting. Para pemain terpilih kemudian diberi penjelasan tentang lakon drama yang akan dipentaskan, watak para tokoh dan hal-hal lain berkaitan dengan drama yang akan dipentaskan. Kalau perlu, dilanjutkan diskusi dengan pemain.
Tugas sutradara selanjutnya adalah melatih, membimbing, mengarahkan para pemain agar dapat memrtsnksn tokoh dalam cerita. Ini bukan perkara mudah sebab, . harus mampu menafsirkan watak dan lagak tokoh cerita secara tepat kemudian memindahkan watak dan lagak itu kepada pemain yang dipilihnya. Seorang sutradara tidak boleh bekerja sambil lalu. Ia harus bersemangat tinggi dan sungguh-sungguh melatih para pemain. Sikap disiplin dan tegas harus ditunjukkannya. Ia tidak boleh segan menegur, mencela, atau menyalahban pemain yang memang salah mengucapkan dialog atau berakting. Jika perlu, dengan tegas menindak pemain yang tidak disiplin. semua itu demi keberhasilan pementasan drama. Dalam pelatihan sutradara memberikan perintah, aba-aba, pentunjuk, dan saran kepada pemain. Setiap pemaih harus tunuk kepadanya. Semua kata-katanya harus dijalankan. Sutradara harus “tega” menyuruh pemain mengulang-ulang dialog dan aktingnya sampai benar-benar sesuai dengan tokoh yang diperankannya.
Sutradara juga menujuk tugas khusus, yaitu penata rias, penata busana, penata panggung, penata lampu dan penata suara. Sutradara harus menjalin komunikasi yang baik dnegan meraka, terutama memberi pengarahan tentang apa yang harus dilakukan para petugas. Selain itu sutradara juga mengkoordinasikan kerja pada petugas agar semuanya berjalan dengan lancar dan serasi. Semua itu memang menjadi tanggung jawab sutradara.

·         Tata Busana
Tata busana adalah pengaturan pakaian pemain baik bamhan, model, maupun cara mengenakannya. Tata busana sebenarnya mempunyai hubungan yang erat sekali dengan tata rias. Karena itu, tugas mengatur pakaian pemain sering dirangkap penata rias. Akan tetapi, sering pula terjadi tugas penata rias dipisahkan dengan tuga mengatur pakaian. Artinya, penata rias hanya khusus menata wajah, sedangkan mengatur pakaian atau busana penata busana dengan pertimbangan untuk mempermudah dan mempercepat kerja. Meskipun demikian, penata rias dan penata busana harus bekerja sama saling memahami, saling menyesuaikan, dan saling membantu agar hasil akhirnya memuaskan.



·         Tata Rias
Yang dimaksud dengan tata rias adalah cara mendandani pemain. Orang yang mengerjakan tata rias disebut penata rias. Tugasnya merias wajah pemain. Alat-alat rias bermacam ragam dan banyak tersedia di toko. Tentu saja ada yang mahal dan ada yang murah. Untuk merias pemain drama, tidak perlu menggunakan alat rias yang mahal. Apalagi sulit didapat. Sebaiknya mempergunakan alat rias yang sederhana, murah, dan mudah didapat. Kalau perlu, sebagian dibuat sendiri. Alat-alat rias itu, misalnya bedak, pemerah bibir, bubuk hitam dan arang, pensil alis gelung palsu, kumis palsu, dan lem.
Seorang penata rias harus memiliki rasa seni yang tinggi. Karena tugasnya merias wajah, ia harus tahu apakah. hasil riasannya sudah cukup bagus. Apa. sudah sesuai dengan tokoh yang akan diperankan? Misalnya, merias pemain yang akan memerankan nenek tua. Setelah merias, ia perlu memeriksa kembali dan mengamati dengan teliti apakah pemain yang diriasnya sudah benar-benar tampak seperti nenek tua. Selain harus mempunyai rasa seni, penata rias harus terampil dan cekatan. Mengapa? Pemain yang harus dirias adakalanya cukup banyak. Kalau kerja penata rias lambat bisa jadi pementasan drama akan terlambat. Apalagi kalau terlambatnya cukup lama, bisa merusak keseluruhan rencana pementasan drama. Karena itu, penata rias harus terampil dan cekatan, dan mampu mengatur waktu sehingga setiap pemain yang akan naik panggung sudah dirias dengan baik.

·         Tata Suara
Yang dimaksud penata suara bukan hanya pengaturan pengeras suara (sound system), melainkan juga musik pengiring. Musik pengiring diperlukan agar suasana yang digambarkan lebih meyakinkan dan lebih mantap bagi pera penonton. Sebagai contoh, adegan ketika seorang anak sedang melamun dikamar belajar menjelang tengah malam yang sepi, mengenang orang tuanya yang jauh. Adegan itu menggambarkan suasana sedi. Kalau diiringi oleh musik yang sesuai, tentu kesedihan itu akan lebih terasa dan lebih mengharukan. Penataan musik pengiring tidak bisa diserahkan kepada sembarangarang. Sebab, penata musik harus pintar menafsirkan musik pengiring yang cocok. Karena itu, penata musik harus mempunyai perasaan yang halus dan tajam, berjiaw seni, memahami musik, dan mengerti lagu-lagu.
Peralatan apa yang diperlukan untuk musik pengiring ?. Tidak ditentukan secara baku. Apa saja bisa digunakan asal cocok. Mungkin hanya sebuah biola, mungkin sebuah organ. mungkin seruling, gitar, dan tambur. Mungkin pula lebih lengkap lagi. Adakalanya, musik pengiring itu sudah direkam dalam pita kaset dan seorang penata suara tinggal mengoperasikan rekaman itu. Musik pengiring dimainkan di balik layar agar tak terlihat penonton. Kalau terlihat, permainan drama kurang baik. Karena ada persaingan antara pemain musik dengan pemain drama di panggung.
Akan tetapi, kekerasan suara itu harus diatur. Kalau terlalu keras, bisa menutup suara dialog yang diucapkan para pemain. Akibatnya, penonton tidak bisa mendengarkan dialog dengin baik sehingga tak akan dapat mengerti lakon drama yang dtontonnya. Sebaliknya, bila suara musik pengiring terlalu lemah dan suara dialog terlalu keras, musik pengiring pengiring itu akan tenggelam. Karena itu keras lemahnya suara dialog dan musik pengiring harus diselaraskan. Itu semua menjadi tugas penata suara.

·         Tata Panggung
Yang dimaksud panggung adalah pentas atau arena untuk drama. Biasanya letakny didepan tempat duduk penonton dan lebih tinggi daripada kursi penonton. Tujuannya, agar penonton yang duduk di kursi paling belakang masih bisa melihat apa yang ada di panggung. Tata panggung adalah keadaan panggung yang dibutuhkan untuk permainan drama. Misainya, panggung harus menggambarkan keadaan ruang tamu. Supaya panggung seperti ruang tamu, tentu panggung diisi peralatan seperti meja, kursi, hiasan dinding. dan lain-lain. Semua peralatan itu diatur sedemikian rupa sehingga seperti ruang tamu. Petugas yang menata itu disebut penata panggung.
Penata panggung tugasnya hanya menuruti apa yang diminta naskah. Meskipun demikian, secara kreatif ia boleh menambah atau mengurangi, atau mengubah letak perabot asal perubahan itu menambah baiknya keadaan panggung. Berkaitan dengan itu, penata panggung sebaiknya dipilih orang-orang yang mengerti keindahan dan tahu komposisi yang haik, meletakkan barang-barang di panggung tidak sembaranan. Sehab, mengatur barang-harang ada seninya. Barang-barang itu perlu diatur sebaik-baiknya supaya tampak serasi. Demikian pula jarak antara barang satu dan yang lain. Ini dimaksud komposisi. Komposisi yang tepat akan menimbulkan keindahan dan keindahan menimbulkan rasa senag.

·         Tata Lampu
Yang dimaksud tata lampu adalah pengaturan cahaya di panggung. Karena itu, tata lampu erat hubungannya dengan tata panggung. Kalau panggung menggambarkan ruangan rumah orang miskin di daerah terpencil, berdinding anyaman bambu dan di situ tertempel lampu minyak, maka lampu minyak itu tidak termasuk tata lampu. Lampu minyak itu menjadi bagian dari tata panggung meskipun menyala dan memancarkan cahaya.
Supaya panggung menjadi terang harus diberi cahaya lampu listrik dari arah depan, bawah, samnping kiri, atau samping kanan. Lampu listrik itu harus disembunyikan agar tak terlihat penonton. Pengaruran cahaya di panggung memang harus disesuaikan dengan keadaan panggung yang digambarkan. Di rumah orang miskin, di rumah orang kaya semuanya memerlukan penyesuaian. Demikian pula dengan waktu terjadinya. apahah pagi, siang, atau alam. Cahaya waktu pagi tentu tak seterang siang hari. Bila suatu peristiwa terjadi pada malain hari, harus diingat pula di mana terjadinya peristiwa itu. Di ruang diskusi cahaya tentu lehih terang daripada di luar rumah.
Yang mengatur seluk-beluk pencahayaan di panggung ialah penata lampu. Penata lampu biasanya menggunakan alat yang disebut spot light, yang semacam kotak besar berlensa yang berisi lampu ratusan watt. Bila dinyalakan, sinarnya terang sekali memancarkan ke satu arah. Penata lampu lalu menyorotkan dari jarak jauh (biasanya dari belakang penonton) ke panggung. Lensa dapat diatur untuk menerangi seluruh atau sebagian panggung. Bila dikehendaki, cahaya dapat dibuat menjadi redup. Warna cahaya juga dapat diubah sesuai kebutuhan. Karena tata lampu selalu berhubungan degnan listrik, sebaiknya penata lampu mengerti teknik kelistrikan. Sebaba adakalanya lampu harus tiba-tiba dimatikan sejenak lalu dihidupkan kembali. Ada kemungkinan tiba-tiba ada gangguan listrik, misalnya terjadi hubungan arus pendek sehingga lampu mati semua. Untuk menghadapi hal seperti itu penata lampu yang tidak memahami teknik kelistrikan, tentu akan bingung. Akibatnya, pencahayaan di panggung kacau dan pertunjukan drama gagal total.



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Teater adalah multi arts atau seni campuran, dimana semua unsur-unsur seni yang lain seperti sastra, rupa (termasuk arsitektur), musik dan gerak (tari) berbaur dan saling menunjang didalamnya, hingga tercipta sebuah karya seni yang disebut teater. Teater juga merupakan seni yang mengutamakan kerja sama (bukan berarti kerja kolektif) sehingga masalah kedudukan tidak terstruktur seperti satu garis komando dari atas ke bawah, seperti struktur dalam ketentaraan. Perlu juga diketahui bahwa kerja sama di sini berarti kebersamaan, yaitu komitmen setiap pendukungnya melalui komunikasi yang bebas dan terbuka untuk menciptakan sebuah karya seni yang handal.
Komitmen melalui komunikasi yang bebas itulah yang biasa disebut dengan manajemen dalam teater, yaitu sebuah cara atau aturan yang disepakati bersama untuk mengorganisir kegiatan (produksi) sebuah karya pementasan. Dengan demikian, karya seni yang dihasilkan oleh orang-orang yang tergabung didalam produksi tersebut bukan hanya atau tidak sepenuhnya dihasilkan oleh satu orang atau satu unsur saja. Manajemen terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (execution), dan evaluasi (evaluation). Dengan manajemen yang di jalankan dengan baik akan dapat mencapai tujuan dengan efektif dan efesien. Efektif artinya dapat menghasilkan karya seni yang berkualitas sesuai dengan keinginan seniman atau penontonnya. Efisien berarti menggunakan sumberdaya secara rasional dan hemat, tidak ada pemborosan atau penyimpangan.

B.     SARAN
Dalam penyelesaian makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka penulis mengharapkan kirik dan saran dari pembaca guna perbaikan untuk kali yang akan datang.


C.     
DAFTAR PUSTAKA

Azhari, Muhammad. 2009. Manajemen Teater, Perencanaan dan Pementasan Drama/Teater di Perguruan Tinggi dan Sekolah Menengah. Palembang: Penerbit Unsri.
Dahana, Radhar P. 2001. Homo Theatricus. Magelang: Indonesia.
Hamzah, A.A. 1985. Pengantar Bermain Drama. Bandung: CV Rosda.
Hasanuddin. 1996. Drama, Karya dalam Dua Dimensi. Bandung: Angkasa.
Iman Sholeh dan Rik Rik El Saptaria. 2005. Modul Workshop Keaktoran Festamasio 3. Jogjakarta: Teater Gajah Mada UGM.



Post a Comment for "Manajemen produksi teater"