Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Memahami kisah orang salih

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak.
Dalam Encyclopedia Brittanica, akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik, buruk, seharusnya benar, salah dan sebagainya tentang prinsip dan dapat diterapkan terhadap sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral. Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak.
1.      Perbuatan yang baik atau buruk
2.      Kemampuan melakukan perbuatan
3.      Kesadaran akan perbuatan itu
4.      Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk




BAB II
PEMBAHASAN

A.    MENELADANI AKHLAK ASHABUL KAHFI
Ashhabul Kahfi adalah para pemuda yang diberi taufik dan ilham oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga mereka beriman dan mengenal Rabb mereka. Mereka mengingkari keyakinan yang dianut oleh masyarakat mereka yang menyembah berhala. Mereka hidup di tengah-tengah bangsanya sembari tetap menampakkan keimanan mereka ketika berkumpul sesama mereka, sekaligus karena khawatir akan gangguan masyarakatnya. Mereka mengatakan:
رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُوْنِهِ إِلَهًا لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا
“Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak akan menyeru Rabb selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang jauh.” (Al-Kahfi: 14)
Yakni, apabila kami berdoa kepada selain Dia, berarti kami telah mengucapkan suatu شَطَطًا (perkataan yang jauh), yaitu perkataan palsu, dusta, dan dzalim.
Setelah mereka sepakat mengenai keyakinan tersebut dan menyadari bahwa mereka tidak mungkin menjelaskannya kepada kaum mereka, maka mereka memohon kepada Allah Ta’ala supaya dimudahkan urusan mereka, artinya, “Wahai Rabb kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).” (Al-Kahfi: 10).
Kemudian mereka berlindung ke gua, lalu Allah Subhannahu wa Ta’ala memudahkan urusan mereka, melapangkan lubang gua serta menempatkan pintunya di sebelah utara, sehingga tidak terkena sinar matahari; baik ketika terbit maupun saat terbenam, dan mereka tertidur dalam gua di bawah penjagaan serta perlindungan Allah Subhannahu wa Ta’ala selama tiga ratus sembilan tahun. Allah Subhannahu wa Ta’ala telah melindungi mereka dari rasa takut, karena posisi mereka (gua) berdekatan dengan kota kaum mereka.
Allah Subhannahu wa Ta’ala senantiasa menjaga dan melindungi mereka dalam gua tersebut, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya,artinya, “Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri” (Al-Kahfi: 18), supaya bumi tidak membusukan tubuh mereka.
Kemudian Allah Subhannahu wa Ta’ala membangunkan mereka setelah tertidur dalam jangka waktu yang cukup lama “supaya mereka saling bertanya diantara mereka sendiri.” (Al-Kahfi: 19). Akhirnya mereka menemukan jawaban yang sesungguhnya, sebagaimana hal tersebut ditegaskan oleh Allah Ta’ala di dalam firman-Nya, artinya,
“Berkatalah salah seorang di antara mereka: “Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini).” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi): “Rabb kamu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini.” (Al-Kahfi: 19). Allah Subhannahu wa Ta’ala menjelaskan kisah ini hingga akhir.
Di dalam kisah tersebut terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah Subhannahu wa Ta’ala dan faidah-faidah yang bermanfaat, di antaranya:
·         Bahwa kisah ashhabul kahfi, meskipun sangat mengagumkan, tetapi bukan merupakan tanda kekuasaan Allah Subhannahu wa Ta’ala yang paling mengagumkan, karena Allah Subhannahu wa Ta’ala memiliki tanda-tanda kekuasaan tersendiri dan kisah-kisah lain yang di dalamnya terdapat pelajaran berharga bagi orang-orang yang berkenan merenungkannya.
·         bahwa orang yang memohon perlindungan kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala, maka Allah akan melindungi dan menyayanginya, dan menjadikan nya sebab-sebab untuk menunjukkan orang-orang yang sesat. Allah Subhannahu wa Ta’ala telah melindungi ashhabul kahfi dalam tidur mereka yang cukup lama dengan memelihara keimanan dan tubuh mereka dari gangguan serta pembunuhan kaum mereka dan Allah Subhannahu wa Ta’ala menjadikan bangunnya mereka dari tidur mereka sebagai tanda kesempurnaan kekuasaan-Nya, kebaikan-Nya yang banyak dan bermacam-macam, supaya hamba-hamba-Nya mengetahui bahwa janji Allah Subhannahu wa Ta’ala pasti benar.
·         Adalah perintah menuntut ilmu-ilmu yang bermanfaat dan mendiskusikannya, karena Allah Ta’ala telah mengutus mereka untuk tujuan tersebut dan mengilhami mereka untuk berdiskusi di antara mereka seputar keyakinan mereka dan pengetahuan masyarakat mengenai keyakinan atau perilaku mereka sehingga diperoleh bukti-bukti dan pengetahuan bahwa janji Allah pasti benar dan sesungguhnya kiamat itu pasti terjadi tanpa ada keraguan di dalamnya.
·         Adalah berkenaan dengan etika seseorang yang merasa samar mengenai sesuatu ilmu, maka hendaklah ia mengembalikannya kepada gurunya dan berusaha untuk memahami dengan seksama pelajaran yang telah diketahuinya.
·         Bahwa sah mewakilkan dan mengadakan kerja sama dalam jual beli. Hal tersebut merujuk perkataan mereka,artinya, “Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini”, kemudian “،K maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu.” (Al-Kahfi: 19).
·         Bahwa diperbolehkannya memakan makanan yang baik-baik dan memilih makanan-makanan yang layak dan sesuai dengan selera seseorang selama tidak melebihi batas-batas kewajaran. Sedang jika melebihi batas-batas kewajaran maka hal tersebut termasuk perbuatan yang dilarang. Hal itu didasarkan kepada perkataan salah seorang dari mereka,artinya, “،K dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu.” (Al-Kahfi: 19).
·         Adalah berkenaan dengan anjuran supaya memelihara, melindungi serta menjauhkan diri dari perbuatan yang dapat menimbulkan fitnah dalam urusan agama dan harus menyembunyikan ilmu yang mendorong manusia berbuat jahat.
·         Adalah berkenaan dengan keterangan yang menjelaskan perhatian dan kecintaan para pemuda itu kepada agama yang benar, pelarian mereka untuk menjauhkan diri dari semua fitnah dalam urusan agama mereka dan pengasingan diri mereka dengan meninggalkan kampung halaman serta kebiasaan mereka untuk menempuh jalan Allah Subhannahu wa Ta’ala.
·         Adalah berkenaan dengan keterangan yang menjelaskan hal-hal yang tercakup dalam kejahatan, seperti kemadharatan dan kerusakan yang mengundang kemurkaan Allah ƒ¹ dan kewajiban meninggalkannya, dan meniggalkannya merupakan jalan yang harus ditempuh oleh kaum mukminin
·         Bahwa firman Allah Subhannahu wa Ta’ala,artinya, “Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata, “Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya.” (Al-Kahfi: 21) menunjukkan bahwa orang-orang yang berkuasa yang dimaksud ialah para penguasa ketika mereka dibangunkan dari tidur mereka yaitu para penguasa yang telah beragama dengan agama yang benar, karena para penguasa itu mengagungkan dan memuliakan mereka, sehingga para penguasa tersebut berniat membangun sebuah rumah peribadatan di atas gua mereka.
Meski hal itu dilarang khususnya dalam syari’at agama, maka yang dimaksud ialah menjelaskan tentang ketakutan luar biasa yang dirasakan Ashhabul Kahfi ketika membela dan mempertahankan keimanan mereka sehingga harus berlindung di sebuah gua dan setelah itu Allah Subhannahu wa Ta’ala membalas perjuangan mereka dengan penghormatan dan pengagungan dari manusia. Hal itu merupakan kebiasaan Allah Subhannahu wa Ta’ala dalam membalas seseorang yang telah memikul penderitaan karena-Nya serta menetapkan baginya balasan yang terpuji.
·         Bahwa pembahasan yang panjang lebar dan bertele-tele dalam masalah-masalah yang tidak penting; maka hal itu tidak perlu mendapatkan perhatian yang serius. Hal itu merujuk firman Allah Ta’ala,artinya, “Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara mereka.” (Al-Kahfi: 22).
·         Bahwa bertanya kepada seseorang yang tidak berilmu dalam masalah yang akan dimintai pertanggungan jawab di dalamnya atau orang yang tidak dapat dipercaya adalah terlarang. Hal itu merujuk firman Allah Ta’ala,artinya, “،K dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara mereka.” (Al-Kahfi: 22).

B.     AKHLAK SITI MARYAM
Siti maryam adalah sosok panutan semua muslimah karena mempertahankan karakternya tanpa cela disepanjang hidupnya . allah membesarkannya bagai tanaman yang indah, untuk memberi ekspresi al-qur’an dan memberikan tanggung jawab yang sangat penting , allah memilihnya sama dengan keluarga imran menjadikan maryam salah satu orang dalam garis keturunan orang-orang yang palimg sholeh juga salah satu contoh dukungan dan anugrah dari allah untuk dirinya adalah dia selalu menemukan makanan di altar setiap kali dia berdoa dan allah memperkenalkan kepadanya malaikat jibril yang member tahukan rahmat allah padanya dengan kata-kata sendiri.
Maryam menunjukkan ketaatan dan kesenangannya yang sungguh-sungguh kepada allah melalui kebaikan dan tingkah lakunya yang tanpa cela . Dia juga mengekspresikan ketaatannya yang dalam dan bersungguh-sungguh kepadanya melalui tekad , pengabdian , dan kepasrahan penuh atas kehendaknya sendiri . disaat-saat yang sangat sulit adalah ujian berat baginya karena tidak ada satupun bantuan , dukungan ataupun tuntunan untuknya biasanya orang-orang yang kesepian menyerah pada ketidakberdayaan dengan kesedihan , namun tidak bagi maryam dia menyerahkan semua harapan dan keyakinan kepada allah SWT . dia terus mencari bantuannya dan tahu bahwa yang dia butuhkan hanyalah mematuhi perintahnya dan dan mengikuti petunjukknya . tidak tidak pernah menyerah kepada ketidakberdayaan dan depresi , seberapa cobaan yang sulit yang dialaminya , karena dia telah menyerahkan sepenuh hati kepada allah dengan keyakinan bahwa allah akan mengubah semua kesengsaraan menjadi kebaikan dan mengakhiri kesulitan dengan cara terbaik. Dan dengan segala kesulitan allah memberikannya solusi , mendukungnya dengan anugrah bantuan serta mengubah kesulitan menjadi kemudahan , kebaikan dan keindahan.
Ketiadaan pengalaman juga merupakan aspek penting dalam ujian yang dihadapinya , dia hamil dan melahirkan anaknya seorang diri. Dan tidak tahu harus berbuat apa dan dia menunjukkan kekuatan , tekad dan ketabahan yang besar, selain itu dia memilih karakteristik dari mereka yang tahu bahwa allah mendukung mereka dengan anugrah yang paling sempurna sehingga allah meringankan bebannya dan membantunya menuju keberhasilan.
Tanda lain karakter mulia maryam adalah kesabarannya yang dia tunjukkan ketika menjalani tanggung jawabnya yang begitu berat. Orang-orang kafir disekelilingnya menguji kesabarannya dengan menggagalkan pemahaman kehormatanya dan memandangnya berdasarkan pengetahuan yang menyesatkan , menuduhkan atas perbuatan yang tidak lemah dilakukannnya . dia mengetahui dengan baik bahwa allah mengendalikan segalanya dan akhirnya membuktikan bahwa dia tidak bersalah . selain itu dia tidak berminat untuk memenangkan penerimaan orang .dia memasrahkan kepada allah dengan keyakinan yang murni dan karenanya dia terpengaruh oleh tuduhan dan komentar mereka . memberinya keyakinan dan ketaatan segala usaha yang dilakukannya adalah untuk berperilaku dengan cara yang akan mendatangkan keridhaan allah swt .


C.    KETELADANAN AKHLAK SITI MARYAM
1.      Sebagai kaum wanita hendaknya kita bisa menerapkan cara perilaku atau sikap siti maryam.
2.      Banyak inspirasi yang sangat kita teladani dan juga inspirasi bagi kaum wanita dan seluruh umat manusia dalam menghadapi cobaannya. Intinya kita harus tegar,sabar,optimis selalu.
3.      Yakinlah bahwa setiap kesulitan, kepahitan dan kesengsaraan pasti akan berbuah hasil yaitu kebaikan , kemudahan, dan keridhaan allah swt.
4.      Jadilah kekasih allah seperti maryam yang sangat istimewa dari akhlak dan perilakunya.



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Ashhabul Kahfi adalah para pemuda yang diberi taufik dan ilham oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga mereka beriman dan mengenal Rabb mereka. Mereka mengingkari keyakinan yang dianut oleh masyarakat mereka yang menyembah berhala. Mereka hidup di tengah-tengah bangsanya sembari tetap menampakkan keimanan mereka ketika berkumpul sesama mereka, sekaligus karena khawatir akan gangguan masyarakatnya.
Siti maryam adalah sosok panutan semua muslimah karena mempertahankan karakternya tanpa cela disepanjang hidupnya . Allah membesarkannya bagai tanaman yang indah, untuk memberi ekspresi al-qur’an dan memberikan tanggung jawab yang sangat penting , allah memilihnya sama dengan keluarga imran menjadikan maryam salah satu orang dalam garis keturunan orang-orang yang palimg sholeh juga salah satu contoh dukungan dan anugrah dari allah untuk dirinya adalah dia selalu menemukan makanan di altar setiap kali dia berdoa dan allah memperkenalkan kepadanya malaikat jibril yang member tahukan rahmat allah padanya dengan kata-kata sendiri.

B.     SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

http://tempatmenghasilkanuangku.blogspot.com/2013/09/makalah-akhlaq-siti-maryam.html

Post a Comment for "Memahami kisah orang salih"